Anda di halaman 1dari 14

PERILAKU ORGANISASI

RPS 7 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM ORGANISASI

Oleh:
Kelompok 6

Made Shinta Widayanti (13/ 1907531080)


Ni Putu Adelia Maya Pratiwi (29/ 1907531180)
I Dewa Agung Ayu Dharmayuni (33/ 1907531197)

Disampaikan kepada:
Bapak Prof. Dr. I Gede Riana, S.E., M.M.

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di dalam mencapai tujuannya, suatu organisasi bisa saja dihadapkan pada
hambatan dan masalah dalam prosesnya. Hambatan dan masalah tersebut bisa berasal
dari internal maupun eksternal. Organisasi perlu menyelesaikan dan mengatasi
hambatan dan masalah yang timbul. Hambatan dan masalah yang muncul perlu
dikomunikasikan dan dicarikan solusinya agar organisasi bisa mencapai tujuannya
tersebut. Pengambilan keputusan merupakan salah satu cara untuk menyelesaikan
masalah yang terjadi di dalam perusahaan atau organisasi. Nawawi dan Hadari (2000)
menjelaskan bahwa pengambilan keputusan merupakan hal yang penting dalam
organisasi dan akan mempengaruhi kualitas organisasi. Proses pengambilan keputusan
merupakan aktivitas yang fundamental dalam organisasi, karena selain berfungsi
sebagai solusi dari permasalahan yang sedang dihadapi dalam organisasi atau
perusahaan, pengambilan keputusan juga menjadi awal dari berbagai kegiatan
perusahaan atau organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
Beberapa rumusan masalah yang dikaji berdasarkan latar belakang di atas, yaitu
sebagai berikut:
1) Bagaimana hakekat keputusan?
2) Bagaimana definisi pengambilan keputusan?
3) Bagaimana proses pengambilan keputusan dan elemennya?
4) Bagaimana tipologi pengambilan keputusan?
5) Apa saja faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan?
6) Bagaimana pengambilan keputusan secara kelompok?
7) Bagaimana implikasi manajerial dalam pengambilan keputusan?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penulisan
makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui dan memahami hakekat keputusan.
2) Untuk mengetahui dan memahami definisi pengambilan keputusan.
3) Untuk mengetahui dan memahami proses pengambilan keputusan dan elemennya.
4) Untuk mengetahui dan memahami tipologi pengambilan keputusan.

1
5) Untuk mengetahui dan memahami faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan
keputusan.
6) Untuk mengetahui dan memahami bagaimana pengambilan keputusan kelompok.
7) Untuk mengetahui dan memahami implikasi manajerial dalam pengambilan
keputusan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Keputusan


Keputusan muncul saat seseorang menetapkan pilihan atas beberapa alternatif
yang tersedia dihadapannya, tetapi konsekuensinya sangat menentukan di masa
selanjutnya. Keputusan adalah tindakan penentuan suatu pendapat atau pilihan di antara
sekian banyak alternatif. Sehingga membuat keputusan itu adalah mengambil atau
memilih alternatif. Pada umumnya suatu keputusan dibuat dalam rangka untuk
memecahkan permasalahan artinya setiap keputusan yang dibuat adalah dalam rangka
mencapai suatu tujuan tertentu.
Manajer selalu dituntut untuk membuat keputusan dalam rangka pemecahan suatu
masalah. Kualitas dan efektifitas seorang manajer dapat dilihat pada saat dia mengambil
keputusan. Bila sering membuat keputusan, ia adalah manajer yang kreatif dan
produktif, bila keputusannya selalu tepat menandakan ia manajer yang pintar, dan bila
keputusannya berskala besar baik hasil maupun risiko itu mencermiankan ia manajer
sejati.
2.2 Definisi Pengambilan Keputusan
Menurut Curtis (2002), pengambilan keputusan sebagai pemilihan tindakan dari
sejumlah alternatif yang ada. Sedangkan menurut Noor (2013), pengambilan keputusan
adalah tindakan seseorang untuk menetapkan kebijakan dalam rangka mencapai tujuan
yang ditandai dengan kreativitas dan keberanian mengambil risiko. Daft (2010)
mengartikan pengambilan keputusan merupakan proses dalam mengenali persoalan-
persoalan serta peluang-peluang untuk kemudian dipecahkan. Berdasarkan pengertian
tersebut, dapat dikatakan bahwa pengambilan keputusan sangat penting dan strategis
dalam kegiatan organisasi. Hal ini selaras dengan Ivancevish yang mengatakan bahwa
pengambilan keputusan berpengaruh kuat secara langsung terhadap kinerja individu
yang selanjutnya berkorelasi dengan efektivitas organisasi sehingga pengambilan
keputusan merupakan tanggung jawab utama setiap manajer organisasi.
Untuk mengemban tanggungjawab tersebut, manajer harus memiliki empat
keahlian dasar yaitu:
a. Keahlian Teknis (Technical Skill), yaitu pemahaman dan kecakapan serta
kesanggupan untuk mengerti dan mengerjakan aktivitas tertentu, meliputi

3
pengetahuan dan pemahaman konsep, proses, metode yang diperlukan untuk
mengenali, menganalisis dan memecahkan masalah dalam bidang tertentu.
b. Keahlian Insani (Human Skill), yaitu kesanggupan untuk bekerja dengan orang lain
secara efektif sebagai anggota sebuah kelompok dan dapat membangun kerjasama
yang baik dalam kelompok yang dipimpinnya, termasuk kemampuan
berkomunikasi, memahami tingkah laku orang lain serta melakukan pendekatan-
pendekatan.
c. Keahlian Konseptual (Conceptual Skill), yaitu keahlian dalam berfikir secara
abstrak, sistematis, termasuk di dalamnya mendiagnosa dan menganalisis berbagai
masalah dalam situasi yang berbeda-beda, bahkan keahlian untuk memprediksi di
masa yang akan datang.
d. Keahlian Manajerial (Managerial Skill), yaitu kecakapan dalam menjalankan
fungsi-fungsi manajemen yang meliputi pengetahuan dan pemahaman tentang
konsep dan fungsi yang ada dalam manajemen.
2.3 Proses Pengambilan Keputusan dan Elemennya
Terdapat berbagai pendapat mengenai proses pengambilan keputusan dan
elemennya, yaitu sebagai berikut:
1) Menurut Herbert. A Simon (1992) dalam Fahmi (2016):
a. Penemuan masalah (intelligence), meliputi pengumpulan data, mewaspadai
lingkungan, dan mendeteksi permasahan yang dihadapi.
b. Pemahaman masalah (design), meliputi pengkajian masalah secara sistematis,
menciptakan alternatif berdasarkan hasil evaluasi atas hasil-hasilnya.
c. Pemilihan alternatif (choice), kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan
alternatif yang disukai.
d. Implementasi (implementation), adalalah pelaksanaan keputusan yang meliputi
pemberian penjelasan kepada pihak-pihak terkait serta membuat konsensus
bahwa keputusan menitikberatkan pada kebaikan dan menanamkan komitmen.
2) Menurut Mintzberg (2013):
a. Tahap identifikasi, di mana pengenalan masalah atau kesempatan muncul dan
di diagnosis.
b. Tahap pengembangan, di mana terdapat pencarian prosedur atau solusi standar
yang ada atau mendesain solusi yang baru.
c. Tahap seleksi, di mana pilihan solusi dibuat. Ada tiga pembentukan seleksi
yakni; dengan atau berdasarkan pengalaman atau intuisi; dengan analisis

4
alternatif yang logis dan sistematis; dengan tawar-menawar saat seleksi
melibatkan kelompok formal, otorisasi kemudian dibuat.
3) Menurut Gibson., dkk (2009):
a. Menetapkan sasaran dan tujuan dan mengukur hasil.
b. Identifikasi masalah.
c. Mengembangkan altematif.
d. Evaluasi alternatif.
e. Memilih alternatif.
f. Implementasi keputusan.
g. Kontrol dan evaluasi.
4) Menurut Robbins dan Coulter (2016):
a. Mengidentifikasi masalah, di mana masalah merupakan kesenjangan antara
keadaan nyata dengan keadaan yang dikehendaki.
b. Mengidentifikasi kriteria keputusan, yakni menentukan faktor-faktor apa yang
relevan dalam mengambil keputusan.
c. Memberi bobot ke kriteria.
d. Menyusun alternatif, yakni membuat daftar sejumlah altenatif yang dapat
menyelesaikan masalah tersebut.
e. Menganalisis alternatif, yaitu menganalisis kekuatan dan kelemahan masing-
masing alternatif.
f. Memilih sebuah alternatif, yakni memilih alternatif terbaik dari alternatif yang
dipertimbangkan.
g. Mengimplementasikan alternatif terpilih. Implementasi mencakup
penyampaian keputusan kepada orang-orang yang terpengaruh dan
mendapatkan komitmen mereka atas keputusan itu.
h. Mengevaluasi efektivitas keputusan, yakni menilai hasil keputusan itu untuk
melihat apakah masalahnya telah terpecahkan dan mencapai hasil seperti yang
dikehendaki.
2.4 Tipologi Pengambilan Keputusan
Tipologi pengambilan keputusan dapat dibedakan menjadi beberapa tipe, yaitu
1) Berdasarkan atas analisis psikologis personalitasnya menurut Erich Fromm, maka
oleh Emnest Dale (1976) yang dikutip oleh Djatmiko (2002) dikelompokkan lima
tipe pengambilan keputusan, yaitu:

5
a. Tipe resensif atau defensif, tipe ini memandang semua kebaikan berada di luar
dirinya, schingga cenderung melakukan pengambilan keputusan berdasarkan
ide penasehatnya serta membebankan tanggung jawab kepada pihak dengan
delegasi otoritas secara liberal.
b. Tipe eksploitatif atau agresif, tipe ini memandang semua kebaikan berada di luar
dirinya yang harus dikuasai dengan kekuaatan dan kecerdikan. Ciri tipe ini
adalah memanipulasi individu untuk kepentingan pribadi dengan pengawasan
yang ketat dan struktur organisasi yang kaku (management by veto).
c. Tipe hoarding, tipe ini memiliki kepercayaan yang sangat minim kepada pihak
eksternal, sehingga struktur organisasi disusun sebagai alat untuk membentengi
kedudukannya dan dalam pengambilan keputusan dilakukan dengan
pertimbangan sendiri.
d. Tipe marketing, tipe ini memandang dirinya sebagai komoditi dan memandang
nilai dirinya sejalan dengan imbalan. Bagi tipe ini struktur organisasi dan
keputusan harus memberikan imbalan yang memadai bagi pengambil
keputusan.
e. Tipe produktif, tipe ini memiliki kemampuan untuk memakai dan mewujudkan
potensi yang dimilikinya. Dalam pengambilan keputusan, cenderung membantu
pihak lain dalam mengembangkan dirinya mencapai kemampuan maksimal
dengan mengintegrasikan suksesnya dengan sasaran organisasi.
2) Berdasarkan kreteria sumber keputusan, Chung dan Meginson (1981) yang
mengutip pendapat Barnard (1938) dalam Djatmiko (2002) pengambilan keputusan
ada tiga tipe yakni:
a. Intermediary decisions adalah pengambilan keputusan yang dilaksanakan atas
desakan atasan dalam hirarki administrasi.
b. Appelate decisions merupakan pengambilan keputusan atas desakan bawahan.
c. Creative decisions merupakan pengambilan keputusan atas inisiatif sendiri.
3) Berdasarkan atas kriteria struktur dan hubungan interpersonal (Lipham, 1974)
dalam Djatmiko (2002) menyatakan ada tiga jenis yaitu:
a. Pengambilan keputusan rutin atau terprogram adalah pengambilan keputusan
yang pelaksanaannya bersifat hirarkis, terstruktur dan diprogramkan dengan
seksama serta dilaksanakan secara berulang baik karena dorongan atasan
maupun bawahan.

6
b. Pengambilan keputusan heuristik pengambilan keputusan yang lebih
memberikan keleluasaan dalam mengembangkan gagasan-gagasan secara
terbuka.
c. Pengambilan keputusan kompromis atau negosiasi adalah pengambilan
keputusan yang dapat dipakai untuk mengatasi konflik karena perbedaan seperti
nilai budaya, peran yang diharapkan, dan minat pribadi individu-individu.
Disini pimpinan berperan sebagai mediator.
4) Berdasarkan dimensi kompleksitas variabel dan ketidakpastian hasil, Chung dan
Meginson (1981) yang dikutip oleh Djatmiko (2002) membagi pengambilan
keputusan menjadi empat yakni:
a. Pengambilan keputusan berprogram di mana sifatnya berulang, rutin, dengan
jumlah variabel terbatas dan hasil setiap alternatif dapat diketahui.
b. Pengambilan keputusan analitis, di mana variabelnya kompleks, dengan
melibatkan analisis statistik.
c. Pengambilan keputusan judgemental, di sini terlibat variabel dalam jumlah kecil
tetapi jumlah setiap variabel tidak diketahui dengan pasti.
d. Pengambilan keputusan adaptif adalah pengambilan keputusan dengan
melibatkan sejumlah besar variabel dan hasil setiap variabel tidak dapat
diprediksi.
5) Berdasarkan gaya dalam pengambilan keputusan, Hersey dan Blanchard (1992)
yang dikutip oleh Djatmiko (2002) membedakan pengambilan keputusan ke dalam
empat gaya yaitu:
a. Pengambilan keputusan otoritatif, ini dipakai dalam situasi di mana di dalamnya
terdapat manajer yang mempunyai pengalaman dan informasi serta itikad yang
kuat yang dihadapkan dengan anak buah yang kurang memiliki kemampuan,
iktikad atau kepercayaan diri untuk membantu pimpinan dalam mencapai tujuan
organisasi sehingga pimpinan melakukan pengambilan keputusan secara
mandiri.
b. Pengambilan keputusan konsultatif, adalah pengambilan keputusan yang
dilakukan oleh manajer yang dihadapkan dengan bawahan yang mempunyai
pengalaman dan pengetahuan serta itikad untuk membantu pimpinan dalam
mencapai tujuan organisasi sehingga pimpinan mempertimbangkan masukan
mereka.

7
c. Pengambilan keputusan fasilitatif yakni pengambilan keputusan yang dilakukan
secara bersama antara pimpinan dan bawahan.
d. Pengambilan keputusan delegatif adalan pengambilan keputusan yang di
dalamnya terdapat bawahan yang memiliki kesiapan yang tinggi baik
pengalaman, informasi, maupun itikad untuk membuat keputusan atau
rekomendasi yang baik.
6) Berdasarkan cara/pendekatan dalam mengambil keputusan, Robbins dan Coulter
(2016) membagi pengambilan keputusan menjadi sebagai berikut:
a. Pengambilan keputusan rasional, yaitu pengambilan keputusan di mana masalah
yang dihadapi adalah jelas, tidak ada konflik sasaran, mengetahui segala pilihan,
memiliki urutan pilihan yang jelas, menjaga pilihan supaya tetap konstan tidak
ada kendala waktu atau biaya, dan memilih pilihan terakhir yang
memaksimalkan hasil.
b. Pengambilan keputusan rasional terbatas, yaitu pengambilan keputusan yang
disederhanakan karena keterbatasan kemampuan dalam memproses informasi,
keterbatasan dalam menganalisis informasi sehingga keputusan yang diambil
sekedar memenuhi syarat bukan yang maksimal.
c. Pengambilan keputusan intuisi, adalah proses pengambilan keputusan
berdasarkan intuisi atau perasaan di bawah sadar atau "perasaan hati yang paling
dalam" bisa karena didasari oleh pengalaman (masa lampau), nilai etika/budaya,
mental bawah sadar, perasaan/emosi, kognisi/pikiran (karena keahlian,
pengetahuan dan pelatihan).
2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
1) Menurut Gibson et al. (2009), faktor-faktor yang berpengaruh secara
individual, yaitu:
a. Nilai atau tata nilai, sebagai pedoman dasar yang dianut pengambil keputusan
ketika berhadapan pada situasi dimana harus menetukan sebuah pilihan, yang
meliputi tanggung jawab hukum, ekonomi, serta etika.
b. Kepribadian
Kepribadian diwujudkan dalam pilihan yang diambil. Adapun variabel
kepribadian dapat berupa sikap, kepercayaan, dan kebutuhan
c. Kecenderungan mengambil risiko
d. Potensi ketidaksesuaian, terutama ketika keputusan sudah dibuat, sering muncul
kebimbangan dan berpikir ulang atas pilihan yang telah dibuat

8
2) Menurut Onong Uchjana Effendy (1996), tiga kekuatan yang berpengaruh
dalam pengambilan keputusan, yaitu:
a. Dinamika individu
Organisasi terdiri atas sekumpulan individu yang masing-masing memiliki
sikap, perangai, dan watak sendiri. Setiap individu itu tidak statis, melainkan
dinamis sesuai dengan sifat alami manusia. Dalam prosesnya, individu dan
organisasi saling memengaruhi khususnya dalam pengambilan keputusan.
b. Dinamika kelompok
Organisasi adalah kelompok sosial karena terdiri dari sejumlah individu yang
saling berinteraksi secara intensif dan teratur sehingga diantara mereka terdapat
pembagian tugas, struktur, dan norma tertentu. Setiap kelompok mempunyai
norma tersendiri yang menjadi sumber dasar hidup para anggota. Dimana,
pengaruh norm aini sangat besar terhadap cara berpikir dan bertingkah laku
khususnya dalam proses pengambilan keputusan.
c. Dinamika lingkungan
Lingkungan adalah situasi, kondisi, dan faktor-faktor yang berkaitan dengan
suatu keputusan. Suatu keputusan diambil sebagai sebuah jawaban terhadap
tantangan yang timbul akibat perubahan situasi dan kondisi serta berbagai faktor
yang berkaitan. Pengaruhnya, lingkungan yang dinamis memaksa seorang
manajer mengambil suatu keputusan, lalu pada gilirannya keputusan yang
diambil ini mengubah lingkungan.
2.6 Pengambilan Keputusan Kelompok
Proses pengambilan keputusan kelompok ditandai dengan keterlibatan dan
partisipasi dari banyak orang, yang sering dianggap ideal dan digunakan secara luas.
Namun, ada beberapa faktor dan pertimbangan-pertimbangan mengenai keputusan
kelompok, mengutip dari pendapat Nimran (1999):
1) Keunggulan keputusan kelompok
a. Informasi dan pengetahuan lebih lengkap, sehingga lebih banyak masukan
yang dipakai dalam pengambilan keputusan
b. Keragaman pandangan lebih banyak, yang membuka peluang bagi lebih banyaj
pendekatan dan alternatif yang akan menjadi pertimbangan
c. Penerimaan keputusan lebih besar, dimana orang yang akan dikenai keputusan
dan yang akan melaksanakannya dapat diambil dalam proses pembuatan
keputusan, maka mereka cenderung menerima keputusan yang dibuat

9
d. Legitimasi keputusan lebih kuat, dimana proses pengambilan keputusan
kelompok yang konsisten dengan sikap demokratis dipandang lebih memiliki
keabsahan daripada keputusan yang dibuat oleh individu
2) Kekurangan keputusan kelompok
a. Memakan waktu, yang bisa membatasi kemampuan manajemen untuk
bertindak cepat pada sesuatu yang urgent
b. Tekanan untuk sependapat
Keinginan anggota kelompok untuk dipertimbangkan sebagai aset bagi
kelompok akan mengakibatkan adanya penekanan pada pihak yang berbeda
pendapat. Keadaan seperti ini juga mendorong terjadinya pemikiran kelompok
di mana tekanan kelompok mengarah pada menurunnya efisiensi mental,
minimnya uji realitas, dan kurangnya pertimbangan moral.
c. Dominasi oleh minoritas
Diskusi kelompok bisa didominasi satu atau beberapa anggota. Jika dominasi
ini juga terdiri dari anggota yang berkemampuan rendah dan menegah, maka
efektivitas kelompok secara keseluruhan akan mengalami gangguan
d. Tanggung jawab yang kabur
Pada suatu keputusan individu sudah jelas siapa yang bertanggungjawab,
sedangkan pada keputusan kelompok tanggung jawab dari setiap anggota
diabaikan, tidak jelas siapa yang betul-betul bertanggungjawab atas hasil akhir.
3) Teknik-teknik keputusan kelompok
Nimran (1999) mengatakan bahwa bentuk yang paling lazim dalam proses
pengambilan keputusan kelompok terjadi dalam interaksi tatap muka. Beberapa
teknik yang telah dianggap sebagai cara terbaik untuk meminimalkan berbagai
masalah yang timbul dalam interaksi kelompok, diantaranya:
a. Brainstorming
Teknik ini berusaha untuk menggali dan mendapatkan gagasan dari anggota
kelompok. Semakin banyak gagasan, semakin besar peluang untuk
mendapatkan solusi kreatif atas suatu masalah yang dihadapi.
b. Nominal Group Technique
Teknik ini berhubungan dengan penggalian dan evaluasi terhadap gagasan
secara bersamaan. Awalnya gagasan digali secara nominal (tanpa interaksi)
guna menghindari hambatan dan pemufakatan. Selanjutnya pada saat evaluasi

10
gagasan, interaksi dan diskusi dimungkinkan, tetapi dalam situasi yang
terstruktur agar setiap gagasan mendapatkan perhatian yang proporsional.
c. Delphi Technique
Dalam prosesnya tergantung pada kelompok nominal (para pakar) sebagai
partisipan yang semuanya tidak melakukan interaksi tatap muka. Jadi, dengan
teknik ini, sangat mungkin didapatkan sejumlah pakar tanpa harus
mengumpulkan mereka di suatu tempat dan pada saat yang sama. Para pakar
tidak membuat keputusan akhir, tetapi hanya sebagai penyaji informasi bagi
pengambilan keputusan. Inti dari teknik ini adalah penggunaan kuisioner yang
disebarkan kepada para responden untuk mendapatkan masukan. Selanjutnya
jawaban yang ada diolah lagi oleh pihak pengambil keputusan untuk
merumuskan rangkuman-rangkuman yang kemudian akan dipakai sebagai
bahan pengambilan keputusan.
2.7 Implikasi Manajerial dalam Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan ialah sebuah intisari dalam manajemen organisasi, dan
sebabnya dapat berpengaruh terhadap masa depan dan keberlangsungan organisasi.
Setiap anggota organisasi khususnya yang berada dalam level manajemen wajib
terampil dalam mengambil keputusan baik dalam proses perencanaan,
pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian. Proses dalam mengambil
keputusan tersebut sangat berkaitan dengan jenis masalah terstruktur atau tidak
tersrtuktur, kondisi, pendekatan, dan gaya dalam pengambilan keputusan.
Robbins dan Coulter (2016) menyebutkan beberapa panduan bagi manajer
untuk pengambilan keputusan yang efektif, diantaranya:
a. Memahami adanya perbedaan budaya
b. Mewujudkan standar demi pengambilan keputusan yang baik
c. Mengetahui kapan waktu untuk keluar
d. Menggunakan proses pengambilan keputusan yang efektif: 1) Fokus pada apa yang
penting; 2) Logis dan konsisten; 3) Mengakui pemikiran subyektif dan obyektif
serta mengombinasikan pendekatan analitis dan intuitif; 4) Informasi secukupnya;
5) Mendorong dan memandu pengumpulan dan opini yang relevan; dan 6) Jelas,
dapat diandalkan, mudah digunakan, fleksibel
e. Mengembangkan kemampuan berfikir yang jernih sehingga mampu membuat
pilihan terbaik

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Keputusan adalah tindakan penentuan suatu pendapat atau pilihan di antara sekian
banyak alternatif. Pengambilan keputusan berpengaruh kuat secara langsung terhadap
kinerja individu yang selanjutnya berkorelasi dengan efektivitas organisasi sehingga
pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab utama setiap manajer organisasi.
Terdapat berbagai pendapat mengenai proses pengambilan keputusan dan elemennya,
salah satunya menurut Robbins dan Coulter (2016) yaitu mengidentifikasi masalah,
mengidentifikasi kriteria keputusan, memberi bobot ke kriteria, menyusun alternatif,
menganalisis alternatif, memnilih sebuah alternatif, mengimplementasikan alternatif
terpilih dan mengevaluasi efektivitas keputusan.
Tipologi pengambilan keputusan dibedakan menjadi beberapa tipe yaitu
berdasarkan atas analisis psikologis personalitasnya, sumber keputusan, kriteria dan
hubungan interpersonal, dimensi kompleksitas variabel dan ketidakpastian hasil, gaya
dalam pengambilan keputusan dan cara/pendekatan dalam mengambil keputusan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan yaitu dinamika individu, dinamika
kelompok, dan dinamika lingkungan. Pengambilan keputusan kelompok ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya seperti informasi dan pengetahuan lebih
lengkap, keragaman pandangan lebih banyak, penerimaan keputusan lebih besar dan
legitimasi keputusan lebih kuat. Sedangkan kelemahannya yaitu memakan waktu, tekanan
untuk sependapat, dominasi oleh minoritas dan tanggungjawan yang kabur. Adapun teknik
yang digunakan dalam pengambilan keputusan kelompok terdiri dari brainstorming,
nominal grup technique, dan delphi technique. Pengambilan keputusan dalam organisasi
sangat berpengaruh terhadap masa depan dan keberlangsungan organisasi.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang., Mujiati, Ni Wayan., Sriathi, Anak Agung Ayu., Dewi, Anak Agung Sagung
Kartika. (2020). Perilaku Organisasi. Bali: CV. Sastra Utama

Robbin, Stephen P., Judge, Timoty A. (2017). Perilaku Organisasi Edisi 16. Jakarta: Salemba
Empat

13

Anda mungkin juga menyukai