Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KEBEBASAN DAN BERTANGGUNG JAWAB SERTA HAK DAN KEWAJIBAN


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Akhlak Tasawuf

Dosen Pengampu : Drs. S. Hamdani, M.Ag.

Disusun oleh:

Kelompok 5

1A – Kesejahteraan Sosial

Haya Nuramaliza (11220541000036)


Nabila Attahira Rahmah (11220541000037)
Shopiyana Daulika (11220541000029)
Teja Amhar (11220541000019)

PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1444 H / 2022 M
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirrabil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata
Kuliah Akhlak Tasawuf ini dengan sebaik baiknya dan tepat waktu. Shalawat serta salam kita
curah limpahkan kepada baginda kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Adapun tujuan penulisan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak
Tasawuf dalam Program Studi Kesejahteraan, Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi, UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang turut memberikan
kontribusinya dalam penyusunan makalah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Drs. S. Hamdani, M. Ag. selaku dosen pengampu mata kuliah Akhlak Tasawuf yang
telah memberikan tugas ini, sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami sebagai
mahasiswa.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan terdapat
kekurangan didalamnya baik dalam penyusunan maupun tata bahasa penyampaian yang
digunakan. Untuk itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar dapat
menjadi acuan dalam membuat makalah yang lebih baik di masa mendatang.

Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan juga inspirasi bagi para
pembaca serta seluruh pihak lainnya.

Ciputat, 12 Oktober 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i

DAFTAR ISI ..............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 1

C. Tujuan Masalah ............................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Pengertian Kebebasan................................................................................................... 3

B. Pengertian Tanggung Jawab ........................................................................................ 4

C. Hubungan Kebebasan dan Tanggung Jawab ............................................................. 5

D. Pengertian Hak .............................................................................................................. 5

E. Kewajiban ...................................................................................................................... 8

F. Hubungan Hak dan Kewajiban dengan Akhlak ...................................................... 10

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 11

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 11

B. Saran ............................................................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 12

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap manusia pasti selalu menginginkan kebebasan dalam hidupnya. Kebebasan
dalam berpikir, berekspresi maupun dalam melakukan kegiatannya, yaitu kegiatan yang
disadari, disengaja maupun yang dilakukan demi suatu tujuan yang selanjutnya disebut
tindakan. Mereka diberi kebebasan dalam melakukan sesuatu asalkan sesuai dengan syariat
yang telah ditetapkan, tidak juga melampaui batas wajar syariat. Manusia hidup didunia
pasti memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan kehidupannya, baik itu tanggung
jawab terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain, terhadap agama maupun budaya.
Adanya akibat ini maka seorang manusia mempunyai tanggung jawab atas apa yang
diperbuatnya. Kebebasan seseorang akan menyebabkan timbulnya tanggung
jawab.Tanggung jawab tersebut membuat manusia melakukan kebebasan berdasarkan hati
nurani.
Namun pada kenyataannya adalah banyak manusia yang tidak mengetahui dasar-
dasar kebebasan yang telah ditentukan, sehingga mereka melakukan kebebasan dengan
melanggar norma-norma yang ada dan tidak mempertanggung jawabkan terhadap apa yang
dibuat. Seharusnya, kita sebagai manusia yang mayoritas mencintai kebebasan setidaknya
menjadikan hati nurani sebagai dasar pertimbangan seseorang dalam berbuat. Jika
seseorang mampu berbuat kebaikan sesuai hati nuraninya maka dengan mudah ia dapat
mempertanggung jawabkan apa yang dibuatnya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini
kami ingin membahas tentang bagaimana kebebasan yang dapat kita lakukan sehingga
tidak melanggar norma norma yang telah ditetapkan oleh hukum dan dapat menimbulkan
rasa tanggung jawab didalam diri kita.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan kebebasan dan tanggung jawab?
2. Apa hubungan antara kebebasan dan tanggung jawab?
3. Apa yang dimaksud dengan hak dan kewajiban?
4. Apa hubungan antara hak dan kewajiban?

1
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetehui arti kebebasan, tanggung jawab, hak, dan kewajiban
2. Mengetahui hubungan antara kebebasan dengan tanggung jawab
3. Mengetahui hubungan antara hak dan kewajiban

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebebasan
Istilah kebebasan bila diurai dari segi etimologi adalah kata sifat yang berasal
dari kata “bebas”, yang berarti merdeka dan tak terkendali. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia kata “bebas” memiliki pengertian tidak terhalang, tidak terganggu, sehingga
dapat bergerak, berbicara, berbuat, tiap-tiap orang dapat mengemukakan pendapatnya.

Achmad Charris Zubair mengemukakan bahwa kebebasan adalah terjadi apabila


kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak dibatasi oleh suatu paksaan dari atau
keterikatan kepada orang lain. Paham ini disebut bebas negatif, karena hanya dikatakan
bebas dari apa, tetapi tidak ditentukan bebas untuk apa. Seseorang disebut bebas apabila:

1. Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukannya,


2. Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia bagi nya, dan
3. Tidak dipaksa atau terikat untuk membuat sesuatu yang tidak akan dipilihnya sendiri
ataupun dicegah dari berbuat apa yang dipilihnya sendiri, oleh kehendak orang lain,
negara atau kekuasaan apa pun.1
Dari segi fisik, kebebasan dibagi menjadi tiga, yaitu:
1. Kebebasan Jasmaniah, adalah kebebasan dalam menggerakan dan mempergunakan
anggota badan yang kita miliki.
2. Kebebasan Kehendak (Rohaniah), adalah kebebasan untuk menghendaki sesuatu
yang mana jangkauannya adalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk berpikir,
karena semua orang dapat memikirkan apa saja yang menghendakinya.
3. Kebebasan Moral, dalam artian luas berarti tidak adanya macam-macam ancaman,
tekanan, larangan, dan lain desakan yang tidak sampai berupa paksaan fisik. Dalam
artian sempit yaitu, kebebasan berbuat apabila terdapat kemungkinan-kemungkinan
untuk bertindak.2

1
Ahmad Charris Zubair, Kuliah Etika, (Jakarta: Rajawali Pers, 1990), hlm. 39-40.
2
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A, Akhlak Tasawuf dan Karakter Mulia (Edisi Revisi), (Jakarta: Rajawali Pers,
2018), hlm. 111.
3
Manusia dapat dikatakan bebas, apabila ia terikat oleh norma – norma. Apabila ia
tidak terikat oleh hal itu, maka ia tetap tidak bebas, karena secara demikian ia dikuasai oleh
kecenderungan-kecenderungan ini senantiasa tetap kuat pengaruhnya dan keterkaitan pada
hukum yang lebih tinggi senantiasa tidak sempurna, sehingga manusia tidak sepenuhnya
bebas.
Kebebasan juga mengandung kemampuan khusus manusiawi untuk bertindak,
yaitu dengan menentukan sendiri apa yang mau dibuat berhadapan dengan macam-macam
unsur. Manusia bebas berarti manusia yang dapat menentukan sendiri tindakannya.
Paham akan adanya kebebasan pada manusia juga tertulis dalam Al-Qur,an, yakni
sebagai berikut:
‫ح ق ِم ْن َر ب ِ ك ُ ْم ۖ ف َ َم ْن ش َا ءَ ف َ ل ْ ي ُ ْؤ ِم ْن َو َم ْن ش َا ءَ ف َ ل ْ ي َ كْ ف ُ ْر‬
َ ْ ‫َو ق ُ ِل ال‬

"Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir" (QS Al-Kahfi
[18]: 29)

B. Pengertian Tanggung Jawab


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia tanggung jawab adalah keadaan wajib
menanggung segala sesuatu. Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah
laku atau perbuatan yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga
berarti berbuat sebagai perwujudan kesadaran akan kewajibannya.3

Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan


manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Manusia
merupakan makhluk sosial yang setiap tindakannya ia harus bertanggung jawab,
bagaimana Allah berfirman dalam surat Al Qiyamah ayat 36.

ُ َ‫سانُ أَ ْن يُتْ َرك‬


‫سدًى‬ ِْ ‫ب‬
َ ‫اْل ْن‬ َ ْ‫أَيَح‬
ُ ‫س‬

“Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggung
jawaban)?” (Al Qiyamah [75]: 36).

3
Sukron Ma’mun, “Makna Tanggung Jawab dalam Islam”, https://binus.ac.id/character-
building/2020/05/makna-tanggung-jawab-dalam-islam/, diakses 13 September 2022.
4
Ayat di atas menjelaskan bahwa manusia diciptakan Allah tidak percuma saja.
Tindakan dan sikap lakunya akan diperhitungkan baik dan buruknya, besar atau
kecilnya.

Manusia memiliki tanggung jawab baik terhadap Tuhannya maupun sesama


manusia. Nabi Muhammad Saw. Sebagai teladan utama selalu memperlihatkan dalam
keseluruhan hidup beliau untuk mendidik para sahabat bagaimana bertanggung jawab
dalam alamiah dan tindakan. Tanggung jawab manusia mencakup semua aspek
kehidupan baik politik, kenegaraan, ubudiyah, ekonomi, sosial, kebudayaan, ilmiah.

Tanggung jawab merupakan ciri manusia yang beradab (berbudaya). Manusia


memiliki tanggung jawab untuk menyadari akibat baik dan buruk dari perbuatannya. Ia
juga menyadari bahwa pihak lain membutuhkan dedikasi atau pengorbanannya. Dalam
studi lebih lanjut, tanggung jawab adalah kewajiban atau beban yang harus dilakukan
atau dipenuhi karena tindakan kita terhadap orang lain atau tindakan pihak lain terhadap
kita.

C. Hubungan Kebebasan dan Tanggung Jawab


Kebebasan adalah pilihan yang dimiliki individu dalam masyarakat, dan
tanggung jawab adalah sikap orang dalam menanggapi tindakan yang dipilih secara
bebas. Kebebasan dan tanggung jawab adalah dua konsep yang saling berhubungan.

D. Pengertian Hak
Etimologi “hak” berasal dari Bahasa Arab haqq yang merupakan bentuk tunggal
dari kata huquq. Istilah haqq diambil dari akar kata haqqa, yahiqqu, haqqaan yang
berarti benar, nyata, pasti, tetap, dan wajib.4 Sementara itu secara terminologis haqq
adalah ketetapan yang bersesuaian dengan realitas. Secara umum, hak adalah
kesempatan yang diberikan kepada setiap individu untuk mendapatkan, melakukan,
serta memiliki sesuatu yang diinginkan oleh individu tersebut. Hak juga dapat diartikan
wewenang atau kekuasaan yang secara etis seseorang dapat mengerjakan, memiliki,
meninggalkan, mempergunakan atau menuntut sesuatu.5
Sesuatu yang menjadi keharusan bagi manusia ialah hak, dan apa yang
diberatkan kepadanya disebut wajib, keduanya berhubungan antara satu dengan yang

4
Ali Saputra, “Hak Asasi Manusia di Indonesia”, http://repository.uinbanten.ac.id/3477/5/BAB%20II.pdf,
diakses 17 September 2022.
5
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A. (April, 2012) ”Akhlak Tasawuf” (Jakarta, PT RajaGrafindo Persada) Hal 137
5
lainnya, maka tiap-tiap hak adalah wajib bahkan ada dua kewajiban; pertama, wajib bagi
manusia supaya menghormati hak orang lain dan tidak mengganggunya, dan kedua,
wajib bagi yang mempunyai hak agar mempergunakan haknya untuk kebaikan dirinya
dan kebaikan manusia lain.6
Didalam Al-Qur’an kita jumpai kata al-haqq yang merupakan terjemahan dari
kata hak yang berarti milik dan orang yang menguasainya disebut malik. Pengertian al-
haqq dalam Al-Qur’an sebagaimana dikemukakan al-Raghib al-Asfahani adalah al-
mutabaqah wa al-muwafaqah artinya kecocokan, kesesuaian, dan kesepakatan.7
Kata al-haqq dalam al-qur’an digunakan untuk empat pengertian. Pertama,
untuk meununjukan terhadap pelaku yang mengadakan sesuatu yang mengandung
hikmah. Kedua, digunakan untuk menunjukan pada sesuatu yang diadakan yang
mengandung hikmah. Ketiga, digunakan untuk menunjukan keyakinan (I’tiqad)
terhadap sesuatu yang cocok dengan jiwanya. Keempat, digunakan untuk menunjukan
terhadap perbuatan atau ucapan yang dilakukan menurut kadar atau porsi yang
seharusnya dilakukan sesuai waktu, keadaan dan tempat.
Dilihat dari segi objek dan hubungannya dengan akhlak, hak secara garis besar
dibagi menjadi tujuh bagian, yaitu:
1. Hak Hidup
Setiap manusia mempunyai hak hidup. Hak hidup itu adalah hak yang suci
yang tidak dapat diberikan untuk keperluan sesuatu yang lain. Hak hidup
merupakan hak asasi setiap manusia.
2. Hak Mendapat Perlakuan Hukum
Dunia sepakat bahwa semua orang berhak memperoleh perlindungan
hukum, serta harus dihindari dari segala bentuk diskriminasi. Perlakuan yang sama
di depan hukum diatur dalam UUD 1945 pasal 28D ayat 1 yang berbunyi “Setiap
orang berhak atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang
adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum”. Kesamaan kedudukan di
hadapan hukum berarti setiap warga negara harus diperlakukan adil oleh aparat
penegak hukum dan pemerintah baik itu dalam proses penangkapan, pemeriksaan,
maupun penyidikan.
3. Hak Memiliki

6
Ahmad Amin, ETIKA (Ilmu Akhlak), (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hlm. 173.
7
Al-Raghib al-Asfahani, Mu’jam Mufradat Al-Fadz Al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Fikr, t.t), hlm. 124.
6
Pengakuan dan penghormatan Islam terhadap hak milik telah menempatkan
posisi hak milik sebagai salah satu hak dasar manusia yang wajib dilindungi.
Mempertahankan hak milik agar orang lain yang mengambil tanpa alasan yang
dibenarkan syari.at merupakan bagian dari kewajiban agama.

Hak memiliki dapat dibedakan menjadi dua macam:

Pertama, hak milik perseorangan yaitu hak milik yang dimiliki secara penuh
oleh seseorang, seperti pakaian, rumah, kendaraan, dan sebagainya. Kedua, hak
milik umum, yaitu hak yang dimiliki negara dan diserahkan kepada badan, atau
institusi untuk mengaturnya. Misalnya sarana/alat transportasi umum, perusahaan
listrik, perusahaan air minum, dan sebagainya.
4. Hak Mengembangkan keturunan (Hak Kawin)
UUD 1945 telah mengamanatkan pengakuan, penghormatan, dan
perlindungan HAM dalam penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara. Salah satu dari HAM tersebut ialah hak untuk melanjutkan
keturunan sebagaimana diatur dalam pasa 28B ayat 1, yaitu: “Setiap orang berhak
membentuk keluarga dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah.”.8
Artinya, setiap orang mendapatkan hak dan perlakuan yang sama untuk
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah. Suatu tindakan diskriminatif
yang dapat membatasi pemenuhan hak tersebut tidak dapat dibenarkan.
5. Hak Mendapatkan Nama Baik
Pencemaran nama baik diatur dalam Al Qur’an maupun KUHP, dalam
hukum islam pencemaran nama baik atau memfitnah seseoran diharamkan dalam
agama islam. Islam benar-benar mengharamkan perbuatan menggunjing, mengadu
domba, memata-matai, mengumpat, mencaci, dan perbuatan lainnya yang
menyentuh kehormatan atau kemuliaan manusia. Setiap manusia memiliki harga
diri dan kehormatan terkait dengan nama baik yang mesti dilindungi.
6. Hak Kebebasan Berpikir dan Berpendapat
Islam memerintahkan kepada manusia agar berani menggunakan akal
pikiran mereka terutama untuk menyatakan pendapat yang benar sesuai dengan
batas-batas yang ditentukan hokum dan norma-norma lainnya. Ajaran islam sangat

8
Sita Noor Elvina, “Perlindungan Hak Untuk Melanjutkan Keturunan dalam surrogate mother”,
https://core.ac.uk/download/pdf/294926157.pdf, diakses 18 September 2022.
7
menghargai akal pikiran. Oleh karena itu, setiap manusia sesuai dengan mertabat
dan fitrahnya sebagai makhluk yang berpikir mempunyai hak untuk menyatakan
pendapatnya dengan bebas, asal tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip.9
7. Hak Mendapatkan Kebenaran
Hidayah merupakan petunjuk dan anugerah dari Allah kepada makluk-
makhluk-Nya dimana dengan hidayah/petunjuk itu makhluk dapat hidup dan
beraktivitas di dunia ini. Allah menganugerahkan petunjuk-pentunjuk-Nya
bermacam-macam sesuai dengan peranan yang inginkan oleh makhluk. Orang
yang menolak kebenaran hanya mementingkan kenikmatan di dunia ini.10

E. Kewajiban
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kewajiban memiliki makna (sesuatu)
yang diwajibkan; sesuatu yang harus dilaksanakan; keharusan. Kewajiban adalah suatu
tindakan yang harus dilakukan bagi setiap manusia dalam memenuhi hubungan sebagai
makhluk individu, sosial dan Tuhan.11

Di dalam ajaran islam, kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum syara’,
yaitu suatu perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapat pahala dan jika
ditinggalkan akan mendapat siksa.12 Hal ini dapat dikatakan bahwasanya kewajiban
dalam Islam berkaitan dengan pelaksanaan hak yang diwajibkan oleh Allah.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah tidak dapat dipisahkan dari kewajiban
yaitu salah satunya adalah manusia memiliki kewajiban terhadap – Nya dengan
beribadah yang mana ditegaskan dalam firman Allah Swt dalam surat Az-Dzariyat:56.
‫س ا َِّْل ِليَ ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫اْل ْن‬

“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.”
(QS. Az-Zariyat [51]: 56)

Penyembahan (ibadah) yang dilaksanakan oleh manusia, bukan semata untuk


kepentingan Tuhan, namun sebaliknya justru untuk keselamatan dirinya sendiri. Bagi
Tuhan tidak ada masalah, apabila manusia tidak mau melaksanakan kewajiban

9
Nur Asiah, “Hak Asasi Manusia Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Syari’ah dan Hukum Diktum, Vol. 15, No.1,
Juni 2017, hlm. 61.
10
Sholihudin Al Ayubi, “Konsep Kebenaran dalam Perspektif Al Qur’an”, Jurnal Fikroh, Vol. 11, No.1, 2018,
hlm. 72.
11
Drs. H. A. Mustofa, “Akhlak Tasawuf” (Bandung: Pustaka Setia, 2022), hlm. 139
12
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M.A “Akhlak Tasawuf” (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2018), hlm.143
8
terhadapnya, konsekuensinya sebenarnya terletak pada manusia sebagai makhluk
Tuhan, bagaimanapun alasannya, tetap apabila manusia ingin mencari keselamatan,
harus mau melaksanakan kewajiban tersebut.

Kewajiban dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam :

a. Kewajiban Individu (pribadi)


Adalah kewajiban yang dimiliki oleh setiap individu tehadap dirinya sendiri.
Contohnya adalah menjaga Kesehatan, menghormati orang tua
b. Kewajiban Sosial (masyarakat)
Artinya, selain terhadap dirinya pribadi, masing-masing individu juga memiliki
kewajiban terhadap individu lain di lingkungan masyarakat. Contoh : menolong
orang lain yang kesulitan
c. Kewajiban Makhluk Kepada Tuhan
Artinya, selain sebagai makhluk individu dan sosial, tetapi kita juga tidak lepas dari
kewajiban terhadap Tuhan karena Dia-lah yang menciptakan dan memelihara alam
termasuk manusia. Kewajiban sebagai hamba adalah beribadah
Selain pembagian tersebut, kewajiban juga dapat dibagi menjadi :
1. Kewajiban Terbatas
Ialah dapat di pertanggungkan kepada orang-orang dengan sama, dan tidak berbeda-
beda dapat dijadikan undang-undang negeri, dimana disampingnya dapat diadakan
hukuman-hukuman, bagi orang-orang yang merusaknya. Di dalam bagian ini,
undang-undang dan akhlak sama-sama menghendakinya.13
2. Kewajiban Tidak Terbatas
Kewajiban ini tidak dapat dibuat undang-undang, karena jika dibuat akan membuat
rugi, dan kewajiban ini juga tidak dapat ditentukan ataupun diukur dengan apapun.

Kewajiban manusia memiliki banyak macamnya. Bagi setiap orang memiliki


tiap-tiap perbuatan, perbuatan tersebut mengandung kewajiban. Namun, kewajiban
tersebut berbeda-beda karena manusia sendiri juga berbeda-beda, yang dapat dilihat dari
berbagai sudut, yakni ;

a. Menurut Kekayaan, diantara mereka ada yang kaya, ada yang miskin dan ada pula
yang sedang.

13
Drs. H. A. Mustofa, “Akhlak TAsawuf”, (Bandung: Pustaka Setia, 2022), hlm.140
9
b. Menurut tingkat dan derajat, seperti raja, bangsawan, dan rakyat jelata.

Menurut pekerjaan, berdasarkan pekerjaan ataupun profesi yang mereka miliki


Kewajiban disini berdasarkan kemanusiaan, karena hak yang merupakan sebab
timbulnya kewajiban.

F. Hubungan Hak dan Kewajiban dengan Akhlak


Akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, mandarah daging.
Hungan akhlak denga hak bisa dilihat dari arti kata hak itu sendiri yaitu sebagai milik
yang dapat digunakan oleh seseorang tanpa ada yang dapat menghalanginya. Hak yang
demikian itu merupakan bagian dari akhlak, karena akhlak harus dilakukan oleh
seseorang sebagai akhlaknya. Dengan terlaksanya hak dan kewajiban, maka dengan
sendirinya akan mendukung terciptanya perbuatan akhlaki. Disinilah letak hubungan
fungsional antara hak dan kewajiban dengan akhlak.

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebebasan terjadi apabila kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak tidak
dibatasi oleh suatu paksaan dari atau keterikatan kepada orang lain. Kebebasan juga
mengandung kemampuan khusus manusiawi untuk bertindak, yaitu dengan menentukan
sendiri apa yang mau dibuat berhadapan dengan macam-macam unsur. Manusia bebas
berarti manusia yang dapat menentukan sendiri tindakannya.
Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan
yang disengaja maupun tidak disengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai
perwujudan kesadaran akan kewajibannya. Tanggung jawab bersifat kodrati, artinya
sudah menjadi bagian kehidupan manusia, bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan
tanggung jawab.
Hak adalah kesempatan yang diberikan kepada setiap individu untuk
mendapatkan, melakukan, serta memiliki sesuatu yang diinginkan oleh individu
tersebut. Sedangkan kewajiban ditempatkan sebagai salah satu hukum syara, yaitu suatu
perbuatan yang apabila dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan akan
mendapatkan dosa. Kewajiban disini berdasarkan kemanusiaan, karena hak yang
merupakan sebab timbulnya kewajiban.

B. Saran
Makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kami
memohon kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran mengenai makalah
yang kami buat, agar makalah kami selanjutnya dapat lebih baik lagi dan dapat menjadi
media pembelajaran dan bermanfaat bagi kita semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Ayubi, S. (2018). Kosep Kebenaran Dalam Persefektif Al-Qur'an. Jurnal Fikruh, Vol. 11,
No. 1, 72.
Amin, A. (1975). ETIKA (Ilmu Akhlak). Jakarta: Beirut Dar Al-Fikr, t.t.
Asiyah, N. (2017). Hak Asasi Manusia Persefektif Hukum Islam. Syariah Dan Hukum
Diktum, 61.
Asiyah, N. (Juni, 2012). Hak Asasi Manusia Persefektif Hukum Islam. Syariah Dan Hukum
Diktum, Vol.15, No.1, 61.
Elvina, S. N. (2022, September 18). Perlindungan Hak Untuk Melanjutkan Keturunan Dalam
Surrogate Mother. https://core.ac.uk/download/pdf/294926157.pdf.
Ma'mum, S. (2022, September 13). Makna Tanggung Jawab Dalam Isalam.
Mustofa, D. H. (2022). Akhlak Tasawuf. Bandung: Pustaka Setia.
Prof . Dr. H. Abuddin Nata, M. (April 2012). Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. (2018). Akhlak Tasawuf Dan Akhlak Mulia (Edisi Revisi).
Jakarta: Rajawali Pers.
Prof. Dr. H. Abuddin Nata, M. (April 2012). Akhlak Tasawuf. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Saputra, A. (2022, September 17). Hak Asasi Manusia Indonesia.
http://repository.uinbanten.ac.id/3477/5/BAB%20II.pdf.
Zubair, A. C. (1990). Kuliah Etika. Jakarta: Rajawali Pers.

12

Anda mungkin juga menyukai