Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FILSAFAT

ETIKA, KEBEBASAN, DAN TANGGUNGJAWAB KEBEBASAN


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Filsafat Dengan Dosen Pengampu : Yeni Rahmawati
ES, M.Pd.

Disusun Oleh :
Agus Wahyudi 22310012
Nayla Fitria Novindra 22310022
Hadi Muuhammad Marwan 22310018

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAN METRO
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat-NYA sehingga kami dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman
kegelapan jahiliyah menuju zaman terang benderang addinul islam.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada ibu Yeni Rahmawati ES,M.Pd,
selaku dosen pengampu mata kuliah Filsafat Matematika yang telah mengampu kami, kami
juga ingin mengucapkan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah membatu kami
menyelesaikan makalah ini.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam
pembuatan makalah kali ini masih banyak ditemukan kekurangan, oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.

Metro, 2 desember 2023

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut semua
urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai keinginan, baik individu
maupun kelompok namun tidak bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan
perundang-undanganyang berlaku.Ada dua kelompok ahli teologi yang mengungkapkan
tentang masalah kebebasan atau kemerdekaan menyalurkan kehendak.
Pertama kelompok yang berpendapat bahwa manusia memiliki kehendak bebas dan merdeka
untuk melakukan perbuatannya menurut kemauannya sendiri. Kedua kelompok yang
berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk melaksanakan perbuatannya.
Mereka dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan.(Prof. Dr Driyakara)
Tidak dapat dipungkiri bahwa pandangan seseorang terhadap kehidupan ini akan mewarnai
sikapnya dalam menghadapi tantangan kehidupan. Kehidupan adalah rahasia terbesar bagi
manusia yang akan selalu dibicarakan sepanjangmasa. Dorongan yang wajar akan timbul
dalam diri manusia, sebagai makhlukyang berakal budi. Untuk mencari jawaban tentang
kehadiran dan peranannyadimuka bumi ini.
Sedangkan kebahagiaan atau keberhasilan adalah tema sentralyang tidak akan pernah
terpisahkan.Manusia adalah makhluk yang mempunyai kemampuan dan kemerdekaan
untuk berperan dan mengubah faktor-faktor hidupnya sendiri.
Manusia dituntut tanggung jawab sepenuhnya atas perbuatan-perbuatannya yanglalu sebagai
faktor-faktor kehidupan yang lalu dan juga perbuatan-perbuatannya yang dilakukannya
sekarang sebagai faktor kehidupan sekarang. Manusia adalah arsitek sekaligus penanggung
jawab tunggal atas kehidupannya sendiri.
Kesadaran ini menuntut manusia untuk membawa dirinya dengan penuh ketekunan
dankeuletan dalam mencapai keberhasilan dan kebahagiaan.Kemampuan manusia adalah
akumulasi dari perjuangannya dalam menghadapi tantangan kehidupan. Pilihan
manusia satu-satunya adalah mempersiapkan dirinya dengan menumbuhkan sikap mental
dan perbuatan yangbenar untuk membangkitkan kemampuan dari dalam dirinya sendiri.
Sebenarnya tidak ada manusia yang tidak tahu apa itu kebebasan, karena kebebasan
merupakan kenyataan yang akrab dengan kita semua. Dalam hidupsetiap manusia
kebebasan adalah unsur hakiki. Kadang-kadang kebebasan Kebebasan lebih bermakna
positif dan ia ada sebagai konsekuensi dari adanya potensi manusia untuk dapat berpikir dan
berkehendak. Sudah menjadi kodrat manusia untuk menjadi makhluk yang memiliki
kebebasa, bebas untuk berpikir, berkehendak dan berbuat.Kebebasan adalah tidak dalam
keadaan diam, tetapi dapat melakukan apa saja yang dinginkan selama masih dalam norma-
norma atau peraturan-peraturan yang telah ada dalam kehidupan pribadi, keluarga ,
masyarakat, dan Negara.
Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang menyangkut semua
urusan mulai dari sekecil-kecilnya sampai sebesar-besarnya sesuai keinginan, baik individu
maupun kelompok namun tidak bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan
perundang-undangan yang berlaku.Ada dua kelompok ahli teologi yang mengungkapkan
tentang masalah kebebasan atau kemerdekaan menyalurkan kehendak.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah dapat ditarik suatu rumusan masalah antara lain
adalah sebagai berikut.
1). Apa pengertian kebebasan ?
2). Apa saja jenis-jenis kebebasan?
3). Apa pengertian dari tanggung jawab?
4). Apa jenis-jenis tanggung jawab?
5). Apa pengertian etika ?

3. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan paper ini antara lain adalah sebagai berikut.
1). Untuk mengetahui pengertian kebebasan
2). Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis kebebasan
3). Untuk mengetahui apa pengertian dari tanggung jawab
4). Untuk mengetahui Apa jenis-jenis tanggung jawab
5). Untuk mengetahui pengertian etika
BAB 2

PEMBAHASAN

1. ETIKA
a. Pengertian Etika

Pengertian Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti watak
kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan
moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “ Mos” dandalam bentuk jamaknya “
Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan melakukan
perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang buruk. Etika dan
moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan,
yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah
untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Menurut para ahli, etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam
pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkahlaku manusia yang
baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini:

A. Drs. O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku
menurut ukuran dan nilai yang baik.
B. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentangtingkah laku
perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauhyang dapat ditentukan
oleh akal.
C. Drs. H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai
dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.

b. Macam-macam Etika

a. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam
hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai
dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
b. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
2. KEBEBASAN
a. Pengertian kebebasan
Ada banyak pengertian ‘kebebasan’ dan pengertian yang paling sederhana dan klasik adalah
‘tidak adanya larangan.’ Meskipun demikian, konsep dasar ‘kebebasan’ juga harus
memperhatikan ‘tidak adanya intervensi’ dari kebebasan yang telah dilakukan tersebut
terhadap kebebasan orang lain. Jadi ada dua kebebasan yang seimbang, yakni bebas untuk
melakukan dan bebas untuk tidak diintervensi oleh tindakan tersebut
Isaiah Berlin membedakaan ‘kebebasan’ dalam dua bentuk, yaitu kebebasan dalam bentuk
yang positif dan kebebasan dalam bentuk yang negatif. Kebebasan dalam bentuk yang positif
artinya ‘apa atau siapa’ yang bertindak sebagai sumber hukum, yang bisa menentukan
seseorang untuk menjadi, melakukan atau mendapatkan sesuatu ‘kebebasan.’ Sedangkan
kebebasan dalam bentuknya yang negatif bersinggungan dengan ruang lingkup dimana
seseorang harus dihormati atau dilindungi untuk menjadi atau melakukan sesuatu seperti
yang dikehendakinya tanpa ada paksaan atau larangan dari pihak lain.
Sedangkan kebebasan dalam bentuknya yang negatif terdiri dari unsur ‘bebas untuk’
melakukan semua hal yang bisa membuat seseorang menjadi ‘manusia yang bebas.’ Hukum,
moralitas atau nilai-nilai sosial yang mengatur tentang dilarangnya semua jenis intervensi
mengandung unsur kebebasan negatif. Aturan-aturan tersebut melindungi hak seseorang
untuk bebas dari semua bentuk intervensi yang dapat mengganggu kebebasannya. Misalnya,
aturan hukum yang melarang intervensi negara yang bisa mengganggu kebebasan individu-
individu didalam jurisdiksinya. Berdasarkan konsep kebebasan negatif ini, kebebasan setiap
individu untuk menjadi atau melakukan apa yang mereka inginkan harus dilindungi dan
dijamin oleh negara. Beberapa cara yang bisa dilakukan adalah untuk menjamin hak tersebut
adalah melalui perundang-undangan. Selain itu, perlindungan hukum tersebut harus
dibuktikan dengan tindakan nyata pemerintah berupa kebijakan-kebijakan negara yang
ditujukan untuk menegakan hukum.

b. Jenis-jenis kebebasan

1) Kebebasan untuk diterima orang lain (sosial),artinya Kebebasan yang tidak menghina dan
melampui kebebasan orang lain. Tidak mengambil hak orang lain dan juga kebebasan yang
bertanggung jawab bukan kebebasan yang seenaknya tanpa aturan.

2) Kebebasan untuk menentukan diri kita sendiri (eksistensial),artinya kebebasan seseorang


untuk menentukan kegiatan dan perilaku seseorang dan ambil keputusan dan mengintropeksi
diri sendiri untuk menjadi lebih baik dari sebelum

3) KEBEBASAN fisik makhluk-makhluk yang berjuang secara sadar (manusia dan binatang)
dan bahkan tumbuh-tumbuhan , meskipun dalam derajat yang lebih rendah menikmati
kebebasan fisik sejauh rintangan-rintangan eksternal yang bersifat fisik atau material tidak
menghalangi makhluk-makhluk tersebut.
4) Kebebasan Moral, dalam arti luas : Tercapai karena kemampuan untuk menentukan sendiri
sesuatu tanpa di hambat oleh sebab luar misalnya (ancaman-ancaman) yang bertindak secara
batin (interior) pada pikiran (dengan jalan imajinasi)

Dalam arti sempit : Tercapai karena kemampuan untuk memutuskan sendiri sesuatu tanpa
berpapasan dengan kewajiban yang bertentangan ( misalnya pergi ke bioskop)

5) Kebebasan Psikologis, tidak mengecualikan tetapi sesungguhnya mengandaikan


pembatasan pembatasan psikis dan kewajiban-kewajiban moral.Kebebasan ini tercapai
karena kemampuan menentukan sendiri sesuatu tanpa tekanan-tekanan psikis mana pun, yang
mendahului keputusan yang akan memaksa secara jelas kehendak dalam satu jurusan yang
sudah di tentukan. Deengan kata lain, Kebebasan Psikologis tercapai karena kemampuan
“untuk memilih sebagaimana seseoang inginkan” tanpa keunggulan tertentu dari yang
batinlah atas lahiriah, yang tidak ada dalam dunia inorganis, seseorang tidak pantas menyebut
“bebasan”

6) Kebebasan yang dapat dimengerti, tercapai karena fakta bahwa kehendak, yang tidak
tergantung pada semua pengaruh dorongan indera, ditentukan oleh akal budi murni
belaka.Sejauh ditentukan oleh akalbudi murni sendiri, kehendak menaati imperatif kategoris
dan karenanya secara niscaya merupakan kehendak moral. Dalam dunia yang tampak
kehendak mampu menjadi efektif (Inilah satus-atunya postulat akalbudi praktis) karena
kausalitasnya yang dapat dimengerti seakan-akan berdiri didalam hubungan diagonal dengan
serangkaian penampakan kausal yang niscaya. Kant gagal melihat bahwa akalbudi yang
seimbang,meskipun selalu condong kepada nilai-nilai moral. Tidak secara niscaya
menentukan bahwa nilai-nilai moral ini akan direalisir dengan satu cara. Dia tidak berhasil
melihat bahwa nilai objektif keinginan-keinginan sensual tidak meniscayakan
akalbudi.Kecocokan (compatibility) kausalitas intelijibel dan empiris hanya mungkin bila
kausalitas empiris tidak niscaya secara mutlak.

7) Kebebasan Eksistensial, kebebasan yang menyeluruh yang menyangkut seluruh pribadi


manusia dan tidak terbatas pada salah satu aspek saja. Kebebasan ekstensial adalah
kebebasan tertinggi. Kebebasan ekstensial adalah konteks etis. Kebebasan ini terutama
merupakan suatu ideal atau cita-cita yang bisa memberi arah dan makna kepada kehidupan
manusia.

Orang yang bebas secara eksistensial seolah-olah “memiliki dirinya sendiri.” Ia mencapai
taraf otonomi, kedewasaan, otentisitas dan kematangan rohani. Ia lepas dari segala alienasi
atau keterasingan, yakni keadaan di mana manusia terasing dari dirinya dan justru tidak
“memiliki” dirinya sendiri. Kebebasan ini selalu patut dikejar, tapi jarang akan terealisasi
sepenuhnya.

8) Kebebasan Yuridis, kebebasan ini berkaitan dengan hukum dan harus dijamin oleh hukum.
Kebebasan yuridis merupakan sebuah aspek dari hak-hak manusia. Sebagaimana tercantum
pada Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia (HAM), yang dideklarasikan oleh
PBB tahun 1948.
Kebebasan dalam artian ini adalah syarat-syarat fisis dan sosial yang perlu dipenuhi agar kita
dapat menjalankan kebebasan kita secara konkret. Kebebasan yuridis menandai situasi kita
sebagai manusia. Kebebasan ini mengandalkan peran negara, yang membuat undang-undang
yang cocok untuk keadaan konkret.

9) Kebebasan Sosial Politik, dalam perspektif etika, kebebasan juga bisa dibagi antara
kebebasan sosial-politik dan kebebasan individual. Subyek kebebasan sosial-politik –yakni,
yang disebut bebas di sini—adalah suatu bangsa atau rakyat. Kebebasan sosial-politik
sebagian besarnya merupakan produk perkembangan sejarah, atau persisnya produk
perjuangan sepanjang Sejarah

3. TANGGUNG JAWAB
a. Pengertian tanggung jawab

Tanggung jawab menurut kamus umum Bahasa Indonesia adalah, keadaan wajib
menanggung segala sesuatunya. Sehingga bertanggung jawab menurut kamus Bahasa
Indonesia adalah berkewajiban menanggung, memikul jawab,mananggung segala sesuatunya,
atau memberikan jawab dan menanggung akibatnya.

Tanggung jawab adalah kesadaran manusia akan tingkah laku atau perbuatan yang disengaja
maupun yang tidak di sengaja. Tanggung jawab juga berarti berbuat sebagai perwujudan
kesadaran akan kewajibannya.

Tanggung jawab itu bersifat kodrati, artinya sudah menjadi bagian kehidupan manusia,
bahwa setiap manusia pasti dibebani dengan tanggung jawab. Apabila ia tidak mau
bertanggung jawab, maka ada pihak lain yang memaksakan tanggung jawab itu. Dengan
demikian tanggung jawab itu dapat dilihat dari dua sisi, yaitu dari sisi pihak yang berbuat dan
dari sisi kepentingan pihak lain.

Tanggung jawab adalah ciri manusia beradab (berbudaya). Manusia merasa bertanggung
jawab karena ia menyadari akibat baik atau buruk perbuatannya itu, dan menyadari pula
bahwa pihak lain memerlukan mengabdian atau pengorbanannya. Untuk memperoleh atau
meningkatkan kesadaran bertanggung jawab perlu ditempuh usaha melalui pendidikan,
penyuluhan, keteladanan, dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

b. Jenis-jenis tanggung jawab.

Tanggung jawab itu dapat dibedakan menurut keadaan manusia atau hubungan yang
dibuatnya, atas dasar ini, lalu dikenal beberapa jenis tanggung jawab, yaitu :

1). Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri menuntut kesadaran setiapp orang untuk memenuhi
kewajibannya sendiri dalam mengembangkan kepribadian sebagai manusia pribadi. Dengan
demikian bisa memecahkan masalah-masalah kemanusian mengenai dirinya sendiri.
Contohnya: Rudi membaca sambil berjalan. Meskipun sebentar-bentar ia melihat ke jalan
tetap juga ia lengah dan terperosok ke sebuah lubang. Ia harus beristirahat diruma beberapa
hari. Konsekuensi tinggal dirumah beberapa hari merupakan tanggung jawab ia sendiri akan
kelengahannya.

2). Tanggung Jawab kepada Keluarga

Keluarga merupakan masyarakat kecil. Keluarga terdiri dari suami-istri, ayah-ibu dan anak-
anak, dan juga orang lain yang menjadi anggota keluarga. Tiap anggota keluarga wajib
bertanggung jawab kepada keluarganya. Tanggung jawab ini menyangkut nama baik
keluarga. Tetapi tanggung jawab juga merupakan kesejahteraan, keselamatan, pendidikan,
dan kehidupan. Contohnya: Dalam sebuah keluarga biasanya memiliki peraturan-peraturan
sendiri yang bersifat mendidik, suatu hal peraturan tersebut dilanggar oleh salah satu anggota
keluarga. Sebagai kepala keluarga (Ayah) berhak menegur atau bahkan memberi hukuman.
Hukuman tersebut merupakan tanggung jawab terhadap perbuatannya.

3). Tanggung Jawab terhadap Masyarakat

Pada hakekatnya manusia tidak bisa hidup tanpa bantuan manusia lain, sesuai dengan
kedudukannya sebagai makhluk sosial. Karena membutuhkan manusia lain maka ia harus
berkomunikasi denhan manusia lain tersebut. Sehingga dengan demikian manusia di sini
merupakan anggota masyarakat yang tentunya mempunyai tanggung jawab tersebut.
Wajarlah apabila segala tingkah laku dan perbuatannya harus dipertanggung jawabkan
kepada masyarakat. Contohnya: Safi’i terlalu congkak dan sombong, ia mengejek dan
menghina orang lain yang mungkin lebih sederhana dari pada dia. Karena ia termasuk dalam
orang yang keya dikampungnya. Ia harus bertanggung jawab atas kelakuannya tersebut.
Sebagai konsekuensi dari kelakuannya tersebut, Safi’i dijauhi oleh masyarakat sekitar.

4). Tanggung Jawab Terhadap Bangsa dan Negara

Suatu kenyataan lagi, bahwa setiiap manusia, tiap individu adalah warga negara suatu negara.
Dalam berfikir, berbuat, bertindak, bertinggah laku manusia terikat oleh norma-norma atau
ukuran-ukuran yang dibuat oleh negara. Manusia tidak dapat berbuat semaunya sendiri. Bila
perbuatan manusia itu salah, maka ia harus bertanggung jawab kepada negara. Contohnya:
Dalam novel “Jalan Tak Ada Ujung” karya Muchtar Lubis, Guru Isa yang terkenal sebagai
guru yang baik, terpaksa mencuri barang-barang milik sekolah demi rumah tangganya.
Perbuatan guru Isa ini harus pula dipertanggungjawabkan kepada pemerintah, kali perbuatan
itu diketahui ia harus berurusan dengan pihak kepolisian dan pengadilan.

4. Hubungan tanggung jawab dan kebebasan


Tanggung jawab secara sempit yaitu suatu usaha seseorang yang diamanahkan, harus
dilakukan. Tanggung jawab merupakan amanah. Secara luas tanggung jawab diartikan
sebagai usaha manusia untuk melakukan amanah secara cermat, teliti, memikirkan akibat
baik dan buruknya, untung rugi dan segala hal yang berhubungan dengan hal tersebut secara
transparan menyebabkan orang percaya dan yakin, sehingga perbuatan tersebut mendapat
imbalan baik maupun pujian dari orang lain.
Tanggung jawab berkaitan dengan “penyebab”. Yang bertanggung jawab hanya yang
menyebabkan atau yang melakukan tindakan. Tidak ada tanggungjawab tanpa kebebasan dan
sebaliknya. Bertanggung jawab berarti dapat menjawab, bila ditanyai tentang perbuatan-
perbuatan yang dilakukan. Orang yang bertanggung jawab dapat diminta penjelasan tentang
tingkah lakunya dan bukan saja ia bisa menjawab tetapi juga harus menjawab.

Tanggung jawab berarti bahwa orang tidak boleh mengelak bila diminta penjelasan tentang
tingkah laku atau perbuatannya. Dalam tanggung jawab terkandung pengertian penyebab.
Orang bertanggung jawab atas sesuatu yang disebabkan olehnya. Orang yang tidak menjadi
penyebab suatu akibat maka dia tidak harus bertanggung jawab juga. Tanggung jawab bisa
berarti langsung atau tidak langsung.

Kebebasan mengandaikan tanggung jawab. Tanpa tanggung jawab,kebebasan menjadi lepas


kendali, dimana kebebasan dilahirkan dan tanggung jawab di tuntut. Kebebasan membuat
orang bertanggung jawab terhadap tindakan sejauh tindakan itu dikehendaki, bahwa
walaupun kesalahan dan tanggung jawab dari suatu tindkan dapat berkurang atau kadang-
kadang karena ketidaktahuan, kelalaian, paksaan dengan kekerasan, ketakuatan, kelekatan
yang tidak teratur, atau kebiasaan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari pembahasan dalam makalah ini dapat disimpulkan bahwa manusia dikatakan bebas
apabila ia terikat pada aturan-aturan. Apabila ia tidak mengakui hal itu maka ia tetap tidak
bebas, karena dikuasai kecendrungan dan senantiasa dipengaruhi dan terikat pada hukum
yang lebih tinggi dan tidak sempurna.

Tidak memaksa manusia, sebaliknya, aturan memberikan kebebasan kepadanya. Manusia


bebas untuk menerima atau tidak menerima aturan tersebut. Meskipun demikian, kebebasan
merupakan kenyataan yang begitu pentingnya, sehingga tegak runtuhnya kesusilaan
tergantung pada pengakuan atau pengingkaran atas kebebasan dan tanggung jawab.

Sejalan dengan itu kerukunan umat bragama yaitu hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi dengan toleransi, saling pengertian, saling menghormati, saling menghargai dalam
kesetaraan pengamalan ajaran agamanya dan kerja sama dalam kehidupan masyarakat dan
bernegara.

Kendala-kendala yang dihadapi dalam mencapai kerukunan umat beragama di Indonesia ada
beberapa sebab, antara lain; rendahnya sikap toleransi, kepentingan politik dan sikap
fanatisme.

Adapun solusi untuk menghadapinya, adalah dengan melakukan dialog antar pemeluk agama
dan menanamkan sikap optimis terhadap tujuan untuk mencapai kerukunan antar umat
beragama dan pastinya mempertanggung jawabkan kebinekaan yang di warisi para leluruh
untuk pemersatu bangsa.

3.2 Saran

Sebagai makhluk yang berakal budi dan dianugerahi Tuhan dengan kemampuan yang luar
biasa hendaknya manusia dapat memanfaatkan kebebasan yang diberikan Tuhan kepadanya
dengan sebaik-baiknya untuk keselamatan manusia itu sendiri dan juga makhluk hidup
lainnya karena pada suatu hari nanti setiap manusia akan diminta pertanggung jawabannya
dihadapan Tuhan
Daftar Pustaka

Pratama,Rama. 2018. KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB .


https://blog.isi-dps.ac.id/ramapratama/kebebasan-dan-tanggung-jawab . ( 2 desember 2023 )

Ratnasari,Mitra yuni. 2012. MAKALAH


ETIKA .https://www.academia.edu/5690888/MAKALAH_Etika . ( 2 desember 2023)

Anda mungkin juga menyukai