Penulis:
(2105030002)
.
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB
2021
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................ 1
A. PENDAHULUAN........................................................ 1
B. PENGERTIAN KEBEBASAN...................................... 2
C. TANGGUNG JAWAB.................................................. 4
D. HATI NURANI............................................................ 6
E. HUBUNGAN KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB, DAN
HATI NURANI............................................................ 9
F. KESIMPULAN............................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................. 12
KATA PENGANTAR
A. Pendahuluan
Didalam ajaran Islam akhlak memiliki karakter yang khusus. Islam
bukanlah agama yang takhayul yang mengajarkan penganutnya untuk
mengisolasi diri dari masyarakat umum. Islam juga bukanlah agama yang
mengatur masalah ritual belaka. Namun, Islam adalah agama yang
mengajarkan kepada para penganutnya untuk bermasyarakat secara Islami
sehingga nilai-nilai ditegakkan untuk mengaturnya. Akhlak dalam Islam
menyangkut seluruh sisi kehidupan muslim, dengan sesama manusia,
akhlak dalam kegiatan mengelola alam, akhlak dalam berhubungan dengan
binatang, akhlak dalam dalam kegiatan berekonomi, dalam kegiatan
berpolitik, dan dalam kehidupan beragama.
Setiap manusia terlahir kemuka bumi dengan kebebasannya, namun
ia hanya boleh menggunakan kebebasannya itu sepanjang tidak melanggar
norma-norma dan peraturan-peraturan dalam ajaran agama. Juga harus
tetap mengunjung akhlak mulia dalam menggunakan kebebasan dirinya
itu. Perlu diketahui bahwa dasar dari keimanan itu adalah akhlak mulia.
Akhlak mulia hanya tumbuh diatas akidah Islam yang mantap. Akhlak
memiliki dasar yang berkaitan erat dengan keimanan dan ketakwaan. Iman
yang kuat melahirkan akhlak yang mulia.
1
B. Pengertian Kebebasan
Diantara masalah yang menjadi bahan perdebatan sengit dari sejak
dahulu hingga sekarang adalah masalah kebebasan atau kemerdekaan
menyalurkan kehendak dan kemauan. Yakni adakah kehendak kita
merdeka dalam memilih perbuatan yang kita buat? Adakah orang itu dapat
memilih diantara berbuat atau tidak, dan dapatkah ia berbentuk
perbuatannya menurut kemauannya? Adakah kita merdeka dalam
mengikuti apa yang diperintah etika, atau kita dapat mengikuti dan dapat
menolak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dikalangan ahli teologi terbagi
kepada dua kelompok. Pertama kelompok yang berpendapat bahwa
manusia memiliki kehendak bebas dan merdeka untuk melakukan
perbuatannya menurut kemauannya sendiri. Kedua kelompok yang
berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk
melaksanakan perbuatannya. Mereka dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan.
Jika manusia makan, minum, berjalan, bekerja dan seterusnya, pada
hakikatnya mengikuti Tuhan.
Kebebasan adalah tidak dalam keadaan diam, tetapi dapat
melakukan apa saja yang diinginkan selama masih dalam norma-norma
atau peraturan-peraturan yang ada dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat dan Negara. Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang menyangkut semua urusan mulai dari sekecil-kecilnya
sampai sebesar-besarnyasesuai keinginan, baik individu maupun kelompok
namun tidak bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan
perundang-undanganyang berlaku. Ada orang yang salah mengartikan
tentang kebebasan, sehinnga mereka bisa berbuat sekehendak hati tanpa
mengindahkan norma-norma yang ada. Bahkan tidak jarang tingkah laku
mereka itu mengganggu ketertiban umum dan merampas hak orang lain.
Islam mengajarkan kebebasan yang bertanggung jawab dan
meperhatikan norma-norma yang berlaku.
2
Dengan kata lain, setiap orang memiliki kebebasan, ia bebas
melakukan apa saja yang ia kehendaki sehingga ia bisa mempertanggung
jawabkan dan tidak melanggar norma-norma yang ada.
Norma adalah peraturan berupa perintah dan larangan yang
mengatur pergaulan dan kehidupan manusia. Norma ada empat jenis yaitu
sebagai berikut:
1. Norma agama, yaitu peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-
perintah, larangan-larangan, dan anjuran-anjuran yang diyakini oleh
pemeluknya berasala dari Tuhan.
2. Norma kesusilaan, peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati
sanubari manusia. Peraturan hidup itu berupa bisikan kalbu atau suara
batin yang diinsafi oleh setiap orang sebagai pedoman hidup.
3. Norma kesopanan, yaitu peraturan yang hidup dan timbul dari pergaulan
segolong manusia, diikuti dan ditaati sebagai pedoman manusia yang
mengatur tingkah laku manusia terhadap manusia lain.
4. Norma hukum, yaitu peraturan yang dibuat oleh penguasa Negara,
mengikat setiap orang dipaksakan oleh alat Negara.
Kebebasan dapat juga diartikan sebagai kemerdekaan seorang tanpa ada
kekangan dari pihak manapun yang menghalangi seorang untuk
melakukan suatu perbuatan. Ada faktor ekstral yang dapat menghilangkan
kebebasan. Faktor tersebut dari pihak asing yang menjajah dan merampas
kebebasan dan paksa. Contohnya:
1. Kerja paksa yang banyak diperlakukan pada Zaman penjajahan seperti
romusa dan kerja rodi.
2. Amerika serikat yang mengekang kebebasan Negara-negara lain karena ia
memiliki kekuatan dalam ekonomi.
3. Tenaga-tenaga wanita yang sudah hampir disamakan dengan budak.
4. Di Perancis kebebasan wanita muslim dirampas, tidak dibenarkan memakai
jilbab.
3
Untuk mendapatkan kebebasan, diperlukan pengorbanan yang tidak
sedikit, misalnya:
1. Untuk bisa bebas dan lepas dari penjajahan dan hidup merdeka, harus
berkorban harta, tenaga, pikiran, nyawa untuk melawan penjajah.
2. Untuk bisa memakai jilbab disekolah umum, para siswi telah berjuang
sampai kepengadilan.
3. Pada Zaman orde baru untuk mengemukaakan pendapat yang benar,
nyawa bisa menjadi taruhannya, walaupun kebebasan mengemukakakan
pendapat telah diatur pasal 28 UUD 1945.
Kebebasan diikat oleh peraturan dan norma yang berlaku kebebasan
mengandung pengertian bahwa yang bebas dibenarkan secara hukum
syara’ sepanjang tidak merugikan orang lain, tidak bertentangan dengan
adat istiadat dan norma yang berlaku.
5
Pertanggungjawaban manusia tertuju kepada segala perbuatan,
tindakan sikap hidup sebagai pribadi, anggota keluarga, rumah tangga
masyarakat, atau Negara. Manusia memiliki tanggung jawab terhadap
tuhan dan sesama manusia meliputi sebagai ospek kehidupan.
Tanggung jawab adalah mempertahankan keadilan, keamanan, dan
kemakmuran. Contohnya ialah seorang suami bertanggung jawab kepada
istri dan keluarganya. Setiap pemimpin bertanggung jawab atas tugas yang
dipimpinnya. Contoh yang lain adalah, Abu Bakar, Umar Bin Khattab,
Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Mereka sanggup memikul
tanggung jawab yang tidaklah ringan itu sepenuh dan setulus hati hingga
terealisasi dalam tindakan mereka.
Para kahlifah ini selalu memperhatikan fakir miskin, orang-orang
sakit. Orang tua yang pikun, para pejuang Islam, silemah dan orang-orang
yang kesusahan. Yang diajarkan Nabi Muhammad sebagai teladan umat
Islam agar terus bertanggung jawab.
9
Dengan demikian, masalah kebebasan, tanggung jawab dan hati
nurani adalah merupakan faktor dominan yang menentukan suatu
perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan akhlaki.
Disinilah letak hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung
jawab dan hati nurani dengan akhlak. Karenanya dalam membahas akhlak
seseorang tidak dapat meninggalkan pembahasan mengenai kebebasan,
tanggung jawab dan hati nurani.
Suatu perbuatan baru dikatakan perbuatan yang akhlaki apabila
perbuatan tersebut dilakukan atas kesadaran sendiri dengan tulus ikhlas,
bukan paksaan ataupun dibuat-buat. Dengan demikian perbuatan yang
berakhlak itu adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja dan bebas.
Inilah hubungan antara akhlak dengan kebebsan. Selanjutnya perbuatan
akhlak dilakukan atas kesadaran diri sendiri tanpa adanya paksaan.
Perbuatan yang demikian dapat dimintai pertangung jawaban dari orang
yang melakukannya. Disini letak hubungan antara tanggung jawab dengan
akhlak.
Perbuatan akhlaki haruslah muncul dari dalam lubuk hati sehingga
keikhlasan hatilah yang dapat melakukannya sehingga dapat
dipertanggung jawabkan kepada hati sanubari. Maka hubungan akhlak dan
kata hati/ hati nurani muncul. Dengan demikian masalah kebebasan,
tanggung jawab dan hati nurani merupakan faktor penting dalam
menentukan suatu perbuatan dikatakan akhlaki.
F. Kesimpulan
Sekalipun manusia dalam perkembangan selanjutnya menjadi
berbagai bangsa, memiliki berbagai bahasa, mempunyai warna berbeda,
dan agama berlainan, mereka pada hakiktnya berasal dari sumber yang
satu. Musli adalah bersaudara mempunyai kedudukan yang sama.
kalaupun ada perbedaan diantara itu adalah ketakwaan, perbuatan
baiknya, tinggi rendah moralnya dan bagaimana ia mnggunakan hati
nuraninya.
10
Karena manusia adalah bersaudara yang saling mengasihi, sama
derajatnya, tidak boleh diperbudak oleh manusia. Manusia dalam Islam
adalah bebas. Bebas dalam kemauan dan perbuatan, bebas dari paksaan
orang lain dan bebas dari pemilikan orang lain, bebas dari eksploitas orang
lain dan bebas dari pemilikan orang lain. Manusia dalam Islam hanyalalah
milik Allah, hamba Allah dan tidak boleh menjadi hamba selainnya. Sejalan
dengan ajaran kebebasan, dalam Islam terdapat ajaran tidak ada paksaan
dalam agama. Dari ajaran dasar persamaan , persaudaraan, dan
kebebasan,akan timbul hak dan kewajiban.
Di dalam ajaran Islam, individu tidak berada diatas masyarakat dan
masyarakat tidak pula boleh merugikan individu. Kepentingan keduanya
harus seimbang. Kepentingan individi tidak boleh diabaikan tetapi
kepentingan masyarakat tidak pila boleh kepentingan individu.
Kebebasan mempunyai batas. Kebebasan megeluarkan pendapat
tidak boleh melanggar kepentingan umum. Kebebasan mengumpulkan
harta tidak boleh merugikan masyarakat. Kebebasan mengelola tidak boleh
membawa kerusakan.
Begitu pula dengan hak dan kewajiban, kelihatannya terdapat
perbedaan besar antara kebebasan dengan yang hak yang berkembang.
Hak dapat timbul karena adanya kewajiban, begitu pila kewajiban. Sesuatu
yang menjadi kewajiban seseorang menjadi hak bagi orang lain. Sesatu
yang menjadi hak bagi orang lain merupakan kewajiban bagi seseorang.
Pada hakikatnya, hak iu hanyalah milik Allah, manusia sebagai
makhluk Allah hanyalah berkewajiban melaksanakan perintah. Antara hak
dan kewajiban terdapat beberapa perbedaan. Manusi sebagai makhluk
social bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya, baik di dunia
maupun di akhirat. Sebagai seorang muslim perbuatan yang tidak dapat
dicegah dengan mendalami ilmu pengetahuan keagamaan dan
mengamalkannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mohammad Daud, Islam Untuk Disiplin Hukum, Sosial dan Politik, Jakarta:
Dirbinpetra Islam Depag RI, 1986
12