Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah “AKHLAK”


yang diampu oleh ibu Umi Hani, S, Ag, M. Pd

Penulis:

MUHAMMAD RIZKY REYNALDI

(2105030002)

.
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS STUDI ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM KALIMANTAN MAB
2021
DAFTAR ISI

Kata Pengantar................................................................ 1

A. PENDAHULUAN........................................................ 1
B. PENGERTIAN KEBEBASAN...................................... 2
C. TANGGUNG JAWAB.................................................. 4
D. HATI NURANI............................................................ 6
E. HUBUNGAN KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB, DAN
HATI NURANI............................................................ 9
F. KESIMPULAN............................................................ 10

DAFTAR PUSTAKA............................................................. 12
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya


sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah
berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun
materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah


pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih
jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan
sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan
pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

A.   Pendahuluan
Didalam ajaran Islam akhlak memiliki karakter yang khusus. Islam
bukanlah agama yang takhayul yang mengajarkan penganutnya untuk
mengisolasi diri dari masyarakat umum. Islam juga bukanlah agama yang
mengatur masalah ritual belaka. Namun, Islam adalah agama yang
mengajarkan kepada para penganutnya untuk bermasyarakat secara Islami
sehingga nilai-nilai ditegakkan untuk mengaturnya. Akhlak dalam Islam
menyangkut seluruh sisi kehidupan muslim, dengan sesama manusia,
akhlak dalam kegiatan mengelola alam, akhlak dalam berhubungan dengan
binatang, akhlak dalam dalam kegiatan berekonomi, dalam kegiatan
berpolitik, dan dalam kehidupan beragama.
Setiap manusia terlahir kemuka bumi dengan kebebasannya, namun
ia hanya boleh menggunakan kebebasannya itu sepanjang tidak melanggar
norma-norma dan peraturan-peraturan dalam ajaran agama. Juga harus
tetap mengunjung akhlak mulia dalam menggunakan kebebasan dirinya
itu. Perlu diketahui bahwa dasar dari keimanan itu adalah akhlak mulia.
Akhlak mulia hanya tumbuh diatas akidah Islam yang mantap. Akhlak
memiliki dasar yang berkaitan erat dengan keimanan dan ketakwaan. Iman
yang kuat melahirkan akhlak yang mulia.
1
B.   Pengertian Kebebasan
Diantara masalah yang menjadi bahan perdebatan sengit dari sejak
dahulu hingga sekarang adalah masalah kebebasan atau kemerdekaan
menyalurkan kehendak dan kemauan. Yakni adakah kehendak kita
merdeka dalam memilih perbuatan yang kita buat? Adakah orang itu dapat
memilih diantara berbuat atau tidak, dan dapatkah ia berbentuk
perbuatannya menurut kemauannya? Adakah kita merdeka dalam
mengikuti apa yang diperintah etika, atau kita dapat mengikuti dan dapat
menolak?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut dikalangan ahli teologi terbagi
kepada dua kelompok. Pertama kelompok yang berpendapat bahwa
manusia memiliki kehendak bebas dan merdeka untuk melakukan
perbuatannya menurut kemauannya sendiri. Kedua kelompok yang
berpendapat bahwa manusia tidak memiliki kebebasan untuk
melaksanakan perbuatannya. Mereka dibatasi dan ditentukan oleh Tuhan.
Jika manusia makan, minum, berjalan, bekerja dan seterusnya, pada
hakikatnya mengikuti Tuhan.
Kebebasan adalah tidak dalam keadaan diam, tetapi dapat
melakukan apa saja yang diinginkan selama masih dalam norma-norma
atau peraturan-peraturan yang ada dalam kehidupan pribadi, keluarga,
masyarakat dan Negara. Dalam arti luas kebebasan dapat diartikan sebagai
suatu kegiatan yang menyangkut semua urusan mulai dari sekecil-kecilnya
sampai sebesar-besarnyasesuai keinginan, baik individu maupun kelompok
namun tidak bertentangan dengan norma-norma, aturan-aturan, dan
perundang-undanganyang berlaku. Ada orang yang salah mengartikan
tentang kebebasan, sehinnga mereka bisa berbuat sekehendak hati tanpa
mengindahkan norma-norma yang ada. Bahkan tidak jarang tingkah laku
mereka itu mengganggu ketertiban umum dan merampas hak orang lain.
Islam mengajarkan kebebasan yang bertanggung jawab dan
meperhatikan norma-norma yang berlaku.
2
Dengan kata lain, setiap orang memiliki kebebasan, ia bebas
melakukan apa saja yang ia kehendaki sehingga ia bisa mempertanggung
jawabkan dan tidak melanggar norma-norma yang ada.
Norma adalah peraturan berupa perintah dan larangan yang
mengatur pergaulan dan kehidupan manusia. Norma ada empat jenis yaitu
sebagai berikut:
1.   Norma agama, yaitu peraturan hidup yang diterima sebagai perintah-
perintah, larangan-larangan, dan anjuran-anjuran yang diyakini oleh
pemeluknya berasala dari Tuhan.
2.   Norma kesusilaan, peraturan hidup yang dianggap sebagai suara hati
sanubari manusia. Peraturan hidup itu berupa bisikan kalbu atau suara
batin yang diinsafi oleh setiap orang sebagai pedoman hidup.
3.   Norma kesopanan, yaitu peraturan yang hidup dan timbul dari pergaulan
segolong manusia, diikuti dan ditaati sebagai pedoman manusia yang
mengatur tingkah laku manusia terhadap manusia lain.
4.   Norma hukum, yaitu peraturan yang dibuat oleh penguasa Negara,
mengikat setiap orang dipaksakan oleh alat Negara.
Kebebasan dapat juga diartikan sebagai kemerdekaan seorang tanpa ada
kekangan dari pihak manapun yang menghalangi seorang untuk
melakukan suatu perbuatan. Ada faktor ekstral yang dapat menghilangkan
kebebasan. Faktor tersebut dari pihak asing yang menjajah dan merampas
kebebasan dan paksa. Contohnya:
1.   Kerja paksa yang banyak diperlakukan pada Zaman penjajahan seperti
romusa dan kerja rodi.
2.   Amerika serikat yang mengekang kebebasan Negara-negara lain karena ia
memiliki kekuatan dalam ekonomi.
3.   Tenaga-tenaga wanita yang sudah hampir disamakan dengan budak.
4.   Di Perancis kebebasan wanita muslim dirampas, tidak dibenarkan memakai
jilbab.

3
Untuk mendapatkan kebebasan, diperlukan pengorbanan yang tidak
sedikit, misalnya:
1. Untuk bisa bebas dan lepas dari penjajahan dan hidup merdeka, harus
berkorban harta, tenaga, pikiran, nyawa untuk melawan penjajah.
2.   Untuk bisa memakai jilbab disekolah umum, para siswi telah berjuang
sampai kepengadilan.
3.   Pada Zaman orde baru untuk mengemukaakan pendapat yang benar,
nyawa bisa menjadi taruhannya, walaupun kebebasan mengemukakakan
pendapat telah diatur pasal 28 UUD 1945.
Kebebasan diikat oleh peraturan dan norma yang berlaku kebebasan
mengandung pengertian bahwa yang bebas dibenarkan secara hukum
syara’ sepanjang tidak merugikan orang lain, tidak bertentangan dengan
adat istiadat dan norma yang berlaku.

C.  Tanggung Jawab


Selanjutnya kebebasan sebagaimana disebut di atas itu ditantang jika
berhadapan dengan kewajiban moral, sikap moral yang dewasa ialah sikap
bertanggung jawab tanda ada kebebasan. Di sinilah letak hubungan
kebebsan dan tanggung jawab.
Dalam rangka tanggung jawab ini kebebasan mengandung arti
kemampuan untuk menentukan dirinya sendiri, kemampuan untuk
bertanggung jawab, kedewasaan manusia, dan keseluruhan kondisi yang
memungkinkan manusia melakukan tujuan hidupnya. Tingkah laku yang
didasarkan pada sikap, sistem nilai dan pola pikir berarti tingkah laku
berdasarkan kesadaran, bukan instingtif, melainkan terdapat makna
kebebasan manusia yang merupakan objek material etika.
Sejalan dengan adanya kebebasan atau kesengajaan, orang harus
bertanggung jawab terhadap tindakannya yang disengaja. Berarti ia harus
dapat mengatakan dengan jujur kepada kata hatinya, bahwa tindakannya
sesuai dengan penerangan dan tuntutan kata hati itu.
Dengan demikian tanggung jawab dalam kerangka akhlak adalah
keyakinan bahwa tindakannya itu baik.
4
Sesuai dengan ungkapan Negara Republik Indonesia, yaitu kalau
dikatakan bahwa orang yang melakukan kekacauan sebagai orang yang
tidak bertanggung jawab, maka yang dimaksud ialah bahwa perbuatan
yang dilakukan orang tersebut secara moral tidak dapat
dipertanggungjawabkan. Mengingat perbuatan tersebut tidak dapat
diterima masyarakat. Orang yang melakukan perbuatan tapi dalam
keadaan tidur atau sedang mabuk dan semacamnya tidak dapat dikatakan
sebagai perbuatan yang dipertanggungjawabkan, karena perbuatan
tersebut dilakukan bukan karena pilihan akalnya yang sehat.
Selain itu tanggung jawab juga erat hubungannya dengan hati nurani
atau intuasi yang ada dalam diri manusia yang selalu menyiarkan kebaikan
atau kebenaran. Mengenai etika tanggung jawab Muhammad Yusuf Khair
mengemukakan.
Yang paling penting bagi orang-orang Islam adalah bertanggung
jawab terhadap yang disajikannya bukan hanya dihadapan para penguasa
di dunia saja (karena mungkin mereka telah menyajikan cerita-cerita
bohong dalam rangka menyelamatkan diri), yang menjadi patokan ialah
mereka harus sadar bahwa mreka suatu saat nanti akan
mempertanggungjawabkan di hadapan Allah SWT pada hari kiamat nanti.
Hendaklah mereka mengetahui Allah senantiasa mengetahui dan
mengawasi detak hati nuraninya serta akan memperhitungkan khianatan
dan kebohongan yang telah diperbuat.
Sebagai komunikator, taggung jawab etis kita dapat tumbuh dari
sebuah status atau posisi yang telah diperoleh atau disepakati, lewat
komitmen (janji, sumpah, persetujuan) yang telah dibuat lewat konsekuensi
(efek, dampak) komunikasi kita dengan orang lain. Tanggung jawab
mencakup unsur pemenuhan tugas dan kewajiban, dapat
dipertanggungjawabkan sebagai individu dan kelompok lain, ketika dinilai
menurut standar yang disepakati, dan dapat dipertanggungjawabkan
menurut hati nurani kita sendiri.

5
Pertanggungjawaban manusia tertuju kepada segala perbuatan,
tindakan sikap hidup sebagai pribadi, anggota keluarga, rumah tangga
masyarakat, atau Negara. Manusia memiliki tanggung jawab terhadap
tuhan dan sesama manusia meliputi sebagai ospek kehidupan.
Tanggung jawab adalah mempertahankan keadilan, keamanan, dan
kemakmuran. Contohnya ialah seorang suami bertanggung jawab kepada
istri dan keluarganya. Setiap pemimpin bertanggung jawab atas tugas yang
dipimpinnya. Contoh yang lain adalah, Abu Bakar, Umar Bin Khattab,
Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Mereka sanggup memikul
tanggung jawab yang tidaklah ringan itu sepenuh dan setulus hati hingga
terealisasi dalam tindakan mereka.
Para kahlifah ini selalu memperhatikan fakir miskin, orang-orang
sakit. Orang tua yang pikun, para pejuang Islam, silemah dan orang-orang
yang kesusahan. Yang diajarkan Nabi Muhammad sebagai teladan umat
Islam agar terus bertanggung jawab.

D.   Hati Nurani


Hati nurani atau instusi merupakan tempat dimana manusia dapat
memperoleh saluran ilham pada manusia. Hati nuraani ini diyakini selalu
cenderung kepada kebaikan dan tidak suka kepada keburukan. Atas dasar
inilah muncul aliran atau pemahaman intuisisme, yaitu paham yang
mengatakan paham bahwa perbuatan yang baik adalah perbuatan yang
sesuai dengan kata hati, sedangkan perbuatan yang buruk adalah
perbuatan yang tidak sejalan dengan kata hati atau hati nurani,
sebagaiman hal ini telah diuraikan panjang lebar diatas.
Karena sifat demikian itu hati nurani harus menjadi salah satu dasar
pertimbangan dalam melaksanakan kebebasan yang tidak menyalahi atau
membelenggu hati nuraninya, karena kebebasan yang demikian pada
hakikatnya adalah kebebasan yang merugikan secara moral.
Dalam jiwa manusia dirasakan ada sesuatu kekuatan yang berfungsi
untuk memperingatkan, mencegah dari perbuatan yang buruk. Sebaliknya
kekuatan tersebut mendorong terhadap perbutan yang baik.
6
Ada perasaan yang tidak senang jika mengerjakan sesuatu karena
tidak tunduk kepada kekuatan ini. Apabila perbuatan jahat, kekuatan
tersebut memarahinya dan merasa menyesal atas perbuatan itu. Kekuatan
tersebut adalah hati nurani.
Hati nurani timbul dari hati yang paling dalam. Perintah seseorang
untuk melakukan kewajiban dan jangan sampai menyalahinya. Contohnya
melihat seseorang jatuh dijalan, saat itu tidak ada orang, maka hati nurani
berkata biarlah saya tolong, hati nurani menimbulkan seketika itu.

Ciri-ciri hati nurani adalah sebagai berikut:


1.       Apabila kekutan mengiringi suatu perbuatan, dapat memberi petunjuk dan
membimbing dari kemsiatan.
2.       Apabila kekuatan mengiringi suatu perbuatan, dapat mendorongnya untuk
menyempurnkan perbuatan yang baik dan menahan perbuatan yang
buruk.
3.       Apabila kekuatan menyusul setelah perbuatan dapat merasa gembira dan
senang. Jika berbuat kesalah dia sakit dan pilu, karena keselahan itu.
Hati nurani menyuruh melakukan kewajiban, bukan karena balasan
dan siksaan tetapi lebih disebabkan oleh persaan dalam batin. Hati nurani
mempunyai tingkat yaitu:

1.   Perasaan melakukan kewajiban karena ibadah kepada Allah.


2.   Perasaan mengharuskan mengikutinya apa yang telah diperintahkan.
3.   Perasaan yang seharusnya mengikuti apa yang dipandang dirinya benar.
4.   Perasaan melakukan kewajiban karena takut kepada Allah bukan pada
manusia atau yang lainnya.
Hati nurani setiap orang berbeda-beda. Hal ini disebabkan sebagai
faktor-faktor tersebut adalah
1.   Faktor masa lampau
Beradab-adab yang lalu perbudakan itu adalah hal yang biasa dan
pergunakan sebagai pemuas nafsu adalah yang sangat lurah.
7
Namun sekarng, dimanapun di dunia ini mencela dan mengecamnya.
Ini bahwasanya hati nurani orang dahulu tidaklah sebaik hati orang zaman
sekarang. Pada zaman iu hati nurani mereka tidak peka, tidak tanggap dan
menyalahi fitrah manusia.
2.   Faktor perbedaan waktu
Terkadang ia menyaksikan sesuatu yang baik di dalam suatu waktu
sehingga bila meningkat dikiranya ia melihatnya buruk dan begitu
sebaliknya. Misalnaya seseorang selalu berselisih dengan tetangganya. Ada
saja yang diperdebatkan, sebenarnya bisa diselesaikan dengan damai.
Namun, setahun berikutnya mereka jarang berkelahi. Mereka menyadari
bahwa perselisihan itu tidak baik.
Hati nurani itu kadang salah, namun ia begitu tidak disalahkan apabila
nanti terlihat perbuatannya meragukan segala perbuatannya merugikan
segala perbuatan diberi hukum baik dan buruknya karena melihat kepada
hasil atau buah dari perbuatan tersebut.
Seorang presiden belum tentu memiliki hati nurani bila dibandingkan
dengan seorang rakyat kecil. Misalnya peresiden Amerika Serikat J.W. Bus
atau Tony Blair yang tampak tidak memiliki hati nurani. Mereka
mengobrak-abrik Irak dan Negara Islam dengan berbagai alasan yang
dibuat-buat. Amerika Serikat boleh memilki kecerdasan, kekayaan, dan
kekuasaan namun tidak ada hebatnya dengan hati nurani.
Para Yahudi Israel yang selalu mengusik dan memusuhi umat Islam dan
mereka melakukan pembantaian, penganiayaan, di berbagai Negara Islam.
Dengan dalil teroris, padahal kenyataannya justru mereka itulah yang
sebagai teroris dunia nyata. Mereka adalah contoh manusia yang tidak
memiliki atau mempergunakan hati nuraninya. Hati nurani mendorong
kepada kebaikan dan setiap manusia memakluminya. Timbul pertanyaan
mengapa masih ada juga orang-orang jahat seperti pembunuh, penjahat,
pezina, dan lainnya?
Karena tidak semua orang menyadari keberadaan hati nuraninya dan
pada saat mereka menyadarinya mereka enggan mengikutinya. Setelah
terjadi hal buruk barulah mereka menyesal.
8
Penyesalan tidak akan datang sebelum terjadi. Banyak orang yang tiga
atau empat kali keluar dari penjara baru menyesal.
Sebagai seorang muslim yang beriman dan bertakwa, wajib
mempergunakan kal, pikiran dan hati nurani seorang muslim harus
mampu membedakan mana yang merupakan hati nurani dan mana yang
merupakan bisika setan yang terkutuk. Untuk bisa membedakannya harus
disadari keberadaanya, didalam diri dan mempergunakannya. Apabila
setiap manusia menggunakan hati nuraninya dipadukan dengan akal dan
pikiran, maka dunia ini akan aman, tentram, makmur. Tidak ada lagi
kemaksiatan yang merajalela.

E.   Hubungan Kebebasan, Tanggung Jawab Dan Hati Nurani


Pada uraian terdahulu telah disinngung bahwa suatu perbuatan baru
dapat dikategorikan sebagai perbuatan akhlak dan perbuatan yang dapat
dinilai berakhlak, bukan paksaan dan bukan pila dibuat-buat dan
dilakukan denga tulus dan ikhlas. Untuk mewujudkan perbuatan akhlak
yang ciri-cirinya demikian baru bisa terjadi apabila orang yang
melakukannya memiliki kebebasan atau kehendak yang timbul dari dalam
dirinya sendiri. Dengan demikian perbuatan yang berakhlak itu adalah
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja secara bebas. Disini letak
hubungan antara kebebasan dan perbuatan akhlak.
Selanjutnya perbuatan akhlak juga harus dilakukan atas kemauan
diri sendiri dan bukan paksaan. Perbuatan yang seperti inilah yang dapat
dimintakan pertanggungjawabannya dari orang yang melakukannya.
Disinilah letak hubungan antara tanggung jawab dengan akhlak.
Dalam pada itu perbuatan akhlak juga harus muncul dari keikhlasan
hati yang melakukannya, dan dapat dipertanggung jawabkan kepada hati
sanubari, maka hubungan akhlak dengan kata hati menjadi demikian
penting.

9
Dengan demikian, masalah kebebasan, tanggung jawab dan hati
nurani adalah merupakan faktor dominan yang menentukan suatu
perbuatan dapat dikatakan sebagai perbuatan akhlaki.
Disinilah letak hubungan fungsional antara kebebasan, tanggung
jawab dan hati nurani dengan akhlak. Karenanya dalam membahas akhlak
seseorang tidak dapat meninggalkan pembahasan mengenai kebebasan,
tanggung jawab dan hati nurani.
Suatu perbuatan baru dikatakan perbuatan yang akhlaki apabila
perbuatan tersebut dilakukan atas kesadaran sendiri dengan tulus ikhlas,
bukan paksaan ataupun dibuat-buat. Dengan demikian perbuatan yang
berakhlak itu adalah perbuatan yang dilakukan secara sengaja dan bebas.
Inilah hubungan antara akhlak dengan kebebsan. Selanjutnya perbuatan
akhlak dilakukan atas kesadaran diri sendiri tanpa adanya paksaan.
Perbuatan yang demikian dapat dimintai pertangung jawaban dari orang
yang melakukannya. Disini letak hubungan antara tanggung jawab dengan
akhlak.
Perbuatan akhlaki haruslah muncul dari dalam lubuk hati sehingga
keikhlasan hatilah yang dapat melakukannya sehingga dapat
dipertanggung jawabkan kepada hati sanubari. Maka hubungan akhlak dan
kata hati/ hati nurani muncul. Dengan demikian masalah kebebasan,
tanggung jawab dan hati nurani merupakan faktor penting dalam
menentukan suatu perbuatan dikatakan akhlaki.

F.  Kesimpulan
Sekalipun manusia dalam perkembangan selanjutnya menjadi
berbagai bangsa, memiliki berbagai bahasa, mempunyai warna berbeda,
dan agama berlainan, mereka pada hakiktnya berasal dari sumber yang
satu. Musli adalah bersaudara mempunyai kedudukan yang sama.
kalaupun ada perbedaan diantara itu adalah ketakwaan, perbuatan
baiknya, tinggi rendah moralnya dan bagaimana ia mnggunakan hati
nuraninya.

10
Karena manusia adalah bersaudara yang saling mengasihi, sama
derajatnya, tidak boleh diperbudak oleh manusia. Manusia dalam Islam
adalah bebas. Bebas dalam kemauan dan perbuatan, bebas dari paksaan
orang lain dan bebas dari pemilikan orang lain, bebas dari eksploitas orang
lain dan bebas dari pemilikan orang lain. Manusia dalam Islam hanyalalah
milik Allah, hamba Allah dan tidak boleh menjadi hamba selainnya. Sejalan
dengan ajaran kebebasan, dalam Islam terdapat ajaran tidak ada paksaan
dalam agama. Dari ajaran dasar persamaan , persaudaraan, dan
kebebasan,akan timbul hak dan kewajiban.
Di dalam ajaran Islam, individu tidak berada diatas masyarakat dan
masyarakat tidak pula boleh merugikan individu. Kepentingan keduanya
harus seimbang. Kepentingan individi tidak boleh diabaikan tetapi
kepentingan masyarakat tidak pila boleh kepentingan individu.
Kebebasan mempunyai batas. Kebebasan megeluarkan pendapat
tidak boleh melanggar kepentingan umum. Kebebasan mengumpulkan
harta tidak boleh merugikan masyarakat. Kebebasan mengelola tidak boleh
membawa kerusakan.
Begitu pula dengan hak dan kewajiban, kelihatannya terdapat
perbedaan besar antara kebebasan dengan yang hak yang berkembang.
Hak dapat timbul karena adanya kewajiban, begitu pila kewajiban. Sesuatu
yang menjadi kewajiban seseorang menjadi hak bagi orang lain. Sesatu
yang menjadi hak bagi orang lain merupakan kewajiban bagi seseorang.
Pada hakikatnya, hak iu hanyalah milik Allah, manusia sebagai
makhluk Allah hanyalah berkewajiban melaksanakan perintah. Antara hak
dan kewajiban terdapat beberapa perbedaan. Manusi sebagai makhluk
social bertanggung jawab terhadap semua perbuatannya, baik di dunia
maupun di akhirat. Sebagai seorang muslim perbuatan yang tidak dapat
dicegah dengan mendalami ilmu pengetahuan keagamaan dan
mengamalkannya.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Nata, Akhlak Tasauf Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2012


Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al- Qur’an Pekan Baru:
2006
Musthafa, Akhlak Tasauf Bandung: Pustaka Setia, 1995

Mohammad Daud, Islam Untuk Disiplin Hukum, Sosial dan Politik, Jakarta:
Dirbinpetra Islam Depag RI, 1986

Taufik Rahman Dhoriri, sosiologi 2, Jakarta: Yudistira, 2002

Dorothy Pickles, pengantar ilmu politik, Edisi bahasa Inndonesia, Jakarta:


Rineka Cipta: 1991

Zahruddin, pengantar studi Akhlak, Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2004

12

Anda mungkin juga menyukai