Anda di halaman 1dari 7

MATA KULIAH : AKHLAK TASAWUF

NAMA : Muhammad Rifky Rivaldi

NIM : 220102030061

1. Ruang lingkup pembahasan ilmu akhlak adalah membahas tentang seluruh aspek
kehidupan dan perbuatan manusia,baik bersifat individu (perorangan) atau kolektif
(kelompok), yang kemudian ditetapkan kriterianya apakah perbuatan tersebut tergolong
perbuatan yang baik atau yang buruk. Perbuatan yng menjadi obyek ilmu akhlak tersebut
harusmemiliki ciri-ciri:

-Perbuatan yang bersifat sadar, atas kemauan dan kehendak sendiri, bukan atas paksaan dan
tekanan. Perbuatan tersebut dilakukan secara kontinyu danmendarah daging.Perbuatan yang
tidak masuk obyek ilmu akhlak: -perbuatan alami (bernafas, makan ketika lapar dll)-
perbuatan yang dilakukan tidak disertai kesadaran dankemauan sendiri: seperti; perbuatan
orang gila, orang tertidur, anak kecil, orang lupa dan orang yang dipaksaManfaat
mempelajari ilmu akhlak: -memberikan panduan kepada manusia agar mampu menilai
danmenentukan suatu perbuatan apakah baik atau buruk.- Untuk membersihkan kalbu dari
kotoran hawa nafsu, dosa danmaksiat, sehingga menjadi suci bersih . manusia
memilikijasamni dan rohani. Jasmani dibersihkan secara lahiriah melaluiqih, sedangkan
rohani dibersihkan secara batiniah melaluiakhlak. Berguna untuk mengarahkan dan mewarnai
aktivitas kehidupan manusia yang lebih baik di segala bidang

Kata akhlak berasal dari bahasa Arab “khuluq”, jamaknya “akhlâq” yang berarti tabiat atau
budi pekerti. Prof. Ahmad Amin, dikutif Hamzah Yaqub, mendefinisikan akhlak adalah
“suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya
dilakukan oleh setengah manusia kepada lainnya menyatakan tujuan yang harus dituju oleh
manusia dalam perbuatan mereka dan menunjukkan jalan untuk melakukan apa yang harus
diperbuat

2. Adapun Kemudian baik, dari segi bahasa adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa
arab, atau good dalam bahasa inggris. Akhlak baik biasa disebut akhlak terpuji yang
merupakan terjemahan dari ungkapan bahasa Arab akhlak mahmudah. Mahmudah
merupakan bentuk maf’ul dari kata hamida yang berarti ”dipuji”.akhlak terpuji deisebut
dengan akhlaq karimah (akhlak mulia), atau makarim al-akhlaq (akhlak mulia), atau al-
akhlaq al-munjiyat (akhlak yang menyelamatkan pelakunya).

Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut baik adalah sesuatu
yang telah mencapai kesempurnaan. Kata buruk sepadan dengan kata evil, bad dalam bahasa
Inggris yang bisa diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, keji, jahat, tidak bermoral, tidak
dapat diterima, atau sesuatu yang tercela. Akhlak buruk atau tercela merupakan tingkah laku
tercela yang dapat merusak keimanan seseorang dan menjatuhkan martabatnya sebagai
manusia.

Ukuran baik dan buruk yang dikenal dalam ilmu akhlak antara lain :
- Nurani

Jiwa manusia memiliki kekuatan yang mampu membedakan mana yang baik dan mana yang
buruk. Kekuatan tersebut dapat mendorongnya berbuat baik dan mencegahnya berbuat buruk.
Jiwanya akan merasa bahagia jika telah berbuat baik dan merasa tersiksa jika telah berbuat
buruk. Kekuatan ini disebut nurani. Masing – masing individu memiliki kekuatan yang
berbeda satu sama lain. Perbedaan kekuatan ini dapat menyebabkan perbedaan persepsi
tentang sesuatu yang dianggap baik dan yang dianggap buruk.

- Rasio

Rasio merupakan anugerah Tuhan yang diberikan kepada manusia, yang membedakannya
dengan makhluk lain. Dengan rasio yang dimiliki, manusia dapat menimbang mana perkara
yang baik dan yang buruk. Dengan akalnya manusia dapat menilai bahwa perbuatan yang
berakibat baik layak disebut baik dan dilestarikan, dan begitu sebaliknya. Penilaian rasio
manusia akan terus berkembang dan mengalami perubahan sesuai dengan pengalaman –
pengalaman yang mereka miliki.

- Adat

Adat istiadat yang berlaku dalam kelompok ataupun masyarakat tertentu menjadi salah satu
ukuran baik dan buruk anggotanya dalam berperilaku. Melakukan sesuatu yang tidak menjadi
kebiasaan masyarakat sekitarnya ataupun kelompoknya akan menjadi problem dalam
berinteraksi. Masing – masing kelompok atau masyarakat tertentu memiliki batasan – batasan
tersendiri tentang hal – hal yang harus diikuti dan yang harus dihindari. Sesuatu yang
dianggap baik oleh masyarakat satu belum tentu demikian menurut masyarakat yang lain.
Mereka akan mendidik dan mengajarkan anak-anak mereka untuk melakukan kebiasaan–
kebiasaan yang mereka anggap baik dan melarang melakukan sesuatu yang tidak menjadi
kebiasaan mereka.

. Norma Agama

Seluruh agama di dunia ini mengajarkan kebaikan. Ukuran baik dan buruk menurut norma
agama lebih bersifat tetap, bila dibandingkan dengan ukuran baik dan buruk dimata nurani,
rasio, adat istiadat, dan pandangan individu. Keempat ukuran tersebut bersifat relatif dan
dapat berubah sesuai dengan ruang dan waktu. Ukuran baik dan buruk yang berlandaskan
norma agama kebenarannya lebih dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan, karena
norma agama merupakan ajaran Tuhan Yang Maha Suci. Disamping itu, ajaran Tuhan lebih
bersifat universal, lebih terhindar dari subyektifitas individu maupun kelompok.

3. kebebasan dapat dibagi menjadi tiga. Diantaranya:


1.Kebebasan jasmaniah.

Kebebasan jasmaniah merupakan kebebasan dalam mengerakkan dan mempergunakan


anggota badan yang dimiliki.

2. Kebebasan kehendak (rohaniah).


Kebebasan kehendak (rohaniah) merupakan kebebasan untuk menghendaki sesuatu.
Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh jangkauan kemungkinan untuk berfikir, karena
manusia dapat memikirkan apa saja dan dapat menghendaki apa saja.

3. Kebebasan moral.

Dalam arti luas berarti tidak adanya macam – macam ancaman, tekanan, larangan dan tidak
sampai berupa paksaan fisik. Dan dalam arti sempit berarti tidak adanya kewajiban, yaitu
kebebasan berbuat apabila terdapat kemungkinan – kemungkinan untuk bertindak. Manusia
bebas berarti manusia yang dapat menentukan sendiri tindakannya.

kebebasan meliputi segala macam kegiatan manusia, yaitu kegiatan yang disadari, disengaja
dan dilakukan demi suatu tujuan yang selanjutnya disebut tindakan. Namun bersamaan
dengan itu manusia juga memiliki keterbatasan atau dipaksa menerimanya apa adanya.
Misalnya keterbatasan dalam menentukan jenis kelaminnya, keterbatasan kesukuan kita,
keterbatasan asal keturunan kita, bentuk tubuh kita, dan sebagainya. Namun keterbatasan
yang demikian itu sifatnya fisik, dan tidak membatasi kebebasan yang sifatnya rohaniah.
Dengan demikian keterbatasan – keterbatasan tersebut tidak mengurangi kebebasan kita.

hubungan antara kebebasan, tanggung jawab dan hati nurani denganakhlak sangatlah jelas
dan terikat. !kebebasan muncul karena adanya keinginan dari hati nurani untuk melakukan
sesuatu, perbuatan yang sesuai hati nurani dan cenderung pada kebaikan disebut sebagai
perbuatan akhlaki. Perbuatan sekecil apapun akan memiliki konsekuensi yang kemudian
mengharuskan pelaku bertanggung jawab atas apa yang diperbuat, entah itu merugikan atau
menguntungkan. Tidak akan ada tanggung jawab tanpa adanya kebebasan yang bersumber
dari hati nurani. hati nurani dapat dijadikan sebagai dasar dalam melakukan kebebasan karena
hati nurani merupakan perasaan atau suara hati manusia.jika suatu tindakan dilakukan dengan
hati nurani maka perbuatan tersebut cenderung kepada kebaikan. Namun tidak selamanya hati
nurani berkata benar, meskipun begitu manusia cenderung untuk tetap menaati apa yang
menjadi keyakinan dalam hati merekaSuatu perbuatan baru dapat dikategorikan sebagai
perbuatan akhlaki atau perbuatan yang dapat dinilai berakhlak, apabila perbuatan tersebut
dilakukan atas kemauan sendiri, bukan paksaan dan bukan pula dibuat-buat dan dilakukan
dengan tulus ikhlas. dengan demikian, perbuatan yang berakhlak adalah perbuatan yang
dilakukan dengan sengaja se"ara bebas. dusinilah letak hubungan antara kebebasan dengan
perbuatan akhlak.Selanjutnya perbuatan akhlak juga harus dilakukan atas kemauan sendiri
dan bukan paksaan. Perbuatan yang seperti inilah yang dapat dimintakan pertanggung
jawabannya dari orang yang melakukannya. disinilah letak hubungan tanggung jawab dengan
akhlak./alam pada itu perbuatan akhlak juga harus muncul dari keikhlasan hati yang
melakukannya, dan dapat dipertanggungjawabkan kepada hati sanubari,maka hubungan
akhlak dengan kata hati menjadi demikian penting./engan demikian, masalah kebebasan,
tanggung jawab, dan hati nuraniadalah merupakan yang menentukan suatu perbuatan dapat
dikatakan sebagai perbuatn akhlaki. isitilah letak hubungan fungsi mengenal antara
kebebasan, tanggung jawab, dan hati nurani dengan akhlak. karenanya dalam membahas
akhlak sekarang tidak dapat meninggalkan pembahasan mengenai kebebasan, tanggung
jawab, dan hati nurani
-Kebebasan moral

Yaitu kebebasan yang masih terkait erat dengan kebebasan psikologis, sehingga tanpa
kebebasan psikologis tidak mungkin terdapat kebebasan moral. Namun,kebebasan psikologis
tidak berarti otomatis menjamin adanya kebebasan moral. Kebebasan moral mengharuskan
adanya unsur kesukarelaan (voluntary) atau tidak.

4. Asas Menuju Kebahagiaan


Ada tiga teori etika normatif yang beranggapan bahwa tujuan kehidupan manusia
adalah kebahagiaan. Tiga teori tersebut adalah hedonisme, teori pengembangan diri dan
utilitarisme.

1. Hedonisme etis

Kata hedonisme berasal dari bahasa Yunani (hedone = nikmat, kegembiraan). Hedonisme
bertolak dari anggapan bahwa manusia hendaknya hidup sedemikian rupa sehingga ia dapat
semakin bahagia. Etika yang membuat pencaharian kebahagiaan menjadi prinsip yang paling
dasariah disebut eudemonisme (dari kata Yunani eudomonia, kebahagiaan).

Yang khas bagi hedonisme adalah anggapan bahwa orang akan menjadi bahagia dengan
mencari perasaan-perasaan nikmat sebanyak mungkin dan sedapat-dapatnya menghindari
perasaan-perasaan yang tidak enak. Secara pendek, carilah nikmat dan hindarlah perasaan-
perasaan yang menyakitkan.

Karena hedonisme biasanya di anggap amoral, untuk menilai hedonisme dengan tepat kita
perlu perhatikan bahwa kebanyakan filosof hedonisme tidak menganjurkan agar kita
mengakui segala dorongan nafsu begitu saja, melainkan agar kita dalam memenuhi
keinginan-keinginan yang menghasilkan nikmat bersikap bijaksana dan seimbang dan selalu
dapat menguasai diri.

Hedonisme sering kali mendasarkan diri pada suatu teori yang mengatakan bahwa manusia,
bagaimanapun juga, selalu toh hanya mencari nikmat dan mau menghindari perasaan-
perasaan yang tidak enak saja.

2. Etika pengembangan diri

a. Mengembangkan diri

Menurut Aristoteles manusia tidak mejadi bahagia apabila ia secara pasif saja mau menikmati
segala-galanya, melainkan kalau ia secara aktif merealisasikan bakat-bakatnya dan potensi-
potensinya. Jadi, yang membahagiakan adalah kalau kita mengembangkan diri sedemikina
rupa hingga bakat-bakat yang kite punyai menjadi kenyataan. Maka salah satu kewajiban
manusia adalah mengembangkan diri. Semakin ia dapat bahagia semakin ia mengembangkan
diri. Erich Fromm mengungkapkan hal yang sama dengan mengatakan bahwa mutu
kehidupan kita tidak ditentukan oleh having melainkan oleh being, bukan oleh apa yang kita
miliki, melainkan oleh apa yang menjadi diri kita sendiri.
b. Melepaskan diri

Apabila seseorang mau berkembang, ia harus berani untuk tidak terus berpegang pada
diri sendiri saja dan memberikan diri sepenuhnya pada tugas-tugas dan tanggung jawab yang
menantangnya. Manusia berkembang tidak dengan terus-menerus memandang pusarnya
sendiri, melainkan menghadapi tantangan-tantangan kehidupan. Orang yang dapat menomor-
duakan kepentingannya sendiri dan memberikan diri sepenuhnya pada sesuatu dimana ia
dibutuhkan, misalnya kepada pelayanan sesama, justru akan mengalami bahwa ia sendiri
berkembang. Orang yang selalu mencari mencari diri sendiri tidak akan menemukan diri,
sedangkan orang yang melupakan diri demi tugas, demi orang lain, demi cita-citanya dialah
yang akan menemukan diri.

c. Menerima diri

Di sini kita belajar bahwa kita harus menerima diri dalam batas-batasnya.
Kemampuan yang terbatas tidak merupakan halangan. Lakukanlah apa yang dapat kita
lakukan. Dan kita akan mengalami bahwa kebahagiaan yang sebenarnya merupakan hadiah
yang mulai kita cicipi pada saat yang paling tidak kita sangka.

3. Utilitarisme

Menurut utilitarisme kita harus bertindak sedemikian rupa sehingga menghasilkan akibat baik
sebanyak mungkin dan sedapat-dapatnya mengelakkan akibat-akibat buruk. Yang khas bagi
uilitarisme, bahwa akibat-akibat baik itu tidak hanya dilihat dari kepentingan si pelaku
sendiri, melainkan dari segi kepentingan semua orang yang terkena oleh akibat tindakan si
pelaku.

a. Prinsip utilitarisme

Prinsip utilitarisme mengatakan bahwa manusia wajib berusaha untuk selalu menghasilkan
kelebihan akibat-akibat baik yang sebesar-besarnya terhadap akibat-akibat buruk apabila
bertindak. Dalam kehidupan nyata, manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat terlepas
dari kehidupan sesama manusia lainnya, manusia tidak dapat hidup sendiri karena selalu
membutuhkan orang lain. Selain itu setiap hal yang dilakukan individu akan berpengaruh
terhadap masyarakat ataupun individu lain disekitarnya. Begitu juga sebaliknya apa yang
terjadi dalam masyarakat akan berpengaruh terhadap individu lain disekitarnya. Sehingga
muncul hubungan timbal balik antara individu dengan masyarakat begitu pula sebaliknya

1. Penerimaan yang tidak pas

Pertama adalah penerimaan yang tidak pas. Tentu hal itu dibuktikan dengan perkataan dari
penerima yang seringkali membuat kita merasa sakit hati. Misalnya adalah kita dikira
memberi karena ada maunya, memberi benda sisa. Intinya, sang penerima mengira bahwa
kamu memberinya sesuatu karena kamu mengharapkan sesuatu. Hal ini seringkali menyakiti
hati kita karena kita melakukannya dengan ikhlas dan niat yang tulus. Penerimaan tersebut
yang kita dapatkan di depan mata seringkali memancing emosi, bahkan membuat kita ingin
berhenti melakukan hal baik.
2. Lingkungan yang tidak mendukung Lingkungan yang tidak mendukung juga merupakan
tantangan terbesar yang sangat umum untuk ditemui. Misalnya adalah ketika kamu berbuat
baik, lingkungan sekitarmu justru mengejek atau bahkan menghalang-halanginya.
Lingkungan tersebut bisa terdapat pada siapa pun. Entah itu teman, keluarga, bahkan
pasangan sendiri. Asal kamu berbuat baik, kamu tidak perlu takut ataupun ragu. Cobalah
untuk menerima bahwa semua orang punya pemikiran yang berbeda.Segala macam perbuatan
yang dilakukan adalah tanggung jawab masing-masing orang. Jadi, kamu tidak perlu berhenti
berbuat baik hanya karena orang lain yang tidak mendukung. Selain itu, akan lebih baik jika
kamu memiliki hati yang lebih tangguh dan kuat,sehingga kamu juga bisa mengajak orang
yang bersalah paham menjadi tergiur untuk turut serta berbuat kebaikan.

3. Diri yang tidak mampu Banyak orang ingin berbuat baik, tapi diri tidak mampu
melakukannya. Misalnya ketika kamu ingin membantu teman yang terkena musibah dan
membutuhkan banyak biaya. Kamu terketuk hatinya untuk membantu, tapi kamu punya
keterbatasan secara finansial yang menghalangimu untuk membagikan sedikit uang. Atau
ketika kamu ingin membantu seseorang yang bekerja sangat keras dan letih menggunakan
tenaganya, namun kamu memiliki keterbatasan fisik maupun pengetahuan. Semua itu adalah
keterbatasan atau tantangan yang kita miliki, namun sebenarnya tidak kita inginkan.

5. Tasawuf adalah upaya mensucikan diri untuk pulang atau kembali atau dekat kepada
Allah Swt.

1. Ahl Al suffah orang-orang ikut pindah dengan nabi dari Mekkah ke Madinah, dan karena
kehilangan harta, berada dalam keadaan miskin dan tak mempunyai apa-apa.

2. Saf Pertama, Sama halnya dengan seperti orang yang sholat di saf pertama mendapat
kemuliaan dan pahala, demikian pula kaum sufi dimuliakan Allah dan diberi pahala.

3. Sufi yaitu suci. Seorang sufi adalah orang yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-
orang yang telah mensucikan dirinya melalui latihan berat dan lama.

4. Sophos berasal dari kata Yunani yang berarti hikmat.

5. Suf ,Suf atau wol, kain yang dibuat dari bulu yaitu wol, memakai wol kasar di waktu itu
adalah simbol kesederhanaan dan kemiskinan. Kaum sufi sebagai golongan yang hidup
sederhana dan dalam keadaan miskin, tetapi berhati suci dan mulia.

Jadi, dari kelima asal kata yang yang cocok ialah sufi dikarenakan Seorang sufi adalah orang
yang disucikan dan kaum sufi adalah orang-orang yang telah mensucikan dirinya melalui
latihan berat dan lama. Dan sesuai dengan pengertian dari tasawuf itu sendiri.

Unsur-unsurnnya

1. Islam

2. Unsur luar Islam

3. Unsur Masehi
4. Unsur Yunani

5. Unsur Hindu/Buddha

6. Unsur Persia

Dan yang paling dominan diantara unsur-unsur tadi, adalah unsur Islam. Karena Unsur
kehidupan tasawuf ini mendapat perhatian yang cukup besar dari sumber ajaran Islam, Al-
Qur’an dan Sunnah serta praktek kehidupan Nabi dan para sahabatnya. Al-Qur’an antara lain
berbicara tentang kemungkinan manusia dengan Tuhan dapat saling mencintai (mahabbah).

Peranan tasawuf terhadap problematika di zaman modern yaitu

1. Memiliki kepribadian yang terpecah, contohnya sering bersedekah namun disisi lain sering
melakukan judi online

2. Penyalahgunaan IPTEK, contohnya melakukan pencurian data data penting korban melalui
file file

3. Pola hubungan yang materialistik, contohnya ingin melakukan sesuatu jikalau ada imbalan

4. Menghalalkan segala cara untuk mendapatkan sesuatu

Anda mungkin juga menyukai