Anda di halaman 1dari 12

ALIRAN-ALIRAN AKHLAK TENTANG KRITERIA BAIK BURUK

Menurut Aliran Sosialisme, Idealisme, Intuisisme, Utilitarianisme, Hedonisme, Evolusi dan


religionisme.

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Akhlak Tasawuf “

Dosen Pengampu :

Anggia Firmansyah, S.Pd.I, M.Pd.I

Bab I

Pendahuluan

A. Latar Belakang

Perbuatan manusia ada yang baik dan ada yang tidak baik. Kadang-kadang disuatu tempat,
perbuatan itu dianggap salah atau buruk. Hati manusia memiliki perasaan dan dapat
mengenal, perbuatan itu baik atau buruk dan benar atau salah.

Penilaian terhadap suatu perbuatan adalah relatif, hal ini disebabkan adanya perbedaan tolak
ukur yang digunakan untuk penilaian tersebut. Perbuatan tolak ukur tersebut, disebabkann
karena perbedaan agama, kepercayaan, cara berpikir, ideology, lingkungan hidup, dan
sebagainya.

Ada pendapat yang mengatakan bahwa setiap manusia mempunyai kekutan insting. Hal ini
berfungsi bagi manusia untuk dapat membedakan mana yang benar dan mana yang salah,
yang berbeda-beda, karena pengaruh kondisi dan situasi lingkungan. Dan seandainya dalam
satu lingkungan pun belum tentu mempunyai kesamaan insting. Kemudian pada diri manusia
juga mempunyai ilham yang dapat mengenal nilai suatu itu baik atau buruk.

Di dalam ilmu Akhlak kita berjumpa dengan istilah-istilah: benar, salah, baik dan buruk.
Apakah prinsip-prinsip yang kita pakai itu benar atau salah: apakah kebiasaan-kebiasaan
yang kita perbuat itu baik atau buruk.
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Baik dan Buruk ?


2. Apa Saja Aliran - Aliran dalam Akhlak ?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Untuk Mengetahui Pengertian Baiik dan Buruk


2. Untuk Mengetahui Aliran-aliran dalam Akhlak
Bab II

Pembahasan

A. Pengertian Baik dan Buruk

Pengertian baik secara bahasa adalah terjemahan dari kata khoir dalam bahasa Arab, atau
good dalam bahasa Inggris. Louis Ma’luf dalam kitab Munjid, mengatakan bahwa yang
disebut baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.1

Selanjutnya,yang baik itu juga adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai
yang diharapkan dan memberikan kepuasan.Yang baik itu juga sesuatu yang sesuai dengan
keinginan.

Akan tetapi secara obyektif, walaupun tujuan orang atau golongan di dunia ini berbeda-beda,
sesungguhnya pada akhirnya semuanya mempunyai tujuan yang sama, sebagai tujuan akhir
tiap-tiap sesuatu, bukan saja manusia bahkan binatang pun mempunyai tujuan. Dan tujuan
akhir dari semuanya itu sama, yaitu bahwa semuanya ingin baik. Dengan kata lain semuanya
ingin bahagia. Tak ada seorangpun dan sesuatupun yang tidak ingin bahagia.

Tujuan dari masing-masing sesuatu walaupun berbeda-beda, semuanya akan bermuara


kepada satu tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan agar mendapat yang baik
dan bahagia, tujuan akhirnya sama.2 Dalam ilmu etik disebut “kebaikan tinggi”, yang dengan
istilah Latinnya disebut Summum Bonum atau bahasa Arabnya Al-Khair al-Kully. Kebaikan
tertinggi ini biasa juga disebut kebahagiaan yang universal atau Universal Happiness.

B. Aliran-aliran dalam Akhlak

Perkembangan pemikiran manusia selalu berubah, begiru juga patokan yang digunakan
orang untuk menentukan baik dan buruk manusia. Keadaan yang demikian ini menurut
Poedjawijatna terpengaruh oleh pandangan filsafat tentang manusia yaitu antropologia
metafisika. Beliau menyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai
baik dan buruk, yaitu hedonisme, utilitariasnisme, sosialisme, religionisme, idealisme. 3
Sedangkan Asmaran As menyebutkan ada empat aliran filsafat yaitu adat
kebiasaan,hedonisme, intuisi, dan evolusi.4

1 Louis Ma’luf, Munjid, (Beirut,Daarul Masyrik. Mansoor, Sofia, Pengantar. Penerbitan.Bandung ITB).1996
hlm. 104
2 Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,1996), hlm. 104
3 Poedjawijatna, Etika Filsafat Tingkah Laku (Jakarta, Bina Aksara, 1982), hlm. 43
4 Abuddin Nata,Akhlak Tasawuf………………………………………….hlm 104
Membicarakan baik dan buruk pada perbuatan manusia maka penentuan dan karakternya
baik dan buruk perbuatan manusia dapat diukur melalui fitrah manusia. Dan dapat
disimpulkan bahwa diantara aliran-aliran filsafat yang mempengaruhi dalam penentuan baik
dan buruk diantaranya :

a. Aliran Hedonisme

Aliran Hedonisme berpendapat bahwa norma baik dan buruk adalah”kebahagiaan”


karenanya suatu perbuatan apabila dapat mendatangkan kebahagiaan maka perbuatan itu
baik, dan sebaliknya perbuatan itu buruk apabila mendatangkan penderitaan.

Menurut aliran ini, setiap manusia selalu menginginkan kebahagiaan, yang merupakan
dorongan daripada tabiatnya dan ternyata kebahagiaan adalah tujuan akhir dari hidup
manusia, oleh karenanya jalan yang mengantarkan kearahnya dipandang sebagai
keutamaan(perbuatan mulia/baik).

Maksud dari “kebahagiaan” itu menurut aliran ini adalah Hedone, yakni kelezatan,
kenikmatan, dan kepuasan rasa serta terhindar dari penderitaan. Karenanya kelezatan bagi
aliran ini adalah merupakan ukuran dari perbuatan, jadi perbuatan dipandang baik menurut
kadar kelezatan yang terdapat padanya dan sebaliknya perbuatan itu buruk menurut kadar
penderitaan yang ada padanya.

Aliran Hedonisme, bahkan tidak saja mengajarkan agar manusia mencari kelezatan, karena
pada dasarnya tiap-tiap perbuatan ini tidak sunyi dari kelezatan tetapi aliran ini justru
menyatakan: hendaklah manusia itu mencari sebesar-besar kelezatan, dan apabila ia disuruh
memilih di antara beberapa perbuatan wajib ia memilih yang paling besar kelezatannya.

Maksud paham ini adalah bahwa manusia hendaknya mencari kelezatan yang sebesar-
besarnya bagi dirinya. Dan setiap perbuatannya harus diarahkan kepada kelezatan. Maka
apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak
sedikitnya kelezatan dan kepedihannya. Dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang
melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.5

5 A.Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010),hlm.64-65


b. Aliran sosialisme(adat istiadat)

Baik dan buruk menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan
dipegangi oleh masyarakat. Orang yang mengikuti dan berpegang teguh pada adat dipandang
baik, dan orang yang menentang tidak mengikuti adat istiadat dipandang buruk dan
mendapat hukuman secara adat. Adat istiadat selanjutnya dipandandang sebagai pendapat
umum. Ahmad Amin mengatakan bahwa tiap bangsa atau daerah mempunyai adat tertentu
mengenai baik dan buruk.6

Di masyarakat akan kita jumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian,
makan, minum, dan sebagainya. Orang yang mengikuti cara yang demikian itulah yang
dianggap orang baik, dan orang yang mengingkarinya adalah orang yang buruk. Kelompok
yang menilai baik dan buruk menurut adat ini dalam pandangan filsafat dikenal dengan aliran
sosialisme. Paham ini muncul dari anggapan karena masyarakat itu terdiri dari manusia,
maka masyarakat lah yang menentukan nilai baik dan buruk perbuatan manusia itu sendiri.
Karena hakikat dari adat itu sendiri sebenarnya adalah produk budaya manusia yang sifatnya
Nisbi dan relafit, maka nilai baik dan buruk tersebut juga sangat relatif.

c. Aliran Instuinisme

Aliran instuinismene berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri


batiniah yang dapat membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang.
Jadi, sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yang buruk
adalah kekuatan naluri, kekuatan batin atau bisikan hati nurani yang ada pada tiap-tiap
manusia.

Oleh karena itu, apabila seseorang melihat sesuatu perbuatan, maka pada dirinya timbul
semacam ilham yang member petunjuk tentang nilai perbuatan itu dan selanjutnya
ditetapkanlah hukum perbuatan itu baik atau buruk. Dengan demikian, maka kebanyakan
manusia sependapat atas keutamaan sifat benar, dermawan ataupun berani dan semacamnya,
demikian pula mereka sepakat atas sifat-sifat kebalikannya yang cela dan keji.

Para pengikut aliran instuisi, berpendapat bahwa manusia mengerti hal-hal yang baik dan
yang buruk secara lansung dengan melihatnya sekilas panndang. Perbuatan-perbuatan baik
dan buruk dikur dengan daya tabiat batiniah, karenanya dikatakan, benar adalah wajib karena
benar termasuk sifat utama buak karena darurat dank arena pendirian orang banyak atau
jaminan kemewahan serta buka berarti diluar tabiatnya. Demikian pula pencurian adalah

6 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak) (Bulan Bintang, Jakarta, 1983) hlm. 87
buruk karena dalam tabiatnya termasuk sifat melampaui batas atau permusuhan pada orang
lain dan merampas kekuasaanya dengan tanpa hak.

Sebagai pendukung aliran ini Plato(430-347SM) mengatakan bahwa : adalah kesalahan besar
kalau kebahagiaan itu dijadikan tujuan hidup. Sebab hal itu dapat menyesatkan hati nurani.
Kenyataan menunjukkan bahwa manusia bukan setiap perbuatannya itu mencari
kebahagiaan.

Dalam mengutakan paham Plato(instuisi) dari Aristoteles (Hedonisme), Sainther berkata,


sesungguhnya salah besar sekali bahwa tujuan hidup itu adalah bahagia, karena dalam hal ini
menimbukan pandangan yang buruk terhadap segala sesuatu untuk kewajiban. Kewajiban
mana yang lebih penting dari manfaat dengan segala apa yang dinamakan kebahagiaan.
Sungguh bahagia itu tidak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan kewajiban, dan dapat
dikatan keruntuhan akhlak, bila seorang melebihkan kebahagiaan manusia daripada
kewajibannya.7

d. Aliran Idealisme

Aliran ini sangat penting dalam perkembangan sejarah pikiran manusia. Mula-mula dalam
filsafat abrat kita temui dalam bentuk ajaran yang murni dari Plato yang menyatakan bahwa
alam, cita-cita adalah kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanyalah berupa bayangan saja dari alam ide. Aristoteles memberikan sifat kerohanian
dengan ajarannya yang menggambarkan alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam
benda-benda dan menjalankann pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya, dapat dikatakan
sepanjang masa tidak pernah paham idealism hilang sama sekali. Pada abad pertenagahn,
satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah idealisme ini. Pada
zaman Aufklarung, ulama-ulama filsafat yang mengakui aliran serba dua, seperti Descartes
dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat kerohanian dan kebendaan ataupun
dua-duanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih penting dari pada kebendaan. Selain itu,
segenap kaum agama sekaligus dapat digolongkan kepada penganut Idealisme yang paling
setia sepanjan masa, walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil fisafat yang mendalam.
Puncak zaman Idealisme pada masa abad ke 18 dan ke 19 adalah periode idealiisme. Pada
saat itu, Jerman besar sekali pengaruhnya di Eropa.8

Tokoh utama aliran ini adalah Immanuel Kant. Pokok-pokok pandangan etika idealisme
dapat disimpulkan sebagai berikut:
7 A.Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010),hlm.71-72
8 Rosihon Anwar,Akhlak Tasawuf (Bandung:Pustaka Setia,2010).hlm 77
1. Wujud yang paling dalam dari kenyataan(hakikat) ialah kerohanian. Sesorang berbuat
baik pada prinsipnya bukan karena dianjurkan orang lain melainkan atas
dasar”kemauan sendiri” atau “rasa kewajiban”. Sekalipun dincam dan dicela orang
lain perbuatan baik itu dilakukan juga, karena adanya rasa kewajiban yang bersemi
dalam rohani manusia.
2. Faktor yang paling penting mempengaruhi manusia adalah “kemauan” yang
melahirkan tindakan yang konkrit. Dan menjadi pokok disinin adalah “kemauan
baik”.
3. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang
menyempurnakannya yaitu ”rasa kewajiban”.

Dengan demikian, maka menurut aliran ini “kemauan” adalah merupakan faktor terpenting
dari wujudnya tindakan-tindakan yang nyata. Oleh karena itu “kemauan yang baik” adalah
menjadi dasar pokok dalam etika idealism. Menurut Kant untuk dapat terealisasinya tindakan
dari kemauan yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan engan suatu hal yang akan
menyempurnakannya, yaitu “perasaan kewajiban”. Jadi, ada kemauan yang baik kemudian
disertai engan perasaan kewajiban menjalakna sesuatu perbuatan/tindakan, maka terwujudlah
perbuatan/tindakan yang baik.

Perlu dijelaskan disini, bahwa rasa kewajiban itu terlepas dari kemanfaatan, dalam arti kalau
kita mengerjakan sesuatu karena perasaan kewajiban, maka kita tidak boleh/perlu
memikirkan apa untung dan ruginya dari pekerjaan/perbuatan itu. Jadi, rasa kewajiban itu
tidak dapat direalisasi lagi kepada elemen-elemen yang lebih kecil, dalam arti kewajiban itu
hanya untuk kewajiban semata.9

e. Aliran Utilitarisme

Secara bahasa utilis berarti berguna. Paham ini berpendapat bahwa yang baik adalah yang
berguna. Kalau ukuran ini berlaku bagi perorangan disebut individual, dan jika berlaku bagi
masyarakat dan negara disebut sosial.10Tokoh alliran ini adalah John Stuart Mill (1806-
1873). Bertolak dari namanya, utilitarisme di tuduh menyamakan kebaikan moral dengan
manfaat. Aliran ini pun di anggap sebagai “etika sukses”, yaitu etika yang menilai kebaikan
orang dari apakah perbuatannya menghasilkan sesuatu yang baik atau tidak.

Pokok-pokok pandangannya adalah sebagai berikut :

9 Ahmad Amin, Etika Ilmu Akhlak, (Jakarta : Bulan Bintang, 1983) hlm. 75-76
10 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf……….., hlm.114
a. Baik buruknya suatu perbuatan atas dasar besar kecilnya manfaat yang ditimbulan
bagi manusia
b. Kebaikan yang tertinggi(summunn bonum) adalah utility(manfaat)
c. Segala tingakah manusi selalu diarahkan pada pekerjaan yang membuahkan manfaat
yang sebesar-besarnya.
d. Tujuannya adalah kebahagiaan(happines) orang banyak.

Pengorbanan misalnya dipandang baik jika mendatangkan manfaat. Lain dari pada itu
hanyalah sia-sia belaka. Utilitarisme disebut universal karena yang menjadi norma moral,
bukanlah akibat-akibat baik bagi si pelaku itu sendiri, melainkan akibat-akibat baik diseluruh
dunia. Utilitarisme menuntut perhatian kepada kepentingan dari semua orang yang
terpengaruh oleh tindakan itu, termasuk kepentingan si pelaku itu sendiri.11

Paham ini juga menjelaskan arti kegunaan tidak hanya yang berhubungan dengan materi,
melainkan melalui sifat rohani yang bisa diterima dengan akal. Dan kegunaan bisa diterima
jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Disini
Nabi juga menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang banyak memberi manfaat
kepada orang lain (HR. Bukhari).

Kebahagiaan bersama bagi semua orang harus menjadi pokok pandangan tiap-tiap orang,
bukan kebahagiaan dia sendiri. Dan kebahagiaan terhitung menjadi keutamaan kerena
membuahkan kelezatan bagi manusia lebih banyak dari buah kepedihan. Dia adalah utama,
meskipun memperpedih sebagian orang-orang dan meskipun memperpedih yang melakukan
perbuatan itu sendiri. Demikian pula kerendahan menjadi kerendahan karena kepedihannya
bagi manusia lebih berat dari kelezatannya.12

f. Aliran Evolusi

Paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada dialam ini mengalami evolusi, yaitu
berkembang dari apa adanya sampai pada kesempurnaan. Paham seperti ini tidak hanya

11 Rosihon Anwar, Akhlak Tasawuf……………………hal 78-79


12 A.Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010),hal.70
berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia dan tumbuh-tumbuhan,
akan tetapi juga berlaku pada benda yang tidak dapat diihat dan diraba oleh indera,seperti
moral dan akhlak.13

Paham evolusi pertama muncul dibawa oleh seorang ahli pengetahuan bernama
“LAMARCK”. Dia berpendapat bahwa jenis-jenis binatang itu merubah satu sama lainnya.
Dan menolak pendapat yang mengatakn bahwa jneis-jenis itu berbeda-beda dan tidak dapat
berubah-ubah. Alasan lainnya bahwa jenis-jenis itu tidak terjadi pada satu masa akan tetapi
bermula dari binatang rendah, menigkat dan beranak satu dari lainnya dan berganti dari jenis
ke jenis lain.

Ada dua faktor pergantian yaitu :

1. Lingkungan : mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan.


2. Warisan : bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan perpindahan
pada cabang-cabangnya. Paham ini disebut paham pertumbuhan dan
kepentingan(evalition).

Herbert Spencer mencocokkan paham ini dengan akhlak berpendapat bahwa perbuatan-
perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhan dan mulai berangsur meningkat sedikit demi
sedikit,dan ia berjalan ke arah “cita-cita” yang dianggap sebagai tujuan. Maka perbuatan itu
baik bia dekat dari cita-cita itu dan buruk bila jauh dari padanya. Tinjauan manusia di dalam
hidup ini akan mencapai cita-cita itu atau mendekatinya sedapat mungkin.

Bahwa Spencer menjadikan ukuran perbuatan itu adalah “merubah diri sesuai dengan
keadaan-keadaan yang mengelilinginya”. Suatu perbuatan di katakan baik bila menimbulkan
lezat dan bahagia. Dan yang demikian itu terjadi bila sesuai dengan apa yang
melingkunginya atau dengan kata lain cocok dengan keadaan yang beada di sekelilingnya.
Dan yang demikian itu terjadi, bila tidak susuai dengan keadaan yang berbeda di
sekelilingnya. Jadi tiap-tiap perbuatan itu bila lebih banyak persesuaian adalah lebih lebih
dekat pada kesempurnaan.

Pengikut paham ini berpendapat bahwa segal perbuatan akhlak itu tumbuh dengan
sederhana, dan mulai naik dan meningkat sedikit demi sedikit, lalu berjalan menuju kepada
cita-cita, dimana cita-cita ini ialah yang menjadi tujuan. Maka perbuatan itu baik bila dekat

13 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf (Jakarta:PT.Rajagrafindo Persada,1996),hlm 119


dengan cita-cita itu, dna buruk bial jauh darinya. Tujuan manusia didalam hidup ini
mencapai cita-cita itu atau mendekatinya sedapat mungkin.14

g. Aliran Religionisme

Paham ini berpendapat bahwa yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai denngan
kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan
kehendak Tuhan. Paham ini,terhadap keyakinan teologis yaitu keimanan kepada Tuahan
sangat memegang peran penting. Karena tidak mungkin orang berbuat sesuai dengan
kehendak Tuhan, apabila yang melakukan tidak beriman kepada-Nya.

Perlu diketahui, bahwa didunia ini ada bermacam-macam agama yang dianut, dan masing-
masing agama menentukan baik buruk menurut ukuranya agama masing-masing. Agama
Hindu, Budha, Yahudi, Kristen dan Islam , masing-masing agama tersebut memiliki
pandangan dan tolok ukur tentang baik dan buruk antra yang satu dengan lainya berbeda-
beda dan juga ada persamaanya.

Bab III

Penutup

14 A.Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia,2010),hlm.75


A. Kesimpulan

Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat,
menyenangkan dan disukai manusia. Dengan demikian yang dikatakan buruk itu adalah
sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik. Aliran-aliran filsafat ayng mempengaruhi
dalam penentuan baik dan buruk ini adalah aliran sosialisme, idealisme, intuisisme,
utilitarianisme, hedonisme, evolusi dan religionisme.

Baik atau buruk itu relatif sekali, karena tergantung pada pandangan dan penilaian masing-
masing yang merumuskan. Dengan demikian nilai bai atau buruk menurut pengertian
tersebut bersifat relatif dan subyektif, karena berganrung kepada individu yang menilainya.

Ajaran islam bersumber dari wahyu Allah SWT berupa Al-Qur’an yang dalam
penjabarannya di contohkan oleh sunah Nabi Muhammad saw. Masalah akhlak dalam ajaran
islam mendapatkan perhatian besar. Istilah baik dna buruk menurut islam harus didasarkan
pada petunjuk Al-Qur’an dan Al-Hadis. Kalau kita perhatikan, istilah baik buruk dapat kita
jumpai dalam Qur’an maupun Hadis, seperti Al Hasanah, thayyibah, khairah, karimah,
mahmudah, al-birr, dan azizah.

B. Saran

Sebagai umat muslim sudah sepantasnya kita memiliki sikap yang baik yaitu sikap yang
sesuai dengan akhlak tasawuf. Karena pentingnya akhlak tasawuf dalam kehidupan kita akan
membawa kita ke dalam tatanan kehidupan yang lebih bermanfaat. Selain itu, akhlak tasawuf
juga dapat dijadikan benteng atau pondasi dalam menjalani kehidupan sehari-hari, sebab
akhlak tasawuf ini datangnya dari lahiriah dan batiniah seseorang.

DAFTAR PUSTAKA

A.Mustofa. 2010. Akhlak Tasawuf, Bandung: Pustaka Setia.

Amin, Ahmad. 1983. Etika Ilmu Akhlak, Jakarta : Bulan Bintang.


Anwar, Rosihon. 2010. Akhlak Tasawuf, Bandung : Pustaka Setia.

Ma’luf, Louis, Munjid, (Beirut, Daarul Masyrik. Mansoor, Sofia, Pengantar. Penerbitan.
Bandung ITB)

Nata, Abuddin. 1996. Akhlak Tasawuf, Jakarta : PT.Rajagrafindo Persada.

Poedjawijatna. 1982. Etika Filsafat Tingkah Laku, Jakarta : Bina Aksara.

Anda mungkin juga menyukai