Anda di halaman 1dari 6

BAB III

KONSEP BAIK DAN BURUK DALAM PANDANGAN BERBAGAI ALIRAN SERTA


DALAM PANDANGAN ISLAM

A. Pengertian Baik Dan Buruk


Dari segi bahasa baik adalah terjemahan dari kata khair dalam bahasa arab, atau good
dalam bahasa inggris. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang
disebut baik adalah : “sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan”.1 Sementara itu
dalam Websters New Twentieth Century Dictionary, dikatakan bahwa baik adalah suatu
yang menimbulkan rasa keharuan dalam kepuasan, kesenangan, persesuaian dan
seterusnya. Selanjutnya pengertian baik menurut ilmu akhlak adalah sesuatu yang berharga
untuk suatu tujuan. Sebaliknya yang tidak berharga tidak berguna untuk tujuan, apalagi
yang merugikan atau yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah buruk.2
Pandangan secara umum mengatakan bahwa yang disebut baik atau kebaikan adalah
sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan menjadi tujuan manusia. Oleh karena itu,
tingkah laku manusia disebut baik, jika tingkah laku tersebut menuju kesempurnaan
manusia. Kebaikan juga disebut nilai (value), apabila kebaikan itu bagi seseorang menjadi
kebaikan yang kongkret. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa yang disebut baik
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan yang luhur, bermartabat, menyenangkan
dan disukai manusia. Definisi kebaikan tersebut terkesan antroposentris, yakni memusat
dan bertolak dari sesuatu yang menguntungkan dan membahagiakan manusia.
Mengetahui sesuatu yang baik sebagaimana yang disebutkan diatas akan
mempermudah dalam mengetahui yang buruk. Dalam bahasa arab, istilah buruk dikenal
dengan syarr, dan diartikan sebagai sesuatu yang tidak baik, tidak seperti yang seharusnya,
tak sempurna dalam kwalitas, dibawah standar, kurang dalam nilai, tak mencukupi, keji,
jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak dapat diterima,
yang tercela dan perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang
berlaku. Dengan demikian yang dikatakan buruk adalah suatu yang dinilai sebaliknya dari
yang baik dan tidak disukai kehadirannya. Akan tetapi untuk mencapai tujuan tidak boleh
mengunakan segala macam cara. Oleh karenanya, cara atau sarana untuk mencapai tujuan
1Louis Ma’luf, al-Lughat Wa al-A’lam (Beirut : al-Maktabah al-Syarkiyah, 1986), 201.
2Rahmat Djamitka, Sistem Etika Islam (Surabaya : Pustaka Islam 1985), 33.
harus tetap mengunakan norma yang baik. Berbeda dengan akhlak Machiavelli yang dianut
oleh komunis, untuk mencapai tujuan dapat menghalalkan segala macam cara. Het doel
heilig de middelen.3

B. Ukuran Baik Dan Buruk Menurut Berbagai Aliran Filsafat


Kebanyakan manusia berbeda pendapat mengenai ukuran baik dan buruk terhadap
sesuatu. Diantara mereka ada yang melihatnya sesuatu itu dianggap baik namun ada juga
yang mengangapnya buruk. Bahkan ada juga seseorang yang menganggap sesuatu baik
pada waktu tertentu, lalu pada waktu yang lain ia menganggap sesuatu itu buruk.
Kemudian dengan menggunakan ukuran apakah kita dapat menentukan sesuatu itu
dianggap baik atau buruk ?. untuk menjawab persoalan tersebut kami kemukakan ukuran
baik dan buruk menurut pandangan berbagai aliran filsafat sebagai berikut :
a. Aliran Sosialisme (adat istiadat)
Menurut aliran ini baik buruk ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku
dan dipegang teguh oleh masyarakat. Orang yang mengikuti adat dipandang baik dan
yang menentang dianggap buruk, dan perlu dihukum secara adat. Ahmad Amin
mengatakan bahwa setiap bangsa menpunyai adat dan menganggap baik jika, mendidik
anak-anaknya secara adat istiadat, menanamkan perasaan mereka bahwa adat akan
membawa kepada kesucian sehingga apabila seseorang menyalahi adat sangat dicela
dan dianggap keluar dari golongan bangsanya. Didalam masyarakat kita jumpai adat
istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, cakap-cakap, dan
sebagainya. Orang yang mengikuti cara yang demikian itulah yang dianggap baik.
Kelompok yang menilai baik dan buruk berdasarkan adat istiadat ini dalam tinjauan
filsafat dikenal dengan istilah aliran sosialisme.
b. Aliran Hedonisme
Aliran Hedonisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua karena berakar pada
filsafat yunani, khususnya pemikiran filsafat Epicurus (341-270 SM), yang selanjutnya
dikembangkan oleh cyrenics dan belakangan ditumbuh kembangkan oleh Freud. Paham
ini menyatakan perbuatan baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan
kenikmatan, kelezatan dan kepuasan nafsu biologis. Epicurus sebagai peletak dasar

3A Mustofa, Akhlak Tasawuf ..........., 58


paham ini mengatakan bahwa kebahagian atau kelezatan itu adalah tujuan manusia.
Tidak ada kebaikan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali
penderitaan. Hedonisme model pertama yang individualistik lebih banyak mewarnai
masyarakat barat yang bercorak liberal dan kapitalis, sementara hedonisme model kedua
yang sosialistik banyak mewarnai masyarakat eropa yang komunis.
c. Paham Intuisisme (Humanisme)
Intuisi adalah kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu sebagai baik atau
buruk. Dengan sekilas tanpa melihat buah atau akibatnya. Kekuatan batin atau yang
disebut juga sebagai kata hati adalah merupakan potensi rohaniah yang secara fitrah
telah ada pada diri setiap orang. Paham ini berpendapat bahwa pada setiap manusia
mempunyai kekuatan instinct batin yang dapat membedakan baik dan buruk dengan
sekilas pandang. Kekuatan batin ini terkadang berbeda refleksinya, karena pengaruh
masa dan lingkungan, akan tetapi pada dasarnya ia tetap sama dan berakar pada tubuh
maanusia. Apabila ia melihat suatu perbuatan, ia mendapat semacam ilham yang dapat
memberitahu nilai perbuatan itu, lalu menetapkan hukum baik dan buruknya. Oleh
karna itu kebanyakan manusia sepakat mengenai keutamaan seperti benar, dermawan,
berani dan mereka juga sepakat menilai buruk terhadap suatu perbuatan yang salah,
kikir dan pengecut.
Poedjawijatna mengatakan bahwa menurut aliran ini yang baik adalah yang sesuai
dengan kodrat manusia, yaitu kemanusiaannya cenderung kepada kebaikan. Penentuan
terhadap baik buruknya tindakan yang kongkret adalah perbuatan yang sesuai dengan
kata hati orang yang bertindak. Dengan demikian ukuran baik buruk suatu perbuatan
menurut paham ini adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, dan tidak
menentang atau mengurangi keputusan hati. Secara batin setiap orang pasti tidak akan
dapat membohongi kata hatinya.jika suatu ketika seseorang yang mengatakan sesuatu
yang bukan sebenarnya, hal yang demikian hanya dapat dilakukan atau ditrima oleh
ucapannya, tetapi kata hatinya tetap tidak mengakui kebohongan itu.
d. Paham Utilitarianisme
Secara harfiah berarti berguna. Menurut paham ini bahwa yang baik adalah yang
berguna.Jika ini berlaku bagi perorangan,disebut individual,dan jika berlaku bagi
masyarakat dan Negara disebut sosial. Pada masa sekarang ini,kemajuan dibidang
teknik cukup meningkat,dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya.Namun
demikian paham ini cenderung ekstrim dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang
materialistik. Kegunaan bisa diterima jika hal-hal yang digunakan tidak menimbulkan
kerugian bagi orang lain.Nabi misalnya menilai orang yang baik adalah memberi
manfaat bagi yang lainnya.( HR.Bukhari).
e. Paham Religiosisme
Menurut paham ini yang dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak
tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah sebaliknya. Dalam paham ini keyakianan
teologis, yakni keimanan kepada Tuhanmemegang peranan penting,karna tidak
mungkin orang mau berbuat sesui dengan kehendak Tuhanjika bersangkutan tidak
beriman kepadaNya. Diketahui didunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan
masing-masing menentukan baik dan buruk menurut ukurannya masing-masing. Agama
Hindu, Budha,Yahudi, Kristen dan Islam misalnya ,masing-masing memiliki tolak ukur
tentang baik dan buruk yang dengan yang lainnya berbeda-beda.
C. Sifat Dari Baik Dan Buruk
Sifat dan corak baik buruk yang didasarkan pada pandangan filsafat adalah sesuai
dengan sifat dari filsafat itu sendiri,yakni berubah dan tidak universal. Nilai baik dan buruk
bersifat relative dan nisbi pula, yakni baik dan buruk yang dapat terus berubah. Sifat baik
dan buruk yang dikemukakan oleh pandangan filsafat tersebut sifatnya subyektif, lokal,
dan temporal.4 Untuk itu perlu ada sesuatu ketentuan baik dan buruk yang didasarkan pada
nilai-nilai universal dimana, sifat baik dan buruk tersebut terus berguna dan bermanfaat
sesuai zamannya. Oleh karena itu untuk mengetahui ukuran baik dan buruk yang bersifat
universal dan bersifat abadi kami kemukakan mengenai ukuran baik dan buruk menurut
pandangan agama Islam.

D. Baik Buruk Menurut Ajaran Islam.


Ajaran Islam adalah ajaran yang bersumberkan wahyu Allah SWT. Menurut ajaran
agama Islam penentuan baik dan buruk harus didasarkan pada Al-quran dan Hadist.
Di dalam Al-quran maupun hadist banyak dijumpai istilah yang mengacu pada yang baik

4Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf........, 116.


dan yang buruk. Diantara istilah yang mengacu pada hal yang baik misalnya al-hasanah,
thayyibah, khair, mahmudah, karimah dan al-birr.
1. Al-Hasanah : Al-Raghib Asfahani mengemukakan bahwa sesuatu yang digunakan untuk
menunjukkan sesuatu yang disukai atau yang dipandang baik adalah hasanah.
Hasanah dibagi menjadi tiga, pertama hasanah dari segi akal, kedua hasanah dari segi
nafsu/keinginan dan hasanah dari panca indra. Lawan dari hasanah adalah Al-Sayyiah.
Yang termasuk hasanah misalnya keuntungan, kelapangan rezeki dan kemenangan.
Sedangkan yang termasuk Al-Sayyiah misalnya kesempitan, kelaparan, dan
keterbelakangan.5 Penggunaan kata al-hasanah dabn al-sayyiah dalam Al-Qur’an
anatara lain : An Nahl, 16:125, Al-Qashas, 28:84, Hud, 11:114 dan Ali Imron, 3:120.
2. Al-Thayyibah: Kata Al-thayyibah khusus digunakan untuk menggambarkan
sesuatu yang memberikan kelezatan kepada panca indra dan jiwa, seperti makanan,
pakaian, dan tempat tinggal dan sebagainya. Lawan dari Al-thayyibah adalah Al-
qhabibah yang artinya buruk. Pemakian kata tersebut dalam al-Qur’an antara lain : al-
Baqarah, 2:57 dan al-Saba’, 34:15-17.
3. Al-khair : Kata Al-khair digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang baik oleh seluruh
umat manusia, seperti berakal, adil, keutamaan dan segala sesuatu yang bermanfaat.
Lawannya adalah Al-syarr.6 Pemakian dalam al-Qur’an antara lain : al-Baqarah, 2:158,
dan al-Nas 114:4
4. Karimah : Kata Al-karimah digunakan untuk menunjukkan pada perbuatan dan ahlak
yang terpuji yang ditampakkan pada kehidupan sehari-hari. Selanjutnya kata karimah
biasa digunakan untuk menunjukkan perbuatan yang terpuji yang sekalanya besar,
seperti menafkahkan hartanya dijalan Allah SWT dan berbuat baik pada orang tua.
Pemakian dalam al-Qur’an antara lain : al-Isra’, 17:23.
5. Al-mahmudah : Kata ini digunakan untuk menunjukkan sesuatu yang utama sebagai
akibat dari melakukan sesuatu yang disukai Allah SWT. Dengan demikian kata Al-
mahmudah lebih menunjukkan pada kebaikan yang bersifat batin dan spiritual.
Pemakian dalam al-Qur’an antara lain : al-Isra’, 17:79.
6. Al-birr : Kata al-birr digunakan untuk menunjukkan pada upaya memperluas melakukan
perbuatan yang baik.Kata tesebut terkadang digunakan sebagai sifat Allah dan
5 Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf..........., 117
6Ibid., 118
terkadang juga untuk manusia.Jika kata tersebut diguanakan untuk sifat Allah ,maka
maksudnya adalah bahwa Allah memberikan pahala yang besar,dan jika digunakan
untuk manusia , maka yang dimaksud adalah ketaatannya. 7 Pemakian dalam al-Qur’an
antara lain : al-Baqarah, 2:177.

7Ibid.,121

Anda mungkin juga menyukai