Anda di halaman 1dari 12

STANDAR BAIK DAN BURUK DALAM PANDANGAN

HEDONIS, NATURALIS, IDEALIS

MAKALAH

Diajukan guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kajian Akhlak Aplikatif

Dosen Pengampu: Ibni Trisal Adam, M.Hum

Disusun Oleh :

FARA AMALIA MUKTI (1717402013)

NUR ROUDLOTUL JANNAH (1717402027)

RAHMA SIVATUR RIZMA (1717402030)

SETYA MURTI (1717402034)

(5 PAI-A)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

IAIN PURWOKERTO

2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Baik dan buruk adalah persoalan yang pertama kali muncul di
kalangan para filsuf yunani. Persoalan ini pula yang menjadi pembicaraan
utama dalam kajian ilmu akhlak dan estetika. Sebelum membahas lebih dalam
tentang baik dan buruk alangkah baiknya untuk memahami kedua istilah
tersebut. Istilah baik dan buruk merupakan dua kata yang banyak digunakan
untuk menentukan suatu perbuatan yang dilakukan oleh manusia.
Pembicaraan mengenai baik dan buruk penting karena dua alasan. Pertama,
persoalan ini menjadi pembahasan utama ilmu akhlak sekaligus menjadi inti
keberagaman seseorang. Kedua, mengetahui pandangan islam tentang
persoalan ini di tengah maraknya berbagai aliran yang memperbincangkan
persoalan ini.
Adanya perbedaan persepsi, budaya, ideology kehidupan, potensi jiwa yang
diberkahi Tuhan dan masih banyak faktor-faktor lain menyebabkan cara
pandang tentang baik dan buruk itu berbeda-beda. Maka sejalan dengan
perkembangan manusia, perbedaan-perbedaan itu akhinya melahirkan
berbagai aliran atau paham filsafat yang secara langsung turut mempengaruhi
perkembangan pemikiran akhlak.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan standar baik buruk?
2. Apa yang dimaksud dengan hedonis?
3. Apa yang dimaksud dengan Idealis?
4. Apa yang dimaksud dengan Naturalis?
5. Bagaimana standar baik dan buruk Hedonis, Idealis, dan Naturalis?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui definisi standar baik buruk
2. Untuk mengetahui definisi hedonis

1
3. Untuk mengetahui definisi Idealis
4. Untuk mengetahui definisi Naturalis
5. Untuk mengetahui standar baik dan buruk Hedonis, Idealis, Naturalis.

2
PEMBAHASAN

A. Standar Baik dan Buruk

Secara umum kata baik dalam makna lugas artinya sesuatu yang patut dan
berguna. Beberapa pengertian baik yang dijelaskan dari berbagai sumber antara lain:

a. Baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan.

b. Baik adalah sesuatu yang menimbulkan rasa keharusan dalam kepuasan,


kesenangan, persesuaian, dan seterusnya.

c. Baik adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang
diharapkan, yang memberikan kepuasan.

d. Sesuatu hal dikatakan baik, bila ia mendatangkan rahmat, memberikan


perasaan senang atau bahagia. Jadi sesuatu dikatakan baik bila ia dihargai secara
positif.

e. Baik adalah sesuatu yang sesuai dengan keinginan.

Sedangkan buruk dalam arti letterlijk artinya rusak, busuk, jahat. Dalam
hubungannya akhlak, berbagai sumber menjelaskan pengertian buruk sebagai berikut:

a. Tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna, kualitasnya dibawah
standar, kurang dalam nilai.

b. Keji, jahat, tidak bermoral, tidak menyenangkan, tidak dapat disetujui, tidak
dapat diterima.

c. Segala perbuatan yang tercela yang bertentangan dengan norma-norma


masyarakat yang berlaku.

3
Dari beberapa definisi tersebut, dapatlah dipahami bahwa sesuatu yang baik atau
buruk sangatlah relatif. Bergantung kepada pandangan, persepsi atau penilaian
masing-masing orang yang memformulasikannya.1

B. Definisi Hedonisme
Hedonisme adalah pandangan yang mengatakan bahwa kenikmatan
merupakan kebaikan alamiah dan satu-satunya kebaikan, sedangkan kesakitan
adalah keburukan alamiah. 2

Dalam memandang kebahagiaan, aliran hedonisme terbagi menjadi dua,


yaitu:

a. Kebahagiaan yang berorientasi pada diri sendiri.

Golongan ini berpandangan bahwa manusia itu seharusnya banyak


mencari kebahgiaan untuk dirinya. Segala upaya dalam kehidupan ini selalu
berorientasi kepada kebahagiaan dirinya. Bila seseorang diperhadapkan
alternatif pilihan apakah suatu perbuatan harus dilakukan atau ditinggalkan,
maka yang harus dilihat untuk dipertimbangkan adalah tingkat kenikmatan
dan kesengsaraan yang ditimbulkan oleh perbuatan itu. Kalau tingkat
kenikmatannya lebih besar berarti perbuatan itu dikatakan baik, tetapi kalau
tingkat kesengsaraan lebih besar maka perbuatan itu dikatakan buruk.

b. Kebahagiaan yang berorientasi bersama.

Tokoh yang membangun aliran ini adalah Bentham (1748-1832) dan John
Stuart Mill (1806-1873). keduanya adalah ahli filsafat berkebangsaan Inggris.
Aliran ini berpandangan bahwa manusia seyogyanya mencari kebahagiaan itu
untuk sesama manusia, bahkan untuk semua makhluk hidup di muka bumi ini.
Nilai baik atau buruk dari suatu perbuatan adalah kesenangan atau

1
Rahmawati,Baik dan Buruk,Al-Munzir Vol.8, No.1,2015,hlm 69.
2
Gorhom Graham, Teori-Teori Etika, (Bandung: Nusa Media, 2014),hlm. 61.

4
kesengsaraan yang diakibatkan oleh perbuatan itu. Akibat dari perbuatan itu
bukan hanya untuk dirasakan oleh diri kita sendiri tetapi untuk dirasakan oleh
semua makhluk. Oleh karenanya, setiap orang yang melakukan perbuatan,
harus mempertimbangkan keseimbangan antara kenikmatan untuk dirinya
sendiri dengan kenikmatan orang lain.

C. Definisi Idealis
Kata idealis merupakan istilah dalam filsafat mempunyai arti yang
sangat berbeda dakam bahasa sehari-hari. Secara umum, kata itu berarti: (1)
seorang yang menerima ukuran moral yang tinggi, estetika dan agama serta
menghayatinya, (2) orang yang dapat melukiskan dan menganjurkan suatu
rencana atau program yang belum ada. Tiap pembaharu sosial adalah seorang
idealis dalam arti kedua ini, kerena ia menyokong sesuatu yang belum ada.
Mereka yang berusaha mencapai perdamaian yang abadi atau memusnahkan
kemiskinan juga dapat dinamakan idealis dalam arti ini. Kata idealis dapat
dikatakan sebagai pujian atau olok-olok. Seorang yang memperjuangkan
tujuan-tujuan yang dipandang orang lain tidak mungkin dicapai.
W.E. Hocking, seorang idealis mengatakan bahwa kata-kata “idea-
ism” adalah lebih tepat daripada “idealism”. Secara ringkas, idealism
mengatakan bahwa realitas terdiri atas ide-ide, pikiran-pikiran, akal (mind)
atau jiwa (selves) dan bukan benda material dan kekuatan. Idealism
menekankan “mind” sebagai hal yang lebih dahulu daripada materi. Jika
materialism mengatakan bahwa materi adalah riil dan akal adalah fenomena
yang menyertainya, maka idealisme mengatakan bahwa akal itulah yang riil
dan materi adalah produk sampingan. Dengan begitu maka idealisme
mengandung pengingkaran bahwa dunia ini pada dasarnya adalah sebuah
mesin besar dan harus ditafsirkan sebagai materi, mekanisme atau kekuatan
saja.

5
Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang
mengatakan bahwa realitas dasar terdiri atas atau sangat erat hubungannya
dengan ide, pikiran, atau jiwa. Dunia mempunyai arti yang berlainan dari apa
yang nampak pada permukaannya. Dunia dipahami dan ditafsirkan oleh
penyelidikan tentang hukum-hukum pikiran atau kesadaran, dan tidak hanya
oleh metode ilmu obyektif semata-mata.
Menurut sebagian dari kelompok idealis, terdapat kesatuan yang
dalam, suatu rangkaian tingkatan yang mengungkapkan, dari materi, melalui
bentuk tumbuh-tumbuhan kemudian melalui bentuk binatang hingga sampai
kepada manusia, akal, dan jiwa.3
D. Definisi Naturalis
Naturalis adalah aliran yang di dalamnya mengatakan bahwa anak
sejak lahir sudah memiliki pembawaan sendiri-sendiri baik bakat minat,
kemampuan, sifat, watak, dan pembawaan lainnya. Pembawaan akan
berkembang sesuai dengan lingkungan alami bukan lingkungan yang di buat-
buat. Aliran ini juga memiliki kesamaan dengan aliran nativisme. Aliran
nativisme yaitu aliran yang mengajarkan bahwa anak lahir sudah memiliki
pembawaan baik dan buruk. Perkembangan anak hanya ditentukan oleh
pembawaannya sendiri-sendiri. Lingkungan sama sekali tidak mempengaruhi
apalagi membentuk kepribadian anak. Jika pembawaan jahat, akan menjadi
jahat, jika pembawaannya baik, maka akan menjadi baik. Jadi lingkungan
yang diinginkan dalam perkembangan anak adalah lingkungan yang tidak
dibuat-buat yakni lingkungan alami.4
E. Standar Baik dan Buruk Hedonis
John Stuart Mill (1806-1873) adalah seorang filsuf Inggris abad ke-19.
Seperti kaum Cyrenaic dan Epucurean, Mill meyakini bahwa kenikmatan

3
Suhar, Filsafat Umum, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2010), hlm. 212-214.
4
Darmi,Aliran-aliran Yang Mempengaruhi Kurikulum Pendidikan,At-Tadib,Vol.
5.No.1,2013,hlm 3-4.

6
merupakan hal alamiah sedangkan rasa sakit merupakan keburukan alamiah.
Dengan demikian, dalam filsafat moral Mill, kenikmatan dan rasa sakit
merupakan inti dari kehidupan yang baik.
Contoh terkenal yang dibuat oleh Mill adalah sebagai berikut: kita
dapat mengandaikan ada seekor babi yang kehidupannya dipenuhi dengan
kenikatan ala babi. Di sisi lain kita juga dapat mengandaikan Socrates yang
prestasi intelektualnya yang sangat besar, menghasilkan persepsi yang
membuat dirinya sendiri frustasi sehingga dia merasa prestasi besar tersebut
menjadikan dia merasa sebagai orang yang hanya sedikit memiliki
pengtahuan. Si Babi merasa puas sedangkan Socrates tidak puas sehingga
hedonisme cenderung memuji kehidupan si Babi. Namun Mill berpendapat
bahwa sangat jelas bahwa kekecewaan Socrates adalah lebih baik daripada
kepuasan si Babi. Ini akan membuat kita mempertnyakan betapa kenikmatan,
sebagai kenikmatan yang baik dalam dirinya sendiri, tidak dapat menjelaskan
perbedaan ini. Untuk menjelaskannya, Mill memperkenalkan pembedaan
antara kenikmatan tinggi dan rendah. Alih-alih menjadikan kenikmatan
sebagai indikator nilai, Mill menyatakan bahwa ada kenikmatan yang lebih
baik daripada kenikmatan lainnya.
Jika kita menyatakan bahwa kenikmatan tertentu lebih baik dari
kenikmatan yang lainnya, kita harus menggunakan standar “lebih baik” bukan
standar kenikmatan itu sendiri. Jika demikian, ini menunjukkan bahwa
kenikmatan bukanlah satu-satunya hal baik. Ada dua hal yang bisa digunakan
untuk dapat menolak kesimpulan tersebut. Pertama, terkadang dinyatakan
bahwa perbedaan antara kenikmatan rendah dan tinggi dapat dijelaskan
dengan menggunakan kuantitas kenikmatan. Kenikmatan tinggi memberikan
lebih banyak kenikmatan. Dengan kata lain, kita dapat memperoleh sebuah
kenikmatan yang sama dengan kenikmatan tinggi dengan cara menambahkan
beberapa kenikmatan rendah. Sebagai contoh, kita menganggap membaca
karya Shakespeare merupakan kenikmatan yang tinggi sedangkan memakan

7
donat sebagai kenikmatan rendah. Jika satu-satunya perbedaan diantara
keduanya adalah kenikmatan kuantitatif, maka kita tinggal menambahkan
donat yang kita makan agar dapat menyamai kenikmatan membaca karya
Shakespeare.
Kenyataan bahwa idealism telah hidup langsung selama berabad-abad
dan telah didukung oleh banyak tokoh pemikir di Barat dan di Timur,
menunjukkan bahwa ia telah memenuhi suatu kebutuhan. Kekuatan idealism
terletak pada tekanan terhadap person (pribadi), dan segi mental dan segi
spiritual dari kehidupan. Idealisme secara filsafi membenarkan bahwa pribadi
itu mempunyai arti dan harga diri, manusia mempunyai nilai dan lebih tinggi
daripada lembaga-lembaga dan benda-benda. Nilai-nilai moral dan agama
terdapat dalam alam. Idealisme menegaskan bahwa jiwa dan nilai secara
struktural adalah bagian dari alam.
Pada dasarnya idealism merupakan salah satu aliran etika metafisika
yang berpendirian bahwa wujud yang paling dalam dari kenyataan ialah yang
bersifat kerohanian. Dalam persoalan etika, aliran idelisme berpendapat
bahwa perbuatan manusia seharusnya tidak terikat pada sebab musabab lahir,
tetapi setiap perbuatan manusia harus didasarkan pada prinsip-prinsip
kerohanian yang lebih tinggi. Misalnya orang berbuat baik bukan karena
dianjurkan oleh orang lain atau untuk mendapat sanjungan, tetapi didasarkan
pada kemauan sendiri yang didorong oleh tanggung jawab dan kewajiban.5
F. Standar Baik dan Buruk Naturalis
Aristoteles berpendapat bahwa kita dapat menemukan hal yang bagus
bagi manusia dan hal-hal yang diperlukan manusia untuk menjalani kehidupan
yang baik. Dengan kata lain, adalah mungkin untuk menggambarkan
aktivitas-aktivitas yang mendukung pertumbuhan manusia, misalnya hal-hal
alamiah bagi manusia dimana mereka dapat terus berkembang dan kondisi-
kondisi yang membuat hal itu mungkin. Pandangan Aristoteles mengandung
5
Suhar,…hlm.211

8
implikasi bahwa dalam hal ini tidak terdapat satu hal baik, sehingga apa yang
baik dan apa yang tidak baik selalu tergantung pada kondisi. Dengan
demikian, tidak ada hal semacam “baik titik(pokoknya baik),” sebaliknya kita
hendaknya berkata “baik bagi.” Misalnya apa yang baik bagi kaktus belum
tentu baik bagi anggrek, apa yang baik bagi seekor kuda belum tentu baik bagi
singa, dan seterusnya, termasuk hal yang baik bagi manusia. Dengan
demikian, kebaikan bukanlah obyek atau property abstrak yang memancarkan
kebaikannya secara terpisah dari manusia tau makhluk lainnya. Sebaliknya,
kebaikan adalah sebuah model eksistensi yang ditentukan oleh kondisi
alamiah dari beragam makhluk hidup.6

PENUTUP
Kesimpulan
6
Gordon Graham,Teori-teori Etika,(Bandung:Nusa Media,2015),hlm 79-80.

9
Baik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan luhur,
bermartabat, menyenangkan, disukai manusia dan memiliki tujuan yang baik.
Sedangkan buruk adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sesuatu
yang rendah, hina, menyusahkan, dibenci manusia dan tidak mempunyai
tujuan yang baik. Ukuran baik dan buruk dalam ilmu akhlak antara lain adat
istiadat, nurani, rasio, pandangan individu dan norm agama.
Sesuatu yang baik atau buruk sangatlah relatif. Bergantung kepada
pandangan, persepsi atau penilaian masing-masing orang yang
memformulasikannya.

DAFTAR PUSTAKA

10
Graham, Gordon. 2015. Teori-teori Etika. Bandung: Nusa Media.
Suhar. 2010. Filsafat Umum.. Jakarta: Gaung Persada Press.
Darmi. 2013. Aliran-aliran Yang Mempengaruhi Kurikulum Pendidikan,At-
Tadib,Vol. 5.No.1.

11

Anda mungkin juga menyukai