Anda di halaman 1dari 24

QURROTUL AINIYAH

PERNIKAHAN BEDA AGAMA


PERKAWINAN BEDA AGAMA

Perkawinan antara dua orang, yaitu


laki- laki dan perempuan yang
salah satunya bukan beragama
Islam

MUSLIM + NON MUSLIM


SIAPA NON MUSLIM ?

MUSYRIK
KAAFIR
AHLU KITAB (YAHUDI
DAN NASRANI
DASAR HUKUMNYA

PERNIKAHAN DENGAN MUSYRIK = QS. AL-


BAQARAH (2) ; 221

PERNIKAHAN DENGAN KAAFIR = QS. AL


MUMTAHANAH ( 60 ) ; 10

PERNIKAHAN DENGAN AHLU KITAB = QS. AL-


MAI’DAH (5) ; 5
PERNIKAHAN DENGAN MUSYRIK
HUKUM PERNIKAHAN DG MUSYRIK

HARAM MUTLAK

LAKI-LAKI MUSYRIK dg PEREMPUAN MUKMIN


PEREMPUAN MUSYRIK dg LAKI-LAKI MUKMIN
DASAR HUKUM PERNIKAHAN DENGAN KAFIR
Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-
perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka. Allah lebih
mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa
mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada
(suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka (Perempuan Mukminat) tiada halal
bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir (laki-laki) itu tiada halal pula bagi
mereka (Perempuan Mukminat) . Dan berikanlah kepada (suami suami) mereka,
mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu mengawini mereka apabila
kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan janganlah kamu tetap berpegang pada
tali (perkawinan) dengan perempuan-perempuan kafir; dan hendaklah kamu minta
mahar yang telah kamu bayar; dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah
mereka bayar. Demikianlah hukum Allah yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan
Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
HUKUM PERNIKAHAN DENGAN KAFIR

HARAM MUTLAK

LAKI-LAKI KAFIR dgn PEREMPUAN MUSLIMAH


PEREMPUAN KAFIR dgn LAKI-LAKI MUSLIM
KEBOLEHAN MENIKAH DENGAN PEREMPUAN AHLI KITAB

 ‫اْلَيْو َم ُأِح َّل َلُك ُم الَّطِّيَباُت َو َطَع اُم اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب ِح ٌّل َلُك ْم َو َطَع اُم ُك ْم ِح ٌّل َلُهْم‬
‫َو اْلُم ْح َص َناُت ِم َن اْلُم ْؤ ِم َناِت َو اْلُم ْح َص َناُت ِم َن اَّلِذ يَن ُأوُتوا اْلِكَتاَب ِم ْن َقْبِلُك ْم ِإَذ ا‬
‫آَتْيُتُم وُهَّن ُأُجوَر ُهَّن ُم ْح ِص ِنيَن َغ ْيَر ُم َس اِفِح يَن َو ال ُم َّتِخ ِذ ي َأْخ َد اٍن َو َم ْن َيْكُفْر‬
‫ِباإليَم اِن َفَقْد َح ِبَط َع َم ُلُه َو ُهَو ِفي اآلِخ َرِة ِم َن اْلَخ اِس ِريَن‬

 pada hari ini Dihalalkan bagimu yang baik-baik. makanan (sembelihan)


orang-orang yang diberi Al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal
(pula) bagi mereka. (dan Dihalalkan mangawini) wanita yang menjaga
kehormatan diantara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang
menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Al kitab sebelum
kamu, bila kamu telah membayar mas kawin mereka dengan maksud
menikahinya, tidak dengan maksud berzina dan tidak (pula) menjadikannya
gundik-gundik. Barangsiapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima
hukum-hukum Islam) Maka hapuslah amalannya dan ia di hari kiamat
Termasuk orang-orang merugi (al-Maidah ; 5)
HUKUM PERNIKAHAN DENGAN AHLU KITAB

LAKI-LAKI MUKMIN dg PEREMPUAN AHLI KITAB


= BOLEH/HALAL

LAKI-LAKI AHLI KITAB dg PEREMPUAN MUKMIN


= HARAM
HUKUM MENIKAHI PEREMPUAN AHLI KITAB

A. BOLEH :
1. QS. Al-Maidah (5): 5
2. Dilaksanakan oleh para sahabat; Usman bin Affan
menikahi Nailah binti al-Farafashah yang bergama
Nasrani.
3. Ada persamaan ajaran antara ahli kitab dan Islam;
pengakuan adanya Tuhan, iman pada Rasul, iman
padahari kiamat, hari pembalasan (surga-neraka)
B. MADZHAB SYAFI’I :
1. MAKRUH : Jika ajaran agama Yahudi atau Nasrani
masih asli (ajaran belum diselewengkan),
2. HARAM : Jika ajaran agama sudah diselewengkan.
APAKAH (NASRANI) KRISTEN
SEKARANG TERMASUK AHLI KITAB ?
QS. Al-Maidah (5) : 17 : “sesungguhlah telah kafirlah
orang yang berkata : sesungguhnya Allah itu adalah
al-Masih Putra Maryam
QS. AL-Maidah (5) : 73 : “sesungguhnya kafirlah
orang yang mengatakan : bahwasannya Allah salah
seorang dari tiga, padahal sekali-kali tidak ada
Tuhan selain Allah.
TINJAUAN FIKIH
PERBEDAAN PENDAPAT TENTANG
HUKUM NIKAH DENGAN NON MUSLIM

HARAM KARENA HATI-HATI


HALAL TERBATAS
HALAL MUTLAK
HARAM KARENA HATI HATI

Ktk QS. Al-Mumtahanah 10 diturunkan, maka


S.UMAR BIN KHATTAB langsung menceraikan 2
isterinya yg kafir. Beliau juga pernah hendak
mencambuk Muslim yang menikahi wanita ahli kitab,
karena ada kekhawatiran perempuan muslimah tidak
ada yang mengawini, tetapi tindakan S. Umar ini tidak
mengubah pendirian para sahabat untuk menikahi
perempuan ahli kitab
HALAL TERBATAS

HALAL HANYA ANTARA LAKI-LAKI MUSLIM


DENGAN PEREMPUAN NON MUSLIM
Keharaman menikahi perempuan musyrik (QS. Al
Baqarah 221) dan kafir (QS. Al Mumtahanah 10)
sudah dibatalkan QS. Al Maidah : 5 yang
membolehkan nikah dg ahli kitab.
Keharaman menikahi perempuan musyrik (QS. Al
Baqarah 221) dan kafir (QS. Al Mumtahanah 10)
sudah ditahsis oleh QS. Al Maidah : 5 yang
membolehkan nikah dg ahli kitab
MUTLAK DIPERBOLEHKAN

DIPERBOLEHKAN SECARA MUTLAK BAIK


ANTARA LAKI-LAKI MUSLIM DENGAN
PEREMPUAN NON MUSLIM MAUPUN
SEBALIKNYA
KARENA TIDAK ADA AYAT YANG
MENJELASKAN SECARA JELAS TENTANG
KEHARAMAN PERNIKAHAN PEREMPUAN
MUSLIMAH DENGAN LAKI LAKI NON MUSLIM
PERNIKAHAN BEDA AGAMA MENURUT
PERUNDANG-UNDANGAN PERKAWINAN
DI INDONESIA
UNDANG-UNDANG NO. 1/1974

PASAL 2 (1) UU NO. 1/1974 : Perkawinan adalah


Sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-
masing agama dan kepercayaan itu.
MAKSUDNYA : Jika sah menurut agama, maka sah
menurut perundang-undangan negara. Begitu pula
sebaliknya, jika tidak sah menurut agamanya, maka
tidak sah pula menurut undang-undang negara.
Peraturan Pemerintah No. 9 / 1975

Pasal 10 : “ perkawinan dinyatakan sah jika


dilakukan di hadapan pegawai pencatat dan dihadiri
oleh dua orang saksi. Tata cara perkawinan
dilakukan menurut hukum masing-masing agamnya
dan kepercayaannya
MAKSUDNYA : Undang-undang perkawinan di
Indonesia tidak mengenal perkawinan beda agama
sehingga pernikahan antar agama tidak dapat
dilakukan
SIAPA PEGAWAI PENCATAT NIKAH ?

KUA = KANTOR URUSAN AGAMA , adalah instansi


yang khusus mencatat pernikahan orang-orang
Islam dengn berdasarkan hukum Islam

KCS = KANTOR CATATAN SIPIL, adalah instansi


yang bertugas mencatat pernikahan non Muslim,
memakai hukum agamanya atau hukum perdata
PERNIKAHAN DI LUAR INDONESIA
Pasal 56 UU No. 1/1974
1. Pernikahan yang dilangsungkan di luar Indonesia
antara 2 orang warga negara Indonesia, atau seorang
warga negara Indonesia dengan warga negara asing
adalah sah bilamana dilakukan menurut hukum yang
berlaku di negara dimana perkawinan itu
dilangsungkan dan bagi warga negara Indonesia tidak
melanggar ketentuan-ketentuan undang-undang ini.
2. Dalam waktu 1 (satu) tahun seelah suami-isteri itu
kembali di wilayah Indonesia, surat bukti perkawinan
mereka harus didaftarkan di Kantor Pencatatan
Perkawinan tempat tinggal mereka

Anda mungkin juga menyukai