Anda di halaman 1dari 3

PENGANTAR STUDI ISLAM

"PERNIKAHAN BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF ISLAM NORMATIF DAN


ISLAM HISTORIS"

(Dimas Anggara dan Nadine Chandrawinata)

Nama-nama Kelompok 3 :

 Ade Fitriani Harahap (22103040025)

 Aulia Rahma Dewi (22103040047)

 Nahri Salsabila (22103040037)

 Nurul Hidayah (22103040008)

 Rafi Satrio Aji Nuryawan (22103040020)

 Rahmad Chudori Chairul Falach (22103040005)

 Rahmi Surya Safitri (22103040013)


A. Kronologi

Nadine Chandrawinata dan Dimas Anggara. Pasangan selebriti yang menikah pada Mei 2018 di
Bhutan. Dimas dan Nadine memiliki keyakinan yang berbeda. Nadine memeluk agama Kristen
sementara Dimas memeluk agama islam. Meskipun berbeda keyakinan, baik Dimas maupun
Nasine memiliki rasa toleransi yang tinggi. Hal itu dapat dilihat dari Nadine yang selalu
mendampingi suami berpuasa dan beribadah, begitupula Dimas yang selalu menemani Nadine
merayakan natal.

B. Analisis

Indonesia merupakan negara multikultural yang artinya memiliki beranekaragam suku, budaya
dan agama yang dianut penduduknya. Di samping itu manusia sebagai makhluk sosial saling
membutuhkan satu sama lain, saling berinteraksi hingga timbul rasa saling peduli, saling
menyayangi, saling mencintai dan berkeinginan untuk hidup bahagia serta memperbanyak
keturunan dengan melangsungkan perkawinan.

Secara yuridis pengertian perkawinan termaktub dalam “Undang-Undang Nomor 16 tahun 2019
tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974, yang menyatakan bahwa
Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa "
Secara normatif Allah Swt memerintahkan kepada hamba-Nya untuk menikah, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. An-Nur : 32 yang berbunyi :

‫َو َاْنِك ُحوا اَاْلَياٰم ى ِم ْنُك ْم َو الّٰص ِلِح ْيَن ِم ْن ِعَباِد ُك ْم َو ِاَم ۤا ِٕىُك ْۗم ِاْن َّيُك ْو ُنْو ا ُفَقَر ۤا َء ُيْغ ِنِهُم ُهّٰللا ِم ْن َفْض ِلٖۗه َو ُهّٰللا َو اِس ٌع َع ِلْيٌم‬

Artinya : "Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara kamu, dan juga orang-
orang yang layak (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika
mereka miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan karunia-Nya. Dan
Allah Mahaluas (pemberian-Nya), Maha Mengetahui.”

Allah memang menganjurkan hamba-hamba Nya untuk menikah. Selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis setiap individu dengan jalan yang halal, menikah juga menjadi alternatif
terbaik untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti fitnah, zina dll. Namun di sisi
lain Allah juga melarang untuk menikah dengan orang yang berbeda keyakinan, sebagaimana
firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah : 221, yang berbunyi:

‫َو اَل َتْنِكُحوا اْلُم ْش ِرٰك ِت َح ّٰت ى ُيْؤ ِم َّن ۗ َو َاَلَم ٌة ُّم ْؤ ِم َنٌة َخْيٌر ِّم ْن ُّم ْش ِر َك ٍة َّو َلْو َاْع َجَبْتُك ْم ۚ َو اَل ُتْنِكُحوا اْلُم ْش ِرِكْيَن َح ّٰت ى ُيْؤ ِم ُن ْو اۗ َو َلَع ْب ٌد ُّم ْؤ ِم ٌن‬
‫ٰۤل‬
‫ࣖ َخْيٌر ِّم ْن ُّم ْش ِرٍك َّو َلْو َاْع َجَبُك ْم ۗ ُاو ِٕىَك َيْدُع ْو َن ِاَلى الَّناِرۖ َو ُهّٰللا َيْدُع ْٓو ا ِاَلى اْلَج َّنِة َو اْلَم ْغ ِفَرِة ِبِاْذ ِنٖۚه َو ُيَبِّيُن ٰا ٰي ِتٖه ِللَّناِس َلَع َّلُهْم َيَتَذَّك ُرْو َن‬

Artinya :

Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba
sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik
hatimu. Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang
beriman) sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba sahaya laki-laki yang beriman lebih baik
daripada laki-laki musyrik meskipun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka,
sedangkan Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. (Allah) menerangkan ayat-
ayat-Nya kepada manusia agar mereka mengambil pelajaran."

Kompilasi Hukum Islam mengatur masalah menyangkut perkawinan beda agama. Hal itu dapat
dijumpai dalam UU Perkawinan yaitu Pasal 40 dan Pasal 44 Bab VI tentang larangan
Perkawinan. Pasal 40 UU Perkawinan berbunyi larangan melangsungkan perkawinan antara
seorang pria dan seorang wanita karena keadaan:

a) Karena wanita yang bersangkutan masih terikat satu perkawinan dengan pria lain;

b) Seorang wanita yang masih berada dalam masa iddah dengan pria lain;

c) Seorang wanita yang tidak beragam Islam.

Kemudian Pasal 44 UU Perkawinan menjelaskan bahwa seorang wanita Islam dilarang untuk
melangsungkan perkawinan dengan seorang pria yang tidak beragama Islam. Dari kedua pasal
tersebut dapat diketahui bahwa agama Islam melarang secara tegas mengenai Perkawinan beda
agama yang dilakukan oleh seorang pria atau wanita muslim.
Seiring dengan perkembangan zaman, dan di era globalisasi yang modern serta teknologi yang
semakin canggih ini, banyak perkawinan yang tidak sesuai dengan aturan dan hukum yang
berlaku. Ikatan perkawinan tinggalah ikatan yang tanpa makna dan harapan. Banyak masalah
yang timbul dalam kehidupan masyarakat menyangkut perkawinan. Walaupun memiliki hukum
perkawinan nasional yang berfungsi untuk mengatur masalah perkawinan, namun tidak bisa di
pungkiri bahwa pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang masih menggunakan aturan
adat istiadat dari masing – masing agama maupun sukunya masing – masing. Sehingga dalam
melangsungkan Perkawinan ada banyak yang melanggar aturan hukum yang sudah di atur. Salah
satu di antaranya ialah Perkawinan berbeda agama.

Secara yuridis masalah perkawinan termasuk nikah beda agama diatur dalam UU No.1 tahun
1974 tentang perkawinan pasal 2 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: "Perkawinan adalah sah, apabila
dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu."

Selain itu juga diatur dalam Instruksi Presiden RI No.1 tahun 1991 tentang Komplikasi Hukum
Islam pada pasal 40 : "Dilarang melangsungkan perkawinan antara seorang pria dengan wanita
karena keadaan tertentu, salah satunya seorang wanita yang tidak beragama islam"

C. Kesimpulan

Rumitnya birokrasi di indonesia untuk melegalkan pernikahan pasangan beda agama biasanya
tunduk pada salah satu hukum agama yaitu salah satunya harus bersedia untuk pindah agama.
Namun, jika tidak ada yang mau pindah agama , maka jalan lainnya adalah menikah diluar
negeri. Pasangan yang menikah diluar negeri akan mendapatkan akta perkawinan dari negara
yang bersangkutan dan ketika ke Indonesia, pasangan beda agama tersebut dapat mencatatkan
perkawinannya di kantor catatan sipil untuk mendapatkan Surat Keterangan Pelaporan
Perkawinan Luar Negeri

Anda mungkin juga menyukai