Anda di halaman 1dari 9

Buletin Kaffah, No.

237
21 Sya'ban 1443 H
25 Maret 2022 M

HARAM MUSLIMAH MENIKAH


DENGAN NON-MUSLIM

M
asyarakat di Tanah Air dihebohkan dengan berita
pernikahan beda agama, Seorang Muslimah meni-
kah dengan lelaki non-Muslim. Terbaru, seorang
Muslimah Staf Khusus Kepresidenan melangsung-
kan pernikahan dengan pria kafir.
Pernikahan beda agama kini tidak malu lagi ditampakkan di
media sosial. Menurut laporan Indonesian Conference on Reli-
gion and Peace (ICRP) sejak 2005, sudah ada 1.425 pasa-
ngan beda agama menikah di Indonesia.
Meski banyak kalangan mengingatkan keharaman pernika-
han beda agama tersebut, tak sedikit yang membela. Ada
yang menyatakan mestinya perbedaan agama jangan jadi
penghalang cinta dan pernikahan. Bahkan ada yang mengata-
kan hukum pernikahan seorang Muslimah dengan pria non-

01
Muslim adalah khilafiyah di kalangan ulama. Benarkah demi-
kian?

Tak Ada Khilafiyah


Pernikahan Muslimah dengan lelaki kafir sesungguhnya
telah tuntas dibahas oleh para ulama. Hal ini sudah terkategori
ma’lûm min ad-dîn bi adh-dharûrah. Dasar pembahasan hukum
pernikahan beda agama adalah firman Allah SWT:
‫ﺖ َﺣ ﱠ ٰﱴ ﻳـُ ْﺆِﻣ ﱠﻦ َوَﻷ ََﻣﺔٌ ﱡﻣ ْﺆِﻣﻨَﺔٌ َﺧﲑٌ ﱢﻣ ْﻦ ﱡﻣﺸ ِﺮَﻛ ٍﺔ َوﻟَ ْﻮ‬
ِ ‫وَﻻ ﺗَـْﻨ ِﻜﺤﻮاْ ٱﳌ ْﺸ ِﺮَٰﻛ‬
ُ ُ َ
‫َﻋﺠﺒَْﺘ ُﻜﻢ‬
َ ‫أ‬
Janganlah kalian menikahi wanita-wanita musyrik sebelum
mereka beriman. Sungguh budak wanita yang beriman lebih
baik dari wanita musyrik walaupun dia menarik hati kalian (TQS
al-Baqarah [2]: 221).

Prof. Dr. Wahbah az-Zuhayli menjelaskan ayat ini, “Tidak


halal bagi seorang pria Muslim menikahi wanita musyrik atau
penyembah berhala, yakni yang menyembah selain Allah
sebagai Tuhan seperti berhala, bintang, api atau binatang;
yang semisalnya seperti kaum wanita ateis atau para penga-
nut akidah materialisme yang mengimani materi (benda) dan
mengingkari keberadaan Allah; juga yang tidak menganut
agama samawi, seperti penganut sosialisme, kaum Baha’iyah,

02
Ahmadiyah Qadhiyani, Budha.” (Wahbah Az-Zuhayli, Fiqh al-
Islâm wa Adillatuhu, 7/152).
Selanjutnya Wahbah az-Zuhayli menjelaskan keharaman
pernikahan seorang Muslimah dengan lelaki kafir. Ia mengata-
kan: Haram secara ijmak pernikahan seorang Muslimah de-
ngan lelaki kafir berdasarkan firman Allah SWT:
‫ﲔ َﺣ ﱠ ٰﱴ ﻳـُ ْﺆِﻣﻨُﻮاْ َوﻟَ َﻌﺒ ٌﺪ ﱡﻣ ْﺆِﻣ ٌﻦ َﺧْﻴـٌﺮ ﱢﻣ ْﻦ ﱡﻣ ْﺸ ِﺮٍك َوﻟَْﻮ‬ ِ ِ
َ ‫َوَﻻ ﺗـُْﻨﻜ ُﺤﻮاْ ٱﳌُ ْﺸ ِﺮﻛ‬
‫أ َْﻋ َﺠﺒَ ُﻜﻢ‬
Janganlah kalian menikahkan orang-orang musyrik (dengan
wanita-wanita Mukmin) sebelum mereka beriman. Sungguh
budak lelaki yang Mukmin lebih baik dari orang musyrik
walaupun dia menarik hati kalian (TQS al-Baqarah [2]: 221).

Juga berdasarkan firman Allah SWT:


ِ ِ ِ ِ
ُ‫ﻮﻫ ﱠﻦ ۖ◌ ٱﻟﻠﱠﻪ‬ُ ُ‫ﺖ ُﻣ َٰﻬﺠ َٰﺮت ﻓَ ْﭑﻣﺘَﺤﻨ‬ ُ َ‫ٰﻳَﺄَﻳـﱡ َﻬﺎ ٱﻟﱠﺬﻳْ َﻦ ءَ َاﻣﻨُﻮاْ إِ َذا َﺟﺎءَ ُﻛ ُﻢ ٱﳌُْﺆﻣٰﻨ‬
ِ ٍ ِ ِ ِ
ُ ُ‫أ َْﻋﻠَ ُﻢ ﺑِِﺈﳝَٰﻨ ِﻬ ﱠﻦ ۖ◌ ﻓَِﺈ ْن َﻋﻠ ْﻤﺘُ ُﻤ ْﻮُﻫ ﱠﻦ ُﻣﺆﻣٰﻨَﺖ ﻓَ َﻼ ﺗَـ ْﺮﺟﻌ‬
‫ﻮﻫ ﱠﻦ إِ َﱃ ٱﻟ ُﻜﻔﱠﺎ ِر ۖ◌ َﻻ‬
◌ۖ ‫ُﻫ ﱠﻦ ِﺣﻞﱞ ﱠﳍُﻢ َوَﻻ ُﻫﻢ َِﳛﻠﱡﻮ َن َﳍُ ﱠﻦ‬
Hai orang-orang yang beriman, jika datang perempuan-
perempuan yang beriman berhijrah kepada kalian, hendaklah
kalian uji (keimanan) mereka. Allah lebih mengetahui tentang
keimanan mereka. Jika kalian telah mengetahui bahwa mereka

03
(benar-benar) beriman maka janganlah kalian kembalikan mere-
ka kepada (suami-suami mereka) orang-orang kafir. Mereka
tiada halal bagi orang-orang kafir itu dan orang-orang kafir itu
tidak halal pula bagi mereka (TQS al-Mumtahanah [60]: 10).

Profesor Dr. Wahbah Zuhayli mengatakan, meski nas terse-


but menyebut larangan itu terhadap lelaki musyrik, ia berlaku
umum untuk seluruh lelaki kafir (Wahbah Az-Zuhayli, Fiqh al-
Islâm wa Adillatuhu, 7/152).
Memang benar, sebelum ayat ini turun kaum Muslim
diizinkan untuk menikah dengan orang-orang kafir, seperti
putri Rasulullah Ruqayyah dan Ummu Kultsum menikah de-
ngan putra-putra Abu Lahab yang merupakan golongan
musyrik. Namun, setelah ayat-ayat di atas turun, Islam
mengharamkan pernikahan wanita Muslimah dengan lelaki
kafir, baik dari golongan Ahlul Kitab—Nasrani dan Yahudi—
ataupun golongan musyrik seperti penjelasan di atas.
Ormas-ormas Islam di dalam negeri pun telah menyepakati
keharaman nikah beda agama, khususnya Muslimah dengan
pria kafir, tanpa ada perbedaan di antara mereka. MUI telah
mengeluarkan fatwa nomor 4/MUNAS VII/MUI/8/2005 yang
menetapkan perkawinan beda agama adalah haram dan tidak
sah. Nahdlatul Ulama (NU) juga telah menetapkan fatwa
keharaman nikah beda agama dalam Muktamar ke-28 di

04
Yogyakarta pada akhir November 1989. Demikian pula
Muhammadiyah, melalui Sekretaris Umum Pengurus Pusat
(PP) Muhammadiyah Abdul Mu’ti, menegaskan pernikahan
berbeda agama tidak sah menurut hukum Islam dan undang-
undang (UU).
Dengan demikian pernikahan seorang Muslimah dengan
lelaki kafir jelas batil. Tidak sah menurut syariah. Status
hubungan mereka bukanlah pasangan suami-istri dalam
pernikahan, tetapi perzinaan. Hal ini berdampak pada status
anak yang lahir dari pasangan Muslimah dengan lelaki kafir;
nasab anak mereka tidak disandarkan pada sang ayah,
melainkan pada ibunya. Islam hanya mengakui nasab anak
kepada ayah yang lahir dalam ikatan pernikahan yang sah.
Pria kafir juga tidak halal menjadi wali untuk anak-anak
perempuan mereka. Ia pun tidak saling mewarisi harta kepada
istri maupun anak-anaknya. Nabi saw. bersabda:
‫ث اﻟ َﻜﺎﻓُِﺮ اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠِ َﻢ‬ ِ ِ
ُ ‫ وﻻ ﻳَِﺮ‬،‫ث اﻟْ ُﻤ ْﺴﻠ ُﻢ اﻟ َﻜﺎﻓَﺮ‬
ُ ‫ﻻ ﻳَِﺮ‬
Muslim tidak bisa mewarisi orang kafir dan orang kafir pun tidak
bisa mewarisi Muslim (HR al-Bukhari dan Muslim).

Bagian Liberalisme Beragama


Marak dan beraninya orang menampilkan pernikahan beda
agama adalah bagian propaganda ajaran liberalisasi beragama

05
yang tumbuh subur di alam sekularisme-demokrasi. Dalam
sistem sekuler-demokrasi agama harus dipisahkan dari kehidu-
pan, termasuk dalam urusan pernikahan, juga dari negara.
Agama hanyalah pilihan dan urusan pribadi. Dalam sistem
demokrasi, warga diberikan kebebasan berpendapat dan
berperilaku. Tidak peduli apakah sampai menghalalkan yang
haram, seperti pernikahan Muslimah dengan lelaki beda
agama.
Di sisi lain, kaum Muslim yang ingin taat beragama ditakut-
takuti dengan sebutan radikalisme. Sebagaimana yang pernah
dirilis oleh Badan Nasional Penanggulangan Terorisme
(BNPT), ciri-ciri kaum radikal adalah intoleran pada umat
beragama lain, takfiri yakni suka mengkafirkan orang lain,
termasuk mengkafirkan kalangan non-Muslim.
Karena itu pernah ada upaya sekelompok orang untuk
mengubah sebutan kafir pada kalangan non-Muslim lalu
mengganti sebutan tersebut dengan muwathinun (warga
negara). Alasannya, sebutan kafir mengandung kekerasan
teologis terhadap kalangan non-Muslim. Paham inilah yang
rupanya akan menjadi celah untuk menghapuskan pengertian
iman dan kafir yang telah jelas dalam al-Quran, as-Sunnah dan
para ulama salaf. Termasuk menjadi pintu untuk menghalal-
kan hal-hal yang semula haram karena persoalan akidah.

06
Padahal menghalalkan perkara yang sudah jelas
keharamannya bisa menjadi pembatal keimanan. Ibnu
Qudamah dalam kitabnya Al-Mughni menyatakan, “Siapa yang
meyakini kehalalan sesuatu, sedangkan umat telah bersepakat
atas keharamannya, dan sudah jelas hukumnya di tengah kaum
Muslim, tidak ada syubhat di dalamnya pada nas-nas yang
mencantumkan hal tersebut seperti (keharaman) babi, zina dan
yang serupa dengan hal itu dalam hal yang tidak ada perbedaan
pandangan, maka dia telah kufur.” (Ibnu Qudamah, Al-Mughni,
9/11. Maktabah Syamilah).
Sebab itulah, selama paham sekularisme dan ajaran
demokrasi dianut oleh kaum Muslim, praktik pernikahan beda
agama akan terus berjalan. Tidak ada yang mencegah mereka
meskipun nikah beda agama dinyatakan melanggar undang-
undang.

Islam Melindungi Akidah


Dalam Islam, negara berkewajiban mendidik dan
melindungi umat dari pemahaman yang keliru, seperti
pernikahan beda agama. Negara wajib mencegah pernikahan
batil tersebut terjadi. Negara juga akan menghukum para
pelakunya, juga pihak-pihak yang mengadvokasinya.
Pencegahan terhadap nikah beda agama juga bertujuan
untuk melindungi akidah kaum Muslim. Allah SWT

07
mengingatkan bahwa orang-orang kafir akan berusaha
mempengaruhi pasangannya yang Muslim untuk murtad dari
agamanya. Allah SWT berfirman:
‫ﲔ آﻳَﺎﺗِِﻪ‬ ِِ ِ ِ ْ ‫أُوﻟَﺌِﻚ ﻳ ْﺪﻋﻮ َن إِ َﱃ اﻟﻨﱠﺎ ِر واﻟﻠﱠﻪ ﻳ ْﺪﻋﻮ إِ َﱃ‬
ُ ‫اﳉَﻨﱠﺔ َواﻟْ َﻤ ْﻐﻔَﺮةِ ﺑِِﺈ ْذﻧﻪ َوﻳـُﺒَـ ﱢ‬ ُ َُ َ ُ ََ
ِ ‫ﻟِﻠﻨ‬
‫ﱠﺎس ﻟَ َﻌﻠﱠ ُﻬ ْﻢ ﻳـَﺘَ َﺬ ﱠﻛ ُﺮو َن‬
Mereka mengajak ke neraka, sedangkan Allah mengajak ke
surga dan ampunan dengan izin-Nya. Allah menerangkan ayat-
ayat (perintah-perintah)-Nya kepada manusia supaya mereka
mengambil pelajaran (TQS al-Baqarah [2]: 221).

Faktanya, pemurtadan terhadap Muslimah lewat cara


pernikahan memang kerap terjadi. Banyak lelaki non-Muslim
yang berpura-pura masuk Islam lalu menikahi wanita
Muslimah. Tujuannya untuk kembali murtad sambil mengajak
dan memaksa istri serta anak-anaknya. Apalagi jika sejak awal
pihak lelakinya kafir, semakin besar peluang untuk memurtad-
kan keluarganya kelak. Padahal murtad merupakan dosa
besar dan pelakunya diancam hukuman berat. Sabda Nabi
saw.:
ِ َ ‫ﻣﻦ ﺑﺪ‬
ُ‫ﱠل دﻳﻨَﻪُ ﻓَﺎﻗْـﺘُـﻠُﻮﻩ‬ َ َْ
Siapa yang mengganti agamanya, bunuhlah dia (HR al-Bukhari).

08
Di dalam Islam, pernikahan bukanlah sekadar karena cinta
dan kasih sayang, melainkan dengan asas ketaatan pada Allah
SWT, lalu bersama menunaikan hak dan kewajiban sesuai
ajaran Islam. Itulah pernikahan yang akan mendapatkan
keberkahan serta mewujudkan kehidupan sakinah mawaddah
wa rahmah. Andaikan cinta yang jadi tolak ukur baik dan
buruk, apalagi jadi ukuran halal dan haram, bisa jadi hubungan
yang rusak dan menjijikkan seperti kumpul kebo, homoseksual
atau incest dilegalkan. Na’ûdzubilLâh min dzâlik. []

HIKMAH:

‫ب َٰﻫ َﺬا َﺣ ٰﻠَ ٌﻞ َو َٰﻫ َﺬا َﺣَﺮ ٌام ﻟﱢﺘَـ ْﻔﺘَـ ُﺮْوا‬ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ﻒ أَﻟْﺴﻨَﺘُ ُﻜ ُﻢ ٱﻟْ َﻜﺬ‬ُ ‫َوَﻻ ﺗَـ ُﻘﻮﻟُْﻮا ﻟ َﻤﺎ ﺗَﺼ‬
ِ ِ ِ‫ِ ﱠ‬ ِ ِ
‫ب َﻻ‬ َ ‫ﻳﻦ ﻳـَ ْﻔﺘَـ ُﺮو َن َﻋﻠَﻰ ٱﻟﻠﱠﻪ ٱﻟْ َﻜﺬ‬ َ ‫ب ۚ◌ إ ﱠن ٱﻟﺬ‬ َ ‫َﻋﻠَﻰ ٱﻟﻠﱠﻪ ٱﻟْ َﻜﺬ‬
‫ﻳـُ ْﻔﻠِ ُﺤﻮ َن‬
Janganlah kalian mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut
oleh lisan kalian secara dusta, "Ini halal dan ini haram," untuk
mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sungguh orang-
orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah tidak
akan beruntung. (TQS an-Nahl [16]: 116). []

09

Anda mungkin juga menyukai