Anda di halaman 1dari 2

Rakyat sedang Susah, Wakil Rakyat Butuh Gorden Mewah?

Oleh: Nurhidayah Gani

Memilukan, ditengah kondisi rakyat yang sekarat wakil rakyat justru butuh gorden
mewah. Dilansir dari laman (CNBC Indonesia, 28/03/2022), Para wakil rakyat menetapkan
alokasi anggaran hingga lebih dari Rp 59 miliar. Dana Rp 48,7 miliar untuk mengganti gorden
para anggota. Sementara sisanya Rp 11 miliar, akan dipergunakan untuk aspal baru di kompleks
parlemen.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPR RI, Indra Iskandar menanggapi soal pengadaan gorden
rumah dinas anggota DPR tersebut. Ia menuturkan bahwa gorden tersebut belum pernah diganti
sejak tahun 2009 lalu, Ia mengaku prihatin dengan kondisi gorden yang ada di rumah dinas
anggota DPR saat ini. Ada yang sudah lapuk dan tidak memadai, bahkan ia menilai gorden
tersebut sudah seperti kain pel (Republika, 28/03/2022).

Disatu sisi, tak henti hentinya persoalan pelik terus bergulir mencekik rakyat. Masih
nyata dalam indera kita kelangkaan minyak goreng yang berujung pada berbagai kebutuhan
pokok melambung tinggi. Sosok ibu yang tega menggorok anaknya demi menyelamatkannya
dari pahitnya kehidupan.

Ditengah kondisi rakyat yang menderita parah, sebegitu gentingkah wakil rakyat butuh
gorden mewah?

Pengamat politik sekaligus sosiolog dari Universitas Negeri Jakarta Ubedillah Badrun
menyayangkan keputusan DPR tersebut. Ia menuturkan apakah para anggota DPR tidak bisa
tidur jika gorden lama tidak diganti?. Menurutnya, pembelian gorden untuk rumah jabatan
anggota DPR itu sangat tidak perlu dan tidak mendesak, DPR sudah kehilangan empatinya pada
rakyat banyak. Uang untuk membeli gorden itu lebih baik digunakan untuk membantu rakyat
yang sedang susah hidupnya (Kompas, 29/03/2022).

Peneliti Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai,
pengadaan gorden tersebut menunjukkan wajah parlemen yang jauh dari rakyat. Kondisi
ekonomi yang belum sepenuhnya pulih serta kenaikan harga berbagai kebutuhan pokok
semestinya jadi pertimbangan DPR dalam melakukan pengadaan (Kompas,29/03/2022).

Tak heran bila sindiran wakil rakyat sudah mewakili rakyat dalam berbagai hal selalu
terdengar. Rakyat mau makan enak, sudah diwakili, mau hidup enak sudah diwakili. Sampai
kapan rakyat terus menjerit sedangkan para para wakilnya terus hidup melangit?

Jeritan rakyat akan terus terdengar selama aturan yang terterapkan adalah demokrasi
kapitalistik. Dalam demokrasi suara rakyat hanya terdengar di ajang kontestasi politik, setelah itu
mereka terlupakan.

Kemuliaan rakyat hanya dapat dijumpai dalam Islam. Pejabat paham posisinya sebagai
pemimpin yaitu mengurus rakyat sepenuh hati sesuai ketentuan as-Syari’. Menjamin kebutuhan
rakyat walau harus mengorbankan diri. Tengoklah khalifah Umar bin Khattab. Jangankan punya
gorden mewah, beliau hanya punya dua baju, bahkan tidur beralaskan tikar.

Kondisi ini hanya dapat dijumpai ketika sistem Islam tegak. Wallahu a’lam bishawab

Anda mungkin juga menyukai