Anda di halaman 1dari 13

KEBUTUHAN WARGA NEGARA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah PPKN MI/SD

Dosen Pengampu : Agus Dwi Prasojo, M.Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok 4

Wulandari Ayu Pertiwi 2211100216


Nely Dwi Iriyanti 2211100150
Muhajah Khotimah 2211100326
Muhammad Hatta 2211100327

PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN RADEN INTAN LAMPUNG

2023/2024
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kepada Allah Swt, yang


telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah PPKN MI/SD yang berjudul Kebutuhan Warga Negara.

Penulis sampaikan terima kasih kepada bapak Agus Dwi Prasojo, M.Pd.
selaku dosen pengampu mata kuliah PPKN MI/SD dan kepada rekan-rekan yang
telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini.

Makalah ini akan membahas tentang pengertian kebutuhan manusia, warga


negara, dan kebutuhan warga negara. Oleh sebab itu, pembaca diharapkan segala
bentuk saran dan kritik yang membangun. Penulis berharap semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi kita semua terutama bagi kami sebagai penyusun.

Bandar Lampung, 22 Maret 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................................. 1
C. Tujuan ................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian HAM ................................................................................................... 2


B. Sejarah HAM di Indonesia.................................................................................... 2
C. Penegakan dan Perlindungan HAM di Indonesia ................................................. 3

BAB III PENUTUP

Kesimpulan ...................................................................................................................... 9

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 10

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Warga negara merupakan unsur pokok suatu negara sebagai dasar legitimasi
negara dalam menjalankan kekuasaannya. Tanah merupakan ruang dan sarana bagi
setiap warga negara dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Negara berkewajiban
untuk menjamin hak warga negara atas tanah. Kebutuhan adalah salah satu aspek
Psikologis yang menggerakkan mahluk hidup dalam aktifitas - aktifitasnya dan
menjadi dasar (alasan) berusaha. warga negara adalah sekelompok orang yang
memiliki kedudukan secara resmi menjadi anggota penuh dari suatu negara.
kebutuhan warga negara adalah sistem atau tatanan akan kebutuhan hidup atau
sosial untuk memenuhi kehidupan atau kebutuhan pada warga negara. Kebutuhan
warga negara sebagai fungsi untuk mengetahui hak dan kewajiban bagi masyarakat.
Banyak macam dari kebutuhan warga negara,seperti menjaga harga diri, masyarakat
yang bebas berpendapat, mendapatkan persamaan sebagai warga negara karena telah
diatur dalam UUD 1945, memprestasikan diri dalam mewujudkan optimalisasi
pengembangan potensi, bebas.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian kebutuhan manusia?
2. Apa saja kebutuhan manusia?
3. Apa saja macam-macam kebutuhan manusia?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui dan memahami kebutuhan manusia.
2. Untuk mengetahui dan memahami kebutuhan manusia.
3. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam kebutuhan manusia.

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian Kebutuhan Manusia


Kebutuhan manusia sangat beragam macam dan jenisnya. Oleh karena itu,
manusia berjuang mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.
Kebutuhan ini dapat berupa pangan, seperti beras, kentang, sayur-mayur, dan telur,
dapat pula berupa sandang, seperti baju, celana, sepatu, dan kaos kaki, serta dapat
pula berupa pemenuhan jasa, seperti jasa hiburan, transportasi, pendidikan, dan
kesehatan. Jika semua kebutuhan manusia itu dapat terpenuhi, manusia tersebut
merasa puas dan sejahtera. Sebaliknya, jika suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi
maka akan timbul kekecewaan pada diri manusia tersebut dan ia merasa tidak
sejahtera. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebutuhan merupakan segala keinginan
manusia yang menuntut untuk dipenuhi.
B. Macam-Macam Kebutuhan
Kebutuhan manusia sangat beragam dan tidak terbatas. Kebutuhan manusia itu
dapat dikelompokkan sebagai berikut.

1. Kebutuhan Menurut Intensitas Kegunaannya


A. Kebutuhan Primer
Kebutuhan primer merupakan kebutuhan yang paling utama untuk
dipenuhi. Termasuk dalam kebutuhan primer ialah kebutuhan akan pangan,
sandang, dan papan. Mengapa kebutuhan seperti itu dinamakan kebutuhan
primer? Kebutuhan primer itu berarti kebutuhan pokok yang harus dipenuhi
oleh manusia demi kelangsungan hidupnya. Agar dapat hidup, manusia
harus makan, minum, berpakaian, serta memiliki tempat tinggal untuk
beristirahat dan berlindung dari hujan, udara dingin, dan dari terik panas
matahari. Sembilan kebutuhan pokok sehari-hari (sembako) seperti beras,
tepung terigu, tekstil, garam, minyak tanah, sabun cuci, ikan asin, gula
pasir, dan minyak goreng merupakan beberapa contoh alat pemuas
kebutuhan primer.
B. Kebutuhan Sekunder

Manusia tidak hanya hidup dengan memenuhi kebutuhan primer.


2
Sebagai makhluk berbudaya dan bermasyarakat, manusia tidak lepas dari
kebutuhan yang lebih luas, lebih banyak, dan lebih sempurna seperti
kebutuhan akan peralatan rumah tangga (tempat tidur, tidur, meja, kursi,
radio, televisi, buku, alat tulis, kompu dan lain-lain). Kebutuhan seperti ini
disebut sebagai kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder ini merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi setelah terpenuhinya kebutuhan primer demi
mencapai kehidupan yang lebih baik.1
C. Kebutuhan Sekunder
Manusia tidak hanya hidup dengan memenuhi kebutuhan primer.
Sebagai makhluk berbudaya dan bermasyarakat, manusia tidak lepas dari
kebutuhan yang lebih luas, lebih banyak, dan lebih sempurna seperti
kebutuhan akan peralatan rumah tangga (tempat tidur, tidur, meja, kursi,
radio, televisi, buku, alat tulis, kompu dan lain-lain). Kebutuhan seperti ini
disebut sebagai kebutuhan sekunder. Kebutuhan sekunder ini merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi setelah terpenuhinya kebutuhan primer demi
mencapai kehidupan yang lebih baik.
C. Kebutuhan Warga Negara
Secara garis besar kebutuhan warga negara Indonesia meliputi:
1. Kebebasan Berserikat
Kebebasan yang dimiliki warga negara, seperti hak berpartisipasi dalam
politik, hak berekspresi, dan hak atas kebebasan berekspresi. Oleh karena itu,
kebebasan berserikat harus digunakan sebagai sarana untuk melindungi hak-hak
warga negara lainnya. Hak atas kebebasan berserikat sangatlah penting sehingga
negara tidak boleh menerapkan pembatasan yang tidak semestinya sehingga
menghambat implementasinya. Negara mempunyai kewenangan untuk
membatasi hak atas kebebasan berekspresi, namun pembatasan tersebut harus
wajar dan bertujuan untuk mewujudkan negara demokratis.
Berdasarkan Pasal 281 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, Pasal 70 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999
mengatur: Pembatasan yang ditetapkan oleh subjek hukum yang tujuan utamanya
adalah untuk menjamin pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan sipil
orang lain dalam masyarakat demokratis dan untuk menjamin pengakuan

1
Suparmoko, Ekonomi Kelas I SMA (Jakarta: Yudisthira, 2007), hal. 3-5
3
legitimasi sesuai dengan adat, nilai-nilai agama, keamanan dan ketertiban umum.
menanggapi tuntutan dari Berdasarkan kedua ketentuan tersebut, berarti negara
tidak boleh membatasi hak warga negaranya untuk menjalankan kebebasan
berserikat, kecuali karena alasan-alasan yang ditentukan dalam kedua ketentuan
tersebut.2
2. Hidup Aman dan Damai
Kehidupan yang harmonis merupakan dambaan setiap orang, dan kehidupan
yang damai juga merupakan dambaan setiap orang. Kehidupan yang harmonis
dan damai akan meningkatkan ketenangan. Kehidupan yang harmonis dan damai
akan terpelihara di atas segalanya. Mari kita jaga keharmonisan dan kedamaian di
rumah, sekolah, dan masyarakat. Orang yang hidup rukun dan damai akan
merasakan kedamaian dan ketenangan, dan segala sesuatu dalam hidup akan
berjalan lancar.
Agar keharmonisan dapat berjalan, aturan-aturan masyarakat harus dipatuhi.
Oleh karena itu, norma diperlukan agar interaksi sosial dalam masyarakat dapat
berjalan dengan baik. Norma-norma tersebut tidak dapat dipisahkan dan saling
berkaitan dalam pelaksanaannya. Pemberlakuan norma demi norma guna
menciptakan keharmonisan dalam masyarakat. Ajaran setiap agama pasti
memuat tugas dan hak pemeluknya. Kewajiban tersebut meliputi perintah yang
harus ditaati dan perintah yang harus ditinggalkan.
Misalnya, umat Islam melaksanakan shalat lima waktu setiap hari. Mungkin
di suatu wilayah tertentu tidak akan ada akibat bagi umat Islam yang tidak
mengamalkannya, namun ajaran Islam memberikan sanksi berupa dosa bagi yang
tidak mengamalkannya. Mengamalkan norma kesusilaan dilakukan dengan
melakukan perbuatan terpuji dan menjauhi perbuatan tercela. Pada dasarnya
setiap orang dapat membedakan perbuatan baik dan buruk. Oleh karena itu,
siapapun yang melanggarnya otomatis akan mengetahui bahwa itu adalah
perbuatan yang tidak boleh dilakukan. 3
3. Aktualisasi Diri
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat
dan potensi psikologis diri. Terlepas dari asal usul etnis seseorang, semua orang

2
Sudjatmiko, Hak Kebebasan Berserikat Dalam Pendirian Partai Politik Di Indonesia (Jawa Timur:
Jakad Media Publishing, 2020), hal. 51-52
3
Eko Purwaningsih, Pentingnya Hidup Rukun (Jakarta Timur: PT Balai Pustaka, 2019), hal. 10
4
mengalami tahap-tahap peningkatan kebutuhan dan kesuksesan dalam hidup.
Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman,
kebutuhan sosial, kebutuhan harga diri, dan kebutuhan aktualisasi diri. Orang
yang mengaktualisasikan diri benar-benar memahami bahwa ada makhluk lain
dan hambatan yang bersemayam di dalam (inside) atau di luar (outside).
keberadaan mereka bersama. Ia mengendalikan tindakan dan benda.
Hambatan yang datang dari dalam diri adalah ketidaktahuan akan potensi diri,
serta perasaan ragu dan takut dalam mengekspresikan potensi diri. Kendala yang
datang dari luar (eksternal) adalah budaya masyarakat yang mendukung upaya
mewujudkan potensi manusia dan faktor lingkungan. Ada beberapa ciri yang
menunjukkan seseorang telah mencapai aktualisasi diri.
yaitu kemampuan melihat kenyataan dengan lebih efisien, kemampuan
menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya, spontanitas, kesederhanaan dan
kealamian, kebutuhan akan kesendirian, otonomi (kemandirian dari budaya dan
masyarakat). Kesegaran dan apresiasi. Keberlanjutan, kesadaran sosial,
hubungan interpersonal, demokrasi, kreativitas, kemandirian dan pengalaman
terbaik.4
4. Hidup Layak Sesuai Harkat dan Martabat Kemanusiaan
Hakikat dan harkat dan martabat manusia itu ada dan negara benar-benar
menghormati dan mengutamakan hak asasi manusia dan harkat dan martabat
manusia di atas segalanya sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Menurut pandangan Provinsi Pancasla
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, seluruh hak
dan martabat manusia dilindungi tanpa ada pembatasan apapun, agar ia dapat
hidup aman dan memperoleh kesehatan jasmani dan rohani, kesehatan spiritual
serta kemakmuran.
Sebaliknya, masyarakat juga harus memberikan kompensasi yang sepadan
dengan perlindungannya. harus ikut serta secara aktif dan tidak memihak dalam
pembelaan negara dan bangsa seutuhnya, dan harus bersedia turut serta aktif
dalam pembangunan lebih lanjut negara dan bangsa serta bekerja secara aktif
demi kemajuan kesejahteraan umum; Harus. Termasuk juga kegiatan yang
dilakukan pemerintah untuk kepentingan seluruh rakyat di Indonesia.

4
Akbar Rizky, “Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Beban Kerja Terhadap Prestasi Karyawan,”
Jurnal Ilmu Manajemen | 1, no. 4 (2013): 1223–31, www.btn.co.id.
5
Apabila hubungan saling menguntungkan antara pemerintah dan rakyat
dikembangkan dan disempurnakan secara utuh, maka tujuan pembangunan
nasional akan cepat terwujud secara seimbang dan harmonis, tanpa menimbulkan
kerugian bagi keduanya, bahkan sebaliknya justru membawa manfaat. Ini akan
sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia.5
5. Pendidikan
Program pendidikan ini dapat dibagi menjadi lima kategori.
a. pendidikan nonformal terkait ideologi negara dan pendidikan moral bangsa.
b. paket kelompok belajar untuk menghilangkan pendidikan dasar yaitu buta
huruf dan angka, buta huruf pengetahuan dasar, dan buta huruf bahasa
Indonesia.
c. pendidikan penghidupan. Hal ini mencakup kelompok riset bisnis yang
menyelenggarakan kegiatan pembelajaran di bidang industri makanan,
peralatan olah raga, peralatan rumah tangga, desain fesyen, dan pertanian.
d. Pelatihan profesional/keterampilan terkait. Pelatihan kejuruan, meliputi
program kegiatan pembelajaran di bidang kesehatan, pertanian, kerajinan,
industri, teknologi, seni, perdagangan, bahasa, dan lain-lain.
e. pelatihan lainnya. Meliputi penyuluhan, pelatihan pemuda, kepanduan,
keronpenkapil dan pelatihan dakwah melalui media elektronik dan cetak.
Kesimpulannya, berbagai contoh klasifikasi di atas hanyalah beberapa dari
sekian banyak kategori yang dapat dilakukan dengan menggunakan taksonomi.
Klasifikasi program pendidikan nonformal pada masyarakat industri dan pasca
industri akan berbeda dengan klasifikasi pada masyarakat pertanian. Negara
maju mempunyai program pendidikan nonformal yang relatif berbeda dengan
negara berkembang. Namun contoh-contoh tersebut dapat memberikan
gambaran tentang berbagai program pendidikan nonformal yang sedang
dikembangkan di dunia saat ini.
6. Kebebasan Berorganisasi
Kebebasan artinya kebebasan berbuat apa saja sepuasnya tanpa ada halangan
apapun. Kebebasan pribadi tidak boleh mengganggu kebebasan orang lain.
Kebebasan pribadi harus menjadi kebebasan yang bertanggung jawab. Artinya
jika kita ingin melakukan sesuatu, kita harus menghormati kebebasan orang lain.

5
Suroto, “Harkat Dan Martabat Manusia Dalam Pandangan Kenegaraan Pancasila Dan UUD NRI Tahun
1945,” Jurnal Pembaharuan Hukum II, no. 3 (2019): 310–18.
6
Kami telah menyelidiki banyak organisasi yang ada di sekolah dan masyarakat.
Kita mempunyai kebebasan untuk memilih organisasi sesuai dengan keinginan
kita. Tidak ada yang melarang kita untuk menjadi bagian dari suatu organisasi,
baik di sekolah maupun di masyarakat.
Kebebasan memilih organisasi tertentu dilindungi undang-undang.
Kebebasan berserikat merupakan salah satu hak warga negara Indonesia.
Kebebasan tersebut tertuang dalam Pancasila dan Pasal 28E (Pasal 3) UUD 1945.
Pasal 28E(3) memperjelas bahwa setiap orang berhak atas kebebasan
berorganisasi, berkumpul dan berekspresi. Kita berhak memilih organisasi
menurut keinginan, kepentingan dan hati nurani kita. Namun, sebelum memilih
organisasi, ada baiknya Anda memperhatikan beberapa hal, seperti: Mengenai
jenis organisasi, jenis kegiatan yang dilakukan organisasi, tujuan organisasi, dan
susunan kepengurusan organisasi.6
7. Hidup Gotong Royong
Nilai-nilai Pancasila hadir dalam kehidupan masyarakat Indonesia yang
beragam. Harmoni dan kerjasama dalam masyarakat yang beragam, yaitu nilai-
nilai yang menunjukkan perilaku dan sikap gotong royong. Istilah gotong royong
berasal dari bahasa Jawa. Gotong artinya membawa atau mengangkat, dan
Royong artinya bersama. Gotong Royong artinya mengangkat bersama atau
melakukan sesuatu bersama-sama. Gotong Royong merupakan salah satu ciri
bangsa Indonesia yang tertuang dalam sila ketiga Pancasila, “Persatuan Indonesia
Gotong Royong adalah orang yang berkarakter.Ini adalah bangsa dan budaya
yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakatnya.”
Ciri-ciri gotong royong adalah sebagai berikut: Tujuan kami adalah
kebahagiaan seluruh anggota. Permasalahannya adalah tanggung jawab bersama.
Setuju Mari kita selesaikan masalah bersama. Jaga orang lain. Nilai positif
gotong royong adalah sebagai berikut. Persatuan, gotong royong mencerminkan
persatuan. Sebab melalui gotong royong, masyarakat mau bekerja sama untuk
saling membantu. Rasa solidaritas yang terjalin dalam gotong royong juga
membawa persatuan di antara anggota masyarakat yang berkorban.
Pengorbanan tersebut bisa berbentuk apa saja, mulai dari pengorbanan
waktu, tenaga, pikiran, hingga uang. Melalui gotong royong, masyarakat

6
Rachmat Masan Petun, PKN Pendidikan Kewarganegaraan (Bengkulu, 2019), hal. 94
7
mengesampingkan kepentingan pribadi demi memenuhi kebutuhan bersama.
Gotong royong mengajarkan warga masyarakat untuk bekerja sama dan saling
membantu. Sekecil apapun peran seseorang dalam gotong royong, seseorang
selalu dapat memberikan bantuan dan manfaat kepada orang lain.7

7
Nidaul Janah, Mandiri Belajar Tematik SD/MI Kelas 5 Semester 2 (Jakarta: Bmedia, 2021), hal. 86
8
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Kebutuhan manusia sangat beragam macam dan jenisnya. Oleh karena itu,
manusia berjuang mencari nafkah untuk memenuhi semua kebutuhan mereka.
Kebutuhan ini dapat berupa pangan, seperti beras, kentang, sayur-mayur, dan telur,
dapat pula berupa sandang, seperti baju, celana, sepatu, dan kaos kaki, serta dapat
pula berupa pemenuhan jasa, seperti jasa hiburan, transportasi, pendidikan, dan
kesehatan. Jika semua kebutuhan manusia itu dapat terpenuhi, manusia tersebut
merasa puas dan sejahtera. Sebaliknya, jika suatu kebutuhan tidak dapat terpenuhi
maka akan timbul kekecewaan pada diri manusia tersebut dan ia merasa tidak
sejahtera. Jadi dapat disimpulkan bahwa kebutuhan merupakan segala keinginan
manusia yang menuntut untuk dipenuhi.

9
DAFTAR PUSTAKA

Akbar Rizky. “Pengaruh Kebutuhan Aktualisasi Diri Dan Beban Kerja


Terhadap Prestasi Karyawan.” Jurnal Ilmu Manajemen | 1, no. 4 (2013):
1223–31. www.btn.co.id.
Janah, Nidaul. Mandiri Belajar Tematik SD/MI Kelas 5 Semester 2. Jakarta:
Bmedia, 2021.
Masan Petun, Rachmat. PKN Pendidikan Kewarganegaraan. Bengkulu,
2019.
Purwaningsih, Eko. Pentingnya Hidup Rukun. Jakarta Timur: PT Balai
Pustaka, 2019.
Sudjatmiko. Hak Kebebasan Berserikat Dalam Pendirian Partai Politik Di
Indonesia. Jawa Timur: Jakad Media Publishing, 2020.
Suparmoko. Ekonomi Kelas I SMA. Jakarta: Yudisthira, 2007.
Suroto. “Harkat Dan Martabat Manusia Dalam Pandangan Kenegaraan Pancasila
Dan UUD NRI Tahun 1945.” Jurnal Pembaharuan Hukum II, no. 3 (2015):
310–18.

10

Anda mungkin juga menyukai