Anda di halaman 1dari 26

PENGEMBANGAN RELASI UNTUK MENINGKATKAN

KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DENGAN SISTEM


MUDHARABAH DAN MUZARAAH DI KAMPUNG
MUAMALAH DESA MUMBULSARI KECAMATAN
MUMBULSARI KABUPATEN JEMBER

Oleh :
Arif Humaidi, S.E
Penyuluh agama Islam Non PNS

KANTOR KEMENTRIAN AGAMA KABUPATEN JEMBER


FEBRUARI 2023

1
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang............................................................................................................. 4
B. Rumusan masalah........................................................................................................ 8
C. Tujuan dan manfaat..................................................................................................... 8
BAB II
KONSEP KAMPUNG MUAMALAH
A. Rencana Pembentukan Kmpung Muamalah.............................................................. 10
B. Pembentukan Kampung Muamalah........................................................................... 10
C. Program-Program Kampung Muamalah.................................................................... 11
BAB III
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI KAMPUNG MAUMALAH
A. Profil Desa.................................................................................................................. 13
B. Kampung Muamalah................................................................................................... 14
C. Strategi Implemnetasi Pemberdayaan ekonomi Masyarakat kampung Muamalah.... 15
1. Menciptakan iklim................................................................................................ 15
a. Akan Mudhrabah di kampung Muamalah....................................................... 15
b. Implementasi akad Muzaraah di Kampung Muamalah.................................. 17
2. Pengembangan Teknis.......................................................................................... 19
3. Bimkes (bimbingan kesehatan) Masyarakat.......................................................... 20
D. Capaian kegiatan atau program Kampung Muamalah di dusun Angsanah desa
Mumbulsari kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember........................................... 21
1. Meningkatnya pendapatan Masyarakat................................................................. 21
2. Keahlian dan skill.................................................................................................. 22
3. Terjalinnya kerja sama.......................................................................................... 22
E. Kegiatan lanjutan Kampung Muamalah di dusun Angsanah desa Mumbulsari
kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember................................................................ 22
1. Memperluas jangakaun atau wilayah................................................................... 22
2. Menambah 23
inveastor...............................................................................................

2
3. Menambah outline penjulan produk..................................................................... 23

BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan............................................................................................................... 24
2. Saran........................................................................................................................ 24
Daftar Pustaka...................................................................................................................... 25

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang permasalahan
Kebutuhan manusia banyak dan beraneka ragam, bahkan tidak
hanya beraneka ragam akan tetapi juga terus bertambah tidak ada habisnya
sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan ilmu pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan apa yang dinyatajan oleh Adam Smith sebagai
ekonom terkemuka bahwa kebutuhan manusia itu tidak terbatas. Hal
serupa juga dinyatakan oleh Minhajul Afkar bahwa manusia dalam
menjalani kehidupannya melakukan berbagai macam kegiatan agar dapat
mempertahankan kehidupannya dengan memenuhi kebutuhannya yang
salah satunya adalah melakukan kegiatan ekonomi sehingga manusia
dalam bahasa latin dikenal dengan Homo Economicus.
Aktivitas manusia yang begitu kompleks banyak kita jumpai di era
globalisasi seperti saat ini, dari berbagai macam profesi dan latar belakang
keahlian. Pada umunya aktivitas tersebut dimulai dari pagi sampai sore,
dan terkadang sampai waktu-waktu tertentu semata-mata bertujuan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya, kebutuhan hidup tentunya tidak hanya
makanan, pakaian, tempat tinggal, -masih banyak lagi yang lain- misalnya
buku, obat-obatan, alat transportasi, TV dan lain-lain. Pertanyaan dasarnya
adalah apakah semua kebutuhan hidup tersebut dapat terpenuhi, tentu
tidak. Kebutuhan hidup manusia sangat banyak dan beragam yang terdiri
dari barang dan jasa sedangkan jumlah barang jasa yang merupakan
pemuas kebutuhan manusia sangat terbatas, hal inilah yang menjadi inti
dari masalah ekonomi.1 Dalam bahasa yang lebih sederhana dapat
dipahami bahwa manusia sangat membutuhkan interaksi sesamanya untuk
melakukan transaksi ekonomi demi menunjang kehidupannya.
Bila dilihat dari eksistensinya, kebutuhan manusia terbagi menjadi
tiga yaitu pertama, kebutuhan Primer, Kedua kebutuhan Sekunder dan
ketiga kebutuhan Tertier. Kebutuhan primer merupakan kebutuhan matlak

1
Hendra Safri, Pengantar Ilmu Ekonomi (Palopo : LPK UIN Palopo),55

4
manusia yang harus terpenuhi demi melangsungkan hidupnya seperti
makan, minum, pakaian dan tempat tinggal. Istilah yang viral dalam
masyarakat disebut dengan sandang, pangan dan papan. Kedua adalah
kebutuhan Sekunder yaitu kebutuhan yang muncul bersamaan dengan
perkembangan kebudayaan yang ada di masyarakat makanya kebutuhan
sekunder manusia ini sering dikenal dengan kebutuhan kultural.
Kebutuhan sekunder ini meliputi keinginan makanan enak, pakaian yang
trend dan terbaru (bagus), perabotan yang bagus, nonton film dan
sebagainya. Sedangkan kebutuhan tertier merupakan kebutuhan yang
mengarah pada kesenenagan manusia pada umumnya seperti perhiasan,
mobil mewah, rumah mewah dan lain sebagainya. 2
Bila dilihat dari sifatnya, kebutuhan manusia diklasifikasi menjadi
kebutuhan yang meliputi kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. 3
Kebutuhan jasmani merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi berkaitan
dengan jasad atau tubuh manusia, sedangkan kebutuhan rohani merupakan
kebutuhan dari aspek batin seperti kebahagiaan, kesenangan, ketentraman
dan semacamnya.
Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dituntut untuk selalu
produktif dan optimis dalam segala hal yang dihadapi dalam kehidupannya
terutama yang berkaitan dengan aspek kebutuhan dasar jasmani yang
meliputi sandang, pangan dan papan serta kebutuhan dasar rohani seperti
kebahagiaan, ketentraman, kesenangan dan semacamnya. Ekonomi yang
merupakan upaya manusia untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka
dengan menggunakan sumber daya yang tersedia. Segala bentuk usaha dan
upaya manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup tersebut dalam rangka
untuk mendapatkan kesejahteraan hidup, ketenangan dan kecukupan. Oleh
karenanya di dalam kehidupan ini tidak akan mungkin tidak berekonomi.
Berbicara tentang ekonomi tentu kita perlu tengok kondisi
masyarakat Jember secara umum sebagaimana data Badan Pusat Statistik

2
Hendra Safri, Pengantar Ilmu Ekonomi....,57
3
Hendra Safri, Pengantar Ilmu Ekonomi...., 58

5
(BPS) kabupaten Jember yang terbit pada tahun 2022 memaparkan bahwa
jumlah pengangguran dan tingkat pengangguran terbuka (TPT) meningkat,
seiring dengan tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) tahun 2021. Pada
tahun 2021 jumlah angkatan kerja di kabupaten Jember sebanyak
1.343.187 jiwa atau mengalami peningkatan 26.535 jiwa dibanding tahun
2020, begitu pula pada tingkatan partisipasi angkatan kerjanya di mana
pada tahun 2020 sebesar 68,04 persen sedangkan pada tahun 2021 naik
menjadi 68,97 persen. Secara umum kondisi TPT kabupaten Jember
mengalami peningkatan pada tahun 2021 nilai sebesar 5,43 persen
dibanding tahun 2019 sebesar 5,12 persen.
Kondisi ini merupakan kondisi yang perlu disikapi oleh berbagai
pihak agar dapat memberikan kontribusi besar kepada masyarakat yang
tergolong tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan primernya.
Sebagaimana yang terjadi di Dusun Angsanah desa Mumbulsari yang
terdiri dari 441 KK di RW 10 mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai
buruh tani, ada yang juga bekerja serabutan dan tidak memiliki
penghasilan tetap. Hal ini berakibat tidak terpenuhinya kebutuhan primer
individu dan keluarga sebagai bagian dari masyarakat. Di samping itu di
wilayah Angsanah ini terdapat hektaran sawah namun bukan milik
masyarakat sekitar. Mereka hanya menjadi buruh tani yang digaji
Rp.25.000/hari. Dan mereka berkeja tidak konsisten setiap hari tergantung
kebutuhan garapan pemilik sawah. Sehingga kondisi semacam ini bila
dikaitkan dengan perkembangan kebutuhan secara umum tentu masih
tergolong belum dapat memenuhi kebutuhan.
Realitas ini disikapi oleh penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Mumbulsari dengan mendirikan Kampung Muamalah. Kampung
Muamalah merupakan kampung sasaran binaan penyuluh Agama Islam
KUA kecamatan Mumbulsari. Program yang dijalankan adalah
Mudharabah dan Muzar’ah sebagai alternatif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Angsanah desa Mumbulsari.
Dengan adanya Mudharabah ini Penyuluh Agama Islam KUA

6
kecamatan Mumbulsari berupaya untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat dengan pemeliharaan kambing dengan sistem bagi hasil.
Sehingga dengan bagi hasil melalui pemeliharaan kambing dapat
menambah income (penghasilan) sebab potensi masyarakat terkait dengan
ternak dapat dikatakan baik karena rata-rata masyarakat sudah
berpengalaman dalam memelihara kambing dan sapi. Penyuluh Agama
Islam KUA Kecamatan Mumbulsari melihat sosio-kultural dan mata
pencaharian masyarakat Dusun Angsanah desa Mumbulsari mayoritas
petani, buruh tani dan juga peternak kecil-kecilan. Bagi petani setelah
mengurus sawah di pagi hari dilanjutkan dengan ngerumput untuk ternak-
ternak mereka begitu pula dengan buruh tani yang sekaligus memiliki
hewan ternak seperti kambing, sapi dan juga ayam.
Demikian pula dengan Muzaraah, penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Mumbulsari mencarikan inveastor untuk pengembangan
tanaman berupa jahe merah, bibit sayur-mayur, jagung dan padi. Jahe
merah ini nantinya dikelola sedemikian rupa sehingga menjadi bubuk
kemasan praktis, sayur-mayur dijual ke pasar, padi dan jagung dijual ke
tengkulak. Sehingga dengan adanya Muzaraah ini dapat menambah
penghasilan buruh tani. Terdapat korelasi antara Mudharabah dan
Muzaraah dalam prakteknya, berupa limbah ternak yang ada pada
kambing dijadikan pupuk kandang untuk tanaman sayur,jagung dan padi
sehingga dapat meminimalisir modal perawatan pertanian, terutama hal
yang berkaitan dengan pupuk
Dengan adanya latar belakang ini, karya tulis ini berupaya untuk
menelusuri bagaimana praktek muamalah berkaitan dengan Mudharabah
dan Muzaraah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dusun
Angsanah desa Mumbulsari kabupaten Jember melalui program ekonomi
produktif dengan judul Pengembangan Relasi Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Dengan Sistem Mudharabah Dan Muzaraah Di
Kampung Muamalah Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten
Jember

7
B. Rumusan masalah
Dengan adanya latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Pengembangan Relasi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Dengan Sistem Mudharabah Di Kampung Muamalah Desa
Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember?
2. Bagaimana Pengembangan Relasi Untuk Meningkatkan Kesejahteraan
Masyarakat Dengan Sistem Muzaraah Di Kampung Muamalah Desa
Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember?
C. Tujuan dan manfaat
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan Pengembangan Relasi Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Dengan Sistem Mudharabah Di Kampung
Muamalah Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember
2. Mendeskripsikan Pengembangan Relasi Untuk Meningkatkan
Kesejahteraan Masyarakat Dengan Sistem Muzaraah Di Kampung Muamalah
Desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember
Adapun manfaat dari penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemberdayaan
ekonomi produktif
2. Membangun sinergisitas dengan lintas sektoral guna menunjang
permodalan setiap usaha baik pertanian dan/atau peternakan
3. Meningkatkan jiwa produktivitas masyarakat dalam kemandirian
ekonomi
4. Meningkatkan solidaritas dan kerukunan masyarakat
5. Membangun jiwa interpreneur masyarakat dengan mutu daya saing
profesional

8
6. Terealisasinya tugas-tugas penyuluh dengan tepat guna dan tepat
sasaran
7. Terbentukmuya peta wilayah potensi ekonomi masyarakat.

9
BAB II
KONSEP KAMPUNG MUAMALAH
A. Rencana Pembentukan Kampung Muamalah
Adapun Rencana pembentukan Kampung Muamalah adalah
sebagai berikut :
1. Koordinasi dengan pemilik peternakan yang sudah sukses dengan
omset lintas negara “Harjo Leastari” di desa Lampeji Kecamaan
Mumbulsari.
2. Meminta pemiliki peternakan Harjo Leastari Bapak Huda untuk
memberikan materi terkait peternakan kepada masyarakat
3. Koordinasi dengan pemerintah desa Mumbulsari
4. Mengumpulkan masyarakat
5. Mengatur jadwal pertemuan masyarakat dengan bapak Huda
6. Menjalin hubungan dengan inveastor
B. Pembentukan Kampung Muamalah
Setelah masyarakat mendapat bekal dari pak Huda terkait dengan
perternakan maka selanjutnya Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Mumbulsari mengadakan komitmen bersama bahwa akan membentuk
Kampung yang akan diberi nama dengan “Kampung Muamalah”. Untuk
merealisasikan terbentuknya kampung Muamalah lamgkah-langkah yang
ditempuh Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Mumbulsari adalah
sebagai berikut :
1. Mengadakan rapat bersama dengan masyarakat dan tokoh agama
dalam pembuatan visi misi Kampung Muamalah di masjid Nur Huda
Dusun Angsanah
2. Musyawarah penentuan dan pembentukan struktur Kampung
Muamalah
3. Menyusun rencana kerja dan program
4. Mengadakan Kerja sama dengan inveastor (perternakan dan Pertanian)
5. Membuat kandang Kambing
6. Menentukan lahan untuk petani penggarap (buruh tani atau masyarakat

10
sasaran binaan)
7. Menyusun proposal Launching Kampung Muamalah
8. Melaunching Kampung Mumalah
C. Program-program Kampung Muamalah
Terbentuknya kampung Muamalah di Dusun Angsanah Desa
Mumbulsari sebagai sasaran Binaan Penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Mumbulsari ini tentunya memiliki Program yang relevan
dengan sosio-ekonomi masyarakat. Oleh karena itu berikut adalah
program ada di Kampung Muamalah :
1. Lansia Mengaji
Kampung Muamalah adalah kampung yang dibentuk untuk
mendidik masyarakat agar masyarakat dapat belajar agama Islam
dengan baik dan benar. Salah satunya adalah mengajari masyarakat
lansia yang masih belum atau kurang bisa mengaji agar mampu
membaca dan menulis al-Qur’an. Sasaran binaan Kampung Mumalah
ini adalah masyarakat secara umum terutama lansia untuk bisa belajar
bersama baca tulis al-Qur’an
2. Dunia Aqil Baligh
Selain pembinaan terkait dengan baca tulis Al-Qur’an,
Kampung Muamalah juga melakukan pembinaan kepada masyarakat
yang tergolong Dunia Aqil Baligh. Yakni pembinaan kepada remaja-
remaja yang baru memasuki usia dewasa (baligh). Demi menjaga
kaum remaja dari gerusan arus globalisasi berupa live of digital
kampung Muamalah membuat program berupa pelatihan seni, sablon,
leadership, pelatihan pembuatan serbuk jahe merah. Hal ini dilakukan
agar remaja yang notabene merupakan masa-masa keemasan dalam
segala hal diarahkan agar memiliki jiwa produktif, berjiwa
interpreneur.
3. Muzaraah
Berdasarkan pendapat Sulaiman Rasyid, Muzaraah ialah
mengerjakan tanah (orang lain) seperti sawah atau terdapat dengan

11
imbalan sebagian hasilnya (seperdua, sepertiga atau seperempat).
Sedangkan biaya pengerjaan dan benihnya ditanggung pemilik tanah.
Kampung Muamalah mengadakan program Muzaraah melalui
kerja sama dengan inveastor. Masyarakat yang menjadi anggota lansia
mengaji, keluarganya difasilitasi untuk menggarap sawah milik
seseorang dengan benih atau bibit dicarikan hubungan kepada
inveastor. Dalam hal pertanian ini penyuluh Agama Islam KUA
Kecamatan Mumbulsari mencarikan bibit ke inveastor untuk digarab
oleh masyarakat berupa bibit sayuran, jahe merah, jagung dan padi.
4. Mudharabah
Akad Mudharabah adalah salah satu jenis akad atau
kesepakatan kerja sama yang mengatur peran dari pihak pemilik serta
penerima modal untuk bisa dimanfaatkan dalam jenis kegiatan usaha
apapun.
Dalam hal ini Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Mumbulsari
mencarikan orang/inveastor berupa kambing. Kambing tersebut
dipasrahkan kepada salah satu masyarakat yang siap memelihara
dengan melalui akad Mudharabah.
5. Bimkes (Bimbingan Kesehatan)
Salah satu hal yang penting dalam kehidupan adalah kesehatan
sebab kesehatan merupakan modal yang harus dimiliki masyarakat
untuk dapat menjalankan aktivitas sehari-hari. Dalam hal kesehatan
Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Mumbulsari melakukan
edukasi kesehatan kepada masyarakat terutama dari aspek kesehatan
dengan konsumsi jamu tradisional jahe merah. Selain itu, penyluh
agama Islam KUA Kecamatan Mumbulsari juga memberikan edukasi
tentang pentingnya mencegah stunting dengan sosialiasi manfaat susu
kambing dalam pencegahan stunting

12
BAB III
PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI
KAMPUNG MUAMALAH
A. Profil desa
Desa Mumbulsari adalah salah satu desa di Kabupaten Jember
yang terletak di ujung Timur Kabupaten Jember tepatnya ± 15 km dari
pusat pemerintah Kabupaten.
Luas wilayah Desa Mumbulsari adalah 1.463. Ha yang terdiri
dari 487 ha sawah, 148.6 ha tanah kering, 456 ha tanah perkebunan,
adapun sisanya adalah tanah lain-lain (Jalan, Sungai, Kuburan, Pasar,
Lapangan, dan lain sebagainya). Pendidikan adalah salah satu
instrumen penting untuk peningkatan kualitas dan kuantitas
pendidikan. Di Desa masih terdapat 11,7 % perempuan yang belum
tamat SD dan 10,2 % laki laki yang belum tamat SD. Sedangkan
sedangkan yang menamatkan Akademi dan Perguruan Tinggi baru
13,9 % untuk wanita dan 14,5 % laki-laki.
Secara administratif Desa Mumbulsari termasuk wilayah
Kecamatan Mumbulsari. Secara Geografis Desa Mumbulsari terletak
pada wilayah Dataran sedang yang luas dan merupakan lembah yang
subur. Secara umum batas-batas administrasi Desa Mumbulsari
meliputi :
1. Utara : PTPN XII
2. Timur : Desa Suco
3. Selatan : Desa Tamansari & Desa Kawangrejo
4. Barat : Desa Lengkong
Desa Mumbulsari terdiri dari 4 dusun dengan 20 RW, 79 RT.
Dengan rincian sebagai berikut :
1. Dusun Gambiran terdiri dari 4 RW dan 13 RT,
2. Dusun Krajan terdiri dari 6 RW dan 24 RT,
3. Dusun Sumber Tengah terdiri dari 4 RW dan 21 RT
4. Dusun Angsanah terdiri dari 6 RW dan 20 RT

13
Sebagian besar masyarakat Desa Mumbulsari merupakan
Mumbulsari mayoritas Suku Madura dan sebagian kecil Suku
Jawa. Jumlah penduduk Desa Mumbulsari sebanyak 13.358 jiwa,
terdiri dari penduduk laki-laki sebanyak 6.508 jiwa dan penduduk
perempuan sebanyak 6.700 jiwa.
Kondisi perekonomian Desa Mumbulsari sendiri bisa dikatakan
pada kategori menengah ke bawah, meskipun masih terdapat
masyarakat yang masih tergolong tidak mampu. Desa Mumbulsari
mayoritas penduduknya merupakan masyarakat yang bekerja di bidang
pertanian (60%), buruh bangunan (12%), pedagang (10%), dan
sebagian lainnya merupakan tenaga kerja di pulau Bali (18%).
B. Kampung Muamalah
Kampung Muamalah adalah kampung yang didirikan unrtuk
memberikan wadah bimbingan agama kepada masyarakat. Selain itu
juga dibentuk dalam rangka menyikapi sosio-ekonomi masyakarat
yang masih perlu bimbingan guna meningkatkan kesejateraan
masyarakat. Kampunng Muamalah berlokasi di Dusun Angsanah Desa
Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember. Berikut ini
adalah visi dan misi Kampung Muamalah:
Visi
Masyarakat Berdaya, Masyarakat Sejahtera
Misi
a. Melakukan pemberdayaan SDM melalui ekonomi berbasis Syariah
b. Membangun kerjasama Mudharabah Breeding kambing dengan
inveastor masyarakat
c. Mendirikan koperasi pemasaran hasil pertanian dan peternakan
d. Menjalankan akad muzaroah guna meningkatkan ekonomi buruh
tani
e. Mengadakan pelatihan seni untuk remaja dan pemuda
f. Menumbuhkan semangat baca alqur’an bagi lansia
g. Membangun karakter dan jiwa interpreneur

14
h. Memberikan bimbingan kesehatan masyarakat
Tujuan
Memberdayakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui
Mudharabah dan Muzaroah sesuai prinsip-prinsip Muamalah serta
orientasi inveastasi yang inovatif dan mutaakhir
C. Strategi Implementasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
Sasaran binaan penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Mumbulsari mayoritas petani, buruh tani dan peternak. Aktivitas
keseharian masyarakat dusun Angsanah setelah berkerja sebagai buruh
tani di pagi harinya pada siang dan sore hari mereka ngerumput untuk
pakan ternak mereka.
Agar lebih terarah dan lebih berpenghasilan mereka dibina dan
dibimbing di Kampung Muamalah dengan langkah-langkah atau
strategi sebagai berikut :
1. Menciptakan Iklim
Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat dapat berkembang. Di sini titik tolaknya adalah
pengakuan bahwa setiap orang, setiap masyarakat memiliki potensi
untuk berkembang. Dengan melihat sosio ekonomi masyarakat
dusun Angsanah desa Mumbulsari, Penyuluh Agama Islam
melakukan langkah strategis untuk dapat menopang penghasilan
ekonomi masyarakat.
Penyuluh agama Islam KUA kecamatan Mumbulsari
melihat potensi masyarakat dari dua sisi bidang pekerjaan yaitu di
bidang peternakan dan pertanian sehingga potensi itu dimanfaatkan
penyuluh Agama Islam KUA kecamatan Mumbulsari dengan
melakukan akad sebagai berikut :
a) Implementasi Akad Mudharabah di kampung Muamalah
Akad Mudharabah di Kampung Muamalah itu
dilakukan dengan pemeliharaan kambing. Kambing berasal
dari inveastor Angga Pranata (Pegawai Bank Mega Syaraiah

15
dan CEO Kopi Bernas), M. Hayyul Afton (Pegawai Bank
Panen Syariah dan CEO Rokar Kekinian), Hunainah
(Advokat), Musrifah (CEO Cikal), dan Bapak Agus
(Bendahara Baznas Kabupaten Jember).
Keenam inveastor ini masing-masing memberikan
modal sebesar 8 jt, sehingga terkumpul uang sebesar Rp. 48 jt,
dari modal ini dibelikan kambing oleh Penyuluh Agama Islam
KUA Kecamatan Mumbulsari sebanyak 21 ekor. Kampung
Muamalah adalah lokasi kandang kambing hasil dari inveastor.
21 ekor kambing ini disediakan lima kandang masing-masing
isi 4 ekor dan salah satu kandang isi lima ekor. Dari masing-
masing kandang yang ada di Kampung Muamalah diserahkan
kepada lima orang (keluarga dari anggota binaan) yang
berpengalaman dalam beternak.
Akad Mudharabah ini merupakan akad untuk merubah
kebiasaan lama masyarakat dalam kerja sama pelihara ternak.
Kalau dulu sistem kerja samanya disebut dengan gaduh (gaduh
ternak) dengan bagi hasil si penggarap atau pemelihara
mendapat bagian hasil anakan setelah kelahiran kedua dari
induk.
Sistem gaduh ini menurut analisa penyuluh agama
Islam KUA kecamatan Mumbulsari kurang maksimal dalam
menopang penghasilan ekonomi masyarakat sebab jarak waktu
dari awal gaduh dengan hasil yang ingin didapat oleh
pemelihara terlalu lama yakni harus menunggu sampai induk
melahirkan yang kedua. Selain itu biasanya pemelihara ini
tetap merawat anakan bagian dari pemilik modal dan bagian
dirinya terkadang terbengkalai. Secara prosentase peternak
hanya mendapat 10 % penghasilan saat bagi hasil dan jangka
waktunya lama masih menunggu satu tahun.
Hal ini iklim yang ingin dirubah oleh penyuluh Agama

16
Islam KUA kecamatan Mumbulsari dengan akad Mudhorabah.
Sistem bagi hasilnya adalah sejak anakan pertama sampai
seterusnya di bagi menjadi 45 % untuk pemilik modal, 45 %
untuk pemelihara atau peternak dan 10 % untuk biaya
operasional Kampung Muamalah yang meliputi listrik, CCTV
Kandang, perawatan anak kambing saat baru melahirkan
seperti susu dan semacamnya, Wi-Fi.
Tiga bulan pertama 8 ekor kambing melahirkan 17 ekor
anakan kambing sehingga bagi hasil kepada lima orang
peternak langsung dibagikan sesuai dengan penghasilan yang
didapat.
b) Implemnetasi Akad Muzaraah di Kampung Muamalah
Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Mumbulsari
melihat sosio-kultural dan mata pencaharian masyarakat
Mumbulsari mayoritas petani, buruh tani dan juga peternak
kecil-kecilan. Bagi petani setelah mengurus sawah di pagi hari
dilanjutkan dengan ngerumput untuk ternak-ternak mereka
begitu pula dengan buruh tani yang sekaligus memiliki hewan
ternak seperti kambing, sapi dan juga ayam.
Dari aspek pertanian, lahan di Mumbulsari juga
lumayan cukup namun masih belum maksimal dalam
pengolahannya sehingga Penyuluh Agama Islam melalui
program Muzaraah di kampung Mumalah melakukan pemetaan
potensi sumber daya manusia yang ada di masyarakat.
Masyarakat petani di Dusun Angsanah rata-rata etadi padi, jagung
dan okra.
Setelah melakukan pemetaan maka muncul
rekomendasi untuk menanam jahe merah, bibit sayuran,
jagung, padi. Setelah selesai pemetaan potensi ekonomi,
penyuluh agama Islam KUA Mumbulsari mencarikan jaringan
berupa inveastor, baik modal, benih atau pun lahan. Lahan

17
seluas 2 hektar milik H. Saiful dan Arif Humaidi salah seorang
warga Mumbulsari diakad Muzaraah.
Bibit sayuran berupa terong, kacang panjang, timun,
langker, sawi dan jagung didatangkan dari PT. East Weast Seed
Indonesia untuk ditanam. Sisetem permodalan dari PT. East
Weast Seed Indonesia ini Kampung Muamalah hanya
menyediakan lahan lalu mengajukan proposal kepada PT. East
Weast Seed Indonesia, lalu kemudian di acc. Inveastor PT. East
Weast Seed Indonesia Indonesia tergolong mudah sebab kita
hanya menyatakan diri kebersediaan lahan untuk ditanami bibit
produk PT. East Weast Seed Indonesia sudah dapat bibit dan
diberi modal uang perawatan. Dari hasil pertanian tanam sayur
ini sistem bagi hasilnya adalah 50% untuk pemilik lahan, 40 %
untuk petani penggarap, dan 10 % untuk Kampung Muamalah.
Selanjutnya jahe merah, inveastornya adalah badan
Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Jember. Bibit jahe
merah ini sudah berupa bibit tanam di polibek. Sekitar 2000
bibit didatangkan ke kampung Muamalah, kemudian bibit
tersebut diberikan kepada 441 KK di Dusun Angsanah Desa
Mumbulsari. Masing-masing KK mendapat 3 bibit Jahe.
Kemudian tiga bibit jahe itu setelah dibagikan kemudian oleh
masyarakat dipindah ke karung besar kemudian dirawat
sederhana cukup disiram air secara rutin selama 5-6 bulan
maka jahe merah di dalam karung kalau sudah panen bisa
mencapai 10-20 kg/karung. Selama meninggu panen setiap 2
bulan sekali penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Mumbulsari melakukan pemantauan atau survie ke rumah-
rumah. Hal ini dilakukan untuk melihat kondisi tanaman
apakah tetap hidup, berkembang atau sudah mati. Bagi yang
mati bibit langsung diganti yang baru dan diambilkan stok sisa
yang masih tersedia di kampung Muamalah. Sistem bagi

18
hasilnya adalah satu karung wajib kembali ke Kampung
Muamalah untuk dijadikan bibit lagi dan yang dua karung
untuk petani.
Inveastor tanaman padi adalah Arif Humaidi selaku
pemilik lahan. Benih padi dan biaya perawatan ditanggung
pemilik lahan, petani penggarap hanya berbekal keahlian
bercocok tanam. Sistem bagi hasilnya sama yakni 50% untuk
pemilik lahan, 40 % untuk petani penggarap dan 10% untuk
Kampung Muamalah.
Sistem Muzaraah ini sebenarnya ingin merubah sistem
lama yang berlaku di masyarakat yang mana bagi hasil
pertanian antara memilik lahan dengan petani penggarap adalah
80 ; 20. Artinya 80% untuk pemilik lahan dan 20% untuk
petani penggarap. Menurut analisa penyuluh agama Islam KUA
kecamatan Mumbulsari sistem lama yang dikelan dengan
istilah bettonan ini kurang baik karena selisih bagi hasil tidak
seimbang dengan tenaga petani penggarap yang dikeluarkan.
Belum lagi bila dilihat dari harga jual di pasaran tentu
prosentasi 20% dari penghasilan itu dapat dibilang menjerat
kondisi ekonomi petani penggrap.
Dengan adanya sistem ini, diharapkan dapat menambah
pendapatan petani penggarap dan juga meningkatkan
kesejahteraan ekonomi masyarakat. Kerena sistem yang
diterapkan merupakan sistem muamalah dalam konsep Islam.
2. Pengembangan Teknis
Penyuluh Agama Islam KUA kecamatan Mumbulsari
dalam hal ini memberikan fasilitas berupa inovasi pengembangan
ekonomi yaitu inovasi penjualan hasil pertanian dan perah susu
bagi kambing. Hal ini merupakan langkah kongret yang ditempuh
penyuluh agama Islam KUA kecamatan Mumbulsari untuk
menciptakan norma dan prosedur baru bagi masyarakat dusun

19
Angsanah Desa Mumbulsari agar supaya mampu menyikapi
tantangan zaman yang terus berubah terutama berkaitan dengan
persaingan pangsa pasar yang terus berkembang sehingga
kemandirian ekonomi masyarakat dapat bersaing dalam
menghadapi situasi yang syarat akan persaingan.
Dari hasil tanam jahe merah rata-rata masyarakat
menjualnya mentahan yang dibawa ke pasar di jual dengan harga
kiloan. Akan tetapi dengan adanya program pelatihan di kampung
Muamalah masyarakat tidak lagi menjual dengan kiloan akan tetapi
menjualnya berupa hasil fermentasi Jahe merah menjadi serbuk
jamu.
Penyuluh Agama Islam KUA kecamatan Mumbulsari
mencari ahli yang mampu memberikan pemateri fermentasi serbuk
jahe. Dalam hal ini Kampung Muamalah mendatangkan salah
seorang praktisi dari Baznas, pak Agus untuk dijadikan pemateri.
Setelah menemukan pemateri, kemudian penyuluh Agama Islam
KUA kecamatan Umbulsari mengkondisikan peserta mulai dari
petani, peternak dan remaja sehingga keahlian mereka nantinya
akan diberdayakan pada proses pembuatan fermentasi serbuk jamu
jahe merah dan penjualan jahe merah tidak lagi dijual perkilo
melainkan dijual beruoa serbu jamu kemasan. Dengan demikian,
penjualan hasil pertanian khususnya jahe merah merupakan
terobosan baru yakni dijual dalam bentuk kemasan serbuk jahe
seberta 250 gr sebesar Rp.10.000. Hal ini menunjukan bahwa
inovasi ini dapat menambah penghasilan masyarakat.
Selanjutnya adalah perah susu kambing. Sebelum adanya
program di kampung Muamalah masyarakat dusun angsanah
belum pernah menjual susu kambinng, namun dengan berdirinya
kampung Muamalah masyarakat dilatih dan dibekali tatacara
memerah susu kambing. Pemateri ini juga didatangkan dari
peternak PT Harjo Leastari pak Huda. Sehingga bagi hasil ini juga

20
merupakan menopang ekonomi masyarakat dusun Angsanah di
kampung Muamalah. Artimya Kampung Muamalah membekali
masyarakat dengan skill memerah susu selain dari hasil penjualan
kambing.
3. Bimkes (Bimbingan kesehatan masyarakat)
Untuk memberikan bimbingan kesehatan masyarakat,
Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan Mumbulsari
melaksanakannya bersamaan dengan jadwal binaan/ rutinan selama
3x dalam seminggu yang di antaranya adalah diisi dengan
sosialisasi kesehatan masyarakat. Selain itu satu bulan sekali atau 3
bulan sekali Penyuluh Agama Islam mengundang puskesmas
setempat untuk memberikan penyuluhan kesehatan kepada
masyarakat di Kampung Muamalah.
Dalam hal ini materi yang diberikan adalah kesehaan
reproduksi bagi anak remaja guna menjaga kesehatan
reproduksinya terutama remaja wanita yang baru memasuki usia
dewasa yang di kampung Muamalah dikenal dengan istilah DAB
yakni dunia aqil baligh. Materi selanjutnya adalah berkaitan
dengan stunting terutama diberikan kepada masyarakat bumil
dan/atau keluarga yang memiliki balita.
Pada saat binaan ini, Kampung Muamalah menyediakan
jamu tradisional berupa jamu serbuk jahge merah yang merupakan
produk yang dikelola Kampung Muamalah dan juga menyediakan
susu kambing diberikan kepada bumil dan serbuk susu jahe merah
dalam bentuk minuman siap saji yang diberikan kepada peserta
untuk diminum sebagai suguhan pada saat berlangsungnya acara
pembinaan dan bimbingan kesehatan dari dinas keshatan
kecamatan.
D. Capaian kegiatan atau program Kampung Muamalah di Dusun
Angsanah desa Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten
Jember

21
Berdasarkan data statis yang disimpulkan oleh tim survei
kampung muamalah outpun yang telah dicapai dengan adanya prorgam
pemberdayaan berupa muhharabah dan Muzaraah ini adalah sebagai
berikut :
1. Meningkatnya Pendapatan Masyarakat
Dengan inovasi produk pertanian dari penjualan secara
langsung menjadi penjualan yang menjadi kemasan baru berupa
jamu dan susu perah ini masyarakat dapat menambah penghasilan
sebab selain di bawa ke pasar tradisional, produk kemasan ini
dijual melalui kerja sama dengan pemilik supermarket seperti Toko
Murah Grosir Silo dan di beberapa cabang toko Murah Grosir,
koperasi Abka Mart.
Selain dari penghasilan tersbut, petani juga mendapat
peningkatan prosentase bagi hasil berupa 45% dari hasil anakan
kambing dan masing-masing 40% dari hasil di bidang pertanian
dan itu dibagi setiap kali panen.
2. Keahlian dan Skill
Masyarakat desa Angsanah dengan adanya kampung
Muamalah ini juga mendapatkan skil dan keahlian yang belum
dimiliki sebelumnya. Keahlian dan skill yang didapat antara lain
adalah pembuatan fermentasi berupa serbuk jamu jahe merah,
perah susu, sablon.
3. Terjalinnya kerja sama
Dengan adanya inveastor dari berbagai pihak (lintas sektoral)
mayarakat melalui penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Mumbulsari dapat menjalin hubungan baik dengan mereka. Hal ini
merupakan nilai lebih tersendiri bagi eksistensi keberlangsunngan
program kampung Muamalah. Sebab mereka selain sebagai
inveastor bagi masyarakat kampung Muamalah juga menjadi
motivator dalam meningkatkan kualitas produk jual di pasaran.

22
E. Kegiatan lanjutan Kampung Muamalah di Dusun Angsanah Desa
Mumbulsari Kecamatan Mumbulsari Kabupaten Jember
Kampung Muamalah sebagai kampung yang didirikan untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat tentunya memiliki
progresifitas ke depan sebagai langkah tindak lanjut. Dalam hal ini
program tindak lanjut ke depan yang akan dilakukan oleh Kampung
Muamalah adalah sebagai berikut :
1) Memperluas Jangkaun atau Wilayah
Sebagai tempat pemberdayaan kepada masyarakat yang
membutuhkan ulura tangan dalam hal kemandirian ekonomi,
Kampung Muamalah tidaklah mungkin akan stagnan atau jalan di
tempat. Namun berbagai upaya semua pengelola yang terdiri dari
penyuluh Agama Islam KUA kecamatan Mumbulsari terus
menerus untuk memperluas wilayah cakupan sasaran binaan.
Harapan kedepan dengan program-program yang
menyentuh langsung kepada masyarakat wilayah kampung
Mumalah tidak hanya sebatas ligkup dusun, namun juga biesa ke
lintas dusun dan bahkan ke lintas desa demi kesejateraan ekonomi
masyarakat.
2) Menambah Inveastor
Selanjutnya, kegiatan lanjutan yang akan dilakukan oleh
Kampung Muamalah adalah menambah jaringan donatur untuk
berinveastasi dalam pemberdayaan masyarakat di kampung
Muamalah. Tentunya hal ini sangat relevan dengan tindak lanjut
pertama yakni semakin luas wilayah kampung Muamalah sebagai
kelompok sasaran binaan maka semakin butuh tambahan inveastor
agar program dan pelaksanaannya dapat berjalan dengan efektif
dan efisien.
3) Menambah Outline Penjualan Produk
Selanjutnya, Penyuluh Agama Islam KUA Kecamatan
Mumbulsari akan terus meningkatkan kerja sama dengan beberapa

23
pasar tradisional dan toko moder serta apotek untuk penjualan
produk jamu serbuk jahe merah dan susu sehat. Dengan
memperbanyak kerja sama memperbanyak outline tentunya omset
penjualan akan semakin meningkat sehingga akan semakin
bertambah pula penghasilan masyakarat Kampung Muamalah

24
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Program yang terdapat pada Kampung Muamalah Kecamatan
Mumbulsari adalah Muzaraah dan Mudharabah. Muzaraah bergerak di
bidang pertanian. Produknya adalah jahe merah, sayuran, jagung, dan padi.
Sedangkan Mudharabah diaplikasikan pada peternakan hewan berupa
kambing. Muzaraah dari jahe merah merupakan produk yang dijadikan
prioritas karena hasil ini dijadikan serbuk atau bubuk jamu tradisional
yang dipasarkan di beberapa wilayah termasuk bekerja sama dengan
supermarket sekitar. Mudharabah juga demikian yakni pengembangan
berupa penjualan susu perah dari kambing. Dan pernjulannya juga
bekerjasama dengan Supermarket sekitar.
B. Saran
1. Sebagai pengelola dan fasilitator tentu kami membuka ruang donasi
ataupun inveastor kepada masyarakat secara umum untuk
dikembangkan agar supaya kami dapat lebih luas dalam
pemberdayaan masyarakat yang membutuhkan.
2. Kami juga membutuhkan pelatihan-pelatihan dari dinas peternakan
untuk menunjang agar peternak lebih produktif dan lebih modern
3. Kami juga membutuhakan pelatihan-pelatihan dari dinas pertanian
untuk menunjang agar petani lebih produktif dan dapat
mengembangkan cara tanam yang lebih konprehensif dan modern

25
DAFTAR PUSTAKA
Al-Fauzan, Saleh. 2005. Fikih sehari-hari. Jakarta : Gema Insani.
Aziz Muahmmad Amzah, Abdul. 2014. Fiqh Muamalah. Jakarta: Amzah
Safri, Hendra. 2002. Pengantar Ilmu Ekonomi. Palopo : LPK UIN Palopo
Suhendi, Hendi.2002. Fikih Muamalah. Jakarta : Grafindo Persada.
Rasyid, Sulaiman.1994. Fikih Islam. Bandung : Sinar Baru algesindo.
Farroch Hasan, Akhmad. 2008.Fikih Muamalah Dari klasik hingga kontemporer
Teori dan praktik. Malang: UIN Maliki Press.
Nasreon, Haroen. 2000. Fiqih Muamalah. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Syafi’i, Rahcnat. 2001. Fiqih Muamalah. Bandung: CV Pustaka Setia.
Tim Penyusun. 2022. Badan Pusat Statistik 2022 Statisti Daerah Kabupaten
Jember. Jember : Kabupaten Jember
Sunyoto, Usman. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.
Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Pusat Pengkajian Hukum Islam dan Masyarakat Madani PHIMM. 2009.Kompilasi
Hukum Ekonomi Syari’ah. Jakarta: Kencana Pranada Media Group,
Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Nomor 504 Tahun
2022 tentang Pedoman Penyuluh Agama Islam Non Pegawai Negeri Sipil
(Jakarta : Keenag RI Dirjen Bisma Islam, 06 Juni 2022

https://jemberkab.bps.go.id/

26

Anda mungkin juga menyukai