Anda di halaman 1dari 12

Makalah

PENGATURAN TERKAIT BADAN USAHA MILIK DESA (BUMDES)


DEMI KESEJAHTERAAN MASYARAKAT DESA

Oleh:

 Ami Hartati : I2B022007


 Baiq Nita Purnamasari : I2B022009
 Danny Curia Novitawan : I2B022012
 Dinul Apriliana Akbar : I2B022016
 Gea Ossita Sugito : I2B022020

MAGISTER ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERISTAS MATARAM
2023
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pentingnya Badan Usaha Milik Desa Bumdes (BUMDES) bagi desa?

2. Bagaimana Pengelolaan Sumber Daya Alam Badan Usaha Milik Desa Bumdes

(BUMDES) dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

C. Kajian Teori

1. Teori Kemanfaatan

Aliran Utilitarianisme mempunyai pandangan bahwa tujuan hukum adalah

memberikan kemanfaatan kepada sebanyak-banyaknya orang. Kemanfaatan di sini

diartikan sebagai kebahagiaan (happines), sehingga penilaian terhadap baik-buruk atau

adil-tidaknya suatu hukum bergantung kepada apakah hukum itu memberikan

kebahagiaan kepada manusia atau tidak. Dengan demikian berarti bahwa setiap

penyusunan produk hukum (peraturan perundang-undangan) seharusnya senantiasa

memperhatikan tujuan hukum yaitu untuk memberikan kebahagiaan

sebanyakbanyaknya bagi masyarakat.

Menurut ahli Hukum Jeremy Bentham (1748-1832), Bentham membangun

sebuah teori hukum komprehensif di atas landasan yang sudah diletakkan, tentang asas

manfaat. Bentham merupakan tokoh radikal dan pejuang yang gigih untuk hukum yang

dikodifikasikan, dan untuk merombak hukum yang baginya merupakan sesuatu yang

kacau. Ia merupakan pencetus sekaligus pemimpin aliran kemanfaatan. Menurutnya

hakikat kebahagiaan adalah kenikmatan dan kehidupan yang bebas dari kesengsaraan.

Bentham menyebutkan bahwa “The aim of law is The Greatest Happines for the

greatest number” Dengan katakata Bentham sendiri, inti filsafat disimpulkan sebagai
berikut : Alam telah menempatkan manusia di bawah kekuasaan, kesenangan dan

kesusahan. Karena kesenangan dan kesusahan itu kita mempunyai gagasangagasan,

semua pendapat dan semua ketentuan dalam hidup kita dipengaruhinya. Siapa yang

berniat untuk membebaskan diri dari kekuasaan ini, tidak mengetahui apa yang ia

katakan. Tujuannya hanya untuk mencari kesenangan dan menghindari kesusahan

perasaan-perasaan yang selalu ada dan tak tertahankan ini seharusnya menjadi pokok

studi para moralis dan pembuat undang-undang. Prinsip kegunaan menempatkan tiap

sesuatu di bawah kekuasaan dua hal ini.1

2. Teori Hukum Progresif

Di Indonesia, muncul yang dinamakan hukum Progresif pada sekitar tahun 2002

dengan penggagasnya Satjipto Rahardjo. Hukum progresif lahir karena selama ini

ajaran ilmu hukum positif (analytical jurisprudence) yang dipraktikkan pada realitas

empirik di Indonesia tidak memuaskan. Gagasan Hukum Progresif muncul karena

prihatin terhadap kualitas penegakan hukum di Indonesia terutama sejak terjadinya

reformasi pada pertengah tahun 1997. Jika fungsi hukum dimaksudkan untuk turut serta

memecahkan persoalan kemasyarakatan secara ideal, maka yang dialami dan terjadi

Indonesia sekarang ini adalah sangat bertolak belakang dengan cita-cita ideal tersebut.2

Untuk mendapatkan tujuan hukum yang maksimal menurut Satjipto Rahardjo

dibangun dengan istilah Hukum Progresif yaitu yang digantungkan kepada kemampuan

manusia dalam menalar serta memahami dan nurani manusia untuk membuat

interprestasi hukum yang mengutamakan nilai moral keadilan pada masyarakat. Di

samping itu ide lainnya adalah hukum harus pro rakyat, pro keadilan, bertujuan untuk

kesejahteraan dan kebahagiaan, berdasarkan kepada kehidupan yang baik, bersifat

1
Muhammad Reza, Kemanfaatan Hukum, https://www.metrokaltara.com/kemanfaatan-hukum/, diakses
Hari Senin 12 Mei 2023, Pukul 16.51 WITA.
2
Satjipto Rahardjo, Hukum Progresif: Hukum yang Membebaskan. Jurnal Hukum Progresif Program
Doktor Ilmu Hukum Univ. Diponegoro, Vol. 1/No. 1/April 2005, hlm. 3-5.
responsif, mendukung pembentukan negara hukum yang berhati nurani, dijalankan

dengan kecerdasan spritual serta bersifat membebaskan. Ada beberapa kata kunci yang

layak untuk di perhatikan tatkala kita ingin mengangkat pengertian progresivisme3,

yaitu:

1) Hukum mengikuti perkembangan aspirasi masyarakat (hukum digantungkan


kepada situasi dan kondisi kebutuhan pengaturan masyarakat)
2) Hukum harus memihak kepada kepentingan Rakyat dan demi kepentingan
Keadilan
3) Hukum bertujuan mengantarkan manusia kepada kesejahteraan dan
kebahagian
4) Hukum selalu bergerak dalam proses perubahan (law as a process, law in the
making)
5) Hukum menekankan kehidupan yang lebih baik sebagai dasar hukum yang
baik
6) Hukumnya memiliki tipe responsive
7) Hukum mendorong peran public
8) Hukum membangun negara hukum yang berhati nurani.

D. Pembahasan

1. Pentingnya Badan Usaha Milik Desa Bumdes (BUMDES) bagi desa

Pemerintah desa merupakan lembaga perpanjangan pemerintah pusat yang

memiliki peran strategis dalam pengaturan masyarakat desa/kelurahan dan keberhasilan

pembangunan. Sebab pemerintah desa memiliki peran yang sangat signifkan dalam

pengelolaan sumber daya alam skala desa, mengingat lokasi sumber daya alam tersebut

secara administratf berada di desa. Tugas utama yang diemban oleh pemerintah desa

antara lain memberikan pelayanan sosial yang baik sehingga membawa warganya pada

kehidupan yang sejahtera, rasa tenteram dan berkeadilan.

Adapun UU Nomor 6 Tahun 2014 mengatur dengan rinci terkain Badan Usaha

Milik Desa (BUMDES). UU Desa ini mengatur tentang BUMDes pada Bab X

3
Ahmad Muliadi, Makalah Politik Hukum, (Jakarta: SAP S-2 Universitas Jayabaya, 2012), hlm. 16
kedalam tiga pasal4:

a. Pasal 87 ayat (1) Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut

BUM Desa; ayat (2) BUM Desa dikelola dengan semangat kekeluargaan dan

kegotongroyongan; (3) BUM Desa dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi

dan/atau pelayanan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

b. Pasal 88 ayat (1) Pendirian BUM Desa disepakati melalui Musyawarah Desa ayat (2)

Pendirian BUM Desa (1) ditetapkan dengan Peraturan Desa. Pasal 89 hasil usaha

BUM Desa dimanfaatkan untuk:

1) pengembangan usaha; dan

2) pembangunan desa, pemberdayaan masyarakat desa, dan pemberian bantuan

untuk masyarakat miskin melalui hibah, bantuan sosial, dan kegiatan dana bergulir

yang ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

c. Pasal 90, Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota, dan Pemerintah Desa mendorong perkembangan BUM Desa

dengan:

1. memberikan hibah dan/atau akses permodalan;

2. melakukan pendampingan teknis dan akses ke pasar; dan

3. memprioritaskan BUM Desa dalam pengelolaan sumber daya alam di desa.

Beranjak dari ketentuan tersebut, sejatinya logika pendirian BUMDes

didasarkan pada kebutuhan dan potensi desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan

masyarakat. Berkenaan dengan perencanaan dan pendiriannya, BUMDes dibangun atas

prakarsa (inisiasi) masyarakat, serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif,

partisipatif, transparansi, emansipatif, akuntabel, dan sustainable dengan mekanisme

4
Zulkarnain Ridwan, Urgensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Dalam Pembangun Perekonomian
Desa, Vol.8, No.3, 2014, hlm.427-428
berbasis anggota dan pengusahaan mandiri. Dari semua itu yang terpenting adalah

bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara profesional dan mandiri.5

BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai

lembaga sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes

sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya

dalam penyediaan pelayanan sosial. Tujuan pendirian BUMDes antara lain dalam

rangka peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes).

Oleh karena itu, meski setiap Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan Usaha

Milik Desa (BUMDes), namun penting disadari bahwa BUMDes didirikan atas prakarsa

masyarakat dan didasarkan pada potensi yang dapat dikembangkan dengan

menggunakan sumberdaya lokal dan terdapat permintaan pasar. Dengan kata lain,

pendirian BUMDes bukan merupakan paket instruksional yang datang dari Pemerintah,

pemerintah provinsi, atau pemerintah kabupaten. Jika yang berlaku demikian

dikhawatirkan BUMDes akan berjalan tidak sebagaimana yang diamanatkan di dalam

undang-undang. Tugas dan peran pemerintah adalah melakukan sosialisasi dan

penyadaran kepada masyarakat desa melalui pemerintah provinsi dan/atau pemerintah

kabupaten tentang arti penting BUMDes bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Melalui pemerintah desa masyarakat dimotivasi, disadarkan dan dipersiapkan untuk

membangun kehidupannya sendiri. Pemerintah memfasilitasi dalam bentuk pendidikan

dan pelatihandan pemenuhan lainnya yang dapat memperlancar pendirian BUMDes.6

Selanjutnya, mekanisme operasionalisasi diserahkan sepenuhnya kepada

masyarakat desa. Untuk itu, masyarakat desa perlu dipersiapkan terlebih dahulu agar

dapat menerima gagasan baru tentang lembaga ekonomi yang memiliki dua fungsi yakni

5
Ibid
6
Ibid
bersifat sosial dan komersial. Dengan tetap berpegang teguh pada karakteristik desa dan

nilai-nilai yang hidup dan dihormati. Maka persiapan yang dipandang paling tepat

adalah berpusat pada sosialisasi, pendidikan, dan pelatihan kepada pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap peningkatan standar hidup masyarakat desa (pemerintah desa,

BPD, tokoh masyarakat/ketua suku, ketua-ketua kelembagaan di pedesaan).

Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari keuntungan melalui

penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar. Dalam menjalankan usahanya

prinsip efisiensi dan efektifitas harus selalu ditekankan. BUMDes sebagai badan

hukum, dibentuk berdasarkan tata perundang-undangan yang berlaku, ketentuan

tersebut bersifat umum, sedangkan pembangunannya disesuaikan dengan kesepakatan

yang terbangun di masyarakat desa. Dengan demikian, bentuk BUMDes dapat beragam

di setiap desa di Indonesia. Ragam bentuk ini sesuai dengan karakteristik lokal, potensi,

dan sumberdaya yang dimiliki masing-masing desa7

Melalui cara demikian diharapkan keberadaan BUMDes mampu mendorong

dinamisasi kehidupan ekonomi di pedesaan. Peran pemerintah desa adalah membangun

relasi dengan masyarakat untuk mewujudkan pemenuhan standar pelayanan minimal

(SPM), sebagai bagian dari upaya pengembangan komunitas (development based

community) desa yang lebih berdaya..

2. Pengelolaan Sumber Daya Alam Badan Usaha Milik Desa Bumdes (BUMDES)

dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat

UU no 6 tahun 2014 memberikan angin segar dan motivasi bagi desa-desa di

Indonesia dengan semangat membangun desa menggali kekuatan dan kearifan lokal

setempat, yang pada dasarnya berasal dari karakter masyarakat dengan gotong

royongnya. Upaya yang dilakukan dalam mendorong gerakan ekonomi desa melalui

7
Ibid
kewirausahaan desa menjadi salah satu strategi dalam menumbuhkan ekonomi desa

dalam pencapaian kesejahteraan masyarakat desa.8

Dalam UU Nomor 32 tahun 2004 dan PP Nomor 72 tahun 2005 mengamanatkan

bahwa dalam rangka meningkatkan pendapatan masyarakat dan desa, pemerintah desa

dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa.

Dalam hal perencanaan dan pembentukannya, BUMDes dibangun atas prakarsa

(inisiasi masyarakat), serta mendasarkan pada prinsip-prinsip kooperatif, partisipatif

dan emansipatif dengan dua prinsip yang mendasari, yaitu member base dan self help .

Setiap desa mempunyai potensi ekonomi yang jika dikelola secara maksimal dan

professional melalui BUMDes, akan menjadi solusi masalah sosial dan ekonomi serta

tidak ada lagi urbanisasi masyarakat desa yang mencari pekerjaan di kota.9

pengaturan mengenai pengelolaan sumber daya alam skala desa oleh BUMDes,

telah diatur dalam bertbagai peraturan perundang-undangan antara lain dalam UU

Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, PP Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan UU Desa sebagaimana telah diubah dengan PP Nomor 47 Tahun 2015

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, Perpres Nomor 12

Tahun 2015 tentang Kementerian Desa, PDT, dan Transmigrasi, Permendagri Nomor

114 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Desa, Permendes PDTT Nomor 1

Tahun 2015 tentang Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal-Usul dan

Kewenangan Lokal Berskala Desa, Permendes PDTT Nomor 2 Tahun 2015 tentang

Pedoman Tata Tertb dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa,

8
Yusuf Deni Kristanto, Bum Desa Sebagai Kekuatan Ekonomi Baru, Lakeisha, Klaten,Cet.1, 2021,
hlm.194
9
Ibid
Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan dan

pengelolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa. 10

Berdasarkan berbagai peraturan perundangundangan tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa secara normatf masyarakat desa memang mempunyai hak atas

pengelolaan sumber daya alam skala desa dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat desa yang salah satunya dapat dilakukan oleh BUMDes. Meskipun secara

normatif pengelolaan sumber daya alam skala desa oleh BUMDes tersebut mempunyai

dasar hukum yang kuat, namun dalam praktknya masih terdapat permasalahan di

lapangan dalam pelaksanaannya, antara lain disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 11

a. Masih belum semua desa dapat menggali potensi sumber daya alamnya, sehingga
hanya desa-desa yang sangat inovatIf saja yang dapat mengelola potensi sumber

daya alam skala desa sepertI yang terdapat di Kabupaten Gunung Kidul yang sudah

mempraktkkan pengelolaan sumber daya alam skala desa oleh BUMDes. Beberapa

desa di Kabupaten Gunung Kidul yang sangat inovatf dan telah mempraktkkan

pengelolaan sumber daya alam oleh BUMDes antara lain: Desa Mulo, Desa

Karangrejek, Desa Duwet, Desa Wareng, Desa Karangtengah. Kelima desa tersebut

mengelola potensi sumber daya alam yang berbeda-beda sesuai potensi sumber daya

alam di masing-masing desa. BUMDes Desa Karangrejek mengelola beberapa

potensi sumber daya alam antara lain: pertanian, tambang batu puth, sumber air

bawah tanah dan sungai/air permukaan, jalur wisata. Selanjutnya BUMDes Desa

Mulo mengelola sumber daya alam antara lain: batu karst, sumber air (embung), dan

juga kawasan hutan. Sedangkan BUMDes Desa Duwet, mengelola sumber daya

alam berupa sumber daya air untuk wisata air dan juga lahan pertanian sepert jagung,

10
Ibid
11
Agus Surono, Peranan Hukum Dalam pengelolaan Sumber Daya Alam Skala Desa Oleh Badan Usaha
Milik Desa (BUMDES) Dalam Meningkatakan Kesesahteraan Masyarakat, Vol.6, No.3, 2017, hlm. 475-476
singkong, ubi dan juga padi gogo. Adapun BUMDes Desa Wareng hanya mengelola

sumber daya alam air dan juga sumber daya alam pertanian. Kemudian yang terakhir

BUMDes Desa Karangtengah mengelola wisata sungai, sentra kerajinan pandai besi,

dan juga potensi objek wisata sepert gua bening, gua pari.

b. Masih belum optmalnya pembinaan yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah


Kabupaten/Kota yang hingga saat ini masih banyak yang belum membuat Perda

terkait BUMDes yang merupakan amanat UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa,

khususnya yang mengatur tentang pembinaan dan evaluasi terkait penggunaan dana

desa sebagai modal awal bagi BUMDes. Belum optmalnya pembinaan oleh

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat ditunjukkan bahwa masih banyak

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota yang sudah menindaklanjut amanat UU Desa

tersebut dengan berbagai Peraturan Daerah. Dari jumlah Kabupaten/ Kotamadya

yang ada di Indonesia di masingmasing provinsi yang sudah menindaklanjut dengan

membuat Peraturan Daerah secara persentase baru sekitar kurang dari 30% dari

jumlah kabupaten/kotamadya yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

menyebabkan pembinaan dan evaluasi terkait penggunaan dana desa sebagai modal

BUMDes belum berjalan dengan baik sebagaimana mestnya.

c. Tingkat pengetahuan dan pemahaman Kepala Desa dan perangkat desa, terhadap
kewenangan desa dalam pengelolaan sumber daya alam skala desa yang bertujuan

untuk kepentngan kesejahteraan masyarakat desa juga menjadi kendala tersendiri,

terutama ketka penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa terkait

pemanfaatan dana desa yang seringkali bukan dalam rangka mendukung

pembentukan BUMDes.

d. Masih terdapat tumpang tndih peraturan perundang-undangan terkait kewenangan


desa dalam pengelolaan sumber daya alam skala desa oleh BUMDes dalam beberapa
peraturan teknis terutama antara Perda Kabupaten/Kota dengan peraturan

perundang-undangan yang lebih tnggi sepert Peraturan Menteri dan juga tumpang

tndih kewenangan dalam pembinaan dan evaluasi di daerah mengingat adanya

perubahan nomenklatur kelembagaan di daerah Kabupaten/Kota.

e. Pengelolaan sumber daya alam oleh swasta baik nasional maupun modal asing di
berbagai wilayah desa sepert di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera, Papua dan wilayah

Indonesia lainnya juga dirasakan masih menjadi permasalahan pengelolaan sumber

daya alam skala desa oleh BUMDes, karena seringkali pola kemitraan yang

dijadikan sebagai kebijakan oleh Pemerintah agar swasta bekerjasama dengan

BUMDes di wilayah administratf sumber daya alam tersebut berada, tdak diikut

dengan praktk pelaksanaannya di lapangan.

Permasalahan-permasalahan tersebut di atas menyebabkan pengelolaan sumber

daya alam skala desa oleh BUMDes belum dapat berjalan optmal sesuai tujuannya yaitu

untuk menyejahterakan masyarakat desa. Oleh karenanya diperlukan langkah-langkah

strategis sebagai solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, antara lain12:

a. Perlu dilakukan pelathan-pelathan yang lebih intensif oleh Kementerian terkait dan
Pemerintah Daerah kepada masyarakat desa dan juga pemerintahan desa agar dapat

lebih menggali potensi sumber daya alam skala desa, termasuk juga model

pengelolaan sumber daya alam skala desa oleh BUMDes.

b. Perlu sosialisasi dan evaluasi dari Kementerian terkait terhadap dukungan


Pemerintah Daerah dalam melakukan pembinaan dan evaluasi pembentukan

BUMDes yang diwujudkan dengan pembentukan Perda tentang BUMDes.

12
Ibid
c. Perlu dilakukan harmonisasi peraturan perundang-undangan di tngkat Peraturan
Menteri dengan Perda, terkait dengan kewenangan desa dalam pengelolaan sumber

daya alam skala desa oleh BUMDes.

d. Perlu adanya dukungan kebijakan Pemerintah dalam bentuk regulasi di tngkat


Peraturan Menteri terutama dalam implementasi pelaksanaan Corporate Social

Responsibility (CSR) dengan senantasa melibatkan BUMDes dalam setap

pengelolan sumber daya alam oleh swasta/BUMN di desa.

Dengan adanya langkah-langkah tersebut diharapkan tujuan pengelolaan

sumber daya alam skala desa oleh BUMDes dapat benarbenar mewujudkan

kesejahteraan masyarakat desa. Sehingga amanat Pasal 33 ayat (3) UUD 1945, yang

pada intnya kekayaan alam yang berada di wilayah Indonesia, khususnya di desa dapat

secara adil dan merata dipergunakan untuk menyejahterakan masyarakat desa.

E. Kesimpulan

1. Pentingnya Badan Usaha Milik Desa Bagi Desa (BUMDES) didasarkan pada

kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

BUMDes merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi sebagai lembaga

sosial (social institution) dan komersial (commercial institution). BUMDes sebagai

lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui kontribusinya dalam

penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial bertujuan mencari

keuntungan melalui penawaran sumberdaya lokal (barang dan jasa) ke pasar

2. Berdasarkan berbagai peraturan perundangundangan tersebut di atas dapat disimpulkan

bahwa secara normatif pengelolaan sumber daya alam skala desa oleh BUMDes

tersebut mempunyai dasar hukum yang kuat, namun dalam praktknya masih terdapat

permasalahan di lapangan dalam pelaksanaannya

Anda mungkin juga menyukai