Disusun Oleh :
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................5
2.1 Kajian Pustaka...............................................................................................5
BAB III METODOLOGI PENULISAN...................................................................7
3.1 Pengumpulan Data Dan Informasi................................................................7
3.2 Pengolahan Data Dan Informasi....................................................................7
3.3 Analisis Dan Sistesis.....................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................9
4.1 Fungsi Kesbangpol Terhadap Lsm................................................................9
4.2 Pengawasan Yang Dilakukan Kesbangpol Terhadap Lsm..........................12
4.3 Tindakan Kesbangpol Ketika Ada Sebuah LSM Yang Memberikan Dampak
Buruk Kepada Masyarakat................................................................................12
4.4 Mediasi Seperti Apa yang Dilakukan Kesbangpol Jika Terjadi Suatu
Polemik atau Konflik 12
BAB V KESIMPULAN............................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA DIRI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
5
6
7
8
3. Susunan pengurusan.
4. Surat keterangan berdomisili.
5. Nomor poko wajib pajak atas nama organisasi.
6. Surat pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan atau tidak dalam
perkara di pengadilan.
7. Surat pernyataan kesanggupan melaporkan kegiatan.
Surat keterangan terdaftar (SKT) diberikan oleh:
1. Menteri bagi LSM yang memiliki lingkup nasional
2. Gubernur bagi LSM yang memiliki lingkup provinsi
3. Bupati/wali kota bagi LSM yang memiliki lingkup kabupaten/kota.
Secara administratif dan teknis, prosedur pendirian organisasi berlaku secara
umum, dimana organisasi itu didirikan oleh pemrakarsanya atas dasar kesamaan
cita-cita dalam mencapai tujuan. Dalam konteks Undang-Undang, tidak
menyebutkan secara tegas bawah pendirian sebuah organisasi memerlukan izin
pendirian khusus tetapi yang ada adalah bersifat pemberitahuan. Meskipun dalam
ketentuan peraturan perUndang-Undangan tidak secara tegas disebutkan wajib
melakukan pendaftaran dan memperoleh izin pendirian, namun secara yuridis
tetap saja implicit didalamnya mempunyai maksud penataan, agar setiap ormas
yang ada terdaftar dan terdata secara administrative dalam kantor pemerintah. Hal
itu berkaitan dengan fungsi pembinaan yang memiliki oleh pemerintah terhadap
ormas yang ada. Dengan aturan-auran tersebut maka semua bentuk kegiatan
berserikat dan berkumpul berada di bawah kontrol Pemerintah, dalam hal ini
Kesbangpol Kemendagri. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 ini membawa
semua Organisasi baik berbadan hukum (yayasan dan perkumpulan) atau tidak
berbadan hukum, dengan semua ragamnya, berada dalam kontrol dan pengawasan
pemerintah (Kesbangpol Kemendagri). Pada Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2016 pada Bab mengenai pengawasan ormas. Tujuan diadakannya
pengawasan terhadap ormas/ LSM adalah untuk meningkatkan kinerja dan
akuntabilitas ormas. Karena dalam berbagai kasus, seringkali ada oknum anggota
11
ormas yang bertindak melanggar hukum. Agar kiprah seluruh anggota LSM tidak
menabrak aturan, ormas harus memiliki mekanisme pengawasan internal dan
eksternal. Pengawasan internal tercantum pada Pasal 54 UNDANG-UNDANG
No 17 tahun 2013 dan ketentuannya diaturlebih lanjut pada Pasal 39 PP Nomor
58 tahun 2016, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh LSM itu sendiri yang
dicantumkan pada AD/ART LSM itu sendiri mengenai pengawas internal LSM
(Pasal 54 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013). Pengawas internal
berfungsi untuk menegakkan kode etik organisasi dan memutuskan pemberian
sanksi dalam internal organisasi sesuai dengan AD/ART LSM.
Pengawasan secara eksternal tercantum pada Pasal 55 Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2013, dimana pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat,
Pemerintah dan/atau Pemerinta Daerah. Pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat berupa pengaduan yang diatur pada Pasal 41, 42, 43, 44 PP Nomor 58
tahun 2016 Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat berupa pengaduan yang
disampaikan baik tertulis maupun tidak tertulis. Untuk meningkatkan dan
mengefektifkanpengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan
monitoring dan evaluasi dalam rangkadeteksi dini sebelum terjadi pelanggaran
yang dilakukan oleh Ormas. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 45 PP Nomor 58
Tahun 2016 menyebutkan pengawasan eksternal oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dilakukan sesuai jenjang pemerintahan. Pengawasan oleh pemerintah
dikoordinasikan oleh Menteri untuk ormas yang berbadan hukum dan tidak
berbadan hukum, untuk tingkat provinsi dikoordinasikan oleh gubernur dan untuk
tingkat Kabupaten kota dikoordinasikan oleh bupati/walikota. Pada pasal 47
diatur lebih lanjut untuk membentuk tim terpadu, pelaksanaan pengawasan
eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dilaksanakan melalui monitoring
dan evaluasi oleh tim terpadu. Pengaturan lebih lanjut mengenai Tim Terpadu
dapat kita lihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2017 (Permendagri Nomor 56 Tahun 2017) Tentang Pengawasan
Organisasi Kemasyarakatan di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan
12
4.3 Tindakan Kesbangpol Ketika Ada Sebuah LSM Yang Memberikan Dampak
Buruk Kepada Masyarakat
Ketika ada sebuah lsm yang memberi dampak buruk kepada masyarakat pihak
kesbangpol memanggil ketua lsm dan di bina karena kesbangpol tidak berhak
mencabut izin, karena perizinan dari kemenkumham di kesbangpol cuman
tercatat, jadi kesbangpol tidak bisa menindak lanjuti karena izin nya dari
kemenkumham dan kesbangpol cuman memverifikasi LSM, jadi ketika ada
sebuah LSM yang memberi dampak buruk kepada masyarakat di bina oleh ketua
GOOL (Gabungan Ormas Okp dan LSM) Kabupaten Bandung Barat.
4.4 Mediasi Seperti Apa Yang Dilakukan Kesbangpol Jika Terjadi Suatu
Polemik atau Konflik.
Kesbangpol dalam menangani konflik Di Kabupaten Bandung Barat yaitu
sebagai fasilitator bagi pihak yang berkonflik. Selain itu Kesbangpol melakukan
pendampingan dalam musyawarah terhadap pihak-pihak yang berkonflik dibantu
oleh lembaga-lembaga terkait untuk membahas perselisihan konflik antara LSM
dan masyarakat.
13
B. SARAN
Dalam mewujudkan peran LSM pada aspek sosial kemasyarakatan,
LSM harus membangun kredibilitas dan identitasnya di mata masyarakat luas.
Persepsi dan citra negatif pandangan masyarakat kepada LSM harus
dihilangkan karena pada saat ini LSM masih terperangkap dalam motif sempit
mencari keuntungan materi ataupun hal-hal yang membuat LSM keluar dari
tujuan awalnya. Banyaknya kasus LSM bodong membuat persepsi masyarakat
mengenai LSM akan buruk. Jika persepsi itu masih melekat, maka seruan
moral LSM sebagai wadah berserikat dan berkumpul yang mempunyai
tanggung jawab sosial menjadi sia- sia. LSM harus menegaskan identitasnya
kepada masyarakat luas mengenai prinsip-prinsip LSM dengan memberikan
sumbangsih nyata, atau action nyata kepada masyarakat.
Pemerintah khususnya pemerintah daerah (Pemda) melalui kesatuan
bangsa dan politik (kesbangpol) harus melakukan pembinaan secara intensif
kepada LSM. Sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013
maka pemerintah harus memandang penting, mengenai pengawasan dan
pembinaan LSM , hal itu dilakukan baik secara konsep maupun teknis
pelaksanaannya. Secara teknis pelaksanaanya Pemda harus mencukupi
anggaran dan SDM yang memadai untuk melakukan kontrol dan evaluasi
terhadap LSM. Hal itu dikarenakan pada saat ini antusiasme masyarakat untuk
16
Buku
Bastian, Indra, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik, Jakarta: GrahaIlmu, 2011
Budiadjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,
1992
Gellner, Ernest, Membangun Masyarakat Sipil, Prasyarat Menuju Kebebasan
Bandung: Mizan Graha Ilmu , 2001
Hasan, Jildan, organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Jakarta:gramedia,2004
Jordan, Lisa dan Peter Van T, Akuntabilitas LSM Jakarta: LP3ES, 2009
Jordan, Lisa dan Peter Van Tuilj, Akuntabilitas LSM. Jakarta: Pustaka LP3ES, 2009
Sundoko, Abdullah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Semarang: Pustaka
pelajar,2001
Jurnal
Siregar, Raja Adil “Tinjauan Yuridis Terhadap Kebebasan Berserikat, Berkumpul,
dan Mengeluarkan Pendapat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan..” ,JurnalHukum, Vol. 2 No.2,
Oktober 2015
Sumarni “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Pencegahan,
Pengendalian, dan Penanganan Kasus Korupsi di Kota Samarinda.”Jurna
Sosiologi, Vol 3 no.2, h.112
Website
http://www.kemendagri.go.id/article/2015/03/09/perlu-pemberdayaan-
ormashadapiperkembangan-dunia-global
https://kabarmadura.id/gaib-tuntut-pemerintah-tertibkan-ormas-dan-lsm-bodong
https://www.pikiranrakyat.com/jawa-barat/pr-01306137/ratusan-lsm-tak-aktif-di-
kabupatenbogor-terancam-dibekukan?page=2
BIODATA DIRI