Anda di halaman 1dari 22

“PENANGANAN KONFLIK DAN KONTROL BADAN

KESATUAN BANGSA DAN POLITIK TERHADAP LSM DI


KABUPATEN BANDUNG BARAT”
(Diajukan untuk memenuhi t u g a s mata kuliah Birokrasi Pemerintahan)
Dosen Pengampu Mata Kuliah : Dr. Drs. Kakay Karyana., MM

Disusun Oleh :

- Billy Setya Adzana NE20255080


- M Sukron Nurfadillah NE20255028
- N Gina Fuadah N E20255009
- Rafi Pauji Hanip NE20255

JURUSAN ADMINISTRASI PUBLIK


SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI CIMAHI
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya panjatkan puji syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT,
karena atas Rahmat dan Ridhonya, saya dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Karya
ilmiah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Birokrasi
Pemerintahan. Dalam kesempatan ini saya ingin mengucapkan terimakasih kepada
dosen saya Drs. Kakay Karyana., MM yang membimbing saya dalam mengerjakan
tugas karya ilmiah ini.
Dalam karya ilmiah ini saya membahas agar pembaca dapat memperluas ilmu
tentang “Penaganan Konflik dan Kontrol Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Kabupaten Bandung Barat”. Di dalam karya ilmiah ini terdapat latar belakang, tujuan,
formulasi isi tulisan dan bagaimana membuat kesimpulan dan saran mengenai
“Penaganan Konflik dan Kontrol Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten
Bandung Barat” ini yang telah saya pelajari. Saya menyadari bahwa penyusunan
karya ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, namun demikian telah memberikan
manfaat bagi saya selaku penyusun, semoga makalah ini dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca. Oleh karena itu saya menerima segala kritik dan
saran dari para pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah selanjutnya.
Akhir kata saya berharap semoga karya ilmiah tentang “Penaganan Konflik
dan Kontrol Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bandung Barat” ini dapat
memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap para pembaca.

Cimahi, 11 Maret 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................4
BAB II KAJIAN PUSTAKA......................................................................................5
2.1 Kajian Pustaka...............................................................................................5
BAB III METODOLOGI PENULISAN...................................................................7
3.1 Pengumpulan Data Dan Informasi................................................................7
3.2 Pengolahan Data Dan Informasi....................................................................7
3.3 Analisis Dan Sistesis.....................................................................................8
BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................9
4.1 Fungsi Kesbangpol Terhadap Lsm................................................................9
4.2 Pengawasan Yang Dilakukan Kesbangpol Terhadap Lsm..........................12
4.3 Tindakan Kesbangpol Ketika Ada Sebuah LSM Yang Memberikan Dampak
Buruk Kepada Masyarakat................................................................................12
4.4 Mediasi Seperti Apa yang Dilakukan Kesbangpol Jika Terjadi Suatu
Polemik atau Konflik 12
BAB V KESIMPULAN............................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA
BIODATA DIRI

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17
Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan, menyatakan bahwa:
“Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) adalah salah satu organisasi
kemasyarakatan yang didirikan oleh masyarakat berdasarkan kesamaan aspirasi,
kehendak, kebutuhan, kepentingan kegiatan, dan tujuan untuk berpatisipasi
dalam pembangunan demi tercapainya tujuan negara kesatuan Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila”. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
secara umum diartikan sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan
pelayanan kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh
keuntungan dari kegiatannya. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) juga
memberikan pelayanan atau advokasi untuk mengangkat isu-isu tertentu.
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) bergerak di bidang-bidang seperti Hak
Asasi Manusia (HAM), lingkungan hidup, dan konservasi, pembangunan dan
perdamaian, atau mereka dapat juga memiliki tujuan sosial yang lain. Hak Asasi
Manusia (HAM) yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 Negara
Kesatuan Republik Indonesia ialah kebebasan yang diatur dalam Pasal 28E ayat
(3), yaitu “Setiap orang berhak atas kebebasan berserikat dan berkumpul dan
mengeluarkan pendapat”. Meskipun dalam Undang-Undang Dasar 1945 Negara
Kesatuan Republik Indonesia tidak merujuk Pasal 28, tetapi mengadopsi norma
baru dalam Pasal 28E ayat (3), Karena Pasal 28 dianggap tidak mengandung
jaminan hak asasi manusia yang seharusnya menjadi muatan demokrasi. Oleh
Karena itu, pemuatan kembali hak berserikat, berkumpul dan mengeluarkan
pendapat dalam Pasal 28E ayat (3) adalah untuk menegaskannya sebagai salah
satu hak asasi manusia yang menjadi hak konstitusi, dan yang menjadi

1
2

kewajiban negara terutama untuk melindungi, menghormati, memajukan dan


memenuhinya. Sejalan dengan itu, kemudian dalam Pasal 24 ayat (2)
UndangUndang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, yang
selanjutnya disebut Undang-Undang HAM, menyatakan : “Setiap warga negara
atau kelompok masyarakat brhak mendirikan Partai Politik, Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM), atau organisasi lainnya untuk berperan serta dalam jalannya
pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan dengan tuntutan
perlindungan, penegakan dan pemajuan hak asasi manusia sesuai dengan
ketentuan perUndangUndangan.” Ketentuan ini mengandung makna bahwa
masyarakat diberi peran serta aktif dalam penyelenggaraan negara melalui
organisasi pemerintahan demi tercapainya pembangunan bangsa ini. Sebagai
organisasi masyarakat dalam kegiatannya dapat melakukan pengawasan atau
koreksi bila kebijakan pemerintah kurang sejalan dengan kondisi masyarakat.
Kehadiran LSM Di Indonesia, lahir dari beberapa organisasi dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat. LSM populer pada tahun 1970 dimana
sedang terjadi krisis di Indonesia, kemiskinan, kerusakan lingkungan, pelarian
politik, kekerasan oleh negara, pada dasarnya tidak berbeda dengan sejarah
kelahiran LSM Internasional.
Dalam perkembangannya, Ormas mempunyai peranan yang sangat penting
dalam meningkatkan keikutsertaan secara aktif seluruh lapisan masyarakat
dalam rangka menjamin pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa, menjamin
keberhasilan pembangunan nasional, dan menjamin tercapainya tujuan nasional.
Peran individu untuk dapat berpartisipasi secara efektif di dalam demokrasi
sangat erat kaitannya dengan pengembangan pribadi yang berasal dari konsep
kewarganegaraan yakni dalam suatu tatanan yang demokratis sebagai
pengembangan moral yang memperoleh perasaan tanggung jawab yang lebih
matang setiap tindakan individu tersebut. Setiap individu harus menikmati suatu
tingkat otonomi pribadi yang tinggi didalam keputusan perseorangan dan
bersama, dan berkaitan erat dengan pengembangan diri agar individu dan
3

masyarakat secara sekaligus berkembang kearah kehidupan bersama yang terus


meningkat. Sejak awal kelahirannya pada hakikatnya para aktivis LSM
Indonesia sepakat bahwa LSM adalah suatu wadah/media/alat, untuk
memperjuangkan suatu perubahan yang mendasar bagi masyarakat. LSM bukan
suatu tujuan, berada dalam suatu LSM adalah suatu pilihan, bukan karna
terjerembab apalagi karna mencari nafkah. Suara LSM diniatkan merupakan
hentakan dan gaung dari “silent majority” yang telah dibisukan dan
distigmegasi pada masa krisis kemanusiaan terbesar di Indonesia tahun 1065.
Peran LSM begitu besar yang dibangun atas dasar kesadaran kolektif membuat
sebuah wadah untuk melaksanakan pembangunan. Peran besar ini harus
didukung, baik dari masyarakat maupun pemerintah sebagai mitra untuk
bersama- sama menjaga agar LSM berjalan sesuai dengan fungsi dan
tujuannya.Namun pada saat ini secara realita sekarang banyak LSM yang tidak
menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan tidak sesuai dengan
peraturan Undang-Undang yang ada, banyak LSM yang menyalah gunakan
tujuannya demi kepentingannya sendiri atau kelompoknya. Salah satunya
adalah pada dewasa ini banyak sekali Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang digunakan untuk melakukan berbagai pelanggaran, seperti kasus
pemerasan, penipuan dan melakukan pencucian uang, dengan menggunakan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai wadah untuk melakukan
pelanggaran-pelanggaran tersebut. Berbagai pelanggaran tersebut tentunya
bertentangan dengan fungsi dan tujuan LSM yang sesuai dengan peraturan
perundang- undangan. Oleh karena itu, sejalan dengan telah dikeluarkannya
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan
diperlukan adanya kajian mengenai pentingnya pengawasan LSM sebagai
bentuk implementasi Pasal 53 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013.
Pengawasan dan pembinaan oleh pemerintah ini mempunyai arti penting
dimana LSM merupakan lembaga non pemerintah yang menjadi mitra
pemerintah dalam turut serta mendukung pembangunan dan pemberdayaan
4

masyarakat demi terwujudnya tujuan pembangunan nasional. Disini Peran


Badan Kesatuan Bangsa dan Politiki (Kesbangpol) sangat dibutuhkan dalam
mengawasi kinerja LSM. Pengawasan dan pembinaan terhadap Ormas dan
LSM tidak bertujuan untuk membatasi gerak Ormas dan LSM itu sendiri, tapi
merupakan dalam rangka penguatan dan penyehatan bagi Ormas dan LSM.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan terdahulu, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian PENANGANAN KONFLIK DAN
KONTROL BADAN KESATUAN BANGSA DAN POLITIK TERHADAP
LSM DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah fungsi Kesbangpol terhadap LSM?
2. Bagaimana pengawasan yang dilakukan Kesbangpol terhadap LSM?
3. Apakah tindakan Kesbangpol ketika ada sebuah LSM yang memberikan
dampak buruk kepada masyarakat?
4. Mediasi seperti apa yang dilakukan Kesbangpol jika terjadi suatu polemik
atau konflik antara LSM dengan LSM lainya atau LSM dengan masyarakat
setempat?
1.3 Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa fungsi Kesbangpol terhadap LSM.
2. Memahami pengawasan yang dilakukan Kesbangpol terhadap LSM.
3. Mengetahui tindakan Kesbangpol ketika ada sebuah LSM yang memberikan
dampak buruk kepada masyarakat.
4. Mengetahui mediasi seperti apa yang dilakukan Kesbangpol jika terjadi suatu
polemik atau konflik
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Pustaka


Badan Kesatuan Bangsa dan Politik merupakan sebuah sub bagian dari
kepemerintahan yang melakukan pengawasan pembinaan juga melakukan
administrasi terhadap izin-izin untuk melakukan sebuah penelitian maupun
pengesahan sebuah ORMAS/LSM yang ada di daerah tersebut.
Kedudukan Badan Kesbangpol merupakan unsur pelaksana fungsi penunjang
urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan politik. Badan Kesbangpol
dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui Sekretaris Daerah.
Badan Kesbangpol dalam melaksanakan tugas dan fungsinya dikoordinasikan
oleh Asisten PemerintahanTugas Pokok Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
Sesuai dengan Pasal 3 Ayat 1 adalah Badan Kesbangpol mempunyai tugas
melaksanakan fungsi penunjang urusan pemerintahan bidang kesatuan bangsa dan
politik.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut diatas Sesuai dengan Pasal 3 ayat 2
Badan Kesatuan Bangsa dan Politik mempunyai fungsi :
1. penyusunan rencana strategis dan rencana kerja dan anggaran Badan
Kesbangpol;
2. pelaksanaan rencana strategis dan dokumen pelaksanaan anggaran Badan
Kesbangpol;
3. penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan wawasan kebangsaan,
pembauran, persatuan dan kesatuan bangsa serta politik dan demokrasi;
4. pelaksanaan dan pengoordinasian kegiatan pembinaan dan pengembangan
wawasan kebangsaan, pembauran, persatuan dan kesatuan bangsa serta politik
dan demokrasi;

5
6

5. fasilitasi penyelenggaraan pembinaan dan pengembangan wawasan


kebangsaan, pembauran, persatuan dan kesatuan bangsa serta politik dan
demokrasi; fasilitasi penyelesaian perselisihan masyarakat yang berpengaruh
terhadap persatuan dan kesatuan bangsa;
6. fasilitasi pengembangan hubungan antar partai politik, antar organisasi
kemasyarakatan, antar lembaga swadaya masyarakat dan/atau antar organisasi
lainnya;
7. pemantauan, pengkajian dan evaluasi persatuan dan kesatuan bangsa,
pembauran, wawasan kebangsaan, politik, demokrasi, kerukunan umat
beragama serta ketahanan ekonomi dan seni budaya; pengumpulan,
pengolahan, penyajian, pemanfaatan dan pengembangan data dan informasi
mengenai persatuan dan kesatuan bangsa, politik serta demokrasi;
8. pemantauan orang asing, tenaga kerja asing dan organisasi masyarakat asing;
9. pengelolaan kepegawaian, keuangan dan barang Badan Kesbangpol;
10. pengelolaan ketatausaahaan dan kerumahtanggaan Badan Kesbangpol;
11. pengelolaan kearsipan, data dan informasi Badan Kesbangpol; dan
12. pelaporan dan pertanggung,jawaban pelaksanaan tugas dan fungsi Badan
Kesbangpol
BAB III
METODOLOGI PENULISAN
3.1 Pengumpulan Data dan Informasi
Data dan informasi yang mendukung penulisan dikumpulkan dengan
melakukan penelusuran pustaka, pencarian sumber-sumber yang relevan dan
pencarian data melalui internet. Data dan informasi yang digunakan yaitu data
dari media elektronik, dan beberapa pustaka yang relevan. Adapun teknik
pengumpulan data yang dilakukan yaitu:
1. Sebelum analisis data dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan studi
pustaka yang menjadi bahan pertimbangan dan tambahan wawasan untuk
penulis mengenai lingkup kegiatan dan konsep-konsep yang tercakup
dalam penulisan
2. Untuk melakukan pembahasan analisis dan sintesis data-data yang
diperoleh, diperlukan data referensi yang digunakan sebagai acuan,
dimana data tersebut dapat dikembangkan untuk dapat mencari kesatuan
materi sehingga diperoleh suatu solusi dan kesimpulan.
3.2 Pengolahan Data dan Informasi
Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini dibagi jadi dua,
yakni sumber data primer dan sumber data sekunder. Menurut Husein Umar,
sumber data primer adalah bahan yang telah diperoleh dari sumber pertama secara
pribadi seperti wawancara atau kuesioner yang biasa dilakukan oleh seorang
peneliti. Kemudian, data sekunder adalah bahan yang didapatkan dari macam-
macam sumber penelitian yang sudah pernah dilakukan. Data yang telah
diperoleh ini digunakan untuk menunjang sumber data primer yang telah
didapatkan dari literatur, bahan pustaka, buku, penelitian terdahulu, dan lain-lain.
Selanjutnya, sumber data primer dan sumber data sekunder dikumpulkan melalui
teknik wawancara dan dokumen. Wawancara merupakan teknik mengumpulkan
data dengan cara mengajukan pertanyaan langsung oleh kepada narasumber, dan
respon dari narasumber nantinya direkam atau dicatat.

7
8

3.3 Analisis dan Sistesis


Aspek-aspek yang akan dianalisis adalah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang bergerak di bidang-bidang seperti Hak Asasi Manusia (HAM),
lingkungan hidup, dan konservasi, pembangunan dan perdamaian, atau mereka
dapat juga memiliki tujuan sosial yang lain.
Penelitian ini terdiri dari lima bab, dalam setiap terdiri dari sub-bab yang
disesuaikan dengan pembahasan yang ada pada penelitian ini, terdiri atas
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab ini berisi kajian pustaka yang menjelaskan hasil tinjauan
penulis mengenai sejumlah penelitian terdahulu guna
mempelajari bagaimana penulis-penulis terdahulu melakukan
pendekatan dalam menyelenggarakan penelitian sebelumnya.
BAB III METODOLOGI PENULISAN
Bab ini berisi metode penulisan dan sistematika penulisan yang
menjelaskan uraian tentang deskripsi singkat tentang LSM
(Lembaga Swadaya Masyarakat).
BAB IV PEMBAHASAN
Bab ini penulis mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai
analisis dan jawaban pertanyaan penelitian mengenai
PENANGANAN KONFLIK DAN KONTROL BADAN
KESATUAN BANGSA DAN POLITIK TERHADAP LSM
DI KABUPATEN BANDUNG BARAT.
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi sub-bab mengenai kesimpulan penelitian dan
rekomendasi yang penulis berikan untuk lembaga dan penulis
selanjutnya untuk dapat mengembangkan penelitian serupa.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Fungsi Kesbangpol Terhadap LSM
Fungsi pembinaan dan penerbitan ormas tertera dalam Undang-Undang No 17
Tahun 2013 dan Peraturan Pemerintah No.58 Tahun 2016 Tentang Organisasi
Kemasyarakatan
Fungsi Pembinaan Terkait :
1. Administrasi Legalitas Ormas
2. Pembinaan dalam hal peningkatan kapasitas ORMAS/LSM melalui
Kegiatan, Seperti Sosialisasi peraturan perundang-undangan dan lain lain
Pendaptaran Ormas
Sesuai Permendagri No.57 Tahun 2017 ada pada kementrian hukum dan ham RI
untuk ormas yang berbadan hukum dan di kementrian dalam negri untuk ormas
yang tidak berbadan hukum.
Badang Kesbangpol mempunyai fungsi menerima laporan kegiatan, keberadaan
ormas kemudian di lakukan pencatatan secara administrasi dan legal.
Jumlah Ormas yang ada di Kabupaten Bandung Barat ada 237 Sesuai hasil
Verifikasi tahun 2021.

4.2 Pengawasan Yang Dilakukan Kesbangpol Terhadap LSM


Pengawasan Kesbangpol terhadap LSM dilakukan sejak pendirian LSM
dan segala aktivitas setelah didirikannya. Pengawasan pemerintah tersebut
dilaksanakan oleh Kesbangpol dengan melihat dan memperhatikan dengan
sungguh- sungguh mengenai apakah pendirian LSM sudah sesuai dengan
prosedur yang berlaku sebelum dikeluarkannya Surat Keterangan Terdaftar
(SKT). Mengenai pendirian LSM sendiri, harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut:
1. Akta pendirian yang dikeluarkan oleh notaris yang memuat AD dan ART.
2. Program kerja.
10

3. Susunan pengurusan.
4. Surat keterangan berdomisili.
5. Nomor poko wajib pajak atas nama organisasi.
6. Surat pernyataan tidak dalam sengketa kepengurusan atau tidak dalam
perkara di pengadilan.
7. Surat pernyataan kesanggupan melaporkan kegiatan.
Surat keterangan terdaftar (SKT) diberikan oleh:
1. Menteri bagi LSM yang memiliki lingkup nasional
2. Gubernur bagi LSM yang memiliki lingkup provinsi
3. Bupati/wali kota bagi LSM yang memiliki lingkup kabupaten/kota.
Secara administratif dan teknis, prosedur pendirian organisasi berlaku secara
umum, dimana organisasi itu didirikan oleh pemrakarsanya atas dasar kesamaan
cita-cita dalam mencapai tujuan. Dalam konteks Undang-Undang, tidak
menyebutkan secara tegas bawah pendirian sebuah organisasi memerlukan izin
pendirian khusus tetapi yang ada adalah bersifat pemberitahuan. Meskipun dalam
ketentuan peraturan perUndang-Undangan tidak secara tegas disebutkan wajib
melakukan pendaftaran dan memperoleh izin pendirian, namun secara yuridis
tetap saja implicit didalamnya mempunyai maksud penataan, agar setiap ormas
yang ada terdaftar dan terdata secara administrative dalam kantor pemerintah. Hal
itu berkaitan dengan fungsi pembinaan yang memiliki oleh pemerintah terhadap
ormas yang ada. Dengan aturan-auran tersebut maka semua bentuk kegiatan
berserikat dan berkumpul berada di bawah kontrol Pemerintah, dalam hal ini
Kesbangpol Kemendagri. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 ini membawa
semua Organisasi baik berbadan hukum (yayasan dan perkumpulan) atau tidak
berbadan hukum, dengan semua ragamnya, berada dalam kontrol dan pengawasan
pemerintah (Kesbangpol Kemendagri). Pada Peraturan Pemerintah Nomor 58
Tahun 2016 pada Bab mengenai pengawasan ormas. Tujuan diadakannya
pengawasan terhadap ormas/ LSM adalah untuk meningkatkan kinerja dan
akuntabilitas ormas. Karena dalam berbagai kasus, seringkali ada oknum anggota
11

ormas yang bertindak melanggar hukum. Agar kiprah seluruh anggota LSM tidak
menabrak aturan, ormas harus memiliki mekanisme pengawasan internal dan
eksternal. Pengawasan internal tercantum pada Pasal 54 UNDANG-UNDANG
No 17 tahun 2013 dan ketentuannya diaturlebih lanjut pada Pasal 39 PP Nomor
58 tahun 2016, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh LSM itu sendiri yang
dicantumkan pada AD/ART LSM itu sendiri mengenai pengawas internal LSM
(Pasal 54 ayat (3) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013). Pengawas internal
berfungsi untuk menegakkan kode etik organisasi dan memutuskan pemberian
sanksi dalam internal organisasi sesuai dengan AD/ART LSM.
Pengawasan secara eksternal tercantum pada Pasal 55 Undang-Undang
Nomor 17 tahun 2013, dimana pengawasan eksternal dilakukan oleh masyarakat,
Pemerintah dan/atau Pemerinta Daerah. Pengawasan yang dilakukan oleh
masyarakat berupa pengaduan yang diatur pada Pasal 41, 42, 43, 44 PP Nomor 58
tahun 2016 Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat berupa pengaduan yang
disampaikan baik tertulis maupun tidak tertulis. Untuk meningkatkan dan
mengefektifkanpengawasan, Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan
monitoring dan evaluasi dalam rangkadeteksi dini sebelum terjadi pelanggaran
yang dilakukan oleh Ormas. Ketentuan ini diatur dalam Pasal 45 PP Nomor 58
Tahun 2016 menyebutkan pengawasan eksternal oleh Pemerintah atau Pemerintah
Daerah dilakukan sesuai jenjang pemerintahan. Pengawasan oleh pemerintah
dikoordinasikan oleh Menteri untuk ormas yang berbadan hukum dan tidak
berbadan hukum, untuk tingkat provinsi dikoordinasikan oleh gubernur dan untuk
tingkat Kabupaten kota dikoordinasikan oleh bupati/walikota. Pada pasal 47
diatur lebih lanjut untuk membentuk tim terpadu, pelaksanaan pengawasan
eksternal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45 dilaksanakan melalui monitoring
dan evaluasi oleh tim terpadu. Pengaturan lebih lanjut mengenai Tim Terpadu
dapat kita lihat dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri republik Indonesia Nomor
56 Tahun 2017 (Permendagri Nomor 56 Tahun 2017) Tentang Pengawasan
Organisasi Kemasyarakatan di Lingkungan Kementrian Dalam Negeri dan
12

Pemerintah Daerah. Dalam Permendagri Nomor 56 Tahun 2017 diatur mengenai


susunan Tim Terpadu , dalam Pasal 13 ayat (2) disebutkan tim terpadu terdiri
atas:
1. Tim terpadu Nasional
2. Tim Terpadu Provinsi; dan
3. Tim Terpadu Kabupaten/Kota
Mengenai pembentukan Tim Terpadu dalam Permendagri Nomor 56 Tahun
2017 dijelaskan Tim Terpadu Nasional ditetapkan dengan keputusan Menteri
Pasal 14 Ayat (2), Tim Terpadu Provinsi ditetapkan dengan keputusan Gubernur
Pasal 15 Ayat (2) dan Tim Terpadu Kabupaten/Kota ditetapkan dengan keputusan
Bupati/Wali Kota Pasal 16 Ayat (2).

4.3 Tindakan Kesbangpol Ketika Ada Sebuah LSM Yang Memberikan Dampak
Buruk Kepada Masyarakat
Ketika ada sebuah lsm yang memberi dampak buruk kepada masyarakat pihak
kesbangpol memanggil ketua lsm dan di bina karena kesbangpol tidak berhak
mencabut izin, karena perizinan dari kemenkumham di kesbangpol cuman
tercatat, jadi kesbangpol tidak bisa menindak lanjuti karena izin nya dari
kemenkumham dan kesbangpol cuman memverifikasi LSM, jadi ketika ada
sebuah LSM yang memberi dampak buruk kepada masyarakat di bina oleh ketua
GOOL (Gabungan Ormas Okp dan LSM) Kabupaten Bandung Barat.

4.4 Mediasi Seperti Apa Yang Dilakukan Kesbangpol Jika Terjadi Suatu
Polemik atau Konflik.
Kesbangpol dalam menangani konflik Di Kabupaten Bandung Barat yaitu
sebagai fasilitator bagi pihak yang berkonflik. Selain itu Kesbangpol melakukan
pendampingan dalam musyawarah terhadap pihak-pihak yang berkonflik dibantu
oleh lembaga-lembaga terkait untuk membahas perselisihan konflik antara LSM
dan masyarakat.
13

Berdasarkan informasi yang diperoleh peneliti telah melakukan wawancara


dengan salah satu pihak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik yaitu Bapak Dadang
Haedarusman, S.Sos., MM. Sebagai Kepala Bidang Poldagri dan Ormas
Kabupaten Bandung Barat menyatakan sebagai berikut:
Fungsi dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Bandung Barat ini
adalah sebagai fasilitator dalam merundingkan permasalahan, memahami
kebutuhan para pihak serta mencapai kesepakatan yang dapat di terima kedua
belah pihak tersebut. Keputusan dari permasalahan tersebut didapat dari adanya
kesepakatan dari kedua belah pihak. Badan Kesbangpol memiliki kewenangan
untuk mengusul pendapat syarat-syarat kesepakatan dan tidak memihak kepada
yang berkonflik. Selain itu Badan Kesbangpol yang merupakan fasilitator tidak
berhak mengambil keputusan sendiri, sehingga putusan akhir sepenuhnya diambil
oleh para pihak yang berkonflik dan di tuangkan dalam bentuk kesepakatan di
antara kedua belah pihak.
BAB V
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Untuk memastikan keberadaan LSM berjalan sesuai dengan fungsinya
dan tujuannya maka penting untuk dilakukan pengawasan dan pembinaan
LSM oleh pemerintah. Pengawasan adalah kegiatan membandingkan apa
yang sedang atau sudah dikerjakan dengan apa yang direncanakan
sebelumnya, karena itu perlu kriteria, norma, standar dan ukuran tentang hasil
yang ingin dicapai. Pengawasan mengenai LSM diatur dalam Undang-
Undang No 17 tahun 2013 dengan peraturan pelaksanaannya pada PP No 58
tahun 2016. Pengawasan terhadap LSM dilakukan dengan mekanisme
pengawasan internal dan pengawasan eksternal. Pengawasan internal
dilakukan oleh internal organisasi itu sendiri dengan tugas dan
kewenangannya dicantumkan pada AD/ ART LSM tersebut. Pengawasan
eksternal dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah. Pengawasan oleh
masyarakat dilakukan melalui pengaduan dari penemuan- penemuan
pelanggaran di lapangan yang disampaikan baik tertulis maupun tidak tertulis.
Untuk meningkatkan dan mengefektifkan pengawasan, Pemerintah dan
Pemerintah Daerah melakukan monitoring dan evaluasi dalam rangka deteksi
dini sebelum terjadi pelanggaran yang dilakukan oleh Ormas. Hal itu
dikoordinasikan dari Kesbangpol Kemendagri dan tim terpadu.
Setelah dikeluarkannya PP No 58 tahun 2016 tentang pelaksanaan
undang- undang No 17 tahun 2013 tentang organisasi kemasyarakatan, pada
PP ini, dijelaskan mengenai aturan lanjutan pengawasan dan mekanisme
pengawasan LSM. Hal ini dinilai sudah lebih maju dibanding dengan
keberadaan Undang-Undang ormas yang lama yaitu UndangUndang No 8
tahun 1985. Pada kenyataannya, sampai saat ini ditemukan beberapa kasus
mengenai LSM yang tidak menjalankan fungsi dan tujuanya atau ditemukan
beberapa LSM bodong. Hal ini ditengarai karena pemerintah kurang dalam
15

memberikan pengawasan dan pembinaan kepada LSM. Perlu penguatan dan


pengembangan tupoksi kesbangpol daerah sebagai instansi yang
melaksanakan fungsi pembinaan dan pengawasan ormas di daerah. Hal itu
termasuk pada kurangnya anggaran dan SDM dalam melakukan pengawasan
dan pembinaan, karena pada saat ini jumlah LSM terus bertambah. Hal itu
tentu sangat baik, artinya adalah partisipasi masyarakat dalam menunjukkan
kesadaran akan pembangunan meningkat. Hal tersebut sangat baik dalam
perkembangan demokrasi di Indonesia.

B. SARAN
Dalam mewujudkan peran LSM pada aspek sosial kemasyarakatan,
LSM harus membangun kredibilitas dan identitasnya di mata masyarakat luas.
Persepsi dan citra negatif pandangan masyarakat kepada LSM harus
dihilangkan karena pada saat ini LSM masih terperangkap dalam motif sempit
mencari keuntungan materi ataupun hal-hal yang membuat LSM keluar dari
tujuan awalnya. Banyaknya kasus LSM bodong membuat persepsi masyarakat
mengenai LSM akan buruk. Jika persepsi itu masih melekat, maka seruan
moral LSM sebagai wadah berserikat dan berkumpul yang mempunyai
tanggung jawab sosial menjadi sia- sia. LSM harus menegaskan identitasnya
kepada masyarakat luas mengenai prinsip-prinsip LSM dengan memberikan
sumbangsih nyata, atau action nyata kepada masyarakat.
Pemerintah khususnya pemerintah daerah (Pemda) melalui kesatuan
bangsa dan politik (kesbangpol) harus melakukan pembinaan secara intensif
kepada LSM. Sebagai amanat dari Undang-Undang Nomor 17 tahun 2013
maka pemerintah harus memandang penting, mengenai pengawasan dan
pembinaan LSM , hal itu dilakukan baik secara konsep maupun teknis
pelaksanaannya. Secara teknis pelaksanaanya Pemda harus mencukupi
anggaran dan SDM yang memadai untuk melakukan kontrol dan evaluasi
terhadap LSM. Hal itu dikarenakan pada saat ini antusiasme masyarakat untuk
16

berserikat makin tinggi dengan meningkatnya jumlah LSM. Kesbangpol


dalam melaksanakan tugas pengawasannya, hendaknya melakukan
pengawasan dengan baik dengan melakukan proses verifikasi LSM dengan
terjun langsung ke lapangan dan memeriksa dokumen-dokumen Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) yang sudah terdaftar agar Lembaga Swadaya
Masyarakat (LSM) bisa menjalankan tugas dan fungsinya sesuai dengan
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) itu sendiri.
Pemda juga harus membuat aturan yang jelas. Pengaturan pengawasan
LSM dibuat bukan untuk membatasi ruang gerak LSM, namun semata-mata
untuk menjamin profesionalisme Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) agar
sesuai dengan fungsinya. Diperlukan suatu ketentuan yang mengatur lebih
detail mengenai pelaporan sumber dana, kantor atau sekretariat serta syarat-
syarat administratif lainnya. Hal itu tentunya akan memudahkan LSM.
Ketentuan lainnya yang perlu diatur lagi adalah mengenai sanksi bagi LSM
yang melakukan pelanggaran hukum maupun pelanggaran administrative
seperti tidak mempunyai Surat Keterangan Terdaftar (SKT).
DAFTAR PUSTAKA

Buku
Bastian, Indra, Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik, Jakarta: GrahaIlmu, 2011
Budiadjo, Miriam, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama,
1992
Gellner, Ernest, Membangun Masyarakat Sipil, Prasyarat Menuju Kebebasan
Bandung: Mizan Graha Ilmu , 2001
Hasan, Jildan, organisasi Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Jakarta:gramedia,2004
Jordan, Lisa dan Peter Van T, Akuntabilitas LSM Jakarta: LP3ES, 2009
Jordan, Lisa dan Peter Van Tuilj, Akuntabilitas LSM. Jakarta: Pustaka LP3ES, 2009
Sundoko, Abdullah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Semarang: Pustaka
pelajar,2001
Jurnal
Siregar, Raja Adil “Tinjauan Yuridis Terhadap Kebebasan Berserikat, Berkumpul,
dan Mengeluarkan Pendapat Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2013 Tentang Organisasi Kemasyarakatan..” ,JurnalHukum, Vol. 2 No.2,
Oktober 2015
Sumarni “Peran Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dalam Pencegahan,
Pengendalian, dan Penanganan Kasus Korupsi di Kota Samarinda.”Jurna
Sosiologi, Vol 3 no.2, h.112
Website
http://www.kemendagri.go.id/article/2015/03/09/perlu-pemberdayaan-
ormashadapiperkembangan-dunia-global
https://kabarmadura.id/gaib-tuntut-pemerintah-tertibkan-ormas-dan-lsm-bodong
https://www.pikiranrakyat.com/jawa-barat/pr-01306137/ratusan-lsm-tak-aktif-di-
kabupatenbogor-terancam-dibekukan?page=2
BIODATA DIRI

Nama Lengkap : M Sukron Nurfadillah


NIM : NE20255028
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 07-09-2000
Pekerjaan : Honorer di PEMKAB
Bandung Barat
Email : msukronnfadilah@gmail.com

Nama Lengkap : M Sukron Nurfadillah


NIM : NE20255028
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 07-09-2000
Pekerjaan : Mahasiswa
Email : msukronnfadilah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai