Anda di halaman 1dari 16

NAPZA

“PERAN NGO DALAM PENYALAHGUNAAN NAPZA”

DISUSUN OLEH :
Kelompok 8
Keperawatan 6A

1. Qorri Hartanto 1914201031


2. Cindy Sonia Putri 1914201011
3. Nur Havifah Hasanah 1914201027
4. M.Dendy Masbri 1914201071
5. Anggresya Putri Malini 1914201009

DOSEN PENGAMPU :
Ns. Edo Gusdiansyah, M.Kep

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALIFAH PADANG
Th. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat serta karunia-Nya, baik berupa kesempatan maupun
pengetahuan sehingga makalah “Peran NGO Dalam Penyalahgunaan NAPZA”
ini dapat kami selesaikan dalam bentuk maupun isinya dengan sebaik-baiknya.
Terima kasih kami ucapkan kepada bapak Ns. Edo Gusdiansyah,M.Kep
karena atas bimbingan serta saran dari bapaklah kami dapat menyusun makalah ini
sehingga dapat dibaca serta dipahami isinya. kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini jauh dari sempurna ,baik dari segi penyusunan yang
masih kurang teratur ,pembahasan yang kurang sesuai dengan materi, ataupun
penulisannya yang kurang tepat atau kesalahan saat mengetik kata demi
kata ,karena pengalaman kami yang masih kurang .
Demikianlah yang dapat kami sampaikan , kami berharap semoga makalah
ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu
dimohonkan kepada bapak dan teman-teman yang membaca makalah ini agar
memberikan kritik dan saran yang membangun agar kedepannya, bisa diperbaiki
menjadi lebih baik, kepada bapak dosen yang terhormat dimohon bimbingannya
lebih lanjut , terutama bimbingan terhadap penyusunan makalah dan dalam mata
kuliah Penyalahgunaan NAPZA.

Padang, 28 Mei 2022

Kelompok 8

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN............................................................................4
1.1. Latar Belakang......................................................................................4
1.2. Tujuan...................................................................................................5
a. Tujuan Umum.................................................................................5
b. Tujuan Khusus.................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................6
2.1. Definisi NGO/LSM..............................................................................6
2.2. Peran NGO Dalam Penyalahgunaan NAPZA......................................8
2.3. Fungsi dan Tujuan NGO Dalam Penyalahgunaan NAPZA.................10
2.4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Penyalahgunaan NAPZA..............13
BAB III PENUTUP.....................................................................................15
3.1. Kesimpulan...........................................................................................15
3.2. Saran ....................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lembaga Swadaya Masyarakat atau lebih dikenal dengan istilah LSM
didapatkan dari pemikiran praktisi pembangunan dan konsep para akademisi.
Sedangkan istilah Non Government Organization (NGO) muncul dan dipelopori
oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada pertengahan tahun 1970-an
(Sinaga, 1994). LSM atau NGOs menurut United Nation Document dalam Sinaga
(1994 : 22), ”NGOs are those private organizations which commonly gain
financial support from international agencies and which devote themselves to the
design, study, and execution of programs and projects in developing countries
Indonesia sebagai salah satu negara yang memiliki tingkat kerawanan tinggi
terhadap peredaran gelap Narkoba memiliki komitmen untuk melaksanakan
pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dengan
diterbitkannya Keputusan Presiden (Keppres) RI Nomor 17 tahun 2002 pada
tanggal 22 Maret 2002 tentang Badan Narkotika Nasional (BNN). Dalam Keppres
tersebut disebutkan bahwa BNN mempunyai tugas membantu Presiden dalam
mengkoordinasikan instansi pemerintah terkait guna penyusunan kebijakan dan
pelaksanaannya di bidang ketersediaan, pencegahan dan pemberantasan
penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika, prekursor dan zat
adiktif lainnya. (Krisna, 2018)
Kemudian mengingat bahwa penyalahgunaan narkotika, psikotropika,
prekursor dan bahan adiktif lainnya semakin meningkat, sehingga membutuhkan
penanganan lebih komprehensif yang menuntut pengembangan organisasi secara
proporsional di pusat dan daerah, maka pemerintah mengganti Keppres tersebut
dengan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 83 Tahun 2007 tanggal 23 Juli 2007
tentang Badan Narkotika Nasional, Badan Narkotika Propinsi, dan Badan
Narkotika Kabupaten/Kota. Diharapkan melalui Perpres ini dapat lebih

4
menciptakan keterpaduan dan koordinasi dalam hal penyusunan kebijakan dan
pelaksanaan operasional di bidang penanganan masalah Narkoba (Krisna,2018).
Salah satu bukti bahwa warga masyarakat banyak berperan dalam kehidupan
kebangsaan dan kenegaraan adalah tumbuh dan berkembangnya organisasi
masyarakat sipil yang dibentuk sendiri oleh masyarakat diantaranya adalah
lahirnya Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Partisipasi dan wujud dukungan
LSM dapat berbentuk dalam pengajuan tuntutan, dukungan, dan/atau pengawasan
warganegara atas berjalannya penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, baik,
dan benar (good and clean governance) (Krisna,2018)
Salah satu bentuk dukungan dan partisipasi dimaksud adalah melalui peranan
LSM di bidang pencegahan dan pemberantasan narkoba, dimana LSM dapat
merespons, cepat tanggap dan peduli terhadap keselamatan generasi muda yang
akan datang. Disamping itu, LSM diharapkan menjadi pemicu dan pemacu
keterlibatan masyarakat dalam memberikan solusi atas berbagai masalah yang
terjadi ditengah-tengah masyarakat.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis akan membahas peran NGO
dalam penyalahgunaan NAPZA.

B. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
mata kuliah Penyalah gunaan NAPZA sesuai dengan sub materi KRS
tentang peran NGO dalam penyalahgunaan NAPZA.
b. Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan NGO/LSM
2. Untuk mengetahui peran NGO dalam penyalahgunaan NAPZA
3. Untuk mengetahui fungsi dan tujuan NGO dalam penyalahgunaan
NAPZA
4. Untuk mengetahui pemberdayaan masyarakat dalam penyalahgunaan
NAPZA dan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)/NGO


Membentuk suatu organisasi, perkumpulan atau apapun namanya merupakan
suatu perwujudan dari Hak Asasi Manusia (HAM). Hal ini sejalan dengan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, pada Pasal 24 ayat (2),
menyatakan : “Setiap warga negara atau kelompok masyarakat berhak mendirikan
Partai Politik, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), atau organisasi lainnya untuk
berperan serta dalam jalannya pemerintahan dan penyelenggaraan negara sejalan
dengan tuntutan perlindungan, penegakkan dan pemajuan hak asasi manusia sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan”.
LSM secara umum diartikan sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya (Sumarni, tt). Sementara itu, LSM juga memberikan pelayanan atau
advokasi untuk mengangkat isu-isu tertentu dan bergerak di bidang-bidang seperti
Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan hidup, dan konservasi, pembangunan dan
perdamaian, atau mereka dapat juga memiliki tujuan sosial yang lain (Jordan dan Van
Tuilj, 2009).
Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris dikenal juga
sebagai Organisasi non pemerintah disingkat Ornop atau ONP atau NGO (non-
governmental organization). Organisasi tersebut bukan menjadi bagian
dari pemerintah, birokrasi ataupun negara, maka secara garis besar organisasi non
pemerintah dapat di lihat dengan ciri yaitu :
a. Organisasi ini bukan bagian dari pemerintah, birokrasi ataupun negara
b. Dalam melakukan kegiatan tidak bertujuan untuk memperoleh keuntungan
(nirlaba)

6
c. Kegiatan dilakukan untuk kepentingan masyarakat umum, tidak hanya untuk
kepentingan para anggota seperti yang dilakukan koperasi ataupun organisasi
profesi.
Kehadiran LSM di Indonesia, lahir dari beberapa organisasi dari masyarakat,
oleh masyarakat dan untuk masyarakat. LSM populer pada tahun 1970 dimana
sedang terjadi krisis di Indonesia, kemiskinan, kerusakan lingkungan, pelarian politik,
kekerasan oleh negara, pada dasarnya tidak berbeda dengan sejarah kelahiran LSM
Internasional.
LSM adalah sebuah kekuatan tersendiri dalam model tiga sektor (three sector
model), yang terdiri dari pemerintah sebagai sektor pertama. Dunia usaha sebagai
sektor kedua, dan lembaga voluntir (sukarela) sebagai sektor ketiga. LSM
berkedudukan sebagai lembaga penengah yang menengahi pemerintah dan warga
negara dalam berbagai hal. Bisa jadi LSM sebagai “Telinga” untuk mendengar
aspirasi masyarakat dan keinginan rakyat, bisa juga sebagai “corong atau speaker”
dalam menyampaikan aspirasi dan keinginan masyarakat agar didengar oleh
pemerintah.
Kerap kali, LSM memang harus bersikap kritis terhadap pemerintah, tetapi
adakalanya LSM bertindak pula sebagai penjelas dan pengurai kebijakan atau
keputusan pemerintah. Sikap kritis itu hendaknya dipahami, karena LSM itu memang
tumbuh sebagai kekuatan pengimbang, baik terhadap pemerintah maupun swasta.
Kekuatan pengimbang ini diperlukan agar mekanisme demokrasi dapat bekerja.
Selain itu, LSM tidak mesti dapat dinilai sebagai kekuatan oposan, karena LSM
adalah dua mitra pemerintah dan masyarakat dalam pembangunan.
Secara garis besar dari sekian banyak organisasi non pemerintah yang ada
dapat dikategorikan sebagai berikut : 
1. Organisasi mitra pemerintah, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan
kegiatan dengan bermitra dengan pemerintah dalam menjalankan kegiatannya.
2. Organisasi donor, adalah organisasi non pemerintah yang memberikan dukungan
biaya bagi kegiatan ornop lain.

7
3. Organisasi profesional, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan
kegiatan berdasarkan kemampuan profesional tertentu seperti ornop pendidikan,
ornop bantuan hukum, ornop jurnalisme, ornop kesehatan, ornop pengembangan
ekonomi dan lain-lain.
4. Organisasi oposisi, adalah organisasi non pemerintah yang melakukan kegiatan
dengan memilih untuk menjadi penyeimbang dari kebijakan pemerintah. Ornop
ini bertindak melakukan kritik dan pengawasan terhadap keberlangsungan
kegiatan pemerintahan.
Jadi secara singkat  dapat dikategorikan peran LSM menjadi dua kelompok.
pertama, peranan dalam bidang non politik, yaitu berupa pemberdayaan masyarakat
dalam bidang sosial ekonomi. Kedua, peranan dalam bidang politik, yaitu sebagai
wahana untuk menjembatani warga masyarakat dengan negara atau pemerintah. 

2. Fungsi dan Tujuan Lembaga Swadaya Masyarakat 


Sebuah lembaga atau organisasi dapat berfungsi dengan baik, apabila
melaksanakan apa yang menjadi visi dan misinya serta berkomitmen pada anggaran
dasar (AD) dan anggaran rumah tangganya (ART) sebagai landasan dalam
mengimplementasikan tujuan organisasi tersebut. Sama halnya dengan LSM yang
bergerak dan bertindak untuk kepentingan masyarakat banyak. Sudah tentu
diharapkan kiprah dan peranannya di tengah-tengah masyarakat.
Dalam menjalankan kiprahnya tersebut, LSM dapat menjalankan fungsinya sebagai
berikut, yaitu:
1. Sebagai wadah organisasi yang menampung, memproses, mengelola dan
melaksanakan semua aspirasi masyarakat dalam bidang pembangunan terutama
pada bagian yang sering tidak diperhatikan oleh pemerintah.
2. Senantiasa ikut menumbuhkembangkan jiwa dan semangat serta
memberdayakan masyarakat dalam bidang pembangunan.
3. Ikut melaksanakan, mengawasi, memotivasi dan merancang proses dan hasil
pembangunan secara berkesinambungan tidak cuma pada saat itu juga. 

8
4. LSM juga harus ikut aktif dalam memelihara dan menciptakan suasana yang
kondusif didalam kehidupan masyarakat bukan sebaliknya.
5. LSM sebagai wadah penyalur aspirasi atas hak dan kewajiban warga
negara serta kegiatan dari masyarakat sesuai dengan tujuan yang sudah
ditetapkan oleh masing-masing LSM.
6. LSM juga harus ikut menggali dan mengembangkan segala potensi yang
dimiliki oleh anggotanya jadi bisa mewujudkan tujuan yang sudah ditetapkan
bersama..
7. LSM sebagai wadah yang ikut aktif dalam perannya mensukseskan
pembangunan bangsa dan negara, serta dalam hal ini ikut menjaga kedaulatan
negara dan menjaga ketertiban sosial.
8. Sebagai salah satu cara bagi masyarakat untuk memberikan asiprasinya, lalu
aspirasi ini ditampung oleh LSM sesuai dengan tujuan LSM itu sendiri dan akan
disalurkan pada lembaga politik yang bersangkutan guna mencapai
keseimbangan komunikasi yang baik antara masyarakat dan pemerintahan
seperti politik luar negeri Indonesia.
Peran dan fungsi besar tersebut harus didukung, baik dari masyarakat maupun
pemerintah sebagai mitra untuk bersama- sama menjaga agar LSM berjalan sesuai
dengan fungsi dan tujuannya. Namun, pada saat ini secara realita sekarang banyak
LSM yang tidak menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik dan tidak sesuai
dengan peraturan Undang-Undang yang ada.
John Clark memaparkan karakteristik LSM ditinjau dari pelaksanaan tujuannya
adalah :
a. Melayani kelompok miskin marjinal
b. Mendorong dibukanya partisipasi bagi masyarakat dalam proses pelaksanaan
kebijakan
c. Mengembangkan inovasi-inovasi yang bermanfaat dan memecahkan masalah.
Terkadang inovasi ini melahirkan konsep tandingan bagi kebijakan pemerintah
d. Program yang dilaksanakan adalah skala kecil agar mudah dipantau dan terukur
pencapaiannya serta tepat sasaran

9
e. Memiliki komitmen staf yang tinggi karena secara luas memberi andil nilai dan
keyakinan tentang misi perubahan sosial.

3. Peranan LSM Dalam Pencegahan dan Pemberantasan Narkoba


LSM dalam menjalankan fungsinya tentunya sesuai dengan bidang yang dijalani
atau yang digelutinya. Ada LSM yang bergerak dibidang lingkungan alam,
perlindungan anak dan perempuan, pencegahan dan pemberantasan narkoba, dan lain-
lain. Untuk itulah, perlu diketahui tujuan didirikan LSM dimaksud. Peran LSM
sebagaimana fungsi dan tujuan tersebut di atas menggambarkan peran strategis LSM
dalam kehidupan masyarakat.
Andra L. Corrothers dan Estie W. Suryatna mengidentifikasi 4 (empat) peranan
yang dapat dimainkan oleh LSM dalam sebuah negara yaitu :
a) Katalisasi perubahan sistem. Hal ini dilakukan dengan mengangkat sejumlah
masalah yang penting dalam masyarakat, membentuk sebuah kesadaran global,
melakukan advokasi demi perubahan kebijaksanaan negara, mengembangkan
kemauan politik rakyat, dan mengadakan eksperimen yang mendorong inisiatif
masyarakat;
b) Memonitor pelaksanaan sistem dan cara penyelenggaraan negara, bahkan bila
perlu melakukan protes. Hal itu dilakukan karena bisa saja terjadi
penyalahgunaan kekuasaan, pelanggaran hukum, terutama yang dilakukan
pejabat negara dan kalangan bisnis;   
c) Memfasilitasi rekonsiliasi warga negara dengan lembaga peradilan. Hal ini
dilakukan karena tidak jarang warga masyarakat menjadi korban kekerasan itu.
Kalangan LSM muncul secara aktif untuk melakukan pembelaan bagi mereka
yang menjadi korban ketidakadilan; dan
d) Implementasi program pelayanan. LSM dapat menempatkan diri sebagai
lembaga yang mewujudkan sejumlah program dalam masyarakat.
Terkait dengan program Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan
Peredaran Gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika (P4GN) yang digulirkan oleh
BNN mempunyai kegiatan unggulan di bidang rehabilitasi, disamping kegiatan

10
pencegahan, pemberdayaan masyarakat dan pemberantasan. Kegiatan ini sebagai
upaya menjadikan masyarakat memiliki pola pikir (mindset), pola sikap (culture set)
dan keterampilan (skill) menolak penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. LSM
dapat berperan sebagai katalisasi atau katalisator yaitu mempercepat proses
pembentukan pola pikir dan pola sikap dalam menolak dan melawan narkoba.
Selanjutnya membentuk kreativitas masyarakat dengan melatih keterampilan (skill)
dan kemampuan individual untuk mempunyai kesadaran dan kemampuan sebagai
bekal dalam berwira usaha sendiri guna menangkal godaan narkoba.
Selanjutnya, LSM dapat berperan dalam mewujudkan atau
mengimplementasikan program pelayanan untuk kebutuhan dan kepentingan
masyarakat seperti dalam membantu melakukan sosialisasi, penyuluhan, edukasi dan
advokasi bahaya penyalahgunaan narkoba, melayani klein atau pasien untuk
direhabilitasi, dan memberdayakan masyarakat agar mempunyai daya tahan, daya
tangkal dan daya tolak terhadap narkoba. Disamping itu, LSM dapat bergerak dari
tingkat bawah, utamanya rumah tangga atau keluarga dalam membantu memberikan
edukasi dan informasi serta komunikasi terhadap bahaya penyalahgunaan narkoba
dengan membentuk ketahanan keluarga sejak awal.
Kemudian berlanjut ke tingkat kelurahan, kecamatan dan seterusnya dengan
melibatkan dan mendorong keterlibatan stakeholders atau pemangku kepentingan
terkait dan pemerintah, baik pemerintah desa/kelurahan, kecamatan maupun
pemerintah daerah kabupaten/kota dalam mendukung kegiatan dimaksud, baik
dengan dukungan anggaran maupun fasilitas yang dapat memudahkan dan
melancarkan pelaksanaan kegiatan tersebut. 
Oleh karena itu, keterlibatan masyarakat khususnya LSM dalam melaksanakan
P4GN sangat diperlukan, melalui koordinasi dan komunikasi yang efektif serta
pengawasan dengan melibatkan masyarakat secara umum berbagai aktivitas yang
dilakukan dapat mewujudkan desa atau kelurahan bersih dari narkoba (Bersinar). 
Diharapkan peran LSM dapat memberikan kontribusi terbaik untuk bangsa dan
negara serta memberikan solusi atas berbagai permasalahan bangsa ini guna
menyelamatkan generasi muda dari bahaya penyalahgunaan narkoba. Bukan

11
sebaliknya, LSM atau anggotanya menjadi bagian dari lingkaran setan permasalahan
narkoba, apakah sebagai pemakai, bandar, pengedar atau masuk dalam jaringan
sindikat narkoba, maka LSM tersebut patut dituntut pertanggungjawabannya atau
dibubarkan secara paksa.

4. NGO Dalam Mewujudkan Aspirasi Masyarakat


Berbagai organisasi yang dilbentuk sebagai alat atau wadah penyaluran aspirasi
masyarakat, salah satunya adalah melalui LSM. LSM diharapkan menjadi mitra kerja
yang konstruktif bagi pemerintah dalam mengimplementasikan berbagai program
pemerintah, khususnya P4GN di masyarakat. Kehadiran LSM  dapat memberikan
dukungan dan partisipasinya dalam rangka mencegah dan memberantas
penyalahgunaan Narkoba, utamanya membersihkan  Narkoba dari lingkungan LSM
sendiri kemudian melebar ke lingkungan lain dan ini membutuhkan  kerjasama
berbagai pihak atau pemangku kepentingan (stakeholders)  agar berjalan  efektif dan
efisien serta tercapai target yang diharapkan.
Permasalahan narkoba menjadi persoalan dan keprihatinan kita bersama, maka
diperlukan langkah konkrit dan komprehensif agar tidak semakin meluas yang
meminta banyak korban. Tentunya aspirasi masyarakat yang dikehendaki adalah
bagaimana LSM dapat memperjuangkan kepentingan masyarakat dengan
memberikan masukan, kritik dan desakan kepada pengambil kebijakan (pemerintah)
untuk melahirkan berbagai kebijakan atau regulasi dengan melibatkan LSM dalam
upaya mencegah dan memberantas penyalahgunaan narkoba, tentunya swadaya dan
sumber daya masyarakat dikerahkan melalui LSM sebagai bagian tanggung jawab
bersama.  
LSM yang netral dan independen, yang konsern terhadap persoalan masyarakat
dan tidak punya kepentingan lain selain membantu masyarakat dan pemerintah,
tentunya dibutuhkan komitmen bersama dengan dukungan pemangku kepentingan
lainnya yang dapat mewujudkan visi dan misi serta tujuan LSM itu sendiri,
khususnya LSM yang bergerak di bidang sosial kemasyarakatan pencegahan dan
pemberantasan narkoba.

12
5. Pemberdayaan Masyarakat
Upaya peningkatan hubungan dan kerjasama LSM dengan BNN sesungguhnya
mengandung makna pemberdayaan (empowerment). Karena melalui kegiatan
pemberdayaan tersebut para LSM yang bergerak dalam upaya pencegahan bahaya
penyalahgunaan Narkoba dapat mengembangkan segala potensi yang dimilikinya
untuk bersama-sama memerangi bahaya penyalahgunaan Narkoba di Indonesia.
Menurut Oxford English Dictionary dalam Prijono (1996 : 3) istilah
pemberdayaan (empowerment) mengandung dua arti. Pengertian pertama adalah to
give power or authority to, dan pengertian kedua adalah to give ability to or anable.
Dalam pengertian pertama diartikan sebagai memberikan kekuasaan, mengalihkan
kekuasaaan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak lain. Sedangkan dalam
pengertian kedua diartikan sebagai upaya untuk memberikan kemampuan atau
keberdayaan. Dari kedua pengertian tersebut maka konsep pemberdayaan tidak hanya
menyangkut individu tetapi juga secara kolektif. Ini tidak lain adalah menempatkan
konsep pemberdayaan atau empowerment sebagai bagian dari upaya membangun
eksistensi pribadi, keluarga, masyarakat, bangsa, pemerintahan, negara dan tata dunia
di dalam kerangka proses aktualisasi kemanusiaan yang adil dan beradab. Lebih
lanjut Moeljarto (1996) mengatakan bahwa proses pemberdayaan mengandung dua
kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan kepada proses
memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan
kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. Proses ini dapat dilengkapi
pula dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan
kemandirian mereka melalui organisasi. Kecenderungan ini dapat disebut sebagai
kecenderungan primer.
Sedangkan kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan
pada proses menstimulasi, mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai
kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya
melalui proses dialog.

13
Menurut Sumodiningrat (1997), upaya untuk memberdayakan masyarakat harus
dilakukan melalui tiga cara, yaitu :
a. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat
berkembang. Titik tolaknya adalah pengenalan bahwa setiap manusia dan
masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan. Pemberdayaan adalah
upaya untuk membangun daya itu dengan mendorong, memberikan motivasi,dan
membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimilikinya serta berupaya untuk
mengembangkannya;
b. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering). Dalam
rangka ini diperlukan langkah-langkah lebih positif dan nyata, penyediaan
berbagai masukan (input),serta pembukaan akses kepada berbagai peluang yang
akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya dalam memanfaatkan
peluang;
c. Memberdayakan juga berarti melindungi. Dalam proses pemberdayaan harus
dicegah yang lemah menjadi bertambah lemah. Jadi pemberdayaan memerlukan
cara-cara atau langkah-langkah kongkrit untuk mewujudkannya. Tanpa langkah-
langkah yang tepat, upaya pemberdayaan akan mengalami banyak kendala.

14
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
LSM secara umum diartikan sebagai sebuah organisasi yang didirikan oleh
perorangan ataupun sekelompok orang yang secara sukarela memberikan pelayanan
kepada masyarakat umum tanpa bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari
kegiatannya (Sumarni, tt). Sementara itu, LSM juga memberikan pelayanan atau
advokasi untuk mengangkat isu-isu tertentu dan bergerak di bidang-bidang seperti
Hak Asasi Manusia (HAM), lingkungan hidup, dan konservasi, pembangunan dan
perdamaian, atau mereka dapat juga memiliki tujuan sosial yang lain (Jordan dan
Van Tuilj, 2009). Organisasi ini dalam terjemahan harfiahnya dari Bahasa Inggris
dikenal juga sebagai Organisasi non pemerintah disingkat Ornop atau ONP atau
NGO (non-governmental organization).
LSM dapat berperan dalam mewujudkan atau mengimplementasikan program
pencegahan dan pemberantasan NAPZA melalui pelayanan untuk kebutuhan dan
kepentingan masyarakat seperti dalam membantu melakukan sosialisasi,
penyuluhan, edukasi dan advokasi bahaya penyalahgunaan narkoba, melayani klein
atau pasien untuk direhabilitasi, dan memberdayakan masyarakat agar mempunyai
daya tahan, daya tangkal dan daya tolak terhadap narkoba. Disamping itu, LSM
dapat bergerak dari tingkat bawah, utamanya rumah tangga atau keluarga dalam
membantu memberikan edukasi dan informasi serta komunikasi terhadap bahaya
penyalahgunaan narkoba dengan membentuk ketahanan keluarga sejak awal.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat diharapkan bisa turut andil dalam mewujudkan
atau mengimplementasikan program pencegahan dan pemberantasan NAPZA
melalui pelayanan untuk kebutuhan dan kepentingan masyarakat seperti dalam
membantu melakukan sosialisasi, penyuluhan, edukasi dan advokasi bahaya
penyalahgunaan narkoba.

15
DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :
Anggara, Krisna. 2009. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Dalam Upaya
Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba. Jakarta.
Sumber Internet :
https://malut.bnn.go.id/peranan-lembaga-swadaya-masyarakat-dalam-pencegahan-
pemberantasan-narkoba/ Diakses pukul 14.43, 28 Mei 2022

16

Anda mungkin juga menyukai