Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH ADVOKASI PELAYANAN GIZI

“PERKEMBANGANGAN ADVOKASI PADA PENDUDUK


DAN KELUARGA BENCANA”

DISUSUN OLEH MAHASISWA :


SEMESTER 6A
SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
KELOMPOK 4

1. ADEK ATIKA RISKI ( P01031219001 )


2. LIA ANGRIANI NASUTION ( P01031219028 )
3. PUTRI JAVA KESUMA WARDANI ( P01031219039 )
4. RIZKA ADINDA ( P01031219043 )
5. TRI DEWI ANUGRAH ( P01031219051 )

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN MEDAN
ROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji Tuhan, terima kasih kami ucapkan atas bantuan Tuhan yang telah
mempermudah dalam pembuatan makalah ini, hingga akhirnya terselesaikan tepat
waktu. Tanpa bantuan dari Tuhan, kami bukanlah siapa-siapa. Kami menyadari jika
mungkin ada sesuatu yang salah dalam penulisan, seperti menyampaikan informasi
berbeda sehingga tidak sama dengan pengetahuan pembaca lain.
Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika ada kalimat atau kata-kata yang
salah. Tidak ada yang sempurna kecuali Tuhan. Demikian kami ucapkan terima kasih
atas waktu Anda telah membaca hasil makalah kami.
 

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................................ 3
BAB I........................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN......................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan............................................................................................................................... 4
BAB II.......................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN........................................................................................................................... 5
2.1 Pengertian Advokasi Pelayanan Kesehatan Gizi...........................................................5
2.2 Sejarah Program KB........................................................................................................6
2.3 Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Program KB?.............................................8
2.4 Gambaran Program KB Di Indonesia?.........................................................................10
BAB III....................................................................................................................................... 12
PENUTUP................................................................................................................................. 12
Kesimpulan.............................................................................................................................. 12
Daftar Pustaka.......................................................................................................................... 13

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Advokat merupakan profesi yang memberikan jasa hukum, yang saat menjalankan
tugas dan fungsinya dapat berperan sebagai pendamping, pemberi advice hukum, atau
menjadi kuasa hukum untuk dan atas nama kliennya. Dalam memberikan jasa hukum, ia
dapat melakukan secara prodeo atau pun atas dasar mendapatkan honorarium/fee dari
klien. Sejak profesi ini dikenal secara universal, ia sudah dijuluki sebagai officiumnobile
(profesi mulia). Profesi advokat itu mulia, karena ia mengabdikan dirinya kepada
kepentingan masyarakat dan bukan pada dirinya sendiri, serta berkewajiban untuk
menegakan hak-hak asasi manusia. Di samping itu, ia pun bebas dalam membela, tidak
terikat pada perintah order klien dan tidak pilih dulu siapa lawan kliennya, apakah golongan
kuat, penguasa, dan sebagainya. Implikasinya, Advokat harus berfungsi untuk melindungi
hak-hak konstitusional setiap warga negara dan juga wajib memberikan bantuan hukum
bagi orang yang kurang atau tidak mampu dalam beracara di pengadilan baik itu diluar
maupun didalam pengadilan. Dengan kata lain, advokat berfungsi untuk melindungi hak-
hak warga negara yang tertera pada Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945.
Namun, kenyataanya dalam masyarakat profesi advokat terkadang menimbulkan pro dan
kontra sebagian masyarakat, terutama yang berkaitan dengan perannya dalam
memberikan jasa hukum.
Ada sebagian masyarakat menganggap terhadap profesi ini sebagai orang yang sering
memutarbalikan fakta.Profesi ini dianggap pekerjaan orang yang tidak mempunyai hati
nurani, karena selalu membela orang-orang yang bersalah. Mendapatkan kesenangan di
atas penderitaan orang lain. Mendapatkan uang dengan cara menukar kebenaran dan
kebatilan, dan sebagainya yang bernada negatif. Pro dan kontra terhadap peran advokat
bukan hanya muncul di negara berkembang, seperti halnya di negara Indonesia. Pro dan
kontra itu pun muncul di negara maju, misalnya di Amerika berkecimpung dalam
penegakan hukum ditanah air, profesi advokat masih dipandang sebelah mata, baik oleh
penegak hukum maupun masyarakat. Tidak dapat disalahkan adanya anggapan seperti itu
terbangun ditengah masyarakat. Salah satu disebabkan persoalan dipandang dari segi
hukum yakni, dikarenakan belum ada peraturan perundang-undangan yang merupakan
pokok hukum nasionaldalam bentuk undang-undang yang menjamin terlaksananya
pelaksanaan. Sebelum lahirnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat
tanggal 5 april 2003 Lembaran Negara Nomor 49 (UU Advokat), pengaturan tentang dunia
pengacaraan, penasehat hukum dan advokat masih.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan advokasi pelayanan kesehatan gizi ?
2. Bagaimana sejarah adanya program KB di Indonesia?
3. Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam program KB?
4. Bagaimana gambaran program KB di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang advokasi pelayanan kesehatan gizi
2. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian KB
3. Untuk mengetahui peran dari pemerintah dan masyarakat dalam pelaksanaan program
KB
4. Untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program KB di Indonesia

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Advokasi Pelayanan Kesehatan Gizi

Advokasi merupakan salah satu bentuk komunikasi persuasif, yang bertujuan untuk
mempengaruhi pemangku kepentingan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan.
Proses advokasi ini sangat penting bagi para peneliti dalam mengkomunikasikan hasil
kajian dan isu-isu penting, dilakukan dengan perencanaan strategis dengan target utama
adalah pengambil kebijakan dan korporasi. Advokasi bukan revolusi, namun lebih
merupakan suatu usaha perubahan sosial melalui semua saluran dan piranti demokrasi
perwakilan, prosesproses politik dan legislasi yang terdapat dalam sistem yang berlaku.
Keberhasilannya diperoleh bila proses dilakukan secara sistematis, terstruktur, terencana
dan bertahap dengan tujuan yang jelas, untuk mempengaruhi perubahan kebijakan agar
menjadi lebih baik. Keterampilan advokasi merupakan sebuah ilmu dan seni, yang tentunya
sangat dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi tim peneliti. Peningkatan keterampilan
komunikasi dapat membantu tim untuk meningkatkan kinerja, khususnya dalam melakukan
advokasi. Advokasi kesehatan pelayanan gizi merupakan serangkaian kegiatan komunikasi
untuk mempengaruhi penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan, menjual ide
agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan masalah dalam konteks
pelayanan kesehatan gizi.

Advokasi dapat pula diterjemahkan sebagai upaya atau proses yang strategis dan
terencana untuk mendapatkan komitmen dan dukungan dari pihak-pihak yang terkait
(stakeholders). Pihak-pihak yang terkait ini berupa tokoh-tokoh masyarakat (formal dan
informal) yang umumnya berperan sebagai narasumber (opinion leader), atau penentu
kebijakan (norma) atau penyandang dana. Juga berupa kelompok-kelompok dalam
masyarakat dan media massa yang dapat berperan dalam menciptakan suasana kondusif,
opini publik dan dorongan (pressure) bagi masyarakat. Advokasi bidang kesehatan adalah
usaha untuk mempengaruhi para penentu kebijakan atau pengambil keputusan untuk
membuat kebijakan publik yang bermanfaat untuk peningkatan kesehatan masyarakat.
Advokasi bidang kesehatan mulai digunakan dalam program kesehatan masyarakat
pertama kali oleh WHO pada tahun 1984 sebagai salah satu strategi global Promosi
Kesehatan.

5
Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya kebijakan kebijakan
publik oleh pejabat publik sehingga dapat mendukung dan menguntungkan kesehatan.
Melalui pelaksanaan advokasi kesehatan, pejabat publik menjadi paham terhadap masalah
kesehatan, kemudian tertarik, peduli, menjadikan program kesehatan menjadi agenda
prioritas serta bertindak memberikan dukungan untuk mengatasi masalah kesehatan yang
ada di wilayah kerjanya.

2.2 Sejarah Program KB


1. Sejarah singkat dan pengertian KB
Pelopor gerakan Keluarga Berencana di Indonesia adalah Perkumpulan Keluarga
Berencana Indonesia atau PKBI yang didirikan di Jakarta tanggal 23 Desember 1957 dan
diikuti sebagai badan hukum oleh Depkes tahun 1967 yang bergerak secara silent
operation. Dalam rangka membantu masyarakat yang memerlukan bantuan secara
sukarela, usaha Keluarga Berencana terus meningkat terutama setelah pidato pemimpin
negara pada tanggal 16 Agustus 1967 dimana gerakan Keluarga Berencana di Indonesia
memasuki era peralihan jika selama orde lama program gerakan Keluarga Berencana
dilakukan oleh sekelompok tenaga sukarela yang beroperasi secara diam-diam karena
pimpinan negara pada waktu itu anti kepada Keluarga Berencana maka dalam masa orde
baru gerakan Keluarga Berencana diakui dan dimasukkan dalam program pemerintah.
Struktur organisasi program gerakan Keluarga Berencana juga mengalami perubahan
tanggal 17 Oktober 1968 didirikanlah LKBN yaitu Lembaga Keluarga Berencana Nasional
sebagai semi Pemerintah, kemudian pada tahun 1970 lembaga ini diganti menjadi BKKBN
atau Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional yang merupakan badan resmi
pemerintah dan departemen dan bertanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan program
Keluarga Berencana di Indonesia.
Keluarga berencana adalah suatu usaha untuk menjarangkan atau merencanakan jumlah
anak dan jarak kehamilan dengan memakai alat kontrasepsi. Keluarga Berencana yaitu
membatasi jumlah anak dimana dalam satu keluarga hanya diperbolehkan memiliki dua
atau tiga anak saja. Keluarga berencana yang diperbolehkan adalah suatu usaha
pengaturan atau penjarangan kelahiran atau usaha pencegahan kehamilan sementara atas
kesepakatan suami istri karena situasi dan kondisi tertentu untuk kepentingan keluarga,
masyarakat, maupun negara. Dengan demikian KB disini mempunyai arti yang sama
dengan pengaturan keturunan. Penggunaan istilah keluarga berencana juga sama artinya

6
dengan istilah yang umum dipakai di dunia internasional yakni family planning atau planned
parenthood, sepert yang digunakan oleh International Planned Parenthood Federation
(IPPF) nama sebuah organisasi KB internasional yang berkedudukan di London. KB juga
berarti suatu tindakan perencanaan pasangan suami istri untuk mendapatkan kelahiran
yang diinginkan, mengatur interval kelahiran dan menentukan jumlah anak sesuai dengan
kemampuan serta sesuai dengan situasi masyarakat dan negara. Dengan demikian KB
berbeda dengan birth control yang artinya pembatasn atau penghapusan kelahiran. Istilah
birth control dapat berkonotasi negatif karena bisa berarti aborsi atau sterilisasi
(pemandulan). 
Perencanaan keluarga merujuk kepada pengguanaan metode-metode kontrasepsi oleh
suami istri atas persetujuan bersama diantara mereka, untuk mengatur kesuburan mereka
dengan tujuan untuk menghindari kesulitan kesehatan, kemasyarakatan dan ekonomi dan
untuk memungkinkan mereka memikul tanggung jawab terhadap anak-anaknya dan
masyarakat. Ini meliputi hal-hal sebagai berikut:
a) Menjarangkan anak untuk memungkinkan penyususan daan penjagaan kesehatan ibu
dan anak
b) Pengaturan masa hamil agar terjadi pada waktu yag aman
c) Mengatur jumlah anak, bukan saja untuk keperluan keluarga malainkan juga untuk
kemampuan fisik, financial, pendidikan dan pemeliharaan anak

2. Kelebihan KB
Kelebihan dari program KB disini antara lain sebagai berikut :
 Mengatur angka kelahiran dan jumlah anak dalam keluarga serta membantu pemerintah
mengurangi resiko ledakan penduduk atau baby boomer
 Penggunaan kondom akan membantu mengurangi resiko penyebaran penyakit menular
melalui hubungan seks
 Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. Sebab, anggaran keuangan keluarga
akhirnya bisa digunakan untuk membeli makanan yang lebih berkualitas dan bergizi
 Menjaga kesehatan ibu dengan cara pengaturan waktu kelahiran dan juga
menghindarkan kehamilan dalam waktu yang singkat.
 Mengkonsumsi pil kontrasepsi dapat mencegah terjadinya kanker uterus dan
ovarium. Bahkan dengan perencanaan kehamilan yang aman, sehat dan diinginkan
merupakan salah satu faktor penting dalam upaya menurunkan angka
kematianmaternal.

7
Ini berarti program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan
Keluarga Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri,
keluarga dan masyarakat Dengan demikian, program KB menjadi salah satu program
pokok dalam meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan
anak. Program KB menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat
menyelamatkan kehidupan perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu
terutama dalam mencegah kehamilan tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran
mengurangi risiko kematian bayi. Selain memberi keuntungan ekonomi pada pasangan
suami istri, keluarga dan masyarakat, KB juga membantu remaja mangambil keputusan
untuk memilih kehidupan yang lebih balk dengan merencanakan proses reproduksinya.

2.3 Peran Pemerintah Dan Masyarakat Dalam Program KB?


1. Peran Pemerintah
Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga
berencana. Visi program keluarga berencana nasional telah di ubah mewujudkan keluarga
yang berkualitas tahun 2015. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera,
sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung
jawab, harmonis (Saifudin, 2003). Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah
satu program dalam rangka menekan laju pertumbuhan penduduk. Salah satu pokok dalam
program Keluarga Berencana Nasional adalah menghimpun dan mengajak segenap
potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera dalam rangka meningkatkan mutu sumber daya
manusia Indonesia. Cara yang digunakan untuk mewujudkan Norma Keluarga Kecil
Bahagia Sejahtera yaitu mengatur jarak kelahiran anak dengan menggunakan alat
kontrasepi (Wiknjosastro, 2005).
Macam-macam metode kontrasepsi adalah intra uterine devices (IUD), implant, suntik,
kondom, metode operatif untuk wanita (tubektomi), metode operatif untuk pria (vasektomi),
dan kontrasepsi pil (Saifudin, 2003).Kurangnya peran pemerintah dalam menggalakkan
program KB mengakibatkan tingginya pertambahan pendudukan yang akan meningkatnya
tingginya pertambahan penduduk yang akan menyebabkan meningkatnya kebutuhan
pelayanan kesehatan, pendidikan, lapangan pekerjaan yang cukup, berdampak pada
naiknya angka pengangguran dan kemiskinan (Herlianto, 2008). Cara yang baik dalam
pemilihan alat kontrasepsi yaitu ibu mencari informasi terlebih dahulu tentang cara-cara KB

8
berdasarkan informasi yang lengkap, akurat dan benar. Untuk itu dalam memutuskan suatu
cara konstrasepsi sebaiknya mempertimbangkan penggunaan kontrasepsi yang rasional,
efektif dan efisien. 
KB merupakan program yang berfungsi bagi pasangan untuk menunda kelahiran anak
pertama (post poning), menjarangkan anak (spacing) atau membatasi (limiting) jumlah anak
yang diinginkan sesuai dengan keamanan medis serta kemungkinan kembalinya fase
kesuburan (ferundity) ( Sheilla, 2000 ). Penyuluhan kesehatan merupakan aspek penting
dalam pelayanan keluarga berencana dan kesehatan reproduksi karena selain membantu
klien untuk memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai
pilihannya, juga membantu klien dalam menggunakan kontrasepsinya lebih lama sehingga
klien lebih puas dan pada akhirnya dapat meningkatkan keberhasilan program KB.
Penyuluhan kesehatan tidak hanya memberikan suatu informasi, namun juga memberikan
keahlian dan kepercayaan diri yang berguna untuk meningkatkan kesehatan (Efendy,
2003). Dengan kesadaran karena adanya informasi tentang berbagai macam alat
kontrasepsi dengan kelebihannya masing-masing, maka ibu-ibu akan termotivasi untuk
menggunakan alat kontrasepsi. Karena Motivasi merupakan dorongan untuk melakukan
suatu perbuatan atau tingkah laku, motivasi bisa berasal dari dalam diri maupun luar
(Moekijat, 2002).

2. Peran masyarakat
Berbicara tentang partisipasi masyarakat Indonesia terhadap pelaksanaan KB, pastinya
terdapat kelebihan serta kekurangan dalam partisipasinya. Partisipasi bersentuhan
langsung dengan peran serta masyarakat, baik dalam mengikuti program tersebut ataupun
sebagai aktor pendukung program Keluarga Berencana. Untuk itu kita akan berbicara
mengenai kedua hal tersebut, serta bagaimana seharusnya kita berperan dalam
mendukung kesuksesan KB juga akan sedikit kita bahas. Pertama, berbicara terkait
partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan KB yang ternyata kenaikannya hanya sedikit
bahkan bisa juga disebut dengan stagnan.

3. Faktor pendorong masyarakat menggunkan KB


KB merupakan salah satu sarana bagi setiap keluarga baru untuk merencanakan
pembentukan keluarga ideal, keluarga kecil bahagia dan sejahtera lahir dan bathin. Melalui
program KB diharapkan lahir manusia Indonesia yang berkualitas prima, yaitu manusia
Indonesia yang memiliki kualitas diri antara lain beriman, cerdas, trampil, kreatif, mandiri,

9
menguasai iptek, memiliki daya juang, bekerja keras, serta berorientasi ke depan. Karena
itu KB seharusnya bukan hanya menjadi program pemerintah tetapi program dari setiap
keluarga masyarakat Indonesia. Masyarakat memiliki kebebasan untuk memilih metode
kontrasepsi yang diinginkan. Dari hasil wawancara terhadap 40 ibu-ibu di desa “X”, 10
orang di antara mereka memilih untuk menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa
alat dan 30 orang lainnya memilih untuk tidak menggunakan metode kontrasepsi ini.
Responden memiliki alasan yang beragam mengenai keputusan untuk menggunakan atau
tidak menggunakan metode kontrasepsi sederhana tanpa alat.

2.4 Gambaran Program KB Di Indonesia?


1. Gambaran Keberhasilan KB
Gotong royong. Itulah kunci keberhasilan pelaksanaan program keluarga berencana (KB) di
Indonesia. Demikian disampaikan oleh Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat Agung
Laksono dalam sambutannya pada sesi plenary London Summit on Family Planning, pada
11 Juli 2012. Menko Kesra memaparkan keberhasilan program KB di Indonesia, pelajaran
yang dapat dipetik oleh negara-negara lain, khususnya sesama negara berkembang,
negara anggota G20, dan kerja sama Selatan-Selatan, serta komitmen pemerintah
Indonesia terhadap pelaksanaan program KB selanjutnya. Pendekatan gotong royong
inilah yang "dijual' atau dipromosikan oleh Menko Kesra ke berbagai negara peserta
London Summit sebagai kunci sukses pelaksanaan program KB di Indonesia. Menko Kesra
menjelaskan bahwa pelaksanaan KB di Indonesia dilaksanakan dengan dukungan dari
berbagai pihak secara gotong royong.

Semua komponen, termasuk pemerintah, swasta, lembaga dan organisasi masyarakat,


tokoh agama, tokoh masyarakat, dan wartawan memberikan dukungan  dalam bentuk
berbeda-beda. Wartawan mendukung program KB melalui penyebaran informasi kepada
masyarakat melalui media massa sementara tokoh agama dan adat menyampaikan
informasi program KB kepada masyarakat melalui pengajian, pertemuan adat, dan lain-lain.
Program KB telah berkontribusi terhadap penurunan angka fertilitas di Indonesia dari 5,6
anak per wanita pada 1970-an menjadi 2,3 anak per wanita pada 2000-an (SDKI 2002-
2003, 2007). Selama 30 tahun, program KB telah berhasil menghindari sebanyak 100 juta
kelahiran. 

2. Sasaran program KB
Sasaran program KB dibagi menjadi 2 yaitu sasaran langsung dan sasaran tidak langsung,
tergantung dari tujuan yang ingin dicapai. Sasaran langsungnya adalah Pasangan Usia
Subur (PUS) yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan
kontrasepsi secara berkelanjutan. Sedangkan sasaran tidak langsungnya adalah pelaksana
dan pengelola KB, dengan tujuan menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan
kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas,
keluarga sejahtera. Ada beberapa sasaran keluarga berencana. Sasaran program keluarga
berencana (KB) nasional lima tahun kedepan seperti tercantum dalam RPP JM 2004-2009
adalah sebagai berikut:

10
 
 
 Menurunnya rata-rata laju pertumbuhan penduduk (LPP) secara nasional menjadi satu,
14% per-tahun.
 Menurunkan angka kelahiran total FertililtyRate (TFR) menjadi 2,2 perperempuan.
 Meningkatnya peserta KB Pria menjadi 4,5 %.
 Meningkatnya pengguna metode Kontrasepsi yang efektif dan efisisen 
 Meningkatnya partisipasi keluarga dalam pembinaan tumbuh kembang anak. 
 Meningkatnya jumlah keluarga prasejahtera dan keluaga sejahtera 1 yang aktif dalam
usaha ekonomi produktif. 
 Meningkatnya jumlah institusi masyarakat dalam penyelenggraan pelayanan KB dan
kesehatan reproduksi

3. Pelaksanaan Program KB
Salah satu cara untuk mewujudkan keluarga yang sakinah adalah mengikuti program
Keluarga Berencana (KB). KB secara prinsipil dapat diterima oleh Islam, bahkan KB
dengan maksud menciptakan keluarga sejahtera yang berkualitas dan melahirkan
keturunan yang tangguh sangat sejalan dengan tujuan syari`at Islam yaitu mewujudkan
kemashlahatan bagi umatnya, KB merupakan salah satu upaya pemerintah yang
dikoordinir oleh Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana (BPPKB),
dengan program untuk membangun keluarga-keluarga bahagia dan sejahtera serta
menjadikan keluarga yang berkualitas. KB dapat dipahami juga sebagai suatu program
nasional yang dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena
diasumsikan pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan
barang dan jasa. Pelaksanaan program tersebut salah satunya adalah dengan cara
menganjurkan. setiap keluarga agar mengatur dan merencanakan kelahiran anak,
dengan menggunakan alat kontrasepsi modern. Sebab, dengan mengatur kelahiran
anak, keluarga biasanya akan lebih mudah menyeimbangkan antara keadaan dan
kebutuhan, pendapatan dan pengeluaran. Dan pada akhirnya dapat lebih mudah
membentuk sebuah keluarga bahagia dan sejahtera. Bila pertumbuhan penduduk dapat
ditekan, maka  masalah yang dihadapi tidak seberat menghadapi pertumbuhan
penduduk yang tidak terkendali.

11
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Advokasi kesehatan pelayanan gizi merupakan serangkaian kegiatan komunikasi


untuk mempengaruhi penentu kebijakan dengan cara: membujuk, meyakinkan, menjual ide
agar memberikan dukungan terhadap upaya pemecahan masalah dalam konteks
pelayanan kesehatan gizi. Tujuan utama advokasi adalah untuk mendorong dikeluarkannya
kebijakan kebijakan publik oleh pejabat publik sehingga dapat mendukung dan
menguntungkan kesehatan. Melalui pelaksanaan advokasi kesehatan, pejabat publik
menjadi paham terhadap masalah kesehatan, kemudian tertarik, peduli, menjadikan
program kesehatan menjadi agenda prioritas serta bertindak memberikan dukungan untuk
mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah kerjanya.
program tersebut dapat memberikan keuntungan ekonomi dan kesehatan Keluarga
Berencana memberikan keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan
masyarakat Dengan demikian, program KB menjadi salah satu program pokok dalam
meningkatkan status kesehatan dan kelangsungan hidup ibu, bayi, dan anak. Program KB
menentukan kualitas keluarga, karena program ini dapat menyelamatkan kehidupan
perempuan serta meningkatkan status kesehatan ibu terutama dalam mencegah kehamilan
tak diinginkan, menjarangkan jarak kelahiran mengurangi risiko kematian bayi. Selain
memberi keuntungan ekonomi pada pasangan suami istri, keluarga dan masyarakat, KB
juga membantu remaja mangambil keputusan untuk memilih kehidupan yang lebih balk
dengan merencanakan proses reproduksinya.

12
Daftar Pustaka

Abd ar-Rahim ‘Umran. 1997. Islam dan KB. Jakarta: Lentera


Hartanto, Hanafi. 2004.Keluarga Berencana dan Kontrasepsi.Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
Masjfuk Zuhdi. 1991. Masail Fiqhiyah. Jakarta: CV Haji Mas Agung
Prawirohardjo, Sarwono. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka
Prihatmiati, Atiek. 2003. Beberapa Faktor yang Berkaitan dengan Pemilihan Type Alat
Kontrasepsi Suntik pada Ibu Menyusui
1q1q. 2 mei 2008. Kekurangan dan kelebihan alat kontrasepsi. http://i-comers.com/2008/05/02.
12 Maret 2010
http://nurelfata.blogspot.com/
http://kesehatan.kompas.com/read/2009/11/03/14564725/
Bengkulu.Terbaik.dalam.Pelaksanaan.KB.
http://rizanurzaman.blogspot.com/2012/11/sejarah-keluarga-berencana.html

13

Anda mungkin juga menyukai