Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

UPAYA MENINGKATKAN
PERAN MASYARAKAT SIPIL DI INDONESIA

Oleh:

YARET OSIAS LAKAROL


NIM. 2044111092

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MIHAMMADIYAH KUPANG
2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan YME karena atas rahmat dan karunia-Nya jua
penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan “Judul Upaya Meningkatkan Peran
Masyarakat Sipil Indonesia”. Makalah ini di buat sebagai tugas mata kuliah
Gerakan Sosial dengan bapak Dr. Ahmad Atang sebagai dosen pembimbing mata
kuliah.
Semoga Tuhan YME senantiasa memberikan petunjuk serta memberikan
kekuatan kepada kita semua dalam kehidupan kita terutama dalam perkuliahan.

Kupang, 18 November 2022


Penulis,

Yaret Osias Lakarol

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................3
A. Latar Belakang....................................................................................................3
B. Rumusan Masalah...............................................................................................4
C. Tujuan.................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................6
A. Masyarakat Sipil.................................................................................................6
B. Upaya Pemerintah meningkatkan Peran Masyarakat Sipil.................................8
BAB II PENUTUP.....................................................................................................10
A. Kesimpulan.......................................................................................................10
B. Saran.................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

1
2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Undang-Undang Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Nasional (RPJPN) menyatakan tentang pentingnya peningkatan peran
masyarakat sipil dalam demokratisasi di Indonesia. Konsep masyarakat sipil yang
melandasi studi ini pada hakikatnya merupakan konsep tentang masyarakat yang
mandiri atau otonom, yakni sebagai entitas yang mampu memajukan diri sendiri,
dapat “membatasi” intervensi pemerintahan dan negara dalam realitas yang
diciptakannya, serta senantiasa memperlihatkan sikap kritis dalam kehidupan politik.
Sejumlah karakteristik penting entitas masyarakat sipil yang menjadi rujukan studi ini
mengadu pada ciri-ciri utama, yakni otonomi politik berhadapan dengan negara, di
samping aspek keswadayaan (self supporting), dan keswasembadaaan (self
generating).
Secara operasional, sosok masyarakat sipil yang dimaksud mencakup institusi-
institusi non-pemerintah yang berada di masyarakat yang mewujudkan diri melalui
organisasi, perkumpulan atau pengelompokan sosial dan politik yang berusaha untuk
membangun kemandirian seperti organisasi sosial dan keagamaan, lembaga swadaya
masyarakat (LSM), paguyuban, kelompok-kelompok kepentingan, dan sebagainya
yang juga bisa mengambil jarak dan menunjukkan otonomi terhadap negara.
Persoalan penting untuk dijawab dan sekaligus juga menjadi alasan mendasar bagi
dilakukannya studi ini, yaitu persoalan menyangkut kontribusi peran masyarakat sipil
terhadap proses demokratisasi yang bergulir. Hal ini amat penting menjadi perhatian
mengingat bahwa dalam dua puluh lima tahun ke depan sasaran pembangunan politik
Indonesia adalah mencapai apa yang disebut demokrasi yang terkonsolidasi
sebagaimana telah ditetapkan dalam UU Nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005- 2025.
Sumbangan masyarakat sipil terhadap konsolidasi demokasi dengan berbagai
peran yang dijalankannya tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Untuk itu, penting

3
untuk mempelajari tantangan yang dihadapi oleh organisasi masyarakat sipil dalam
dua konteks besar, yaitu dari sisi eksternal dan sisi internal (Gambar 1). Dari sisi
eksternal perhatian akan lebih terkait permasalahan konteks lingkungan yang
mendukung (enabling envoronment) bagi masyarakat sipil dalam menjalankan peran
yang dapat dan hendak disumbangkan kepada masyarakat sebagai target
(beneficiaries). Dari sisi internal, yang dimaksud di sini lebih merujuk pada konteks
penguatan kapasitas yang dimliliki secara kelembagaan oleh masyarakat sipil dan
upaya pengembangan karakternya dari dan oleh elemen masyarakat sipil sendiri.
Masyarakat sipil merupakan sebuah konsep yang sangat luas. Cohen dan Arato
(1992) mendefinisikan masyarakat sipil sebagai wilayah interaksi sosial yang di
dalamnya mencakup semua kelompok sosial paling akrab (khususnya keluarga),
asosiasi (terutama yang bersifat sukarela), gerakan kemasyarakatan, dan berbagai
wadah komunikasi publik lainnya yang diciptakan melalui bentuk-bentuk pengaturan
dan mobilisasi diri
secara independen baik dalam hal kelembagaan maupun kegiatan. Perspektif lain
dikemukakan oleh Gramsci (1971) yang mendefinisikan masyarakat sipil sebagai
kumpulan organisme “privat”, berbeda dengan negara yang disebutnya masyarakat
politik (political society). Secara konkret, Gramsci menegaskan masyarakat sipil
sebagai suatu wilayah institusi privat mencakup gereja, serikat-serikat
dagang/pekerja, dan lembaga pendidikan, sementara negara adalah institusi-institusi
publik seperti pemerintah, pengadilan, polisi dan tentara. Gramsci terkadang
mendefinisikan negara sebagai masyarakat politik ditambah masyarakat sipil – “the
state should be understood not only as the apparatus of the government, but also ths
private apparatus of Civil Society” (negara tidak harus dipahami hanya sebagai
lembaga pemerintahan, tetapi juga sebagai lembaga masyarakat sipil).

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud masyarakat sipil?
2. Bagaimana upaya pemerintah dalam meningkatkan peran masyarakat sipil
Indonesia dalam berdemokrasi?

4
3. Apa yang dimaksud dengan upaya meningkatkan peran masyarakat sipil di
Indonesia?

C. Tujuan
1. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud masyarakat sipil?
2. Untuk meengetahui bagaimana upaya pemerintah dalam meningkatkan peran
masyarakat sipil Indonesia dalam berdemokrasi?
3. Mengetahui dan memahami apa yang dimaksud dengan upaya meningkatkan
peran masyarakat sipil di Indonesia?

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Masyarakat Sipil
Cohen dan Arato (1992) mendefinisikan masyarakat sipil sebagai wilayah
interaksi sosial yang di dalamnya mencakup semua kelompok sosial paling akrab
(khususnya keluarga), asosiasi (terutama yang bersifat sukarela), gerakan
kemasyarakatan, dan berbagai wadah komunikasi publik lainnya yang diciptakan
melalui bentuk-bentuk pengaturan dan mobilisasi diri Kondisi Aktual dan Peran
Masyarakat Sipil.
Perspektif lain dikemukakan oleh Gramsci (1971) yang mendefinisikan
masyarakat sipil sebagai kumpulan organisme “privat”, berbeda dengan negara yang
disebutnya masyarakat politik (political society). Masyarakat sipil (civil society)
adalah sebuah konsep yang telah lama berkembang dan hingga kini menjadi bahan
diskusi dan perdebatan hangat secara terus menerus, Ronny Malelak (2014). Selama
masa perkembangannya, bermunculan beragam pandangan yang berupaya
memberikan batasan pengertian “apa itu masyarakat sipil”. Berbagai teori
dikemukakan oleh banyak pihak, beberapa diantaranya memiliki pandangan yang
sama dan saling mendukung, ada pula yang memberikan kritik terhadap pandangan-
pandangan tersebut. Namun demikian, semua pandangan dan argumentasi yang
berkembang itu berupaya untuk menjelaskan “apa itu masyarakat sipil”.
CIVICUS (sebuah organisasi internasional pemerhati perkembangan masyarakat
sipil di berbagai negara) dalam Ronny Malelak (2014) mendefinisikan masyarakat
sipil sebagai: “Sebuah arena di luar keluarga, negara, dan pasar, di mana orang-
orang berkelompok untuk mendorong kepentingan bersama”.
Definisi di atas dapat dijelaskan dengan beberapa kata kunci, yakni:
 Arena, dimaksudkan sebagai ruang publik di mana individu-individu
bertemu, berkumpul, berdiskusi dan berdebat untuk mempengaruhi
perkembangan masyarakat yang lebih luas. Arena menekankan pada
pentingnya peran aktor-aktor masyarakat sipil dalam memperluas ruang

6
publik yang mana berbagai kepentingan dan nilai-nilai masyarakat bertemu.
Di dalam arena juga terkandung pengertian yang lebih luas yang tidak
membatasi aktor-aktor masyarakat sipil hanya kepada organisasi-organisasi
yang formal tetapi juga kelompok-kelompok atau jaringan-jaringan informal
di dalam masyarakat.
 Batasan yang samar. Konsep masyarakat sipil memisahkan antara sektor
masyarakat sipil, negara, pasar, dan keluarga. Disadari dalam prakteknya
bahwa batasan antara keempat sektor arena tersebut memang samar (tidak
memiliki batas yang jelas). Lihat gambar di bawah ini.
 Keluarga, adalah ranah domestik dari kehidupan rumah tangga yang bersifat
privat. Beberapa hal dalam ranah domestik ini dapat menjadi persoalan public.
 Negara, adalah organisasi kekuasaan yang menyandang monopoli
penggunaan kekuasaan secara legal untuk mengatur setiap anggota
masyarakat melalui hukum dan perundang-undangan, termasuk wewenang
untuk menggunakan kekerasan. Oleh karenanya sektor negara bukan sektor
masyarakat sipil.
 Pasar, atau sektor swasta adalah ruang di mana anggota-anggota masyarakat
bertemu untuk memperoleh penghasilan, mendapat keuntungan dan kekayaan
melalui proses produksi atau pertukaran barang dan jasa, dan lain-lain. Karena
motifnya adalah untuk mencari keuntungan maka pasar tidak termasuk dalam
definisi masyarakat sipil.
 Berkelompok, adalah kekuatan utama dari masyarakat sipil yang terletak
pada kemampuannya untuk membangun interaksi dan interrelasi antara satu
dengan yang lain maupun dengan pihak lainnya.
 Mendorong “kepentingan” bersama, diartikan secara luas yang dapat
berupa promosi nilai, kebutuhan, identitas, norma, dan aspirasi-aspirasi
lainnya.
Dalam realitasnya, masyarakat sipil dapat dipahami menurut dua cara pandang
yaitu masyarakat sipil sebagai entitas dan masyarakat sipil sebagai arena (ruang).

7
Masyarakat sipil sebagai entitas mengarah pada basis ‘organisasi’, sedangkan
masyarakat sipil sebagai arena lebih berbasis pada ‘fungsi’ ketika sekelompok orang
melakukan suatu kegiatan.
Masyarakat sipil sebagai entitas ditandai oleh adanya isu-isu penting yang
dikerjakan, ada aktor-aktor yang berkumpul, ada kegiatan, ada hasil kerjanya dan
perubahan yang terjadi sebagai dampak dari kerja- kerjanya. Sedangkan masyarakat
sipil sebagai arena/ ruang, ditandai oleh adanya isu-isu penting yang didiskusikan,
aktor-aktor, dan ruang-ruang berdiskusi (bertukar pikiran atau berdialog). Ruang ini
dimanfaatkan untuk berbagi pembelajaran dan strategi bahkan berdebat untuk
mendukung kerjakerjanya atau aksi-aksinya bagi kepentingan publik yang lebih luas.
Dalam arena ini terjalin kerja-kerja kolaborasi antar aktor yang terjadi sebagai hasil
interaksi-interaksi.

B. Upaya Pemerintah meningkatkan Peran Masyarakat Sipil

a. Aspek Regulasi
Terkait dengan regulasi, kenyataan yang ditemukan menunjukkan bahwa
berbagai regulasi di tingkat pusat dan daerah direspon secara beragam oleh
kalangan OMS (Organisasi Masyarakat Sipil). Masalah-masalah yang ditemui
dalam kaitannya dengan regulasi antara lain: (1) kurang maksimalnya sosialisasi
yang dilakukan sehingga regulasi tidak dipahami secara proporsional oleh
kalangan aktivis OMS; (2) konsistensi penegakan aturan yang beragam di
berbagai daerah khususnya sejak era pasca Orde Baru (era reformasi) dimana ada
aturan yang diabaikan sementara di pihak ada aturan yang berusaha ditegakkan
namun tidak direspon secara sama dan konsisten oleh aparat pemerintah di
daerah, bahkan termasuk oleh kalangan LSM sekalipun; (3) adanya variasi
implementasi berbagai aturan pada setiap daerah yang disesuaikan dengan
lingkungan sosial politik di daerah bersangkutan.

8
b. Aspek Partisipasi
Dalam hal peran pemerintah untuk menciptakan ruang partisipasi yang
terbuka, pada umumnya di berbagai daerah dikritik oleh kalangan LSM. Jika
diletakkan dalam kerangka pembangunan demokrasi dan upaya pengembangan
masyarakat sipil, menurut mereka, ruang partisipasi yang diberikan kepada warga
itu sebenarnya masih terbatas, bukan partisipasi yang memberikan posisi warga
secara bersifat otonom, tetapi lebih pada konteks partisipasi yang meletakkan
posisi warga sebagai objek atau justifikasi belaka. Meskipun banyak yang
mengakui bahwa dibanding era Orde Baru, kondisi partisipasi yang berkembang
sekarang lebih baik, namun hal itu dinilai masih sesuai yang diharapkan.
c. Aspek Pendanaan dan Pemberdayaan
Dalam banyak hal, dana pemerintah jumlahnya banyak dikiritik oleh kalangan
OMS khususnya LSM karena dianggap terlalu mensyaratkan prosedur yang
rumit untuk memperolehnya. Selain itu, hanya LSM tertentu terutama yang ada
kaitannya dengan pejabat pemda yang memperoleh dana. Tetapi, alasan utama
yang membuat sumber pendanaan dari pemerintah tersebut juga tidak menarik
perhatian OMS, karena ada kecurigaan dan kekhawatiran akibatnya hanya akan
mengganggu dan menghambat aktivitas kritis.
d. Akses Informasi
Dalam hal akses informasi, kalangan LSM umumnya menganggap masih
terbatas. Umumnya kalangan OMS menganggap bahwa pemerintah kurang
menunjukkan keterbukaan ketika mereka hendak mengakses infromasi yang
dibutuhkan. Dalam mengakses informasi-informasi publik katakanlah seperti
anggaran, kalangan OMS kebanyakan merasa menghadapi kesulitan. Jika
akhirnya mereka memperoleh informasi, lebih sering menggunakan pendekatan
personal dengan pemerintah.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Cohen dan Arato (1992) mendefinisikan masyarakat sipil sebagai wilayah

interaksi sosial yang di dalamnya mencakup semua kelompok sosial paling


akrab (khususnya keluarga), asosiasi (terutama yang bersifat sukarela),
gerakan kemasyarakatan, dan berbagai wadah komunikasi publik lainnya yang
diciptakan melalui bentuk-bentuk pengaturan dan mobilisasi diri Kondisi
Aktual dan Peran Masyarakat Sipil.
 Perspektif lain dikemukakan oleh Gramsci (1971) yang mendefinisikan
masyarakat sipil sebagai kumpulan organisme “privat”, berbeda dengan
negara yang disebutnya masyarakat politik (political society).
 CIVICUS (sebuah organisasi internasional pemerhati perkembangan
masyarakat sipil di berbagai negara) dalam Ronny Malelak (2014)
mendefinisikan masyarakat sipil sebagai: “Sebuah arena di luar keluarga,
negara, dan pasar, di mana orang-orang berkelompok untuk mendorong
kepentingan bersama”.

B. Saran
Agar pemerintah benar-benar menjalankan tugasnya dalam meningkatkan peran
masyarakat sipil, kita sebagai mahasiswa perlu menggali dan mencari lebih jauh lagi
tentang bagaimana upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan lagi peran
masyarakat sipil di Indonesia khususnya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ronny Malelak, 2014. “Apa dan Bagaimana Indeks Masyarakat Sipil”. YAPPIKA,
Jakarta.
Otho H. Hadi, 2010. Jurnal PERAN MASYARAKAT SIPIL DALAM PROSES
DEMOKRATISASI. Departemen Sosiologi, FISIP, Universitas Indonesia,
Depok 16424, Indonesia.
Cohen, J.L., & Arato, A. (1992). Civil Society and Political Theory. Massachusets:
MIT.

11

Anda mungkin juga menyukai