Anda di halaman 1dari 29

IMPLEMENTASI DEMOKRASI DI INDONESIA DAN HAK ASASI

MANUSIA DALAM PEMILIHAN KETUA DAN PENGURUS MASJID


BAITUL ABIDIN
(Studi di Masjid Baitul Abidin Desa Kandangan Kabupaten Kediri)

Diajukan untuk memenuhi tugas observasi lapangan


Mata Kuliah Pendidikan Kewarganegaraan

Dosen pengampu:
Dr. H. ILHAM TOHARI, SH, M.HI

Disusun oleh:
MIFTAHUL HUDA 22201251

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM KEDIRI (IAIN)
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan kelancaran dan kemurahan-Nya, sholawat serta salam semoga
senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, dan
tidak lupa kepada bapak dosen, selaku pembimbing saya dalam menempuh
pendidikan di IAIN Kediri, sehingga saya dapat menyelesaikan tugas observasi
lapangan pada mata kuliah “Pendidikan Kewarganegaraan”.

Dalam penulisan laporan observasi ini, saya menyadari bahwa


kemampuan yang saya miliki masih terbatas, maka dalam penyusunan laporan
observasi yang berjudul “Implementasi Demokrasi di Indonesia dalam
Pemilihan Ketua dan Pengurus Masjid Baitul Abidin Dsn. Kandangan Ds.
Kandangan Kab. Kediri” ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kritik
dan saran dari semua pihak sangat saya harapkan demi memperbaiki
kemampuan saya dalam menyusun laporan ini, saya harap dari makalah yang
saya susun ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca.
Aamiin

WassalamualikumusSalam Wr.s Wb.

8 Juni, 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

KATA PENGANTAR ...............................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1


A. Latar Belakang Masalah ............................................................................1
B. Fokus Penelitian ........................................................................................3
C. Rumusan Masalah......................................................................................3
D. Tujuan Penelitian .......................................................................................3
E. Manfaat Penelitian .....................................................................................4
F. Metode Penelitian .......................................................................................4

BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................................7


A. Demokrasi Secara Umum ..........................................................................7
1. Pengertian Demokrasi .........................................................................7
2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia ..............................................11
B. Hak Asasi Manusia Secara Umum ............................................................12
1. Pengertian Hak Asasi Manusia ............................................................12
2. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia ............................13

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN ...........................................................15


A. Deskripsi Objek Penelitian ........................................................................15
B. Pemilihan dengan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia .............................16
C. Temuan dan Hasil Observasi .....................................................................19

Bab III PENUTUP ...................................................................................................22


A. Kesimpulan ................................................................................................22
B. Saran ..........................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Keberadaan hukum dan Negara dalam konsepsi Negara hukum
meruapakan dua elemen yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya. Hal ini dikarenakan suatu Negara yang merancangkan sistem
ketatanegaraannya sebagai Negara hukum tentunya tidak dapat dipisahkan dari
eksistensi hukum dalam penyelenggaraan Negara dan pemerintahan di Negara
tersebut.
Negara hukum merupakan konsep bernegara yang telah berkembang dari
beberapa dekade lalu. Hal ini nampak dari keberadaan pemikiran mengenai
konsep-konsep negara hukum yang telah ada dan berkembang jauh sebelum
konsep negara hukum sudah tertata serta tersusun seperti saat ini. Mengenai hal
tersebut menurut Jimly Asshiddiqie 1 “Ide negara hukum sesungguhnya telah
lama dikembangkan oleh para filsuf dari zaman Yunani kuno. Plato, pada
awalnya dalam the Republic berpendapat bahwa adalah mungkin mewujudkan
negara ideal untuk mencapai tujuan yang berintikan kebaikan. Untuk itu
kekuasaan harus dipegang oleh orang yang mengetahui kebaikan, yaitu seorang
filosof (the Philosopher king). Namun, dalam bukunya “the Statement” dan
“the Law”, Plato menyatakan bahwa yang dapat diwujudkan adalah bentuk
paling baik kedua (the Second Best) yang menempatkan supremasi hukum.
Senada dengan Plato, tujuan negara menurut Aristhotheles adalah untuk
mencapai kehidupan yang paling baik (the best life possible) yang dapat
dicapai dengan supremasi hukum.
Indonesia merupakan salah satu negara hukum yang menggunakan
prinsip demokrasi dalam pemerintahannya. Prinsip demokrasi sendiri dapat
diartikan sebagai suatu pemerintahan yang berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan
untuk rakyat. Di dalam demokrasi para anggotanya mempunyai kedudukan
yang sama. Sebuah keputusan dianggap sah jika disetujui oleh mayoritas
anggota masyarakat. Jenis demokrasi berdasarkan menyampaikan pendapat

1
Jimly Asshiddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, PT. Buana Ilmu Populer
Kelompok Gramedia, Jakarta, 2009, hlm. 395.

1
terdapat dua macam, yaitu demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung
(demokrasi perwakilan).
Demokrasi langsung adalah suatu sistem demokrasi yang melibatkan
seluruh rakyatnya dalam membicarakan atau menentukan segala unsur negara
secara langsung. Sedangkan demokrasi tidak langsung atau perwakilan adalah
suatu sistem demokrasi yang dalam menyalurkan aspirasinya, rakyat memilih
wakil-wakil untuk duduk dalam suatu lembaga parlemen atau lembaga
perwakilan rakyat.
Demokrasi dan HAM merupakan dua komponen yang saling berkaitan.
Menurut Amiruddin2 demokrasi dan HAM merupakan dua hal yang saling
berkaitan, karena HAM hanya akan terealisasi dalam pemerintahan yang
demokratis yang menghormati dan melindungi terhadap HAM setiap warga
negaranya. Jika diibaratkan, demokrasi dan HAM adalah ibarat dua sisi mata
uang yang sama, tidak bisa hanya satu sisi yang maju, tetapi keduanya
beriringan dan saling melengkapi.
Pada dasarnya, semua makhluk hidup yang ada di muka bumi ini pasti
mempunyai hak asasi masing-masing. Khususnya bagi setiap hak asasi yang di
miliki manusia. Dan untuk menghargai satu sama lain dalam berkehidupan,
kita mengenal sebuah istilah, yakni hak asasi. Umumnya hak asasi ini
digunakan dalam rana untuk menghargai sesama. Selain itu, tujuan yang haq
dari hak asasi ini adalah bagimana kita bisa untuk menghargai segala hal dalam
kehidupan ini, entah itu dalam menghargai manusia, hewan, tumbuhan, dan
lain sebagainya.
Dalam pemilihan ketua dan pengurus masjid Baitul Abidin Desa
Kandangan Kabupaten Kediri didasarkan pada pemilihan yang demokratis
dengan berpegangan pada Hak Asasi Manusia sebagai dasarnya.
Maka dari itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan tujuan
untuk mengetahui secara lebih praktik demokrasi dan hak asasi manusia yang
diterapkan di masjid Baitul Abidin dalam bentuk laporan observasi yang
berjudul “Implementasi Demokrasi di Indonesia dan Hak Asasi Manusia dalam

2
Amiruddin, Pemerintahan Demokratis Menjamin HAM, Komnasham Republik
Indonesia, online, diakses 13 Agustus 2019

2
Pemilihan Ketua dan Pengurus Masjid Baitul Abidin” (Studi di masjid Baitul
Abidin Desa Kandangan Kabupaten Kediri”.

B. Fokus Penelitian
Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah proses pemilihan ketua dan
pengurus dengan mengunakan konsep demokrasi dan hak asasi manusia demi
memakmurkan masjid Baitul Abidin Desa Kandangan Kabupaten Kediri.

C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti mendapatkan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana implementasi prinsip-prinsip dan konsep demokrasi
dalam pemilihan ketua dan pengurus masjid Baitul Abidin Desa
Kandangan Kabupaten Kediri?
2. Bagaimana implementasi hak asasi manusia dalam pemilihan ketua
dan pengurus masjid Baitul Abidin Desa Kandangan Kabupaten
Kediri?
3. Bagaimana hasil observasi wawancara tentang pemilihan ketua dan
pengurus masjid Baitul Abidin Desa Kandangan Kabupaten Kediri?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditulis dengan tujuan:

1. Untuk mengetahui bagaimana implementasi prinsip demokrasi


dalam pemilihan ketua dan pengurus masjid Baitul Abidin Desa
Kandangan Kabupaten Kediri
2. Untuk mengetahui bagaimana implementasi hak asasi manusia
dalam pemilihan ketua dan pengurus masjid Baitul Abidin Desa
Kandangan Kabupaten Kediri
3. Untuk mengetahu tinjauan hasil observasi wawancara tentang
pemilihan ketua dan pengurus masjid Baitul Abidin Desa
Kandangan Kabupaten Kediri

3
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini di harapkan memiliki manfaat sebagai berikut:
1. Kegunaan Teoritis
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan bagi pembaca, dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
di dapat.
b. Bagi akademik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan pemikiran terhadap ilmu pengetahuan untuk
mengembangkan kualitas pendidikan di negeri ini.
2. Kegunaan Praktis
a. Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan
tentang demokrasi, serta dapat mengetahui secara langsung
pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari.
b. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan
bahwa penting adanya pemilihan ketua dan kepengurusan dengan
sistem demokratis dan menjunjung hak asasi manusia.

F. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data dan informasi dalam penulisan laporan
observasi ini, penulis menggunakan metode:
1. Jenis dan sifat penelitian
a. Jenis penelitian yaitu merupakan penelitian lapangan (field
research) yang langsung dilaksanakan di lapangan. Yang menjadi
objek penelitian ini adalah peran pengurus dalam memakmurkan
masjid Baitul Abidin Desa Kandangan Kabupaten Kediri.
b. Sifat penelitian yaitu penelitian bersifat Deskriptif Kualitatif yang
berarti mengungkapkan kejadian atau fakta, keadaan, fenomena di
Desa Kandangan Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
2. Sumber data:
a. Data primer
Data primer adalah sumber data yang didapatkan secara langsung
dari objek penelitian yaitu peniliti berkunjung langsung ke

4
lapangan guna melakukan observasi dan wawancara untuk
mendapatkan data secara langsung dari obyek penelitian.3 Dalam
penelitian ini sumber data primer yang didapatkan penulis yaitu di
lokasi penilitian yang bertempat pada Desa Kandangan
Kecamatan Kandangan Kabupaten Kediri.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang
bersumber dari buku-buku, jurnal, internet, artikel, majalah,
makalah, serta sumber-sumber lainnya.4
3. Metode pengumpulan data
a. Observasi
Observasi adalah pengamatan serta pencatatan secara teliti dan
sistematis atas kejadian-kejadian (fenomena) yang sedang diteliti.
Berdasarkan jenisnya, observasi dibagi menjadi dua, yaitu:
(1. Observasi langsung, yaitu observasi yang dilakukan bersama
obyek yang diteliti.
(2. Observasi tidak langsung, yaitu observasi atau pengamatan
yang dilakukan tidak pada saat berlangsungnya suatu
peristiwa yang akan diteliti, misalnya seperti dilakukan
melalui form, rangkaian slide, atau rangkaian foto5
Pada penelitian ini dilakukan observasi secara langsung.
b. Interview
Interview adalah tanya jawab secara lisan antara dua orang
atau lebih, berhadapan secara fisik yang dapat melihat muka
dengan lainnya dan mendengarkan suara dengan telinganya
sendiri. Sedangkan jenis interview yang digunakan adalah
interview bebas terpimpin, interviewer membawa kerangka

3
Rahmadi, Pengantar Metodologi Penelitian, (Kalimantan Selatan: Antasari Press,
2011), hlm. 73
4
Tatang Amrin, Menyusun Rencana Penelitian, (Bandung: Sinar Baru, 1991), hlm. 132.
5
Nurul Zuhriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan Aplikasi Bumi,
(Jakarta: Aksara Bumi, 2007), hlm. 45.

5
pertanyaan-pertanyaan untuk disajikan dan irama interview sama
sekali diserahkan kepada kebijakan interviewer.6
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mengumpulkan data melalui tulisan,
gambar atau foto, serta beberapa dokumen untuk mendukung
arsip penulisan.
4. Analisis data
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif
yaitu suatu prosedur penelitian yang menggunakan data tertulis
ataupun lisan dari orang-orang. Penulis melakukan analisis yang
bersifat deskriptif dengan menggunakan analisa kualitatif yang
bersifat induktif, dengan kata lain penulis akan menerangkan hasil
penelitian yang bersifat memaparkan sejelas-jelasnya tentang apa
yang diperoleh di lapangan dengan cara peneliti memaparkan, dan
menyusun suatu keadaan secara sistematis dengan teori yang ada
untuk mencari kesimpulan dalam upaya pemecahan masalah.7

6
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), hlm. 207.
7
Moh Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), hlm. 34.

6
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Demokrasi Secara Umum


1. Pengertian Demokrasi
Demokrasi merupakan bentuk pemerintahan di mana semua warga
negaranya memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan. Demokrasi
mengizinkan warga negaranya untuk berpartisipasi secara langsung maupun
secara tidak langsung atau melalui perwakilan dalam perumusan,
pengembangan, dan pembuatan hukum.
Kata demokrasi diambil dari bahasa Yunani “demokratia” yang berarti
kekuasaan rakyat. Kata tersebut terbentuk dari kata “demos” dan “kratos”
yang berarti kekuatan atau kekuasaan. Kata demokrasi juga sudah ada sejak
abad ke-16 dan berasal dari bahasa Prancis Pertengahan dan Latin
Pertengahan Lama. Konsep demokrasi yang lahir dari Yunani kuno yang
dipraktikkan dalam hidup bernegara antara abad ke-IV SM sampai dengan
abad e-VI SM adalah demokrasi langsung (direct democracy, artinya hak
rakyat untuk membuat keputusan-keputusan politik dijalankan secara
langsung oleh rakyat atau warga negara.8
Sementara itu, pengertian demokrasi secara istilah sebagaimana
dikemukakan para ahli sebagai berikut:
a. Menurut Joseph A. Schemer
Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk
mencapaikeputusan polituk dimana individu- individu memperoleh
kekuasaan untukmemutuskan cara perjuangan kompetitif atas suara
rakyat.
b. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak langsung
didasarkan pada kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas
dari rakyat dewasa.

8
Darmawan Harefa M.Pd., Drs. Fatolosa Hulu, Demokrasi Pancasila di Era Kemajuan,
(Yogyakarta: Danu Banu, 2020), hlm. 3

7
c. Philippe C. Schmitter dan Terry Lynn Karl
Demokrasi sebagai suatu sistem pemerintahan dimana pemerintah
dimintai tanggung jawab atas tindakan—tindakan mereka diwilayah
publik oleh warganegara,4 yang bertindak secara tidak langsung
melalui kompetisi dan kerjasama dengan para wakil mereka yang
terpilih.
d. Henry B. Mayo
Menyatakan demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem
yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar
mayoritas oleh wakilwakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat
dalam pemilihan- pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip
kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik.9
Affan Gaffar (2000)10 memaknai demokrasi dalam dua bentuk yaitu
pemaknaan secara normatif (demokrasi normatife) dan empirik (demokrasi
empirik):
a. Demokrasi Normatif, adalah demokrasi yang secara ideal hendak
dilakukan oleh sebuah Negara.
b. Demokrasi Empirik, adalah demokrasi dalam perwujudannya pada
dunia politik praktis. Makna demokrasi sebagai dasar hidup
bermasyarakat dan bernegara mengandung pengertian bahwa rakyatlah
yang memberikan ketentuan dalam masalah-masalah mengenai
kehidupannya, termasuk dalam menilai kebijakan Negara, karena
kebijakan Negara tersebut akan menentukan kehidupan rakyat.
Dengan demikian Negara yang menganut sistem demokrasi adalah
Negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat.
Dari sudut organisasi, demokrasi berarti pengorganisasian Negara yang
dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan
ditangan rakyat.

9
Kelas Pintar, Pengertian Demokrasi Menurut Para Ahli, (online), diakses pada 24
November 2021, kelaspintar.id/blog/pengertian-demokrasi-menurut-para-ahli/
10
Afan Gaffar, Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, (Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2000)

8
Kesimpulan-kesimpulan dari beberapa pendapat diatas adalah bahwa
hakikat demokrasi sebagai suatu sistem bermasyarakat dan bernegara serta
pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di tangan
rakyat baik dalam penyelenggaraan berada di tangan rakyat mengandung
pengertian tiga hal, yaitu:
a. Pemerintahan dari rakyat (government of the people)
Mengandung pengertian yang berhubungan dengan pemerintah yang
sah dan diakui (ligimate government) dimata rakyat. Sebaliknya ada
pemerintahan yang tidak sah dan tidak diakui (unligimate government).
Pemerintahan yang diakui adalah pemerintahan yang mendapat
pengakuan dan dukungan rakyat. Pentingnya legimintasi bagi suatu
pemerintahan adalah pemerintah dapat menjalankan roda birokrasi dan
program- programnya.
b. Pemerintahan oleh rakyat (government by the people)
Pemerintahan oleh rakyat berarti bahwa suatu pemerintahan
menjalankan kekuasaan atas nama rakyat bukan atas dorongan sendiri.
Pengawasan yang dilakukan oleh rakyat (sosial control) dapat
dilakukan secara langsung oleh rakyat maupun tidak langsung (melalui
DPR).
c. Pemerintahan untuk rakyat (government for the people)
Mengandung pengertian bahwa kekuasaan yang diberikan oleh rakyat
kepada pemerintah dijalankan untuk kepentingan rakyat. Pemerintah
diharuskan menjamin adanya kebebasan seluas-luasnya kepada rakyat
dalam menyampaikan aspirasinya baik melalui media pers maupun
secara langsung.

Dalam pemerintahan demokrasi, semua hak pemerintahan berada di


tangan rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Untuk memahami lebih dalam
mengenai demokrasi, berikut adalah makna dan hakikat, jenis-jenis, serta
prinsip-prinsip demokrasi:
a) Makna dan hakikat demokrasi

9
Demokrasi sebagai suatu sistem telah dijadikan alternatif dalam
berbagai tatanan aktivitas bermasyarakat dan bernegara di berbagai
Negara. Seperti yang dikatakan Mahfud MD, ada dua alasan dipilihnya
demokrasi sebagai sistem bermasyarakat dan bernegara. Pertama,
hampir semua negara di dunia menjadikan demokrasi sebagai pedoman
yang fundamental.; Kedua, demokrasi sebagai asas kenegaraan secara
hakikatnya telah memberikan arah bagi peranan masyarakat untuk
menyelenggarakan Negara sebagai organisasi tertingginya. Oleh karena
itu, diperlukan pengetahuan dan pemahaman yang mendalam pada
warga masyarakat tentang demokrasi.11
b) Jenis-jenis demokrasi
Secara umum, demokrasi dibagi menjadi dua yaitu,
(1. Demokrasi langsung atau liberal, yang berarti setiap rakyat berhak
memberikan aspirasinya dalam politik untuk mengambil sebuah
keputusan secara langsung, sehingga menyatakan bahwa hasil yang
diambil merupakan langsung dari tangan rakyat. Namun, pada era
modern saat ini jarang ditemui pemerintahan dengan sistem seperti
ini, dikarenakan kepadatan penduduk serta kurangnya minat
masyarakat untuk mempelajari keseluruhan masalah perpolitikan.
(2. Demokrasi tidak langsung atau perwakilan, yaitu seluruh rakyat
memberikan pendapatnya untuk memilih wakil mereka dalam
pemilihan umum (pemilu). Setelah terpilih, wakil rakyat itulah
yang akan mengutarakan beberapa aspirasi masyarakatnya.
c) Prinsip-prinsip demokrasi
Prinsip-prinsip demokrasi meliputi:
(1. Kebebasan, adalah kekuasaan untuk membuat pilihan atau
melakukan sesuatu yang bermanfaat berdasarkan pendapat pribadi
tanpa dipengaruhi pihak manapun.

11
Soetandyo Wignjosoebroto, Sejarah dan Budaya Demokrasi Manusia Berstatus
Warga dalam Kehidupan Bernegara Bangsa, (Bandung: Averros Community, 2013), hlm 25

10
(2. Persamaan, adalah demokrasi tidak bisa memihak salah satu di
antara banyaknya komponen Negra yang terdiri dari berbagai suku,
ras, agama, dan budaya. Tetapi harus merata dan tidak berat sebelah
(3. Solidaritas, di dalam Negara yang pemerintahannya demokrasi
haruslah terdapat solidaritas di dalamnya untuk menjaga keutuhan
dan kesatuan Negara.
(4. Toleransi, adalah sikap atau sifat toleran. Bersikap toleran berarti
menenggang (menghargai, memberikan, menghargai) pendirian
(pendapat, pandangan, dan sebagainya) yang bertentangan dengan
pendirian diri sendiri
(5. Menghormati kejujuran dan penalaran, kejujuran adalah kesediaan
keterbukaan untuk menyatakan suatu kebenaran. Sedangkan
penalaran adalah penjelasan mengapa seseorang melakukan suatu
tindakan.
(6. Keadaban, yaitu ketinggian tingkst kecerdasan lahir batin atau
kebaikan budi pekerti.12

2. Perkembangan Demokrasi di Indonesia


a) Demokrasi pada periode 1945-1959
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan Demokrasi Parlementer.
Sistem tersebut mulai dijalankan sebulan pasca proklamasi yang
kemudian diperuat dengan UUD 1945 dan UUD 1950 yang menetapkan
berlakunya sistem parlementer, memiliki badan eksekutif yang terdiri
dari presiden sebagai kepala negara konstitusional beserta mentei-
menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik. Namun sistem ini
tidak berjalan lama karena terjadi beberapa konflik yang menyebabkan
distabilisasi politik nasional, hingga puncaknya IR. Soekarno selaku
presiden saat itu, mengeluarkan Dekrit Presiden pada 5 Juli 1959.13
b) Demokrasi pada periode 1959-1965

12
Elpi Lutpiani, Implementasi Demokrasi di Indonesia, (2021)
13
Elly Novianti, Demokrasi dan Sistem Pemerintahan, Jurnal Konstitusi, Vol. 10, No. 2,
2011

11
Demokrasi pada masa ini dikenal dengan demokrasi terpimpin. Sebagai
hasil yang dianggap solusi dari demokrasi konstitusional, demokrasi
terpimpin justru menjadi mimpi buruk bagi pemerintahan Indonesia
saat itu. Di mana terjadi penyelewengan terhadap sistem demokrasi
yang harusnya dijalankan, ditandai dengan dominasi presiden terhadap
politik dan terbatasnya peranan partai politik.14
c) Demokrasi pada periode 1965-1999
Era ini dinamakan Orde baru yang dipimpin oleh presiden RI saat itu
bapak Soeharto. Pada periode ini bisa dinamakan demokrasi Pancasila,
sekalipun istilah Pancasila hanya sebagai verbalisme semata yang tidak
cocok dengan kenyataannya yang lebih mencerminkan peranan militer
dalam kehidupan politik yang sangat dominan. Landasan formal yang
digunakan pada periode ini adalah Pancasila, UUD 1945, dan
Ketetapan-ketetapan MPRs.
d) Demokrasi pada periode 1988-sekarang
Setelah mengalami beberapa sistem pemeintahan, Indonesia memasuki
era Reformasi ditandai dengan turunnya Soeharto sebagai presiden
setelah 32 tahun lamanya menjabat. Meskipun pada dasarnya semua
ada plus dan minusnya, pada era reformasi ini rakyat sudah bisa
bernafas lega dan mendapatkan kebebasan sesuai dengan apa yang
seharusnya dilakukan sistem demokrasi. Namun pemerataan
kesejahteraan pada era Reformasi ini belum dirasakan dibandingkan
dengan pada era Orde Baru.15

B. Hak Asasi Manusia Secara Umum


1. Pengertian Hak Asasi Manusia
Hak asasi manusia adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh setiap
manusia sebagai anugerah yang diberikan oleh tuhan dari sejak awal
lahirnya manusia. Istilah HAM merupakan terjemahan dari istilah Droits del
‘homme dalam bahasa prancis yang berarti hak-hak manusia atau dalam kata

14
Fachry Ali, Islam, Pacasila, dan Pergulatan Politik, (Jakarta, 1994), H.89.
15
Adeng Muchtar Ghozali, Perjalanan Sejarah Politik Islam, (Bandung: Pustaka Setia,
2004), hlm. 95.

12
istilah bahasa Inggrisnya yaitu human rights dan daam kata istilah Belanda
yaitu mensenrechten yang artinya hak yang kita miliki semata-mata karena
kita punya hak sebagai manusia.16
Di dalam deklarasi umum Hak Asasi Manusia diartikan sebagai hak-
hak dasar yang melekat dalam diri manusia secara kodrat, umum, dan abadi
sebagai pemberian dari Tuhan YME, yang di dalamnya mengandung makna
hak untuk hidup berkeluarga, hak untuk mengebangkan diri, hak keadilan,
hak berkomunikasi, hak keamanan, hak kesejahteraan, yang tidak bisa
diabaikan ataupun dirampas oleh siapapun.17
Tujuan hak asasi manusia adalah mempertahankan hak-hak manusia
dengan sarana kelembagaan terhadap penyalahgunaan kekuasaan yang
dilakukan oleh pribadi maupun kelompok dan pada waktu yang bersamaan
mendorong perkembangan pribadi manusia yang multidimensional.

2. Landasan Hukum Hak Asasi Manusia di Indonesia


Mengenai hak asasi manusia di Inonesia setidaknya terdapat dua Pasal
yang mengatur tentang hak asasi manusia. Salah satunya tertulis dalam UU
No. 39 Tahun 1999 yang berbunyi “HAM adalah sperangkat hak yang
melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang
Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung
tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.”18 Dan
juga terdapat pada Pasal 28I ayat 4 UUD 1945 yang berbunyi
“Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia
adalah tanggung jawab negara, terutama pemerintah”.19
Prinsip pengakuan dan perlindungan terhadap hak asasi manusia
merupakan bagian penting dari prinsip perlindungan hukum. Istilah hak
asasi manusia di Indonesia sering disejajarkan dengan istilah hak-hak

16
Ramdlon Naning, Citra dan Cita Hak Asasi Manusia, (Bogor: Media Ilmu, 2017),
hlm. 7
17
Fadli Andi Nasif, Hukum Kejahatan HAM: Perspektif Hukum Pidana Indonesia dan
Hukum Pidana Internasional, (Jakarta: Jakarta Press, 2020), hlm. 18.
18
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal, BAB I,
Pasal 1, ayat 1.
19
Undang-Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28I ayat 4.

13
kodrat, hak-hak dasar manusia, human rights, fundamental rights,
gronrechten, mensenrechten, rechten vandenmes, dan fundamental
rechten.20
Pelanggaran atas HAM tidak bisa dielak memang sering terjadi, hal
ini dikarenakan konsep HAM yang berasaskan atas kebebasan individual.
Oleh karena itu, pemerintah menyusun perundang-undangan demi
membatasi perilaku individual seseorang agar tidak merugikan masyarakat
banyak.

20
Fauzan Khairazi, Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Inovatif,
Vol. VII, No. 1, 2015, hlm. 2.

14
BAB III

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian


1. Profil masjid Baitul Abidin
- Alamat : Jl. Pare Lama No. 77, Dusun. Kauman Kandangan,
Desa. Kandangan, Kabupaten. Kediri
- Sektor : Agama – Masjid, Kegiatan organisasi religi
- Tahun Berdiri : 1988
- Kode SIC : 8661
- Kode ISIC : 9491
- ID Masjid : 33193
- Luas Tanah : 2.000 M2
- Jumlah Imam :9
- Jumlah Khatib :6
- Jumlah Pengurus : 54
- Takmir Masjid : Muhammad Abdul Wahhab, dan Zainuri.
- Status Tanah : Wakaf
- Fasilitas : Kamar mandi pria dan wanita, lahan parkir cukup
luas, kran air di luar masjid, kipas angin 6 buah,
beduk, isi masjid luas, al-Quran dan buku-buku
keagamaan, alat-alat kebutuhan masyarakat
(keranda, pacul, pemotong rumput, dan lain-lain)

2. Kondisi masjid setelah pemilihan ketua dan pengurus baru

15
3. Susunan ketua dan pengurus masjid Baitul Abidin

B. Pemilihan dengan Demokrasi dan Hak Asasi Manusia


Dalam Negara hukum, konsep demokrasi dan hak asasi manusia saling
berkaitan, bahkan bisa dikatakan tidak akan terpisahkan. Sehubungan dengan
pengendalian kehidupan masyarakat yang dalam bahasa yuridisnya dikenal
sebagai warga negara, tentunya tidak dapat terlepas dari dua hal tersebut.
Salah satu hak warga negara adalah hak demokrasi dan kebebasan atas
penyelenggaraan, pemenuhan, dan penggunaan hak demokrasi itu sendiri. Hak
tersebut merupakan bagian yang sangat penting dalam perjalanan kebangsaan
mengingat upaya demokratisasi yang bermuara kepada kebebasan demokrasi
tersebut dari waktu ke waktu terus mengalami perkembangan.
Salah satu pilar demokrasi adalah prinsip Trias Politica yang membagi
ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif, yudikatif, dan legislatif) untuk
diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang saling lepas (independen)
dan berada pada peringkat yang sama satu dengan lainnya. Kesejajaran dan
indepedensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga lembaga

16
negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontrol berdasarkan prinsip
checks and balances.21
Ketiga jenis lembaga-lembaga negara tersebut adalah lembaga-lembaga
pemerintah yang memiliki kewenangan untuk mewujudkan dan melaksanakan
kewenangan eksekutif, lembaga-lembaga pengadilan yang berwenang
menyelenggarakan kekuasaan yudikatif, dan lembaga-lembaga perwakilan
rakyat (DPR, untuk Indonesia) yang memiliki kewenangan menjalankan
kekuasaan legislatif. Di bawah sistem ini, keputusan legislatif dibuat oleh
masyarakat atau oleh wakil yang wajib bekerja dan bertindak sesuai keinginan
masyarakatnya yang diwakili olehnya (konstituen), serta yang memilihnya saat
pemilihan umum legislatif.22
Selain pemilihan umum legislatif, banyak keputusan dan hasil-hasil
pemilihan lainnya dalam Negara hukum yang ditentukan dengan demokrasi.
Misalnya, pemilihan ketua organisasi, pemilihan penanggung jawab instansi,
penentuan hasil musyawarah, dan lain sebagainya.
Begitu pula dengan konsep hak asasi manusia yang tidak dapat
dipisahkan dengan keberadaan Negara hukum yang tentunya mengedepankan
dan melindungi hak asasi manusia. Oleh karena itu, berbicara mengenai Negara
hukum dan demokrasi, tentunya tidaklah mungkin terlewatkan pembahasan
tentang hak asasi manusia.
Hak asasi manusia adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia
sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa yang tidak dapat diganggu gugat
keberadaannya. Hak-hak tersebut telah dibawa sejak lahir dan melekat pada
diri manusia sebagai makhluk Tuhan. Setiap manusia memiliki derajat dan
martabat yang sama. Pada masa lalu, manusia belum mengakui akan adanya
derajat manusia yang lain sehingga mengakibatkan terjadinya penindasan
antara manusia yang satu dengan lainnya. Contoh yang paling kongkret adalah
ketika masa penjajahan dan masa perbudakan yang terjadi pada masa kolonial.
Indonesia sebagai salah satu negara yang dijajah dengan sangat tidak

21
Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal Inovatif, Vol. VII, No. 1,
2015, hlm. 3.
22
Patrialis Akbar, S. H. Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI 1945, (Jakarta:
Sinar Grafika Bumi Aksara), 2022.

17
berkeperimanusiaan oleh kaum kolonialisme yang menindas, dan
menyengsarakan bangsa ini. Sehingga, dilakukan perjuangan terus menerus
untuk tetap mempertahankan hak asasi mansia yang dimilikinya.23
Dalam perkembangan zaman sekarang ini, terjadi salah pemahaman
warga Negara terkait kebebasan yang merupakan esensi dari HAM itu sendiri,
dimana HAM dipandang sebagai suatu kebebasan tanpa batas dan warga
Negara dapat bertindak seenaknya dengan alibi HAM yang melekat secara
konstitusional. Sehingga muncul perbuatan inkonstitusional dengan berlindung
dibalik HAM yang salah kaprah.
Dari aspek demokrasi yang perlu didemokratisasikan adalah pemahaman
demokratisasi yang mengarah ke liberalisasi politik. Tidak dapat dipungkiri
bahwa system perwakilan di Indonesia justru telah melupakan aspek kualitas
dengan berlindung dari kebebasan berserikat. Namun terkadang justru telah
mengenyampingkan kualitas perwakilan itu sendiri.
Hal ini selain berdampak kepada rusaknya tatanan demokrasi juga
merusak tatanan kenegaraan karena agenda warga Negara sebagai kepentingan
bangsa justru terkesampingkan oleh kepentingan agenda politik golongan.
Permasalahan representasi tersebut bukanlah masalah biasa, namun ancaman
serius dalam konsep keterwakilan, sekalipun pasca reformasi telah terjadi
beberapa perombakan system kelembagaan Negara.
Pemilihan umum di Indonesia merupakan arena pertarungan aktor-aktor
yang haus akan popularitas dan kekuasaan. Sebagian besar petinggi
pemerintahan di Indonesia adalah orang-orang yang sangat pandai mengumbar
janji untuk memikat hati rakyat. Menjelang pemilihan umum, mereka akan
menjanjikan tindakan-tindakan yang akan mereka lakukan apabila terpilih
dalam pemilu, mereka berjanji untuk mensejahterakan rakyat, meringankan
biaya pendidikan dan kesehatan, mengupayakan lapangan pekerjaan bagi
rakyat, dan sebagainya. Tidak hanya janji-janji yang mereka gunakan untuk
mencari popularitas di kalangan rakyat melalui tindakan money politics.24

23
Jimly Assiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, Cetakan Pertama,
Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas
Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, 2014.
24
Jimly Assiddiqie, Konstitusi dan Konstitusionalisme Kabupaten/Kota, (Jakara: Sinar
Grafika, 2010).

18
Perbuatan tersebut ialah perbuatan yang tidak bermoral dan melanggar
etika politik. Hak pilih yang merupakan hak asasi manusia tidak bisa
dipaksakan oleh orang lain, para petinggi melakukan money politics yang
secara tidak langsung mereka mempengaruhi seseorang dalam penggunaan hak
pilihnya. Selain itu, perbuatan para calon petinggi pemerintahan tersebut juga
melanggar prinsip pemilu yang Implemetasi, Demokrasi, Hak Asasi Manusia
langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil. Tindakan mempengaruhi hak
pilih seseorang merupakan perbuatan yang tidak jujur, karena jika rakyat yang
dipengaruhi tersebut mau memilihnya pun hanya atas apa yang diiming-
imingka, tanpa memandang kemampuan yang dimiliki oleh calon tersebut.
Tindakan ini juga merupakan persaingan yang tidak sehat dan tidak adil bagi
calon lain yang menjadi pesaingnya.
Sejauh ini, konsep demokrasi dan HAM di Indonesia banyak yang belum
terlaksana secara optimal. Hak-hak masyarakat masih ada yang tidak
tersampaikan yang menjadikan banyak ketimpangan pada saat ini. Demokrasi
sendiri juga bukanlah berarti kebebasan, tetapi juga bermakna sebuah
keditaktoran kaum mayoritas dan Negara. Pemahaman berbeda mengenai
demokrasi itulah yang sering mengakibatkan banyak yang tidak sesuai dengan
apa yang sudah terkonsepkan.

C. Temusan dan Hasil Observasi


Berdasarkan pemahaman mengenai pemilihan umum dengan prinsip-
prinsip serta konsep demokrasi dan hak asasi manusia di atas. Peneliti ingin
melakukan penelitian mengenai pengimplementasian prinsip-prinsip serta
konsep demokrasi dan hak asasi manusia di masyarakat pada pemilihan ketua
dan pengurus masjid Baitul Abidin Desa Kandangan, Kabupaten Kediri.
Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai Muhammad Abdul Wahab
selaku takmir masjid Baitul Abidin dan juga warga sekitar Desa Kandangan
Kabupaten Kediri untuk memahami prosesi pemilihan ketua dan pengurus
masjid Baitul Abidin Desa Kandangan, Kabupaten Kediri.
Di dalam proses wawancara, subjek memberikan keterangan secara
terbuka ketika menceritakan prosesi pemilihan yang terjadi dua tahun

19
kebelakang atau pada Juni tahun 2021, sehingga jawaban dari satu pertanyaan
peneliti diungkapkan secara panjang. Untuk satu pertanyaan biasanya sudah
banyak yang terungkap. Subjek memberikan jawaban yang jelas kepada
peneliti. Meskipun begitu peneliti masih harus mencari lebih detail jawaban-
jawaban yang diberikan oleh subjek.
Pertanyaan peneliti meliputi, “Bagaimana prosesi saat pemilihan ketua
dan pengurus Masjid Baitul Abidin Desa Kandangan, Kabupaten Kediri?”;
“Apakah saat prosesi pemilihan mengimplementasikan prinsip-prinsip serta
konsep demokrasi dan hak asasi manusia?”; “Bagaimana respon masyarakat
mengenai hasil pemilihan yang sudah disepakati?”. Dari pertanyaan-pertanyaan
tersebut, peneliti meringkas jawaban dari subjek berhubung jawaban yang
diberikan terkesan berulang-ulang.

Gambar 2.0
Wawancara dengan Muhammad Abdul Wahab

Subjek memberikan gambaran mengenai prosesi pemilihan ketua dan


pengurus masjid Baitul Abidin pada Juni tahun 2021. Pada saat itu, prosesi
pemilihan dilakukan secara langsung di aula masjid yang dihadiri oleh ulama-
ulama sekitar, dan beberapa pengurus inti masjid Baitul Abidin sebagai
perwujudan demokrasi secara tidak langsung yang diadakan sekitar jam 19.00
WIB atau setelah shalat Isya’ berjamaah.
Kemudian, dipilih tiga orang sebagai kandidat untuk menjadi ketua
masjid, mereka adalah Fatchur Roziq; M. Choirul Umam; dan H. Munir. Saat
prosesi pemilihan dewan-dewan yang menghadiri pertemuan memberikan
suara mereka untuk disatukan dan diambil keputusan secara mufakat, tidak ada

20
pengecualian suara sebagai perwujudan hak asasi manusia yang merata.
Selanjutnya, suara terbanyak memilih Fatchur Roziq untuk menjadi ketua yang
kemudian di musyawarahkan lagi dan akhirnya disetujui oleh para dewan dan
Fatchur Roziq pun siap untuk mengemban amanah untuk menjadi ketua masjid
untuk periode 2021-2026.
Untuk pemilihan pengurus masjid sebagai pendamping Fatchur Roziq
dalam mengemban tugas, para dewan mengusulkan untuk ketua sajalah yang
memberikan daftar pengurus yang nanti akan dimusyawarahkan lagi untuk
mencapai kesepakatan. Pada akhirnya, pengurus-pengurus masjid pun ditunjuk
dan dipertimbangkan dan sedikit dilakukan revisi oleh para dewan, demi
menyeimbangkan beberapa sektor pengurus yang ada. Tentunya semua prosesi
pemilihan yang terjadi menggunakan prinsip-prinsip serta konsep demokrasi
dan hak asasi manusia. Masyarakat juga sepakat dan menerima keputusan yang
sudah disepakati saat pertemuan. Sampai kini, pihak ketua maupun pengurus
masjid melakukan beberapa renovasi, demi terciptanya kenyamanan jamaah
yang datang ke masjid ataupun rombongan yang ingin singgah di masjid Baitul
Abidin Desa Kandangan, Kabupaten Kediri.25
Berdasarkan hasil wawancara tersebut. Peneliti membuat kesimpulan
bahwa pada prosesi pemilihan ketua dan penguus masjid Baitul Abidin Desa
Kandangan, Kabupaten Kediri dilakukan secara demokrasi dan memegang
prinsip hak asasi manusia yang memang seharusnya dilakukan begitu. Peneliti
kemudian mengucapkan terima kasih kepada subjek atas waktu yang
diluangkan untuk melakukan wawancara, dan kemudian peneliti melanjutkan
penulisan mengenai hasil observasi yang dilakukan.

25
Wawancara dengan Muhammad Abdul Wahab pada tanggal 9 Juni 2023, di rumah
narasumber, Desa Kandangan, Kabupaten Kediri

21
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Demokrasi adalah sebuah sistem pemerintahan yang sering dikenal
dengan pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat, dan oleh rakyat. Pemerintahan
demokrasi sering ditemui di dalam Negara hukum. Negara hukum adalah
Negara yang dalam penyelenggaraan ketatanegaraannya menjadikan hukum
sebagai acuannya. Di dalam pemerintahan Negara hukum yang menjalankan
pemerintahannya dengan demokrasi keputusan-keputusan diambil secara
mufakat dan tidak berat sebelah. Contohnya saat pemilihan umum,
pengambilan keputusan kenegaraan, dan lain sebagainya. Konsep demokrasi
juga harus diterapkan di lingkungan masyarakat.
Di dalam negara hukum, demokrasi berjalan beriringan dengan hak asasi
manusia. Hak asasi manusia adalah hak-hak seseorang yang merupakan
anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa dan tidak dapat diganggu gugat oleh
siapapun. Hak asasi manusia merupakan sebuah reformasi dari jaman
penjajahan dulu, seperti saat Indonesia pernah dijajah oleh negara asing secara
tidak berperikemanusiaan pada era penjajahan Belanda dan Jepang.
Namun di dalam memahami konsep kedua hal tersebut, banyak
menimbulkan kesalahpahaman sehingga ada oknum yang berbuat seenaknya
dengan berlindung pada konsep demokrasi dan hak asasi manusia. Hal ini
tidaklah benar karena justru akan melanggar hak orang lain.
Berangkat dari pengertian di atas. Observasi yang dilakukan peneliti pada
kali ini mengacu pada Implementasi konsep demokrasi dan hak asasi manusia
dalam pemilihan dilingkup desa, yaitu pemilihan ketua dan pengurus masjid
Baitul Abidin Desa Kandangan, Kabupaten Kediri. Di dalam proses observasi,
diketahui pelaksanaan pemilihan dilangsungkan secara demokratis dengan
menjunjung tinggi hak asasi manusia dalam prosesi pemilihannya. Tidak hanya
itu, hasil peneletian juga diseapakati oleh masyarakat sekitar, sehingga tidak
akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.

22
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan penarikan kesimpulan di atas. Maka
peneliti ingin memberikan beberapa saran, yang mungkin dapat dijadikan
bahan pertimbangan:
1. Bagi Pembaca
Bagi pembaca, hendaknya memahami lebih lanjut mengenai prinsip-
prinsip serta konsep demokrasi dan hak asasi manusia, agar tidak
salah dalam mengartikannya yang akan menimbulkan kerugian untuk
masyarakat maupun diri sendiri.
2. Bagi Peneliti
Peneliti selanjutnya dapat mempertimbangkan hal lain yang
berhubungan dengan demokratisasi, sehingga dapat menjadikan bahan
penelitian yang lebih baik lagi ataupun dapat digunakan dalam konsep
bermasyarakat dan bernegara.

23
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, P., (2022). Lembaga-lembaga Negara Menurut UUD NRI 1945, Sinar
Grafika Bumi Aksara, Jakarta.

Ali, F., (1994). Islam, Pacasila, dan Pergulatan Politik, Jakarta.

Amrin, T., (1991). Menyusun Rencana Penelitian, Sinar Baru, Bandung.

Asshiddiqie, J., (2009). Menuju Negara Hukum Yang Demokratis, PT. Buana Ilmu
Populer Kelompok Gramedia, Jakarta.

..........................(2010). Konstitusi dan Konstitusionalisme Kabupaten/Kota, Sinar


Grafika, Jakarta.

..........................(2014). Konstitusi dan Konstitusionalisme di Indonesia, Cetakan


Pertama, Mahkamah Konstitusi

Republik Indonesia dan Pusat Studi Hukum Tata Negara Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta

Gaffar, A., (2000). Politik Indonesia: Transisi Menuju Demokrasi, Pustaka


Belajar, Yogyakarta.

Ghozali, A. M., (2004). Perjalanan Sejarah Politik Islam, Pustaka Setia,


Bandung.

Hadi, S., (1995). Metodologi Research, Andi Offset, Yogyakarta.

Harefa D., dan Hulu, F., (2020) Demokrasi Pancasila di Era Kemajuan, Danu
Banu, Yogyakarta.

Khairazi, F., (2015). Implementasi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia, Jurnal
Inovatif, Vol. VII, No. 1

Naning, R., (2017). Citra dan Cita Hak Asasi Manusia, Media Ilmu, Bogor.

Nasif, F. A., (2020). Hukum Kejahatan HAM: Perspektif Hukum Pidana Indonesia
dan Hukum Pidana Internasional, Jakarta Press, Jakarta.

Nazir, M., (1998). Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta.

Novianti, E., (2011). Demokrasi dan Sistem Pemerintahan, Jurnal Konstitusi, Vol.
10, No. 2.

Rahmadi, (2011). Pengantar Metodologi Penelitian, Antasari Press, Kalimantan


Selatan
Undang-Undang Dasar 1945 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 28I ayat 4.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal, BAB I,
Pasal 1, ayat 1.

Wignjosoebroto, S., (2013). Sejarah dan Budaya Demokrasi Manusia Berstatus


Warga dalam Kehidupan Bernegara Bangsa, Averros Community, Bandung.

Zuhriah, N., (2007) Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori dan
Aplikasi Bumi, Aksara Bumi, Jakarta.
JAWABAN UJIAN AKHIR SEMESTER

MATA KULIAH CIVIC EDUCATION

1. Tiga aparat hukum di Indonesia:


kepolisian: bertugas untuk memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, memberikan perlindungan; pengayoman; dan pelayanan
kepada masyarakat
Jaksa: bertugas melakukan penuntutan terhadap siapapun yang didakwa
melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan melimoahkan
perkara ke pengadilan yang berwewenang mengadili
Hakim: bertugas untuk melaksanakan kekuasaann kehakiman didaerah
hukumnya dan tugas lain yang menjadi tanggung jawabnya; memeriksa,
memutuskan, dan menyelesaikan perkara yang diterimanya; melaksanakan
tugas pengawasan/pembinaan yang ditugaskan kepadanya
2. Karena di Indonesia agama tidak hanya satu. Jika dirumuskan menggunakan
hukum agama, hal ini akan menimbulkan ketidakadilan terhadap agama lain
yang akan terpaksa dalam menjalankan tatanan negara bahkan dapat menjadi
ancaman internal Indonesia sendiri. Oleh karena itu, Indonesia menggunakan
Pancasila sebagai dasar bernegara, agar tetap terjaga kesatuan dan persatuan
antar umat beragama maupun antar suku dan ras lain.
3. Iya, dapat dibenarkan asal dengan tujuan yang benar juga. Dan masyarakat
madani pula yang akan merasakan dampaknya ketika pemerintah yang
dipercayai untuk mewakilinya tidak menjalankan amanah dengan baik.
4. Bentuk keterlibatan pemerintah dalam mensejahterakan ekonomi masyarakat
diwujudkan melalui pembukaan lapangan kerja, pembentukan prakerja,
penentuan UMK daerah, dan masih banyak lainnya.
5. Pers yang bebas merupakan salah satu upaya bentuk aspirasi masyarkat dalam
memberikan argumen mengenai pemerintahan atau dapat digunakan sebagai
saran atau komentar tentang proses jalannya pemerintahan. Hal tersebut
bertujuan supaya pemerintah dapat mendengar dan menanggapi aspirasi
masyarakatnya. Peran pers hingga saat ini sangat berpengaruh di Indonesia,
sebagai contoh ketika masa orde baru, pers tidak diiznkan bersuara sehingga
pemerintahan dijalankan secara diktator selama 32 tahun lamanya.

Anda mungkin juga menyukai