Anda di halaman 1dari 10

I.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Adapun hasil-hasil penelitian yamg relevan terkait keterampilan proses sains

siswa SMA dalam pembelajaran fisika khususnya indicator/aspek

mengkomunikasikan,memformulasikan hipotesis dan menginterpretasikan data dapat

dilihat pada gambar berikut.

100%
90%
80%
70%
Mengko-
60% mu-
nikasikan
50% Merumuskan
hipotesis
40%
menginterpretasi
30% data
20%
10%
0%
2015 2017 2018 2018 2018 2019 2019 2019 2019 2020

Gambar 4.1 hasil keterampilan proses indicator mengkomunikasikan,


memformulasikan hipotesis, dan menginterpretasikan data hasil penelitian rentang
tahun 2015-2020.

Gambar diatas menunjukkan hasil yang bervariasi dari masing-masing jurnal,

hal tersebut dikarenakan perlakuan yang digunakan pada hasil-hasil penelitian

tersebut juga berbeda. Gambar diatas hanya berupa data matematis hasil keterampilan

proses sains. Selanjutnya untuk mengkategorikannya sebagai persentase tinggi,

1
sedang, maupun rendah, peneliti mengacu pada hasil penelitian massing-masing yang

dikaji. Peneliti tidak bisa membuat kategorisasi berdasarkan semua jurnal yang

digunakan, sebab masing-masing hasil penelitian menggunakan rujukan yang berbeda

dalam mengkategorikan keterampilan proses tersebut. Sehingga untuk lebih detailnya

akan dibahas dalam pembahasan.

PEMBAHASAN

Keterampilan proses sains adalah suatu keterampilan yang harus dikuasai oleh

siswa sebagai tuntutan abad 21. Hal ini merupakan salah satu keurgensian dalam

melatihkan atau meningkatkan keterampilan proses sains tersebut. Hasil penelitian

dari jurnal nasional yang diperoleh, menunjukkan hasil yang bervariasi diakibatkan

oleh perlakukan yang digunkaan dalam peneletian pada jurnal-jurnal juga berbeda.

Hasil penelitian pada jurnal 1 mengungkapkan bahwa keterampilan proses

sains siswa SMAN 9 Mandau dapat meningkat setelah diterapkan model

pembelajaran inSTAD, yaitu perpaduan antara model kooperatif tipe STAD dan

model inkuiri terbimbing. Inovasi perpaduan model ini dilakukan karena sebelumnya

telah diterapkan model inkuiri terbimbing namun hasil keterampilan proses sains

siswa cenderung rendah. Penerapan model inSTAD memberikan kontribusi positif

meningkatkan keterampilan proses sains dibandingkan inkuiri terbimbing

dikarenakan beberapa hal, seperti pembagian kelompok, adanya pemberian reward

kepada siswa sehingga mengakibatkan kelompok yang belum mendapatkan reward

semakin semangat.indikator mengkomunikasikan pada penelitian ini memperoleh

persentase terendah dibandingkan indicator yang lain. Hasil penelitian pada jurnal ini

2
tidak mengungkapkan secara detail masing masing indicator keterampilan proses

sains, namun hanya mengungkapkan secara keseluruhan.

Hasil penelitian pada jurnal 2 (Novita, Prastowo, & Wahyuni, 2017)

mengungkapkan bahwa setelah menggunakan bahan ajar multimedia interaktif

keterampilan proses sains siswa dapat dikategorikan sangat baik. Hal ini

menunjukkan bahwa bukan hanya model yang digunakan, tetapi perangkat

pembelajaran juga berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa.

Hasil penelitian pada jurnal 3 (Murni, 2018) mengungkapkan bahwa

kemampuan komunikasi dan merumuskan hipotesis siswa berada pada kategori

sedang, siswa telah mampu menyajikan data hasil pengamatan.namun masih perlu

ditingkatkan Pada indicator merumuskan hipotesis sebagian siswa sudah mampu

membuat dugaan sementara ketika memcahkan suatu masalah dan memberikan lebih

dari satu kemungkinan penjelasan dari satu kejadian. Sementara indicator

menginterpretasi data menunjukkan persentase yang rendah. Dalam hal ini, siswa

kurang mampu memaknai data yang dituliskan dalam bentuk table, grafik, maupum

gambar hasil peneltian ini menyatakan rancangan pembelajaran yang dapat

meningkatkan keterampilan proses sains siswa adalah pembelajaran dengan inovasi

5E Learning cycle hypothetical deductive.

Hasil penelitian pada jurnal 4 (Yolanda, 2018) mengungkapkan bahwa

kemampuan komunikasi, merumuskan hipotesis, dan menginterpretasikan oleh siswa

masih perlu ditingkatkan. Peneliti mengungkapkan bahwa siswa tidak terampil

3
membaca grafik dan table hubungan arus dan tegangan pada materi listrik dinamis.

Oleh karena itu guru perlu membimbing siswa membaca grafik dan menarik

kesimpulan dari grafik dan table hubungan arus dan tegangan. Selain itu siswa tidak

terampil dalam membuktikan nilai hambatan pengganti yang terkecil, nilai aruss dan

tegangan masing-masing hambatan dari susunan rangakaian seri dan parallel dalam

hal ini siswa masih perlu dilatih dalam berhipotesis. Guru perlu memberikan petunjuk

serta arahan mengenai hipotesis percobaan. Sementara itu kemampuan interpretasi

siswa masih perlu ditingkatkan karena siswa tidak terampil dalam menyimpulkan

hasil percobaan rangkaian hambatan seri dan rangkaian hambataan paralael. solusi

untuk menyelesaikan permaslaahan ketersediaan aspek kps adalah melatih dan dilatih

dengan pendekatan keterampilan proses sains fisika siswa.

Hasil penelitian pada jurnal 5 (Anisah, Subiki, & Supriadi, 2018)

mengungkapkan bahwa rendahnya keterampilan proses sains siswa di tiga SMA se

kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi disebabakan karena beberapa factor

diantaranya adalah pembelajaran masih cenderung pasif, metode yang digunakan

guru masih metode ceramah. fasilitas yang kurang memungkinkan untuk melatihkan

keterampilan proses sains, seperi alat-alat laboratorium. Peneliti mengatakan bahwa

factor yang memepengaruhi keterampilan proses sains siswa adalah fakor dari luar

atau factor extern. Solusi untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menerapkan

pembelajaran berbasis praktikum.

4
(Putri, Akmam, Desnita, & Yenni, 2019) Hasil penelitian pada jurnal 6

menunjukkan bahwa hasil analisis sajian sajian keterampilan berkomunikasi dari

buku teks pelajran fisika cukup memfasilitasi. Buku teks peljaran yang dianalisis

telah menyajikan sajian yang meminta peserta didik untuk menampilkan data empiris

hassil percobaan dengan table, grafik/diagram. Sementara itu sajian keterampilan

memformulasikan hipotesis dikategorikan kurang memfasilitasi. Sajian keterampilan

berhipotesis dlam buku teks pelajaran yang dianalisis didominasi oleh sajian yang

mendorong peserta didik untuk menyadari bahwa materi pokok yang diuji

kebenarannya. Sajian keterampilan menafsirkan/interpretasi dikategorikan dapat

memfasilitasi. Sajian keterampilan interpretasi tersebut didominasi oleh sajian yang

mengintruksikan peserta didik untuk menyimpulkan informasi. Namun, belum

disajikan pada seluruh materi pokok.

Hasil penelitian pada jurnal 7 (Tiara, Inish, Heru, & Jumadi, 2019)

mengungkapkan bahwa pendekatan scaffolding berbantuan simulasi phET

berkontribusi positif dalam pencapaian hasil keterampilan proses sains fisika siswa.

kemampuan komunikasi dan memformulasikan hipotesis dikategorikan sangat baik ,

namun dalam hasil penelitian ini diungkapkan bahwa beberapa siswa kesulitan dalam

menuliskan hubungan data percobaan dan kesulitan dalam menejelaskan percobaan

pada indiaktor interpretasi data. Keterampilan interpretasi bukan lagi keterampilan

dasar tetapi termasuk keterampilan proses sains terintegrasi sehingga dapat dikatakan

bahwa keterampilan interpretasi cenderung sulit.

5
Hasil penelitian jurnal 8 (Gunawan, Harjono , Hermansyah, & Herayanti,

2019) mengungkapkan bahwa penerapan model inkuiri terbimbing melalui

laboratorium virtual berpengaruh signifikan terhadap keterampilan proses sains siswa

khususnya keeterampilan berkomunikasi dan memformualsikan hipotesis. Namun

pada indicator interpretasi, perlakuan tersebut tidak berpengaruh signifikan.

Hasil penelitiaan pada jurnal 9 (Islami, Kheruddin, & Azis,

2019)mengungkapkan bahwa penggunaan LKPD berbasis inkuiri dapat melatih

keterampilan proses sains peserta didik karena dalam langkah-langkah inkuiri

terdapat komponen keterampilan proses sains yang ingin ditingkatkan.

Hasil penelitian pada jurnal 10 (Ratnasari, Sukarmin, Suparmi, & N,

2017)mengungkapkan bahwa keterampilan proses sains siswa bervariasi dari tiga

sekolah yang berbeda. Keetrampilan proses sains siswa dikeembanhkan melalui

aktivitas laboratorium. Melalui laboratorium, siswa dapat memperoleh pembelajaran

yang bermakna, menggunkaan keterampilan proses sains, dan memahami proses

baiaman mereka membangun informasi dalam proses pembelajaran fisika.

(Emmanuel, 2018) mengungkapkan bahwa kemampuan komunikasi dalam

pembelajaran sains adalah kemampuan dalam memaparkan hasil percobaan yang

telah dilakukan, berbicara dan mendengarkan, membuat table atau grafik. Beberapa

hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa belum terampil dalam membaca grafik

dan table hasil percobaan, selain itu siswa juga kesulitan dalam menjelaskan

6
percobaan. Padahal, keterampilan komunikasi ini, termasuk keterampilan dasar atau

basic science process skills yang sepatutnya sudah dimiliki oleh siswa SMA.

Kemampuan membaca, membuat dan menggambar pernyataan yang

bermakna dari data yang diperoleh disebut interpretasi. Data yang diperoleh dari hasil

investigasi/percobaan perlu diinterpretasi kedalam hal yang konkret, sehingga dapat

dibuat kesimpuan dan generalisasi yang masuk akal. Interpretasi dapat berupa

jumlah, persentase, representasi grafik atau bahkan yang lainnya (Idiege, 2017).

Beberpa hasil penelitian mengungkapkan siswa belum terampil dalam menyimpulkan

percobaan. (Tiara,2019) mengungkapkan bahwa ketererampilan interpretasi termasuk

keterampilan proses terintegrasi dan cenderung sulit bagi siswa..Ecological Society of

America – TIEE 2006 juga mengungkapkan bahwa menginterpretasikan data adalah

keterampilan yang sulit bagi siswa untuk ditingkatkan. TIEE sangat menekankan

kemampuan interpretasi ini, karena sangat penting dalam proses penemuan sains.

Program pembangunan pendidikan dan sumber daya manusia pada ekologi social

Amerika ini, menyatakan beberapa hal yang memungkinkan siswa sulit

berinterpretasi dan hal-hal yang perlu dilakukan untuk mengatasinya. Pentingnya

konteks dalam pembelajaran, siswa cenderung sulit mengaaitkan gambar ataupun

grafik dengan materi yang sedang diajarkan. Selain itu grafik yang ditampilkan guru

tidak valid, seperti komponen-komponen yang ada pada grafik tersebut. Hal yang

perlu dilakukan oleh guru adalah menjelaskan bagaimana grafik tersebut dibentuk.

Bagaimana suatu persamaan matematis dituangkan kedalam grafik,setelah itu

7
interpretasi grafik, kesimpulan apa yang diperoleh dari garfik tersebut?, adakah

hubungan antara variable A dengan B?.

Berdasarkan hal tersebut dapat dilihat ada keterkaitan antara keterampilan

komunikasi dan interpretasi. Seorang siswa sebelum menginterpretasi harus terampil

dalam berkomunikasi, seperti membuat table pengamatan dan menggambar grafik.

Ketika siswa tidak memahami komponen-komponen yang ada pada table atau grafik

tersebut, mereka akan kesulitan dalam menginterpretasikannya.

Jebeika 2007 menyatakan Memformulasikan hipotesis sebagai dugaan atau

jawaban sementara berdasarkn pengalaman atau fenomena, atau bahkan sifat suatu

objek. Sebuah hipotesis dapat diuji. Sehingga hipotesis dapat benar atau salah.

Beberapa hasil penelitian mengungkapkan keterampilan hipotesis siswa masih perlu

ditingkatkan.

Rendahnya keterampilan proses sains tersebut tidak terlepas dari beberapa

factor, hasil penelitian yang dikaji lebih menekankan pada factor eksternal. Seperti

model pembelajaran, media praktikum, dan bahan ajar yang digunakan. Hasil

penelitian yang dikaji umumnya menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri atau

berbasis penemuan. Hal tersebut dikarenakan, model inkuiri memiliki tahapan

sistematis yang sesuai dengan aspek keterampilan proses sains.Tak hanya itu, model

pembelajran inkuiri ini menghasilkan pembelajaran yang berpusat pada siswa atau

student centered learning. Selain itu, beberapa hasil penelitian menyatakan

8
perpaduan antara model inkuiri dengan laboratorium virtual dapat mendukung

tercapainya keterampilan proses sains.

Berdasarkan kajian teoretik ini, dapat diketahui bahwa keterampilan proses

sains siwa di Indonesia khususnya SMA masih perlu ditingkatkan, bahkan pada aspek

komunikasi yang merupakan keterampilan dasar yang sudah seharusnya dimiliki pada

jenjang pendidikan sebelumnya. Di luar negeri, keterampilan proses sains sudah

dilatihkan sejak dini, yaitu sejak di playgroup, bahkan keterampilan proses

terintegrasi sudah dilatihkan di bangku sekolah dasar. (Jana Sebestik, 2007)

Curriculum Specialist, (MSTE) di perguruan tinggi University of Illinois (US)

mengungkapkan The science process skills are the tools that students use to

investigate the world around them and to construct science concepts, so it’s essential

for teachers to have a good understanding of these skills. Bagaimana mungkin

keterampilan tersebut dapat dilatihkan jika yang akan melatih tak paham akan hal

tersebut. Sehingga, sudah seharusnya guru berusaha memenuhi kebutuhan hal

tersebut serta pihak terkait mengadakan sebuah pelatihan bagi para guru untuk dapat

mengajarkan keterampilan proses sains sebagaimana mestinya.

Bukan hanya itu, ketersediaan akan bahan ajar yang memfasilitasi aspek

keterampilan proses sains juga perlu diperhatikan. Dalam penelitian (Ramadhani,

2019) mengungkapkan bahwa buku yang dianalisis belum memfasilitasi secara

maksimal sajian keterampilan proses sains.

9
10

Anda mungkin juga menyukai