Anda di halaman 1dari 18

Pembelajaran Fisika dengan Model Inkuiri Terbimbing Berbantuan Media PhET Untuk

Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa (Neti Nafrianti ,2016; Dhani Ratika ,2017:
Intan Firda Alifiyanti, dan Ishafit ,2018;

Julia M (2014) diketahui bahwa penerapan media PhET mendapat respon positif dari siswa.
(Julia,2014; Rahayu Setyo K ,2016;

1. Indro Wicaksono (2016) dengan judul “ Pengembangan perangkat pembelajaran berbasis


PhET dan Kit sederhana untuk Melatihkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMA
Materi Teori Kenetik Gas “ menunjukkan bahwa aktivitas siswa dalam pembelajaran
tergolong aktif dengan respon siswa terhadap perangkat pembelajaran berkategori sangat
kuat dan Kemampuan berpikir kritis siswa dengan N-Gain berkategori tinggi sehingga
peragkat pembelajaran berbasis PhET dan KIT sederhana layak digunakan untuk
melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa.
2. Ria Intandari (2018) dengan judul “Pengembangan Lks (Lembar Kerja Siswa)
Berbantuan Simulasi PhET Pada Materi Getaran Harmonis Untuk Meningkatkan
Keterampilan Berpikir Kritis Pada Siswa SMA” menunjukkan bahwa aktivitas siswa
dalam pembelajaran tergolong aktif dengan respon siswa terhadap perangkat
pembelajaran berkategori positif dan Kemampuan berpikir kritis siswa dengan N-Gain
berkategori tinggi sehingga LKS (Lembar Kerja Siswa) berbasis PhET layak digunakan
untuk melatihkan keterampilan berpikir kritis siswa.
3. Wika Usiana (2016) diperoleh hasil bahwa penerapan media simulasi PhET dalam
pembelajaran fisika berkategori sangat baik dan peningkatan hasil belajar siswa
berkategori tinggi di ketiga kelas.
4. Kapelle (2018) hasil penelitian menunjukkan perangkat pembelajaran yang
dikembangkan melalui PBL dibantu oleh PhET dapat melatih keterampilan berpikir kritis
siswa pada materi listrik dinamis.
5. Zain R A dan Jumadi (2018) dengan judul “Effectiveness of guided inquiry based on
blended learning in physics instruction to improve critical thinking skills of the senior
high school student” menunjukkan bahwa . hasil analisis data menunjukkan bahwa p-
value score <0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing dalam fisika
Pembelajaran efektif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada materi
pelajaran optik.
6. Widyastuti,Helsy,Farida, dan Irwansyah (2019) dengan judul “Implementation of
PDEODE (Predict, Discuss, Explain,Observe, Discuss, Explain) Supported by PhET
Simulation on Solubility Equilibrium Material”. Menunjukkan bahwa Aktivitas siswa
termasuk dalam kategori sangat baik dengan persentase rata-rata 93%. Kemampuan hasil
belajar siswa pada setiap tahapan pembelajaran PDEODE didukung oleh PhET simulasi
pada kesetimbangan kelarutan material memperoleh nilai rata-rata 91 dan nilai rata-rata
berada pada tahap prediksi dengan indikator analisis dan observasi tahap dengan
indikator membuat dan menganalisis dengan nilai rata-rata 95 sedangkan terendah Nilai
berada pada tahap pembahasan akhir dengan indikator menganalisis dan mengevaluasi
dengan nilai rata-rata 83. Keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa setelah
pembelajaran PDEODE membaik dengan nilai rata-rata 89 termasuk dalam kategori
sangat baik. Tinggi, sedang, dan kelompok rendah mencapai nilai rata-rata sangat baik
masing-masing 91,89, dan 87. Jadi Implementasi PDEODE yang didukung oleh simulasi
PhET dapat meningkatkan tatanan siswa keterampilan berpikir tingkat tinggi.
7. Wardani dan Djukri (2020) dengan judul “The Effectiveness of guided inquiry model
with starter experiment approach towards critical thinking skill in understanding fungi
material: an experimental study on the first students of senior high school”.
Menunjukkan bahwa Rerata hasil posttest 84,14%. Peningkatan kemampuan berpikir
kritis adalah 42,89%, dibandingkan dengan hasil pretes. Penelitian ini menunjukkan
bahwa model inkuiri terbimbing dengan pendekatan eksperimen pemula memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap keterampilan berpikir kritis siswa dalam memahami
materi Fungi.
8. Vegisari,Wilujeng dan Hardiyanti (2020) dengan judul “Interactive conceptual
instruction model assisted by PhET simulations on the improvement of physics multiple
representations”. Menunjukkan bahwa Hasil dari Analisis menyatakan bahwa terdapat
pengaruh model pembelajaran konseptual berbantuan interaktif Simulasi PhET untuk
meningkatkan kemampuan beberapa representasi fisika siswa. Itu peningkatan
ditunjukkan oleh hasil Tes Peringkat Tanda Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai signifikan lebih kecil dari tingkat signifikan (α) yaitu 0,000 <0,05. Nilai rata-
rata dari post-test lebih tinggi dari nilai rata-rata dari pre-test yang ditunjukkan dalam
analisis deskriptif, dan terjadi pergeseran kisaran nilai dari 46-80 menjadi 66-91.
Penelitian ini menunjukkan hal itu model instruksi konseptual interaktif yang dibantu
oleh PhET Simulations dapat meningkatkan kemampuan dari beberapa representasi
fisika siswa.
9. Martina , van Uum dan Marieke Peeters dan Roald P. Verhoeff (2019) dengan judul
“Professionalising Primary School Teachers in Guiding Inquiry-Based Learning”
Menunjukkan bahwa program TPD kami meningkatkan konseptual guru dan SMK
sosial, PCK, dan sikap. Penelitian kami mengimplikasikan bahwa perancah berbeda
domain pengetahuan ilmiah selama siklus penyelidikan merupakan komponen berharga
dari TPD di pembelajaran berbasis inkuiri.
10. Tri Utami, Jumadi, dan Insih Wilujeng and Heru Kuswanto (2019) “Subject Specific
Pedagogy Development with Scaffolding Approach Assisted by PhET Simulation on
Momentum Conservation Law to Improve Students' Conceptual Understanding and
Learning Independence”. Menunjukkan bahwa(1) pengembangan SSP Fisika dilakukan
sesuai dengan pengembangan produk Prosedur. (2) Hasil validasi ahli menunjukkan
bahwa SSP Fisika sudah sangat baik kategori. (3) Tidak terdapat perbedaan yang
signifikan antara pemahaman konseptual siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
menggunakan SSP fisika dengan pendekatan scaffolding dibantu oleh PhET simulasi. (4)
Kemandirian belajar siswa berada pada kategori cukup baik dan baik setelah belajar
menggunakan SSP fisika dengan pendekatan scaffolding dibantu simulasi PhET. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa SSP Fisika layak digunakan sebagai bahan ajar.
11. Wahyu Rikha Rofikhatul Ula dan Anna Mariyani (2021) dengan judul ” The
Development of Guided Inquiry Based Science Basic Concept Teaching Materials”.
Menunjukkan bahwa ; (1) Tahap define dilakukan dengan menggunakan front end
analysis (FEA) yang terdiri dari lapangan studi dan analisis material; (2) tahap
perencanaan (desain) dimulai dengan persiapan perangkat pembelajaran, pedoman
penyusunan angket, observasi, wawancara, penyusunan bahan ajar berbasis inkuiri
terbimbing, dan pembatasan ruang lingkup penelitian; (3) itu tahap pengembangan
(develop) dilakukan melalui dua tahap yaitu; 1) penilaian ahli diikuti dengan revisi; 2)
trial and error skala terbatas. Hasil validasi file kelayakan bahan ajar untuk konsep dasar
IPA berbasis inkuiri terbimbing yang diperoleh persentase rata-rata 83% dengan kriteria
layak; dan (4) tahap diseminasi produk di bentuk bahan ajar konsep dasar IPA berbasis
inkuiri terbimbing dosen dan mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
pengajaran berbasis inkuiri terbimbing bahan cocok digunakan untuk mengajar.
Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa Pengembangan bahan ajar konsep dasar IPA
berbasis inkuiri terbimbing dapat meningkat aktivitas siswa dalam proses pembelajaran.
12. Ticaya,Ikhsan dan Yusriza (2020) dengan judul ” Students’ learning outcome through
the implementation of guided inquiry learning model using Autograph”. Menunjukkan
bahwa peningkatan hasil belajar siswa dengan penerapan terbimbing Model
pembelajaran inkuiri dengan Autograph lebih baik dibandingkan tanpa model
pembelajaran inkuiri. Penerapan Model pembelajaran inkuiri terbimbing dengan
Autograph dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
13. Sulisworo,Handayani dan Kusumaningtyas, (2019) dengan judul“The critical thinking
effect of the computer simulation in the physics teaching and learning”.Menunjukkan
bahwa kinerja pembelajaran (CTS) dengan menggunakan Simulasi komputer cenderung
lebih baik (77,89) dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (64,75) setelahnya
proses pembelajaran.
14. Sudewa,Nur dan Wasis 2020” dengan judul “Need assesment for development of inquiry
based learning materials using PhET media to enhance students science process skills”.
Menunjukkan bahwa fakta-fakta berikut. Pertama, implementasi Kurikulum 2013 dengan
inkuiri Model pembelajaran dan didukung oleh PhET Media diperlukan untuk
meningkatkan keilmuan siswa keterampilan proses. Kedua, siswa perlu memiliki
kompetensi dalam hasil belajar afektif, keterampilan psikomotorik, produk kognitif, dan
keterampilan proses. Ketiga, perangkat materi pembelajaran yang dibutuhkan meliputi
silabus, RPP, buku siswa, LKS dan penilaian lembar topik kepadatan dan daya apung
untuk siswa kelas VIII SMP Lab Undiksha Singaraja.
15. Sudding, Taty Sulastry dan Anugrah Alam (2019) dengan judul ” The effect of
prompting question on students worksheet - based on guided inquiry towards students
learning achievement and activity of class X MIA of MA Negeri 1 Makassar (study on
electrolyte and nonelectrolyte solution)”. Menunjukkan bahwa hasil analisis prestasi
belajar siswa menunjukkan bahwa skor rata-rata kelompok percobaan dan kontrol adalah
72,11 dan 66,34. Sedangkan hasil analisis siswa Aktivitas menunjukkan bahwa skor rata-
rata kelompok eksperimen dan kontrol adalah 81,25 dan 78,31. Analisis hipotesis dengan
uji nonparametrik, uji Mann-Whitney untuk prestasi belajar. Hasilnya adalah Zhitung =
1,69 dan pada α = 0,05 Ztabel adalah 1,64. Karena, Zhitung> Ztabel, jadi H1 diterima
dan H0 ditolak. Artinya, ada efek positif dari pertanyaan prompting pada lembar kerja
siswa - inkuiri terpandu terhadap prestasi belajar siswa di kelas X MIA MA Negeri 1
Makassar pada materi pelajaran larutan elektrolit dan nonelektrolit. Sedangkan hipotesis
dianalisis dengan uji nonparametrik, uji Mann-Whitney untuk siswa. aktivitas. Hasilnya
adalah Zhitung = 1,22 dan pada α = 0,05 maka Ztabel adalah 1,64. Karena, Zhitung
<Ztabel, jadi H1 gagal dan H0 diterima. Artinya tidak ada efek positif dari bisikan
pertanyaan di lembar kerja siswa - berdasarkan inkuiri terpandu terhadap aktivitas belajar
siswa siswa kelas X MIA MA Negeri 1 Makassar pada mata pelajaran larutan. elektrolit
dan nonelektrolit masalah.
16. Suardana, Selamet, Sudiatmika,Sarini, dan Devi,(2019) dengan judul “Guided inquiry
learning model effectiveness in improving students creative thinking skills in science
learning”. Menunjukkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing lebih efektif
daripada model pembelajaran langsung dalam meningkatkan keterampilan berpikir
kreatif siswa. Skor rata-rata Keterampilan berpikir kreatif siswa pada kelompok
eksperimen dan kontrol adalah 90,0 dan 79,4 masing-masing.
17. Sofiani, Nurhayati, Sunarya dan Suryatna (2017) dengan judul ” Development of guided
inquiry-based laboratory worksheet on topic of heat of combustion”.Menunjukkan
bahwa LKS berbasis inkuiri terbimbing memiliki kualitas yang sangat baik berdasarkan
aspek isi, linguistik, dan grafik. Para siswa bereaksi positif terhadap penggunaan berbasis
inkuiri terbimbing ini lembar kerja seperti yang ditunjukkan oleh hasil kuisioner.
Implikasi dari penelitian ini adalah Kegiatan laboratorium hendaknya diarahkan pada
pengembangan keterampilan inkuiri ilmiah agar meningkatkan kompetensi siswa serta
kualitas pendidikan sains.
18. Setiono,Rustaman,Rahmat dan Anggraeni (2019) dengan judul “Student’s inquiry skills
and learning achievement in plant anatomy practical work using open-guided inquiry”.
Menunjukkan bahwacalon guru biologi dapat mencapai skor pada keterampilan inkuiri
serta penguasaan konsep di atas skor minimum yang ditentukan sebelumnya (75).
Laboratorium IBL yang dialami oleh calon guru biologi dapat menjelaskan keterampilan
inkuiri mereka dan membantu mereka dalam membangun pengetahuan yang mereka
butuhkan dalam pengajaran sains.
19. Sarwi, Fauziah dan Astuti (2018) dengan judul “The analysis of scientific
communications and students' character development through guided inquiry learning”.
Menunjukkan bahwa hasil analisis uji gain diperoleh <g> = 0,71 untuk kelompok
perlakuan dan kontrol <g> = 0,60. Hasil uji-t penguasaan konsep besaran dan satuan
menggunakan uji-t hak sisi t hitung = 2,37 (p = 0,003) sedangkan t tabel = 1,67 (α = 5%)
yang artinya hasil penelitian ini berbeda secara signifikan. Hasil keterampilan
komunikasi ilmiah siswa Analisis menunjukkan bahwa kelompok eksperimen lebih
tinggi daripada kontrol, dengan rata-rata 69% dan 63% keterampilan komunikasi ilmiah.
Nilai-nilai karakter dikembangkan secara efektif melalui pembelajaran inkuiri
terbimbing. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tutorial pembelajaran inkuiri
terbimbing lebih baik daripada pembelajaran inkuiri terbimbing non tutorial dalam aspek
pemahaman konsep, ilmiah kemampuan berkomunikasi; Namun hasil pengembangan
karakter hampir sama.
20. Thesa Irene Sari Simatupang, Nurdin Siregar, dan Karya Sinulingga (2019) dengan judul
“ Development of Physics Teaching Materials with a Guided Inquiry Model to Improve
High School Students' Critical Thinking Skills”. Menunjukkan bahwa bahan ajar yang
dikembangkan valid dan layak Penggunaan berdasarkan kategori penilaian sangat baik
oleh validator dengan skor 89,5% oleh ahli materi dan 95,20% oleh ahli desain; oleh
guru persentasenya adalah 90%. Pengajaran Materi juga sudah efisien, terlihat dari
peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan analisis N-gain pada kategori
sedang. Dapat disimpulkan bahwa berbasis inkuiri terbimbing Bahan ajar yang valid,
praktis dan efisien sehingga dapat meningkatkan daya kritis siswa kemampuan berpikir.
21. Sari,Destianti,Irwansyah,Subarkah,Aulawi dan Ramdhani (2019) dengan judul ”
Solubility equilibrium learning supported by PhET-SS” Menunjukkan bahwa penerapan
model inkuiri didukung oleh PhET-SS dapat meningkatkan penguasaan siswa pada
konsep kelarutan dan hasil kali kelarutan. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang
mengalami peningkatan penguasaan konsep dalam pembelajaran kategori tinggi, sedang
dan rendah dengan rata-rata N-Gain di kategori sedang.
22. Saputra, Jumadi, dan Wilujeng (2020) dengan judul” Physics based learning
effectiveness PhET simulation model using Problem Based Learning (PBL) for self-
independent learning on material and energy enterprises learners MAN 3 Sleman”.
Menunjukkan bahwa Tingkat rata-rata kemandirian belajar siswa pada kelas modeling
setelah mengikuti kegiatan pembelajaran termasuk dalam kategori baik, dan dalam
pelaksanaannya kelas termasuk dalam kategori baik. Tingkat signifikansi menunjukkan
angka dalam kategori efektif. Sehingga dapat dikatakan bahwa kemandirian belajar
angket kedua kelas sudah efektif, maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis
masalah model berbantuan aplikasi Phets efektif dalam hal pencapaian pembelajaran
kemandirian siswa kelas X MAN 3 Sleman tahun pelajaran 2017/2018.
23. Rustana, Andriana, Serevina, Junia (2020) dengan judul “Analysis of student’s learning
achievement using PhET interactive simulation and laboratory kit of gas kinetic theory”.
Menunjukkan bahwa nilai t hitung (3,052) lebih besar dari dan tTabel (1,667) yang
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara pembelajaran pencapaian
kelas 1 dan 2 dengan nilai rata-rata 70,85 dan 63,26. Kesimpulannya bahwa proses
pembelajaran menggunakan simulasi interaktif PhET memberikan prestasi siswa yang
lebih tinggi dibandingkan dengan kelas yang menerapkan aktivitas kit laboratorium teori
kinetik gas.
24. Risna, Hasan dan Supriatno (2020) dengan judul “Implementation of guided inquiry
learning oriented to green chemistry to enhance students higher-order thinking
skills”.Menunjukkan bahwa HOTS siswa pada tingkat kognitif berhubungan dengan
menganalisis, evaluasi dan kreasi meningkat masing-masing sebesar 4,68%, 65,26% dan
53,68%. Statistik Analisis dengan uji t pada semua parameter kognitif menganalisis,
mengevaluasi dan membuat menunjukkan nilai thitung> ttabel pada α = 0,05.
Kesimpulannya, terlaksananya pembelajaran inkuiri terbimbing berorientasi pada green
chemistry mampu meningkatkan HOTS siswa pada kelas eksperimen dibandingkan
kontrol kelas. Pembelajaran inkuiri terbimbing yang berorientasi pada green chemistry
dapat meningkatkan HOTS siswa dalam SMA
25. Reffiane, Iswari, dan Marwoto (2019) dengan judul “The effectiveness of Lectora Inspire
media assisted guided inquiry method on the students critical thinking skill in the science
nature: a case study at gugus Diponegoro elementary schools Semarang”. Menunjukkan
bahwa dari data penelitian berupa pembelajaran hasil siswa kelas lima di tiga sekolah
dasar di kota, dengan jumlah total 60 siswa pada perhitungan untuk pengujian komparatif
kemampuan pemecahan masalah kelas eksperimen Dengan perlakuan media Lectora
Inspire dibantu metode inkuiri terbimbing untuk kelas kontrol dengan model
konvensional. Artinya ada peningkatan. Perhitungan lebih lanjut dilakukan dengan
menggunakan dua sampel uji dipisahkan atau perbandingan. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa siswa kritis Keterampilan berpikir materi eksperimen siklus air pada
kelas lebih baik daripada kelas kontrol.
26. Salwa Dwi Ratna, Mariati, Simanjuntak dan Sahyar (2020) dengan judul” Analysis of
critical and creative thinking skills on the topic of static fluid physics with guided inquiry
learning assisted by computer simulation”. Menunjukkab bahwa siswa keterampilan
berpikir kritis dan keterampilan berpikir kreatif pada topik penggunaan fisika fluida statis
Pembelajaran inkuiri terbimbing dengan bantuan simulasi komputer lebih baik daripada
pembelajaran inkuiri terbimbing belajar tanpa dibantu dengan simulasi komputer atau
pembelajaran konvensional.
27. Ramadan, Jumadi and Astuti (2020) dengan judul“Application of e-handout based on
PhET simulation to improve critical thinking skills and learning independence of high
school students”. Menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa dan
kemandirian belajar di kedua kelas meningkat setelah menggunakan e-handout
berbantuan PhET. Kesimpulan Penerapan e handout dengan bantuan model simulasi
PhET Pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis
dan terdapat perbedaan dalam belajar mandiri.
28. Rahmawati, Jumadi dan Astuti (2020) dengan judul” Development of e-handout assisted
by PhET simulation with problem based learning (PBL) model about momentum
conservation law and collision to train students conceptual understanding”.
Menunjukkan bahwa e-handout pengembangan dilakukan sesuai dengan prosedur
pengembangan produk, validasi Ahli menunjukkan bahwa e-handout memiliki kriteria
yang sangat tinggi, hasil tanggapan kuesioner Siswa menunjukkan bahwa e-handout
layak digunakan sebagai media pembelajaran fisika dengan kategori baik, hasil
pemahaman konsep meningkat secara signifikan. Berbasis Berdasarkan hasil penelitian
di atas, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan e-handout layak untuk
digunakan sebagai bahan ajar dan diketahui pemahaman konsep siswa dalam
pembelajaran fisika bisa ditingkatkan.
29. Ramadela Putri dan Syafriani (2020) ”Analysis development of guided inquiry based
physics e-module to improve critical thinking ability of students high school”.
Menunjukkan bahwa hasil observasi yang diberikan disana merupakan bahan ajar yang
belum berorientasi pada keterampilan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu perlu
dilakukan analisis dalam pengembangan e-modul berbasis fisika terpandu pada Guided
Inquiry untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis siswa sekolah menengah.
30. Putra,Sumarmin, dan Violita (2018) dengan judul “Development of Animal Physiology
Practical Guidance Oriented Guided Inquiry for Student of Biology Department “.
Menunjukkan bahwa bahwa pedoman inkuiri terpandu Fisiologi Terarah Inisiatif dengan
kategori valid 3,23, kepraktisan oleh dosen dengan nilai 3,30 kategori praktis, siswa
dengan nilai 3,37 kriteria praktis. Tes efektivitas afektif dengan 93,00% kriteria sangat
efektif, aspek psikomotor 89,50% dengan kriteria sangat efektif dan domain kognitif
dengan nilai 67, kriteria lulus. Kesimpulan dari penelitian ini adalah Guided Inkuiri
Student Guided Protoxial Guidance For Student dinyatakan valid, praktis dan efektif.
31. Priscylio, Andromeda , Mawardi dan Rochintaniawati (2019) dengan judul “The
development of guided inquiry worksheet on acid and base experiment for grade XI”.
Menunjukkan bahwa Uji validitas berbasis LKS eksperimen yang dikembangkan pada
inkuiri terbimbing termasuk dalam kategori validitas tinggi. Tes kepraktisan siswa
tentang dikembangkan LKS percobaan berdasarkan inkuiri terbimbing menunjukkan
kategori sangat tinggi. Sedangkan guru Kepraktisan LKS yang dikembangkan
memperoleh kategori kepraktisan sangat tinggi Temuan juga menunjukkan bahwa
lembar kerja eksperimen yang dikembangkan berdasarkan inkuiri terbimbing dapat
membantu siswa untuk belajar menemukan konsep kimia. Kesimpulannya, lembar kerja
dapat digunakan dalam proses pembelajaran kimia di laboratorium (percobaan asam dan
basa).
32. Prahani, Susiawati, Deta, Lestari, Yantidewi, Jauhariyah, Mahdiannur, Candrawati,
Misbah,Mahtari, Suyidno,Siswanto (2021) dengan judul ”Profile of Students Physics
Problem-Solving Skills and the Implementation of Inquiry (Free, Guided, and
Structured) Learning in Senior High School” hanya a beberapa siswa dapat mengerjakan
materi menggunakan strategi pemecahan masalah ACCES: (1) Menilai masalah, (2)
Membuat gambar, (3) Membuat konsep strategi, (4) Mengeksekusi solusi, dan (5)
Meneliti hasilnya, dalam memecahkan dinamika masalah listrik. Implementasi inkuiri
(gratis, terpandu, dan terstruktur) Pembelajaran yang diberikan kurang ideal sehingga
menyebabkan siswa menjadi kurang aktif sehingga Keterampilan pemecahan masalah
kurang dan tidak ada laboratorium yang mendukung pembelajaran proses. Siswa tidak
diperkenalkan dengan keberadaan laboratorium virtual (mis. PhET) sebagai pengganti
laboratorium. Jadi, untuk meningkatkan pemecahan masalah fisika siswa Keterampilan
membutuhkan pembelajaran inkuiri yang tepat (gratis, terpandu, dan terstruktur) dibantu
oleh PhET.
33. Phonna,Safitri dan Syukri dengan judul “Guided inquiry-based on practicum to improve
critical thinking skills on the subject of Newtons law”. Menunjukkan bahwa dari hasil
analisis data dengan uji-t dengan penggunaan berbasis inkuiri terbimbing pada praktikum
konsep hukum Newton dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa secara
signifikan keterampilan dibandingkan dengan penggunaan praktikum berbasis verifikasi.
Hal ini terlihat dari N-gain keterampilan berpikir kritis untuk kelas eksperimen sebesar
0,71 lebih tinggi dari pada kelas kontrol kelas dengan N-gain 0,53.
34. Oktavia, Muhibbuddin dan Mursal, (2020) dengan judul “Direct instruction model
assisted with PhET and Whatsapp to students cognitive and motivation”.Menunjukkan
bahwa Pretest memiliki ttest = 1,27 yang nilainya lebih kecil dari t tabel. Kesimpulannya,
ada perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Selain itu,
keduanya kelas mengungkapkan perbedaan yang sama untuk pretest. Hasil posttest juga
menunjukkan signifikansi selisih menurut thitung = 5,5 yang lebih besar dari t tabel. Oleh
karena itu, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan, mana kelas eksperimen kognitif
siswa lebih besar dari pada kelas kontrol.
35. Nurmalasari1 dan Hertanti (2021) dengan judul “The effect of guided inquiry based
hypermedia on students high order thinking skills in thermodynamics concepts”.
Menunjukkan bahwa hasil N-gain dengan nilai rata-rata posttest kelas eksperimen
meningkat. Namun peningkatan tersebut tergolong sedang. Pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa ada pengaruh hypermedia berbasis inkuiri terbimbing terhadap
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa. Sementara itu, Hasil angket menunjukkan
bahwa pembelajaran menggunakan hypermedia berbasis inkuiri terbimbing mendapat
respon positif dari siswa dan dikategorikan sangat baik (83%).
36. Nisa,Koestiari,Habibbulloh dan Budi Jatmiko (2018) dengan judul “Effectiveness of
guided inquiry learning model to improve students' critical thinking skills at senior high
school”. Menunjukkan bahwa : 1) terdapat peningkatan skor keterampilan berpikir kritis
siswa pada setiap siswa kelompok pada α = 5%; 2) rata-rata N-gain kemampuan berpikir
kritis siswa masing-masing kelompok tergolong tinggi kategori; dan 3) rata-rata
perolehan N dari ketiga kelompok tidak berbeda. Kesimpulan dari penelitian ini Bahwa
model pembelajaran inkuiri terbimbing efektif untuk meningkatkan keterampilan
berpikir kritis siswa.
37. Mulhayatiah,Yuningsih, dan Zulfikar (2019) dengan judul “Work and Energy by Guided
Inquiry Worksheet: Analysis of Critical Thinking Skill in Madrasah”. Menunjukkan
bahwa hasil validasi ahli media, struktur dan bahasa memberikan umpan balik positif
dengan revisi tahap penyelidikan dan minor peningkatan citra, kemudian tes skala kecil
dan skala besar yang pada akhirnya memberikan hasil bahwa LKS layak digunakan
berdasarkan hasil uji skala besar n-Gain yang rata-rata flat sebesar 0,54 berada pada
tingkat sedang dan respon siswa 65,28 termasuk dalam kategori sangat baik. Nya
Artinya, pengembangan LKS Inkuiri terbimbing dapat meningkatkan kemampuan
berpikir kritis siswa keterampilan di Madrasah.
38. Mizayanti, Halim, Safitri dan Nurfadilla (2020) dengan judul ”The development of multi
representation practicum modules with PhET in Hooke ‘s law concept”. Menunjukkan
bahwa Modul multi-presentasi dengan PhET yang telah dikembangkan oleh penulis
diperoleh penilaian sangat layak oleh para ahli untuk diujikan dalam praktikum.
Persetujuan guru atas Modul praktikum yang dikembangkan juga termasuk kategori
sangat layak untuk diterapkan praktikum.
39. Medriati, Hamdani dan Harjilah ( 2021) dengan judul “The difference in the guided
inquiry model towards critical thinking skills in physics subject at SMAN 3 Kota
Bengkulu”.Menunjukkan bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki pengaruh
yang signifikan berpengaruh pada keterampilan berpikir kritis siswa. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terdapat signifikan perbedaan pembelajaran dengan model inkuiri
terbimbing terhadap keterampilan berpikir kritis dalam fisika siswa mata pelajaran SMA
N 3 Kota Bengkulu.
40. Mawardi Mawardi, Aisyah Fitri Rusiani, dan Fitra Handa Yani (2020) dengan judul “
Effectiveness of student worksheets based guided inquiry on acid base material to
improve students higher order thinking skill (HOTS)”. Menunjukkan bahwa kelas
eksperimen 1 dan kelas kontrol 1 memperoleh nilai N-gain 0,64 dan 0,58 sedangkan
kelas eksperimen 2 dan kelas kontrol 2 memperoleh nilai N-gain masing-masing sebesar
0,60 dan 0,56 kelompok terbukti memiliki peningkatan yang berbeda signifikan secara
statistik. Artinya pelajar Inkuiri terbimbing berbasis LKS meningkatkan siswa HOTS.
41. Anna Mariyani, Ika Nurwulandari, Wahyu Rikha Rofikhatul Ula, Husna Imroathush
Sholihah, Muhammad Aunur Rofiq, dan Vivi Astuti Nurlaily (2020) dengan judul
“Development of Learning Book Based on Guided Inquiry the Topic Water Cycle in
Elementary School”. Menunjukkan bahwa 1) Produk yang dikembangkan adalah buku
pembelajaran yang sesuai dengan inkuiri terbimbing yang dimilikinya lembar kerja
siswa, dan bersifat kontekstual; 2) Hasil buku pembelajaran berbasis inkuiri terbimbing
layak diterapkan pada topik Siklus Air. Oleh karena itu, layak untuk digunakan di
Sekolah dasar. 3) Hasil keefektifan buku pembelajaran yang dikembangkan berbasis
Inkuiri terbimbing ditunjukkan oleh nilai rata-rata hasil belajar pengetahuan yang
diperoleh kelas kontrol dan kelas buku yang ada. Dalam hal hasil belajar sikap, kelas
kontrol memiliki lebih banyak siswa yang memperoleh nilai sangat baik (72,65) daripada
kelas buku pembelajaran (65,65) di setiap aspek. Dilihat dari hasil belajar keterampilan,
nilai rata-rata siswa kelas kontrol lebih tinggi dari kelas buku. Berdasarkan hasil
penelitian ditarik kesimpulan bahwa Ciri-ciri buku pembelajaran berbasis inkuiri
terbimbing, terdapat hasil karya siswa, dan itu kontekstual. Oleh karena itu, layak dan
efektif untuk meningkatkan kualitas siswa Prestasi pada topik Siklus Air untuk Kelas V
Sekolah Dasar.
42. Makmur,Susilo, dan Indriwati (2019) dengan judul “Implementation of Guided Inquiry
Learning With Scaffolding Strategy to Increase Critical Thinking Skills Of Biology
Students Based On Lesson Study”.Menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing dengan
scaffolding Strategi berbasis lesson study dapat meningkatkan keterampilan berpikir
kritis dalam menerapkan indikator dari siklus I ke siklus II sekitar 27,5%, analisa dari
siklus I ke siklus II sekitar 15%, dengan menggunakan data siklus I ke siklus II sekitar
15% dan disintesis dari siklus I ke siklus II sekitar 25%. Diharapkan bahwa penelitian
selanjutnya akan menerapkan model lain untuk meningkatkan keterampilan berpikir
kritis.
43. Mahyuna,Adlim dan Saminan (2018) dengan judul “Developing guided-inquiry-student
worksheets to improve the science process skills of high school students on the heat
concept”. Menunjukkan bahwa Keterampilan proses siswa meningkat secara signifikan
setelah pembelajaran inkuiri terbimbing dilaksanakan dengan menggunakan LKS efektif.
Kebanyakan siswa merekomendasikan panduan ini LKS inquiry untuk diterapkan di
kelas lain karena mudah dipahami, kontekstual dan memotivasi siswa untuk melakukan
investigasi sains.
44. Mahtari,Wati,Hartini, Misbah dan Dewantara (2020) dengan judul ” The effectiveness of
the student worksheet with PhET simulation used scaffolding question prompt”.
Menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar mencapai 0,48 yaitu dikategorikan
dalam kategori sedang. Kesimpulannya adalah LKS dengan Simulasi PhET
menggunakan prompt pertanyaan scaffolding yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan siswa hasil belajar.
45. Ardiany, Wahyu dan Supriatna (2017) dengan judul “Enhancement of Self Efficacy of
Vocational School Students in Buffer Solution Topics through Guided Inquiry Learning”.
Menunjukkan bahwa inkuiri terbimbing terdapat a Peningkatan signifikan pada aspek
efikasi diri siswa pada topik larutan penyangga. Data Hasil wawancara pretest dan
posttest, observasi, angket menunjukkan hasil yang signifikan yaitu peningkatan kelas
eksperimen dengan pembelajaran inkuiri terbimbing secara konvensional. Maksud dari
Self-efficacy belajar siswa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelas eksperimen
dengan kelas kontrol kelas sebesar 0,047. Ada hubungan yang signifikan antara
pembelajaran inkuiri terbimbing dengan self efficacy dan pembelajaran inkuiri
terbimbing. Setiap nilai korelasi adalah 0,737. Proses pembelajaran dengan inkuiri
terbimbing menyenangkan dan menantang sehingga siswa dapat memaparkan ide dan
pendapatnya tanpa dipaksa. Dari hasil angket siswa menunjukkan sikap tertarik,
ketulusan dan respon belajar yang baik. Sedangkan hasil angket guru menunjukkan
bahwa pembelajaran inkuiri terbimbing dapat membuat siswa belajar secara aktif,
meningkatkan efikasi diri.
46. Lungan dan Laksono (2019) dengan judul “Implementating guided inquiry: The
influence towards students activities and communication skill”. Menunjukkan bahwa ada
perbedaan yang signifikan antara siswa yang diajar menggunakan inkuiri terbimbing dan
siswa yang diajar menggunakan ekspositori. Studi ini menunjukkan hal itu inkuiri
terbimbing secara signifikan lebih efektif untuk meningkatkan aktivitas dan komunikasi
siswa keterampilan dibandingkan dengan pembelajaran ekspositori yang biasanya
diterapkan oleh guru di kelas.
47. Luliyarti, Jumadi dan Astuti (2020) dengan judul “Application of e-handout with
Schoology-based PhET simulations to improve students visual representation ability on
optical material”. Menunjukkan bahwa aplikasi e-handout dengan simulasi PhET
berbasis Schoology meningkatkan kemampuan representasi visual siswa dan termasuk
dalam kategori sedang untuk keduanya kelas.
48. Kusuma, Siahaan dan Andriani (2019) dengan judul “Guided inquiry model effect on
students learning outcomes in static fluid”.Menunjukkan bahwa hasil analisis data
sebuah eksperimental dan kelompok kontrol menemukan data berdistribusi normal dan
homogenitas oleh karena itu pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t.
Bisa jadi disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri terbimbing berdampak pada
hasil belajar siswa topik cairan statik di SMA PUSRI kelas XI Palembang.
49. Kusdiastuti, Gunawan, Harjono , Nisyah, dan Herayanti (2020) dengan judul
“Development of guided inquiry learning tools combined with advance organizer to
increase students understanding of physics concept”. Menunjukkan bahwa Perangkat
pembelajaran yang dikembangkan valid; Kepraktisan perangkat pembelajaran diuji
melalui penerapan pembelajaran fisika oleh model inkuiri terbimbing yang
dikombinasikan dengan penyelenggara tingkat lanjut, dan efektivitas perangkat
pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep fisika. Hasil ini
menunjukkan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan memiliki kriteria
valid, praktis, dan efektif untuk ditingkatkan pemahaman siswa tentang konsep fisika.
50. Syafriani (2020) dengan judul “Media analysis in the development of e-module based
guidance inquiry integrated with ethnoscience in learning physics at senior high
school”. Menunjukkan bahwa hasil analisis media berupa E-modul berbasis inkuiri
terbimbing dibutuhkan yang sesuai dengan kebutuhan dan kondisi siswa.
51. Isnawati, Caswita dan Noer (2020) dengan judul “Implementation of lesson study
through guided inquiry learning model to improve students critical thinking”.
Menunjukkan bahwa adanya kemampuan berpikir kritis dalam medium kategori dengan
skor N-Gain 0,4 hingga 0,45. Siswa yang memiliki MS mengalami peningkatan kritis
keterampilan berpikir dalam kategori sedang dengan skor N-Gain 0,59-0,66. Mahasiswa
yang memiliki HS telah meningkatkan keterampilan berpikir kritis dari kategori sedang
ke tinggi dengan Ngain skor 0,68 hingga 0,76. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
berpikir kritis siswa Peningkatan keterampilan materi fungsi linier menggunakan Guided
Inquiry melalui kegiatan pembelajaran dengan keterampilan rendah, sedang atau tinggi.
52. Irdalisa, Paidi, Dzukri (2020) dengan judul “Implementation of Technology-based
Guided Inquiry to Improve TPACK among Prospective Biology Teachers”.
Menunjukkan bahwa pemahaman siswa tentang TPACK menurut semua aspek penilaian
dapat dikategorikan “sangat baik”. Secara detail, isinya pengetahuan memiliki skor
posttest lebih tinggi daripada pretest. Karena itu, bisa jadi Disimpulkan bahwa penerapan
inkuiri terbimbing berbasis teknologi memiliki pengaruh yang signifikan berdampak
untuk meningkatkan pemahaman siswa tentang TPACK termasuk Konten Knowledge
(CK), Pedagogical Knowledge (PK) dan Technological Knowledge (TK). Penerapan
pembelajaran inkuiri terbimbing pada TPACK dapat direstrukturisasi pengalaman guru
untuk pengembangan profesional mereka dengan merancang sendiri materi pembelajaran
dengan penggunaan teknologi.
53. Lia Yuliati, Cycin Riantoni, dan Nandang Mufti dengan judul (2018) “Problem Solving
Skills on Direct Current Electricity through Inquiry-Based Learning with PhET
Simulations”. Menunjukkan bahwa banyak siswa yang mengalami pemecahan masalah
dengan metode tidak terstruktur, pendekatan berbasis memori dan pendekatan tidak jelas,
yang kemudian mempengaruhi kemampuan pemecahan masalah siswa. Siswa yang
menerapkan pendekatan saintifik memiliki keterampilan pemecahan masalah yang lebih
baik daripada siswa yang menggunakan pendekatan lainnya. Dengan demikian,
keterampilan pemecahan masalah siswa dipengaruhi oleh jenis pendekatan yang
digunakan dalam pemecahan masalah.
54. Ida Kholida, Suprianto dan Ketut Mahardika (2020) dengan judul “Development Of
Work Sheet Students In Guided Inquiry Based On The Game Education Using
Macromedia Flash”.Menunjukkan bahwa Skor persentase rata-rata dari tim validator di
LKS game edukasi berbasis inkuiri terbimbing sebesar 85,39%. Persentase rata-rata skor
tim validator terhadap LKS berbasis inkuiri pendidikan yang diperoleh 85,39% dengan
kriteria valid. sedangkan persentase tanggapan guru terhadap LKS siswa diperoleh
66,67% dianggap sangat praktis dan 33,33% dianggap praktis. Persentase tanggapan
siswa sebesar 45% menganggap sangat praktis, 50% menganggap praktis dan 5%
menganggap cukup praktis. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengembangan
LKS pendidikan berbasis inkuiri terbimbing Game tersebut sudah valid dan sangat
praktis untuk digunakan pembelajaran.
55. Nurul Hilalliati, Jumadi, Insih Wilujeng, dan Heru Kuswanto (2019) dengan judul”
Scientific Attitudes Mapping of Students after using PhEt Assisted Group Investigation
Models”.Menunjukkan bahwa rata-rata angket sikap ilmiah setiap siswa kelas modeling
dan kelas implementasi termasuk dalam kategori sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa
pembelajaran yang menggunakan Model Investigasi Kelompok (GI) berbantuan PhEt
menunjukkan dampak positif terhadap keilmuan siswa sikap.
56. Hermansyah, Gunawan, Harjono dan Adawiyah (2019) dengan judul “Guided inquiry
model with virtual labs to improve students understanding on heat
concept”.Menunjukkan bahwa pemahaman konseptual tercapai kelompok eksperimen
lebih baik daripada kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa terbimbing model
inkuiri dengan laboratorium virtual efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep panas. Secara umum peningkatan pada kelompok eksperimen lebih tinggi
daripada kelompok kontrol kelompok, baik dalam aspek kognitif dan subkonsep panas.
57. Haryadi dan Pujiastuti (2020) dengan judul “PhET simulation software-based learning
to improve science process skills”. Menunjukkan bahwa penerapan fisika Pembelajaran
menggunakan media simulasi PhET pada materi suhu dan kalor menghasilkan nilai 37%
nilai N-gain yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran langsung. Dapat disimpulkan bahwa PhET Pembelajaran berbasis software
simulasi merupakan pembelajaran interaktif dalam pembelajaran fisika dan dapat
meningkatkan keterampilan proses sains siswa.
58. Gani,Syukri, Khairunnisak,Nazar, dan Sari (2020) dengan judul” Improving concept
understanding and motivation of learners through Phet simulation word”.Menunjukkan
bahwa bahwa hasil rata-rata untuk kelas eksperimen ditemukan 9,75% sedangkan untuk
kelas kontrol ditemukan 8,81%. Analisis kuesioner motivasi Hasil penelitian
menunjukkan peningkatan yang signifikan pada setiap item pernyataan, untuk kelas
eksperimen adalah ditemukan 85,6 sedangkan kelas kontrol adalah 64,6, skor tersebut
menunjukkan bahwa siswa di siswa kelas eksperimen lebih termotivasi dalam belajar
fisika dibandingkan dengan siswa kelas eksperimen kelas kontrol. Berdasarkan temuan
penelitian, kami menyimpulkan bahwa implementasi PhET di kelas akan meningkatkan
pemahaman konsep dan motivasi siswa.
59. Erlin Eveline, Jumadi, Insih Wilujeng dan Heru Kuswanto (2019) dengan judul “The
Effect of Scaffolding Approach Assisted by PhET Simulation on Students Conceptual
Understanding and Students Learning Independence in Physics”.Menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan antara siswa pembelajaran konseptual sebelum dan sesudah
pembelajaran dengan pendekatan scaffolding dibantu oleh PhET simulasi. Namun
perbedaan tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap konseptual siswa pemahaman.
Juga terungkap bahwa pembelajaran dalam pendekatan scaffolding membantu PhET
simulasi berpengaruh pada kemandirian belajar siswa. Kemandirian belajar siswa dalam
kategori cukup baik dan baik. Selain itu, aktivitas siswa pun meningkat selama belajar.
Siswa menjadi lebih aktif dalam mencari ilmu dan interaksi antar siswa meningkat. Ini
menyediakan kegiatan komunikasi dan kolaborasi. Perancah dan simulasi sesuai dengan
kurikulum Indonesia dan pembelajaran abad 21. Ini Hasil penelitian menunjukkan bahwa
di sekolah menengah, pendekatan scaffolding dengan simulasi PhET dapat digunakan
untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa.
60. Ernita, Muin, Verawati dan Prayogi (2021) dengan judul “The effect of inquiry learning
model based on laboratory and achievement motivation toward students’ physics
learning outcomes”. Menunjukkan bahwa a) tidak ada perbedaan yang signifikan antara
hasil belajar siswa yang belajar menggunakan inkuiri model pembelajaran berbasis
laboratorium nyata dan laboratorium virtual; b) tidak ada perbedaan yang signifikan
antara hasil belajar siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah motivasi
berprestasi; dan c) tidak ada interaksi antara model pembelajaran inkuiri berbasis model
pembelajaran inkuiri laboratorium nyata dan laboratorium virtual dengan motivasi
berprestasi (tinggi dan rendah) di hasil belajar siswa.
61. Dewi dan Wardani (2020) dengan judul “Guided inquiry assisted by edmodo
application to improve student critical thinking skills in redox material”. Menunjukkan
bahwa Normalized Gain Test (N-gain) besarannya N-gain pada kelas kontrol sebesar 0,6
pada kategori sedang, dan 0,7 pada kategori tinggi pada kelas eksperimen 1, dan 0,72
dalam kategori tinggi pada kelas eksperimen 2. Pengaruhnya antar variabel
menghasilkan koefisien korelasi yang besar terhadap hasil belajar kognitif kelas
eksperimen 1 sebesar 0,319 dan kelas eksperimen 2 sebesar 0,408. Pengaruh antara
Variabel menghasilkan koefisien korelasi biserial kelas eksperimen 1 sebesar 0,319 dan
kelas eksperimen 2 sebesar 0,408. Pengaruh antar variabel menghasilkan koefisien
Penentuan kelas eksperimen 1 sebesar 10% dan kelas eksperimen 2 sebesar 17%. Hasil
Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa baik
pada kontrol maupun kelas eksperimen. Keterampilan berpikir kritis siswa yang diberi
inkuiri terbimbing Dibantu dengan aplikasi Edmodo pada kelas eksperimen lebih baik
dari pada siswa yang diberi pertanyaan terpandu tanpa aplikasi Edmodo di kelas kontrol
di Redox bahan.
62. Beatrix Elvi Dasilva, Heru Kuswanto, Insih Wilujeng dan Jumadi (2019) dengan judul
“SSP Development with a Scaffolding Approach Assisted by PhET Simulation on Light
Refraction to Improve Students Critical Thinking Skills and Achievement of Science
Process Skills”. Menunjukkan bahwa a) SSP yang dikembangkan layak untuk digunakan
dalam pembelajaran di sekolah, (b) SSP dengan pendekatan scaffolding berbantuan
PhET dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis, dan c) SSP dengan pendekatan
scaffolding berbantuan PhET memiliki kinerja yang baik berpengaruh pada keterampilan
proses sains yaitu mencapai kategori sangat tinggi.
63. Sari, Prahani, Munasir dan Budi Jatmiko (2018) “The improvement of students physics
problem solving skills through the implementation of PO2E2W learning model assisted
PhET media”. Menunjukkan bahwa (1) siswa mengalami peningkatan keterampilan
pemecahan masalah fisika pada α = 5%, (2) skor rata-rata pemecahan masalah fisika n-
gain keterampilan 0,81 (kategori tinggi), (3) tidak ada perbedaan (konsistensi) n-gain
fisika siswa keterampilan pemecahan masalah pada semua kelompok, dan (4) respon
siswa sangat positif terhadap Implementasi model pembelajaran PO2E2W berbantuan
media PhET. Oleh karena itu PO2E2W tersebut Model pembelajaran berbantuan media
PhET terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan fisika keterampilan pemecahan
masalah siswa sekolah menengah atas. Implikasi pembelajaran PO2E2W Model
pembelajaran dengan media PhET dapat digunakan sebagai solusi untuk meningkatkan
pemecahan masalah fisika keterampilan siswa sekolah menengah atas.
64. Chotimah1 and Festiyed, (2020) dengan judul “A meta-analysis of the effects of using
PhET interactive simulations on students worksheets toward senior high school students
learning result of physics”. Menunjukkan bahwa ukuran efek rata-rata 1, 117 dengan
standar deviasi 181,1. Ukuran efek yang dihasilkan dikategorikan sebagai sedang. Berarti
pengaruh penggunaan PhET LKS Simulasi Interaktif siswa dapat meningkatkan hasil
belajar siswa sebesar 32,73%.
65. Tiara Kusuma Ardiyati, Insih Wilujeng, Heru Kuswanto dan Jumadi (2019) dengan judul
” The Effect of Scaffolding Approach Assisted by PhET Simulation on the Achievement
of Science Process Skills in Physics”. Menunjukkan bahwa pendekatan scaffolding yang
dibantu oleh simulasi PhET memiliki pengaruh yang sangat baik dalam pembelajaran
fisika untuk pencapaian keterampilan proses sains dalam fisika.
66. Aminah, Jumadi dan Astuti (2020) dengan judul “The development of PBL e-handout
assisted by PhET simulation of optical material-lenses for high school
students”.Menunjukkan bahwa e-handout ini sesuai dengan model pengembangan
ADDIE yang divalidasi oleh tim validator. E-handout dikembangkan dengan simulasi
PhET dan disertakan dalam virtual Kelas Schoology dapat diakses di laptop yang dapat
digunakan sebagai bahan ajar untuk membantu siswa mengeksplorasi konsep fisika.
67. Siti Fajar Aldilha Yudha, Yulkifli dan Yohandri (2019) dengan judul “Validity of student
worksheet based on guided inquiry learning model assisted by digital practicum tool”.
Menunjukkan bahwa Hasil validitas adalah diperoleh model Pembelajaran Guided
Inquiry Learning berbasis LKPD berbantuan praktikum digital display alat dengan
kriteria validitas dengan nilai rata-rata 0,92. Sehingga LKPD ini bisa digunakan di proses
pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai