Anda di halaman 1dari 10

#EliteTogetherEliteStronger

Kesepakatan-Kesepakatan
Jahat Pada G20
Forum para elit di G20, pada mereka hak-hak kita telah dirampas,
pada mereka pula kehidupan kita semakin ditindas.

Sejak satu abad belakangan, sudah banyak forum-forum inter-


nasional, pertemuan-pertemuan para pemimpin negara di dunia
digelar, dengan bahasan keadilan, perdamaian, kesejahteraan
dan lainnya. Ketika para elit bersatu, duduk bersama, mereka
berdalih bahwa mereka akan hadir untuk memperbaiki dunia.
Mereka hadir seolah-olah bak pahlawan, yang akan membawa
kita dari masa kegelapan menuju dunia yang terang benderang.

Tetapi faktanya, kini tak setitik cahaya pun yang bisa kita hara-
pkan dari mereka. Sampai hari ini, telah diselenggarakannya
puluhan forum internasional itu, tidak membuat kondisi dun-
ia dan masyarakatnya menjadi lebih baik, namun membuat
kehidupan kita kian hari kian sulit. Kemiskinan, kerusakan
lingkungan, pelanggaran HAM, keterbatasan mengakses
#EliteTogetherEliteStronger 1
pendidikan, diskriminasi gender, dan lainnya, masih kita rasakan
dengan begitu amat jelasnya.

Tahun ini, para elit dunia kembali berkumpul dan duduk bersama
untuk kesekian kalinya, merencanakan sebuah omong kosong
besar mengenai kehidupan di dunia yang lebih baik di masa yang
akan datang. Sebuah janji-jani yang akan dan selalu mereka
manipulasi demi memuluskan setiap kesepakatan-kesepakatan
jahat untuk menindas rakyat. Seperti tema pada perhelatan G20
tahun ini, yaitu recover together recover stronger. Di mana tema
tersebut diambil sebagai upaya pemulihan Covid-19. Padahal
kita tahu, aktor yang memperparah penderitaan masyarakat di
masa pandemi Covid-19 adalah negara dan korporasi.

Tahun ini, Untuk pertama kalinya, Indonesia menjadi Presidensi


atau tuan rumah penyelenggara forum G20, sejak 1 Desember
tahun lalu hingga 30 November tahun ini. Sementara acara
puncak dari forum G20 akan diadakan pada 14-16 bulan ini di
Nusa Dua, Bali. Negara-negara yang tergabung dalam G20 di
antaranya, Argentina, China, Kanada, Perancis, Jerman, India,
Indonesia, Italia, Jepang, Rusia, Brazil, Australia, Mexico, Saudi
Arabia, Korea Selatan, Afrika Selatan, Turki, Inggris, Amerika
Serikat, dan Uni Eropa. Negara Negara yang tergabung dalam
#EliteTogetherEliteStronger 2
forum G20 dianggap memiliki peran strategis. Negara-negara
itu dianggap menjadi representasi dari 60% populasi dunia, 75%
perdagangan global, dan 80% Pendapatan Domestik Bruto (PDB)
dunia.

Perhelatan G20 adalah forum yang diisi oleh anak buah para
pemilik modal yang tergabung dalam negara G20 + Uni Eropa.
Mereka bertugas memastikan jangan ada yang menghambat
proses pemulihan ekonomi para pemilik modal. Negara-negara
anggota G20, khusus nya seperti Indonesia dan Afrika harus
tetap mudah untuk dikeruk sumber daya alam nya dan diperas
keringat buruh nya.

Forum G20 juga diisi oleh lembaga keuangan global, seperti


Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia. Dari kerjasama
dengan lembaga-lembaga tersebut, G20 ingin setiap negara di
dunia memfasilitasi dan menjamin keberlangsungan pasar
bebas di sektor ekonomi, energi, dan infrastruktur. Sebuah
praktik di mana segala proses politik dan pembangunan negara
diserahkan kepada mereka yang menguasai modal, seperti para
korporasi-korporasi di tingkat nasional maupun internasional.
Sementara masyarakat tidak diberikan kesempatan sama
sekali menentukan nasib mereka secara mandiri.
#EliteTogetherEliteStronger 3
Orde kemesraan antara negara dan korporasi ini lah yang akan
terus dipertahankan oleh para elit-elit dengan diselenggarakan-
nya G20. Sebab, dengan begitu, segala proses penindasan akan
berjalan dengan begitu mulusnya. Seperti di Indonesia, di mana
Undang-Undang Cipta Kerja yang dibuat oleh negara, dapat
mempermudah para korporasi untuk berinvestasi, memperkaya
dan mempertahankan kekayaan mereka. Izin usaha dimudah-
kan, izin penghancuran hutan dilancarkan, sementara gerakan-
gerakan perlawan rakyat tentu akan dan telah dibungkam.

Matinya Demokrasi dan


Hilangnya Hak Asasi Manusia
Tak ada forum yang benar-benar membicarakan hak-hak
masyarakat, ketika suara masyarakat hanya direpresentasikan
oleh segelintir orang dan kalangan saja. Kesepakatan-
kesepakatan yang akan disepakati oleh para elit dunia di G20,
jelas bukan lah kesepakatan yang dikehendaki masyarakat. Tak
ada ruang demokrasi, menyampaikan aspirasi dan pendapat
untuk masyarakat dalam G20.

#EliteTogetherEliteStronger 4
Jangankan memberikan ruang bagi masyarakat untuk dapat
berpendapat, sebagai forum yang diikat oleh protokol bisnis,
G20 malah menjadi perhelatan yang dipenuhi dengan represi-
fitas, intimidasi dan pembungkaman terhadap suara rakyat.
Protokol bisnis G20 melihat kritik dan aspirasi rakyat sebagai
penghambat bisnis, jadi dalam bentuk apapun harus segera
dibumihanguskan, hentikan, dan bubarkan.

Menjelang dan selama diadakannya G20 di Bali, telah banyak


masyarakat yang melakukan protes. Tetapi, banyak pula, bahkan
hampir seluruh protes yang ditujukan untuk G20 mendapatkan
pembungkaman dari negara. Pelarangan aksi, pembungkaman
di ruang-ruang akademik seperti mahasiswa Udayana yang dila-
rang menggelar diskusi tentang G20, PPKM semena-mena, dan
lainnya.

Apa yang dilakukan negara untuk melindungi G20, adalah


bentuk dari anti demokrasi dan perampasan hak asasi manusia
dalam hal kebebasan berekspresi. Ironis memang, jargon-
jargon mensejahterakan masyarakat di G20, diikuti pula dengan
banyaknya pembungkapan dan intimidasi. Kesejahteraan dan
kemerdekaan mustahil bisa diwujudkan, ketika hak-hak
masyarakat satu persatu telah dihilangkan.
#EliteTogetherEliteStronger 5
Transisi Energi dan Penghancuran
Lingkungan yang Mengakibatkan
Kekacauan Iklim
Dari manapun energi yang akan dan telah kita gunakan itu
diproduksi, tetap akan menuai berbagai macam persoalan,
ketika pola konsumsinya masih eksploitatif. Terlebih dengan
transisi energi listrik yang menjadi salah satu bahasan di
G20. Listrik merupakan energi yang telah menghancurkan
lingkungan, dari proses hulu sampai hilirnya.

Di Indonesia, produksi listrik masih didominasi dari bahan baku


batubara. Batubara dihasilkan dari praktik pertambangan yang
telah merampas ruang-ruang hidup masyarakat, merusak hutan-
hutan adat, dan menghancurkan habitat flora dan fauna di
berbagai wilayah Indonesia. Berdasarkan riset dari Jaringan
Advokasi Tambang (Jatam) pada 2017, total luas lahan yang
telah dirampas oleh pertambangan batubara mencapai
17,5 juta hektar. Luas ini sama seperti dengan luas satu setengah
pulau jawa.

#EliteTogetherEliteStronger 6
ironisnya, alih-alih menutup seluruh pertambangan batubara,
Pemerintah Indonesia hari ini justru meningkatkan pasokan
batubara untuk menambah suplai bahan bakar PLTU di seluruh
Indonesia. Tahun ini, pemerintah Indonesia telah merencanakan
kebutuhan memasok batubara sebanyak 127,1 juta ton untuk
PLTU. Jumlah yang terus meningkat di lima tahun belakangan.

Sementara itu, puluhan PLTU yang tersebar di berbagai daerah


di Indonesia telah dan sedang lepaskan jutaan ton polusi udara
setiap tahunnya. Polusi udara adalah pembunuh senyap. Dari
waktu ke waktu PLTU-PLTU tersebut mengotori udara kita
dengan polutan beracun, termasuk merkuri, timbal, arsenik,
kadmium dan partikel halus namun beracun, yang telah
menyusup ke dalam paru-paru masyarakat. Berdasarkan riset
Universitas Harvard yang diterbitkan oleh Greenpeace Indonesia
pada 2015, Polusi udara yang berasal dari PLTU-PLTU tersebut,
telah mengakibatkan kematian dini sekitar 6.500 jiwa per tahun
di Indonesia.

#EliteTogetherEliteStronger 7
Omong Kosong
Soal Kesehatan Global
Kita tentu tahu, bahwa negara dan korporasi menjadi aktor
utama dalam menambah penderitaan masyarakat ketika
pandemi Covid-19 melanda dunia. Di Indonesia, tentu kita
masih ingat betul, bagaimana pemerintah tidak pernah
benar-benar melindungi masyarakat di masa pandemi.
Masyarakat dilarang beraktivitas, tapi kita tidak disubsidi
makanan, kesehatan, internet, dan lainnya. Pilihannya waktu
itu, ketika pandemi melanda, kita akan mati karena virus atau
kelaparan.

#EliteTogetherEliteStronger 8
Tidak Ada Keamanan Digital
Bagi Masyarakat
Beberapa waktu belakangan, data-data masyarakat Indonesia
bocor. Sumbernya dari situs-situs milik negara yang keamanan-
nya sangat lemah sehingga mampu diretas oleh hacker, dan
diperjualbelikan di internet. Sementara Kominfo, sampai hari ini
masih saja mengelak dengan berbagai alasan dan enggan ber-
tanggung jawab. Itu menjadi bukti, bahwa kita tidak punya ruang
aman bahkan sampai di ranah dunia digital.

Kita tentu tidak bisa hanya berdiam diri dan berserah kepada
waktu. Membiarkan gelaran G20 berjalan lancar tanpa kita
recoki dengan perlawanan, sama saja kita mendukung
kesepakatan-kesepakatan jahat yang sedang mereka
rencanakan. Bagi kami, G20 adalah pembungkaman,
pembunuhan, dan perampasan hak-hak kehidupan masyarakat
yang direncanakan.

#EliteTogetherEliteStronger 9
Untuk itu, sejak Senin tanggal 14 November sampai hari ini,
kami di puluhan titik di seluruh Indonesia, melakukan aksi
mural dan penempelan poster di tiap sudut tempat untuk
menyuarakan protes dan perlawanan kepada G20. Kami ingin
mengajak masyarakat, bahwa kita tidak bisa hanya berdiam diri
ketika kehidupan kita sedang dan akan dirampas. Kita tidak bisa
terus-menerus didikte. Bahwa kita, juga punya rencana, dan
negara serta para korporasi tidak bisa mendiktenya dengan
segala kesepakatan-kesepakatan jahat mereka. Baik yang kini
sedang mereka rencanakan di forum G20 maupun forum-forum
elit lainnya.

#EliteTogetherEliteStronger 10

Anda mungkin juga menyukai