Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI

https://diskominfo.badungkab.go.id/artikel/17952-perkembangan-teknologi
Manusia merupakan makhluk yang sempurna dan pada dasarnya telah dianughrahi akal dan
nafsu. Manusia ditunjuk untuk menjadi kholifah di bumi dan diberi kebebasan untuk

memanfaatkan dan menggunakan fasilitas yang ada di bumi dan tentu saja harus sesuai kadar
dan tidak boleh berlebihan.

 
Di era globalisasi ini, manusia telah banyak menciptakan perubahan-perubahan besar, mereka

berhasil membuat alat-alat teknologi yang dapat bermanfaat dan memudahkan berkomunikasi
maupun mencari informasi, dengan demikian di zaman modern ini teknologi bisa dianggap

sebagai salah satu bagian anggota tubuh dari manusia itu sendiri yang apabila ditiadakan maka
akan terasa kurang sempurna.

 
Apalagi alat komunikasi seperti: Handphone, Tablet, dll, alat ini menjadi kebutuhan pokok bagi

pemiliknya, selain memudahkan komunikasi jarak jauh juga bisa digunakan mencari berita atau
informasi apapun yang kita inginkan. Untuk itu kita dituntut untuk belajar dan memanfaaatkan

teknologi itu sendiri supaya kita tidak tertinggal dan tidak GAPTEK.
 

Perkembangan teknologi memang membawa  perubahan besar di belahan dunia ataupun


disetiap bangsa, di bidang pemerintah baik negara maju ataupun negara berkembang keduanya

sama-sama membutuhkan teknologi sebagai proses penyediaan dan transfer informasi dari
pemerintah kepada pihak lain, misalnya: antara warga masyarakat atau penduduk dengan

menggunakan E-Goverment. Sedangkan di bidang kesehatan para ilmuawan banyak


menciptakan alat-alat teknologi canggih yang bermanfaat untuk membantu proses

penyembuhan pasien. Dan masih banyak lagi penemuan-penemuan tekonlogi yang ada di


dunia ini.

 Namun, kita juga harus berprilaku bijak dalam menghadapi arus perkembangan teknologi yang
sangat pesat ini, karena apabila kita bijak maka akan membawa hal-hal positif bagi kita, namun
apabila kita tidak bisa memanfaatkan dengan baik maka kitalah nantinya yang akan diperbudak
dan diperdaya oleh teknologi itu sendiri yang pastinya berdampak negatif.

 
Selain itu ternyata dengan teknologi yang semakin canggih, masyarakat telah berhasil

memanfaatkannya untuk berbagai macam keperluan,misalnya bisnis online. Sehingga mereka


yang mampu membaca peluang yang ada bisa dengan mudah dan leluasa mendapatkan

penghasilan hanya dengan alat teknologi tersebut, tapi ada juga manusia-manusia yang tidak
bertanggung jawab memanfaatkannya dengan membuat bisnis online yang justru merugikan

banyak orang dengan cara menipu. Untuk itu diperlukan kehati-hatian dalam menyikapi


berkembangnya teknologi ini.

 
Sekarang ini, manusia menjadikan teknologi menjadi gaya hidup mereka, bahkan beberapa

orang beranggapan “TIDAK DAPAT HIDUP TANPA GADGET” sehingga mengakibatkan


dimanapun berada gadget harus selalu menemaninya, bahkan masyarakat yang berstatus sosial

tinggi tidak mau dianggap ketinggalan jaman sehingga apabila ada model-model gadget
yang baru dan lagi nge-HITS mereka langsung bersaing dan memburu untuk  membeli lagi dan

meninggalkan yang lama, dengan begitulah cara ini membuat mereka merasa menjadi
“MANUSIA MODERN”. 

 
Untuk itu antara manusia dan teknologi disaat ini rasanya sulit untuk dipisahkan, karena

manusia selamanya akan membutuhkan teknologi untuk memudahkan aktifitas hidupnya,


sedangkan teknologi akan terus berkembang sesuai dengan eranya, karena mungkin suatu saat

nanti masih banyak teknologi-teknologi yang sekarang belum ditemukan, nanti bisa ditemukan
dimasa yang akan datang oleh manusia-manusia yang kreatif, inovatif, serta berkemauan keras

untuk bereksperimen.
 

Disinilah para pemuda-pemudi yang menjadi penerus bangsa dituntut untuk terus
mengembangkan bakatnya untuk bisa menciptakan teknologi yang bermanfaat bagi kehidupan,

jangan sampai mereka terlena oleh keadaan yang membawahnya kepada kehancuran nantinya,
karena hidup dizaman modern ini dibutuhkan kelincahan dan akal yang cerdas agar kita
nantinya bisa bersaing dengan masyarakat luas dan bisa membawa perubahan untuk bangsa

kita.[DS]

Perbudakan, Pelanggaran HAM di Era Modern


https://www.komnasham.go.id/index.php/news/2022/3/28/2108/perbudakan-pelanggaran-

ham-di-era-modern.html

Kabar Latuharhary - Perbudakan adalah sistem sosial masa lalu yang keji dan tidak
berperikemanusiaan, bersifat eksploitatif dan mengakibatkan korban sangat menderita. Dalam
perspektif HAM, praktik perbudakan tidak dapat ditolerir. Di era modern ini, praktik perbudakan
masih terjadi. Perbudakan termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan.   

Terkait hal tersebut, Komnas HAM melalui Tim Kampanye Tanggap Rasa menyelenggarakan diskusi
melalui media daring bertajuk Menyelisik Perbudakan di Era Modern pada Rabu, 23 Maret 2022.
Hadir sebagai narasumber adalah Komisioner Komnas HAM, M. Choirul Anam; salah satu pendiri
Migrant Care, Anis Hidayah; serta Direktur Bina Pemeriksaan Norma Ketenagakerjaan Kemnaker,
Yuli Adiratna.

Anam, sapaan akrab M. Choirul Anam menyampaikan bahwa saat ini praktik perbudakan sudah
berkembang dan tidak seperti dulu. Dijelaskan oleh Anam, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
memiliki working group untuk praktik-praktik perbudakan. Saat ini perbudakan pun sudah
berkembang. Mereka menggunakan istilah "praktik serupa perbudakan". Sedangkan International
Labour Organization (ILO) menggunakan istilah praktik perbudakan modern. “Beda penyebutan
namun spirit dan maknanya serupa,” tegas Anam.

Dalam Webinar yang dimoderatori secara apik oleh Dena Rachman ini, Anis menyampaikan di
tingkat global ada lembaga yang melakukan kampanye, advokasi, dan penelitian terkait perbudakan
yaitu Walk Free.  Berdasarkan hasil penelitian perbudakan global modern atau Global Slavery
Index,  di seluruh dunia pada 2018, sekitar 40,3 juta orang diduga mengalami perbudakan, yang
mana 71% nya adalah perempuan. Bentuk perbudakan yang terjadi yaitu sebanyak 15,4 juta
mengalami perkawinan paksa dan perbudakan seksual. Selain itu juga ada kerja paksa yang
termasuk human trafficking.

“Di konteks Indonesia sendiri, Indonesia menurut penelitian yang dilakukan Walk Free dalam Global
Slavery Index pada tahun 2018 menduduki posisi yang cukup jauh di mana diperkirakan ada 1,2 juta
WNI baik di dalam dan di luar negeri yang mengalami perbudakan modern,” terang Anis.
Ia menambahkan, praktik perbudakan yang terjadi terutama di sektor sawit, sektor perikanan (Anak
Buah Kapal (ABK) terutama kapal ikan), dan sektor  domestic workers atau pekerja rumah tangga. Di
tingkat ASEAN, penduduk Indonesia menempati peringkat pertama paling banyak yang mengalami
perbudakan, yang mana tidak terlepas dari banyaknya buruh migran.

Indikator yang digunakan dalam penelitian itu adalah bagaimana situasi tersebut terjadi serta
bagaimana negara meresponnya seperti dengan mendorong layanan, adanya mekanisme
pemulihan, dan restitusi. Dalam indeks perbudakan modern ini terlihat mana saja negara yang
upayanya bagus. Indonesia masuk 12 negara yang kurang serius dalam menghadapi memerangi
perbudakan modern.

Yuli Adiratna kemudian menjelaskan bahwa secara regulasi dalam konstitusi, Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia tahun 1945 jelas menyebutkan adanya hak untuk tidak diperbudak.
Selain itu, banyak instrumen nasional yang mengatur terkait hal tersebut. Indonesia pun sudah
meratifikasi 8 konvensi dasar dari ILO. Pada Undang-Undang Nomor 18 tahun 2017 tentang
pelindungan pekerja migran Indonesia pun secara tegas memberi ancaman yang cukup tinggi untuk
pelaku.

Ia pun menambahkan bahwa bentuk konkrit keseriusan Pemerintah pada isu perbudakan, “Pada 16
Maret 2022 lalu, Pemerintah juga telah menyerahkan barang bukti tersangka pelaku penempatan
pekerja migran Indonesia secara non prosedural, hal ini juga merupakan salah satu bentuk
keseriusan Pemerintah dalam menangani permasalahan perbudakan,” jelas Yuli.

Anam kemudian menjelaskan variasi perbudakan yang terjadi di era modern ini sangat banyak. Ia
mencontohkan adanya praktik penahanan ijazah pekerja, sehingga pekerja tersebut tidak bisa
menentukan nasibnya sendiri, tidak bisa berkembang dan hal tersebut menjadi kontrol kuat. Ia
menegaskan bahwa kejadian tersebut merupakan praktik serupa perbudakan yang terjadi di banyak
sektor.

“Salah satu contoh kasus yang ditangani Komnas HAM, ada seseorang yang sudah berprofesi
sebagai lawyer  dan punya sumpah. Dia mendaftar pada Lembaga yang menangani kasus, surat-
suratnya, ijazahnya, bahkan termasuk sumpahnya juga ditahan. Kalau seperti itu, instrumen
penahanan ijazah atau dokumen-dokumen yang lain yang pada akhirnya memberikan kontrol yang
sangat kuat dan menutup kemerdekaan untuk menentukan pengembangan dirinya. Jika
menggunakan dua definisi itu, dalam definisi Working Group untuk slavery di United Nation (UN),
itu masuk praktik serupa perbudakan,” tegasnya.

Lebih dari itu, Anam menyampaikan dalam praktik magang yang merupakan bagian dari
pengasahan keterampilan juga rentan terjadi perbudakan. Dalam praktik magang, pegawai magang
tidak wajib mendapat pengupahan, hanya ada uang saku. Sehingga perlu dilihat apakah praktik
magang yang dilakukan benar-benar magang atau bekerja dengan kedok magang.

Di akhir diskusi, ketiga narasumber sepakat bahwa dengan adanya kasus perbudakan di Langkat
baru-baru ini mengingatkan masyarakat dan meletakkan isu perbudakan untuk dibangun kembali
dan perlu diedukasikkan ke semua lini. Harapannya, agar praktik-praktik serupa tidak terjadi
kembali di kemudian hari dan di manapun.

Teknologi Digital Mengubah Interaksi


Manusia?
https://radioedukasi.kemdikbud.go.id/read/1729/teknologi-digital-mengubah-interaksi-

manusia.html

Yogya (RE) – Saat ini masyarakat dunia sudah masuk dalam tahap revolusi industri 4.0,
dimana kecanggihan teknologi internet menjadi pertanda yang sangat mengemuka.
Teknologi tidak sekadar instrumen yang membantu manusia melaksanakan tugas-
tugas yang kompleks, tetapi memiliki dampak perubahan revolusioner dalam pola
berpikir dan berperilaku manusia serta budaya dan peradaban masyarakat. “Zaman
digital saat ini tentunya memiliki efek positif dan negatif, bagaikan dua sisi mata pisau.
Menghadapi hal tersebut, Muhammadiyah berupaya untuk bisa menguasai dunia
digital dan memanfaatkannya dengan bijak untuk berdakwah serta menyampaikan
pesan-pesan Islam sebagai alternatif di tengah kurangnya pemahaman Islam di
masyarakat,” kata Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir, dalam Pengajian
Ramadhan PP Muhammadiyah yang bertajuk “Keadaban Digital: Dakwah Pencerahan
Zaman Milenial” di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Kamis (24/5/2018).
Menurut Haedar, dalam zaman digital, manusia terkoneksi dan berinteraksi melalui
interaksi persoalan secara fisik dan dunia maya sebagai sebuah realitas sosial baru.
Perkembangan teknologi digital seakan-akan mampu mengubah sifat manusia dalam
berinteraksi di masyarakat. Media digital mengakibatkan lunturnya orientasi nilai,
mampu menghilangkan nalar rasa dan nalar spiritual. Hubungan relasi paguyuban
berganti menjadi hubungan yang lebih individualis. “Dunia digital merupakan dunia
maya. Realitas yang ada merupakan realitas bentukan, tetapi nyata. Orang menjadi
terpolarisasi dalam afilisasi kelompok-kelompok. Inilah dunia simulacra,” imbuhnya.
Kemajuan media digital sangat pesat, penyebaran informasi juga bisa dilakukan
dengan mudah dan secara singkat. Oleh karena itu, Haedar menjelaskan bahwa
keadaan ini harus bisa dimanfaatkan untuk melakukan syiar Islam kepada masyarakat
zaman milenial. “Pada keadaan yang serba cepat ini kita harus bisa menghadirkan
dakwah, tabligh dan pesan- pesan Islam lewat media-media baru yang ada dengan
lebih masif dari pada orang lain,” katanya.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informasi (Mekominfo),
Rudiantara mengatakan, saat ini di Indonesia setidaknya ada 143 juta penduduk yang
menggunakan internet, dan 100% aksesnya melalui ponsel. Kebanyakan, mereka
mengakses media sosial. “Ada 3 tipe masyarakat Indonesia dalam menggunakan media
sosial, yakni untuk mencari teman, mencari berkah dan mencari informasi yang tentu
ada dampak positif dan negatif. Hal negatif ini yang menjadi masalah seperti pesan-
pesan palsu yang disebarkan oleh oknum tidak bertanggung jawab dengan maksud
tertentu seperti menimbulkan perpecahan,“ jelas Rudi.

Rudi menghimbau kepada seluruh masyarakat di Indonesia supaya tidak sembarangan


di dalam dunia maya, sebab dunia maya merupakan dunia yang tidak terbatas. “Peran
pemerintah ada 2 yaitu meningkatkan literasi dan membatasi akses seperti situs
pronografi dan sebagainya. Saat ini yang kami lakukan adalah pembatasan akses,
namun sebetulnya peningkatan literasi itu hal yang lebih bagus agar masyarakat
Indonesia dapat memilih dan memilah informasi atau konten yang akan mereka
konsumsi,“ papar Rudi. (KenFitriani/Radio Edukasi/BPMRPK Kemdikbud)

Dampak Modernisasi Perilaku terhadap


Budaya
https://teraju.umrah.ac.id/dampak-moderenisasi-perilaku-terhadap-budaya/

Modernisasi merupakan suatu transformasi total dari kehidupan bersama yang


tradisional atau pra modern dalam artian teknologis serta organisasi sosial kearah pola-
pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri negara-negara barat yang stabil (Soerjono
Soekanto: 2007). Modernisasi yang terjadi membawa dampak positif maupun negatif.
Salah satu dampak positif ialah berkembangnya IPTEK mempermudah masyarakat
mencari berbagai informasi, merubah mindset dari masyarakat tradisional (irasional)
menjadi masyarakat modern (rasional), sedangkan dampak negatif yang dirasakan
misal kenakalan remaja didukung dengan semakin mudahnya mengakses situs dengan
bebas, munculnya sikap individualistik yang membuat sebagian masyarakat lupa akan
kedudukan dirinya sebagai makhluk sosial, dan lunturnya jati diri suatu bangsa karena
dengan bangga masyarakat mengangunggkan hal yang bersifat western (kebarat-
baratan) dalam hal kuliner, lifestyle, d.s.b.
Dalam konteks tersebut di lihat akibat moderinisasi prilaku terhadap kebudayaan
kebudayaan di indonesia yang sekarang hanya dipegang lalu dilestarikan dan diimani
oleh kalangan orang tua saja dan generasi muda hampir tidak ada upaya dalam
melestarikan budaya tersebut dari hal yang terkecil, salah satunya bahasa, “Sebanyak
726 dari 746 bahasa daerah di indonesia terancam punah karena generasi muda
enggan mengunakan bahasa tersebut. Bahkan kini hanya tersisa 13 bahasa daerah
yang memiliki penutur di atas satu juta orang. Itupun sebagian generasi tua
(Kompas,14/11/2007)”. Sedangkan anak muda di kota ini berbondong-bondong
mengunakan bahasa yang tren agar mencari jati diri sebagai generasi milenial atau
‘kids jaman now’ sehingga dalam melestarikan bahasa daerah tersebut hilang
tergerusnya zaman.
Khususnya di Kepulauan Riau, Saat ini peranan budaya dan adat istiadat tidak sekental
dahulu, sehingga semakin lama semakin menipis dan melemah, tidak dipungkiri peran
pemerintah kurang mensosialisasinya betapa pentingnya melestarikan budaya hingga
etika dan prilaku orang melayu akibatnya banyak sudah unsur westernisasi yang masuk
ke dalam masyarakat yang menghantam generasi muda. Indikasi yang banyak muncul
salah satunya ialah fenomena pergaulan bebas. Jika dahulu saya melihat anak muda
orang melayu sangat sopan-santun dan mengetahui apa yang pantas dan tidak pantas
dilakukan, sehingga saya berpikir inilah budaya melayu yang sesungguhnya. Namun
saat ini pergaulan remaja antara pria dan wanita seakan tiada batas penghalang karena
kurangnya wawasan serta warisan orang tua terdahulu tidak melekat dalam jiwanya
sendiri. Bagaimana tidak, seringkali kita jumpai sampai kesudut kota pasangan muda-
mudi bergandengan, berpelukan sampai tinggal bersama dalam satu atap. Hal ini tak
selayaknya dilakukan mengingat pasangan tersebut belum sah dimata agama dan
hukum, mereka pun juga berdomisili di tempat ini dimana khasanah melayu akan moral
dijunjung. Tak khayal membuat masyarakat geram dengan prilaku yang tidak pantas ini.
Dalam fakta empiris tidak satupun masyarakat sekitar yang menegurnya dalam prilaku
menyimpang karena lemahnya etika hingga norma budaya orang melayu tersebut.

Studi kasus salah satu mahasiswa Sosiologi FISIP UMRAH dalam skripsinya
membahas tentang fenomena prilaku pergaulan bebas masyarakat di rumah kos
kelurahan sungai jang kota Tanjungpinang yang menjelaskan prilaku pergaulan bebas
bisa terjadi dikalangan pelajaran maupun mahasiswa karena jauh dari pantauan orang
tua hingga mereka berani melakukan hal yang tak pantas itu. Namun hal ini dilakukan
tak lepas karena kurangnya pengawasan dari warga sekitar. Kurangnya kontrol sosial
dengan lingkungan masyarakat yang ada dikawasan sungai jang dan penghuni kos
dengan bebasnya bisa melakukan segala sesuatu yang melanggar aturan-aturan,
norma sosial. Menunjukkan begitu kurangnya kontrol sosial yang dilakukan masyarakat
terhadap lingkungan sekitar. Yang konon masyarakat melayu itu menjunjung nilai
keramah-tamahan, peduli sekitar. Sekarang telah berubah menjadi individu yang apatis
(tidak peduli akan lingkungan sekitar). Sangat disayangkan degradasi moral mulai
terjadi. Padahal Jika dilihat diawal tentang penjabaran nilai kemelayuan yang kokoh
sangat berbanding tebalik dengan kenyataan saat ini. Dan ini perlu kajian lebih dalam
mengingat kota Tanjungpinang bagian dari falsafah kemelayuan.
Gelombang modernisasi yang kian menerpa seakan sangat mudah menenggelamkan
orang-orang yang tidak siap dengan perkembangan zaman, mau tak mau masyarakat
harus mengikutinya. Dilihat dari segi geografis, salah satunya di kota Tanjungpinang
merupakan bagian dari wilayah berbudaya melayu. Dan masih terasa sekali kentalnya
nilai budaya melayu tempo dulu. Awalnya, masyarakat melayu ialah masyarakat yang
sangat menunjung tinggi nilai adat sopan santun melekat di dalam diri setiap orang
melayu. Secara historis tertuang dalam ‘Gurindam 12’ yang tiap pasalnya berisikan
pepatah bijak, pesan moral, dan nasehat. Bukan hanya karya tulis, Kepulauan Riau
juga memiliki kekayaaan adat resam melayu yang seringkali kita dengar ‘adat
bersendikan syara, syara bersandikan kitabullah’. Secara harfiah dapat diartikan bahwa
adat melayu bersendikan hukum agama dan hukum agama bersendikan kitab Allah,
yaitu Al-quran. Maknanya norma-norma sosial di dalam masyarakat dijadikan adat dan
dijadikan sebagai pegangan hidup dan mengaktualisasikan diberbagai aspek
kehidupan.
Alangkah baiknya sebagai generasi muda melayu ikut andil dalam meneruskan nilai
kemelayuan, mencintai budaya sendiri serta ikut menerapkan nilai positif dalam
berbagai aspek kehidupan. Sebab, jika bukan kita yang menjaga, mempertahankan
akan membuat hilang diterpa derasnya modernisasi. Seperti yang dikatakan Gubernur
Kepri Nurdin Basirun yang baru-baru ini berpesan kepada generasi muda Kepri agar
tidak melupakan budaya dan sejarah negeri ini. Dan sayang sekali jika nilai kearifan itu
hilang membuat generasi seterusnya tidak akan mengenal budaya sendiri.***

Pengaruh Media Sosial Terhadap Perilaku


Masyarakat
https://sulselprov.go.id/welcome/post/pengaruh-media-sosial-terhadap-perilaku-masyarakat

Penggunaan sarana media komunikasi saat ini telah berkembang begitu pesat seiring
dengan kemajuan teknologi komunikasi, dimana kita diperhadapkan kepada banyak
pilihan untuk dapat menyampaikan/mengakses informasi baik melalui media
konvensional seperti media cetak maupun media elektronik dan yang paling
berkembang adalah media sosial.

Pengertian media sosial adalah sebuah media on line, dimana para penggunanya bisa
dengan mudah berpartisipasi, berbagi dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial
(Facebook, Youtube, Myspace dan Twitter), wiki, forum dan dunia virtual. Dalam
penggunaan media sosial yang paling sering digunakan orang adalah jejaring sosial,
karena situs ini memungkinkan orang untuk membuat web page pribadi, yang dapat
terhubung dengan teman-teman untuk berbagi informasi dan berkomunikasi.

Dari sekian banyak jejaring social, penggunaan Facebook dan Twitter yang paling


banyak digandrungi orang karena lebih praktis, ekonomis dan murah penggunaannya.
Cukup memiliki smartphone maka kita sudah dapat mengakses informasi kapan dan
dimana saja melalui media social, dan yang paling menarik karena kita dapat
menyampaikan informasi terkait dengan kegiatan-kegiatan kita, baik yang sifatnya
pribadi maupun kelompok.

Penggunaan media sosial telah merambah hampir semua lapisan dan golongan, baik
pejabat pemerintahan, pengusaha, pedagang, Ustas, mahasiswa, pelajar, dll.
Penggunaan sosial media pertama kali dilakukan melalui pengiriman surat elektronik
pertama oleh peneliti ARPA (Advenced Research Project Agency) pada tahun 1971,
yang berkembang melahirkan situs GeoCities tahun 1995 yang melayani Web
Hosting yaitu layanan penyewaan penyimpanan data website agar halaman website
bisa diakses dari mana saja. Kemudian lahir namanya situs jejaring siosia lpada tahun
1997, pada tahun 1999 muncul situs untuk membuat blok pribadi, yaitu Blogger, yang
menawarkan penggunanya bisa membuat halaman situs sendiri yang dapat memuat
hal tentang apapun termasuk hal pribadi, tanpa mengeluarkan uang banyak dan tenaga
kerja. Pengguna sosial media bebas membuat pesan, mengedit, menambahkan,
memodifikasi tulisan, gambar dan video, grafis dan sebagainya. Semua dapat dilakukan
sendiri tanpa bantuan orang lain, praktis bukan?  Inilah yang menyebabkan media
sosial berkembang begitu pesat.

Dampak Positif Media Sosial

Penggunaan media sosial memberikan dampak yang sangat positif terutama dalam
melakukan interaksi baik secara sosial, politik maupun ekonomi. Penggunaan media
sosial memberikan kemudahan dalam berkomunikasi, baik teman, keluarga yang tidak
memungkinkan dilakukan melalui face to face karena faktor jarak.

Kita dapat mengirimkan  informasi-informasi yang dibutuhkan dengan mudah dan


cepat, begitu pula dalam mengakses informasi yang kita butuhkan. Kita banyak
dipertemukan teman atau keluarga yang sudah lama tidak pernah bertemu melalui
media sosial facebook. Media sosial dapat dijadikan sarana untuk saling berbagi, saling
bertukar foto, data dan dokumen lainnya. Media sosial juga dapat digunakan sebagai
sarana promosi dengan berbagai produk/jasa yang dapat ditawarkan kepada pengguna
media sosial tanpa harus mengeluarkan biaya yang besar tetapi dengan keuntungan
yang berlipat ganda. Jadi tidak heran kalau saat ini telah menjamur bisnis on
line melalui media sosial, bahkan di kota-kota besar penggunaan komunikasi politik
melalui media sosial menjadi media yang cukup ampuh untuk mempengaruhi pasangan
calon.

Dampak Negatif Media Sosial

Penggunaan media sosial juga dapat memberikan dampak yang negatif terhadap
masyarakat, seperti yang kita lihat sekarang media sosial dijadikan media untuk
menanamkan kebencian terhadap orang lain dengan mengunggah kata-kata atau
gambar yang tidak etis sehingga terbangun rasa tidak senang dan benci terhadap
seseorang, terutama mereka yang memiliki posisi penting baik di pemerintahan maupun
lembaga-lembaga Negara.

Media sosial dijadikan sarana untuk mencaci maki bahkan mempropokasi orang lain,
perilaku  ini sangat berbahaya apalagi yang menyangkut kelangsungan hidup
bernegara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mungkin  kedepan sebelum
terlalu kebablasan perlu ada kontrol untuk mengatur pemanfaatan media sosial sebagai
sarana komunikasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Penggunaan media sosial juga berdampak kepada hubungan suami istri, karena dapat
memicu kecemburuan antar pasangan jika salah satu pasangan membangun hubungan
yang tidak wajar. Banyak sekali kasus-kasus yang kita lihat dimana dalam suatu rumah
tangga hancur berantakan dan akhirnya bercerai akibat penggunaan media sosial yang
tidak terkontrol dan yang menanggung resikonya adalah anak-anak yang tidak
bersalah.

Media Sosial dan Perubahan Perilaku

Penggunaan media sosial juga membawa perubahan perilaku terhadap masyarakat.


Sebagai contoh, kita sudah jarang berkomunikasi dengan lingkungan sekitar, semisal
pada saat antri di loket-loket pelayanan, mereka masing-masing sibuk
dengan smartphonenya tanpa memperdulikan orang-orang sekitarnya, bahkan banyak
orang yang kita lihat termasuk teman sekantor kita pekerjaannya tidak selesai bahkan
terbengkalai karena sibuk berkomentar atau memberikan komentar-komentar
melalui facebook, yang sebenarnya tidak terlalu bermanfaat untuk dirinya.
Dan yang paling memprihatinkan adalah dampak media sosial terhadap perilaku anak-
anak kita yang masih remaja, mereka menjadi apatis dan cuek dengan lingkungannya,
kita orang tua semakin sulit berkomunikasi dengan anak-anak kita, apalagi diharapkan
membantu menyelesaikan pekerjaan rumah. Media sosial menjadikan anak-anak kita
semakin malas belajar dan susah diatur, karena hampir semua waktunya dihabiskan
untuk mengutak-atik informasi, baik di sekolah, di luar sekolah ataupun di rumah. Anak-
anak lebih memilih media sosial untuk mencurahkan unek-uneknya dari pada orang
tuanya, dan yang paling parah hampir semua persoalan yang dihadapi dia sampaikan
ke media sosial, termasuk hal-hal yang sipatnya pribadi sehingga semua orang tahu,
padahal mestinya orang tidak perlu tahu. mereka tidak menyadari bahwa apa yang kita
sampaikan sudah menjadi konsumsi publik dan sulit ditarik kembali. Persoalan ini tidak
dapat dibiarkan, perlu ada solusi mengingat anak-anak kita adalah harapan kita yang
akan melanjutkan estafet kepemimpinan kedepan. (Hernawati)

Kenapa Tawuran Masih Kerap Terjadi? Ini


PenjelasanPsikolog
https://www.kompas.com/tren/read/2019/09/05/182139465/kenapa-tawuran-masih-kerap-terjadi-ini-
penjelasan-psikolog?page=all

JAKARTA, KOMPAS.com - Tawuran antar warga terjadi di kawasan Manggarai, tepatnya di depan
pasar Raya Manggarai, Setiabudi, Jakarta Selatan, Selasa (3/9/2019) sekitar pukul 16.30 WIB.
Adapun para warga yang terlibat adalah dari Tebet, Jakarta Selatan dan Menteng, Jakarta Pusat.
Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Koentjoro Soeprapto mengatakan,
tawuran yang terjadi di Manggarai sudah berlangsung lama dan terjadi karena banyak faktor.
Faktor-faktor tersebut antara lain kepadatan penduduk, jurang yang kaya dan miskin begitu besar,
lalu lintas yang padat hingga akhirnya menyulut agresivitas massa dan menjadi mudah disulut
kemarahannya. Selain itu, ada banyak faktor lain yang melatarbelakangi tawuran yang terjadi akhir-
akhir ini. "Ada tiga faktor yang menjadi penyebab tawuran, faktor karena memang diadu, faktor
kepentingan, dan dendam lama," kata Koentjoro saat dihubungi Kompas.com, Kamis (5/9/2019).
Menurutnya, alasan warga ataupun pelajar melakukan tawuran adalah untuk mendapat pengakuan
dari orang lain. "Karena pada dasarnya, manusia memiliki sifat kebinatangan. Dari situ akan timbul
rasa ingin diakui atau ingin terlihatwah,"lanjutnya.

Bibit Tawuran Koentjoro menyebutkan, motivasi seseorang untuk melakukan tawuran juga dapat
muncul dari sejak keluarga. Misalnya saja saat pembagian warisan. Dalam pembagian warisan
tersebut salah satunya adalah membagikan tanah. Bila tanah yang didapat dipermasalahkan, maka
akan dibela mati-matian atau dalam bahasa jawa disebut sakdumuk batuk, sanyari bumi. Hal
tersebut sudah menggambarkan salah satu bibit tawuran. Selain itu, Koentjoro mencontohkan kasus
yang terjadi di Papua kemarin adalah karena masalah ketersinggungan yang telah terjadi sejak
lama. "Penyebabnya karena mereka sangat tersinggung, tentu tersinggungnya bukan hanya
kemarin dan masuknya kepentingan lain, tetapi sudah menumpuk hingga akhirnya meledak,"
paparnya. Dirinya menambahkan, tawuran di desa dan di kota penyebabnya berbeda. "Kalau di
desa tawuran terjadi karena nilai dan masalahnya sepele, misalnya perebutan tanah dan saat
nonton dangdut lalu bersenggolan akhirnya menimbulkan tawuran antar geng. Bila di kota, terjadi
karena mobilisasi massa, artinya menyewa preman," imbuhnya. Faktor Kepentingan Menurutnya, di
luar negeri jarang terjadi tawuran. Yang terjadi seperti di Hongkong kemarin adalah karena faktor
kepentingan. Tetapi antar kampung jarang terjadi, dikarenakan masyarakat di luar negeri lebih
individualis. "Di luar negeri tidak ada orang yang nongkrong atau berkumpul, kalau di Indonesia
banyak. Kegiatan tersebut dapat memicu dan menyulut tawuran," terangnya. Lebih lanjut, Koentjoro
juga memberikan saran-saran kepada para orang tua dan anak-anaknya agar tidak melakukan
tawuran. Pertama yakni selalu mengingatkan dan mengontrol anaknya. Hal itu diperlukan untuk
pencegahan.  "Yang kedua, buat apa sih tawuran? selalu ingatkan kepada anak-anak kita, tidak ada
yang untung. Saya menggunakan kata-kata njuk piye? terus bagaimana? apa terus juara? kan gak
dapat apa-apa," tutupnya.

Cyber Crime Meningkat Tajam di


Masa Pandemi
https://fisip.ui.ac.id/bhakti-cybercrime-menjadi-jenis-kejahatan-yang-mengalami-
peningkatan-cukup-tinggi/

Series webinar BNPB bersama Satgas Covid-19 dengan tema Modus Baru Cyber Crime di Tengah
Pandemi Covid-19” yang di laksanakan pada Kamis (15/07) via channel YouTube MNC Koran
Sindo. Menghadirkan pembicara Bhakti Eko Nugroho, M.A (Sekertaris dan Dosen Departemen
Kriminologi FISIP UI) mengulas situasi pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia menyebabkan
sebagian masyarakat terpaksa harus kehilangan banyak hal dari segala aspek kehidupan. Salah
satunya adalah pekerjaan, hal ini menjadi salah satu faktor adanya peningkatan angka kriminalisasi.
Semenjak awal pandemi sampai saat ini diketahui bahwa terdapat berbagai modus kejahatan yang
kerap terjadi di lingkungan masyarakat.
Faktanya bukan hanya kegiatan secara fisik saja yang terjadi bahkan cybercrime juga menjadi salah
satu jenis kejahatan yang mengalami peningkatan cukup tinggi, modusnya juga kian beragam,
seperti oknum yang meminta sumbangan dengan mengatasnamakan korban pandemi, pencurian
data dan pembobolan rekening, hal ini merupakan hal yang harus di waspadai secara bersama
mengingat tindak kejahatan ini tidak memandang bulu.
Cybercrime adalah segala aktivitas illegal yang digunakan oleh pelaku kejahatan dengan
menggunakan teknologi sistem informasi jaringan komputer yang secara langsung menyerang
teknologi sistem informasi dari korban. Namun secara lebih luas kejahatan cyber bisa juga di artikan
sebagai segala tindak illegal yang didukung dengan teknologi komputer.
“Target pelaku adalah device atau hardware atau software atau juga data personal dari korban. Sifat
dari cybercrime ini adalah baik pelaku maupun korbannya sama-sama invisible atau tidak terlihat,
hal ini yang membuat jenis cybercrime ini punya kompleksitas sendiri. Pelaku potensial dari
jenis cybercrime ini, dia bisa dari kelompok yang geologis ataupun kelompok yang berbisnis secara
illegal dan individu tertentu” jelas Bhakti.
Menurut Bhakti, keuntungan pelaku di aktivitas cybercrime adalah yang pertama memungkinkan
anonimitas jadi pelaku dengan lebih mudah menyembunyikan identitas mereka, kedua adalah ketika
pelaku melaksanakan kejahatan diruang cyber ada jeda waktu yang memungkinkan pelaku lebih
leluasa untuk menghilangkan barang bukti agar mengecoh dan mencegah respon dari upaya-upaya
yang dilakukan oleh penegak hukum.
Pengguna internet baik di dunia maupun di Indonesia setiap tahunnya semakin meningkat, tentunya
ada sisi positif dari jaringan internet yang tinggi, namun dari sisi negatifnya tentunya internet atau
teknologi informasi ini menjadi tools baru yang digunakan oleh pelaku kejahatan untuk merugikan
orang lain.
Menurut data dari POLRI, bulan April 2020 sampai di bulan ini, setidaknya ada 937 kasus yang
dilaporkan. Dari 937 kasus tersebut ada tiga kasus dengan angka tertinggi yaitu kasus provocative,
hate content and hate speech yang paling banyak dilaporkan, sekitar 473 kasus. Kemudian disusul
oleh penipuan online dengan 259 kasus dan konten porno dengan 82 kasus.
“Lalu mengapa angka kasus provocative, hate content and hate speech ini menjadi yang tertinggi,
hal ini dipengaruhi oleh residues politik di Indonesia yang terjadi beberapa waktu lalu baik pemilihan
daerah maupun pemilu nasional yang membelah masyarakat menjadi dua. Hal tersebut terbawa
hingga saat ini dimana saat pandemi terjadi seharusnya masyarakat Indonesia bersatu untuk
melawan wabah ini tetapi malah saling bertengkar dan menyalahkan satu sama lain” ujar Bhakti.
Ada kejahatan baru selama pandemi ini terjadi yaitu memanfaatkan barang dan alat kesehatan
dengan menaikan harga diatas normal atau bahkan menimbunnya yang menjadikan kelangkaan di
masyarakat umum. Selain itu juga informasi hoaks tentang pandemi Covid-19 yang disebar luaskan
oleh beberapa tokoh dan kemudian ditangkap oleh polisi. Para pelaku ini memanfaatkan dan
mengambil keuntungan dari kerentaan, ketidakberdayaan dan keterbatasan masyarakat selama
pandemi ini terjadi.

Kejahatan Ekonomi di Era


Modern
https://fahum.umsu.ac.id/kejahatan-ekonomi-di-era-modern/

Di era modern kehidupan ekonomi antara satu negara dengan negara lain semakin
saling tergantung, sehingga ketentuan hukum di bidang perdagangan internasional dan
bisnis transnasional semakin diperlukan. Kejahatan korporasi yang semakin canggih
baik bentuk atau jenisnya maupun modus operandinya sering melampaui batas-batas
negara (transborder crime) dan juga sering dipengaruhi oleh negara lain akibat era
globalisasi. Berkembangnya kegiatan ekonomi di Indonesia mempunyai sisi positif dan
negatif bagi masyarakat. Kejahatan ekonomi pencucian uang menjadi salah satu sisi
negatif dari kegiatan ekonomi modern saat ini.

Pengertian Tindak Pidana Pencucian Uang dapat dilihat ketentuan dalam pasal 1 UU
Nomor 8 Tahun 2010 dijelaskan bahwa Pencucian Uang adalah segala perbuatan yang
memenuhi unsur-unsur tindak pidana sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang
ini. Dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa tindak pidana pencucian uang merupakan suatu
bentuk kejahatan yang dilakukan baik oleh seseorang dan/atau korporasi dengan
sengaja menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk, menukarkan
dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan itu, termasuk juga yang
menerima dan mengusainya.

Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau menyamarkan


asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai
cara agar harta kekayaan hasil kejahatannya sulit ditelusuri oleh penegak hukum.
Sehingga mereka dapat dengan mudahnya memanfaatkan harta kekayaan tersebut
baik untuk kegiatan yang sah maupun tidak sah. Tindak Pidana Pencucian Uang tidak
hanya mengancam stabilitas dan integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan,
melainkan juga dapat membahayakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.

Beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh Tindak Pidana Pencucian Uang
(Money Laundering) terhadap masyarakat berupa;

1. Money Laundering memungkinkan para penjual dan pengedar narkoba, para


penyelundup dan penjahat lainnya untuk dapat memperluas kegiatan operasinya. Hal
ini meningkatkan biaya penegakan hukum untuk memberantasnya dan biaya perawatan
serta pengobatan kesehatan bagi para korban atau para pecandu narkoba.
Memungkinkan para penjual dan pengedar narkoba, para penyeludup dan para
penjahat lainnya untuk dapat memperluas kegiatan operasinya. Hal ini akan
meninggkatkan biaya penegakan hukum untuk memberantasnya dan biaya perawatan
serta pengobatan kesehatan bagi para pecandu narkoba
2. Kegiatan Money Laundering mempunyai potensi tidak baik bagi keuangan masyarakat,
sebagai akibat dari besarnya jumlah uang yang terlibat dalam kegiatan tersebut.
Potensi untuk melakukan korupsi meningkat bersama dengan peredaran jumlah uang
haram yang sangat besar
3. Money Laundering juga dapat mengurangi pendapatan pemerintah dari sektor pajak
dan secara tidak langsung merugikan pembayar pajak yang taat pajak.
4. Mudahnya uang masuk ke negara-negara maju telah menarik unsur yang tidak di
iginkan melalui perbatasan, menurunkan tingkat kualitas hidup dan meningkatkan
kekhawatiran terhadap keamanan nasional. Sifat Money Laundering sudah menjadi
universal dan bersifat International yakni melintasi batasan-batasan yuridis negara.
Transaksi dari negara ke negara sekarang sudah sangat mudah, yaitu melaui sistem
internet, pembayaran dilakukan melalui bank secara elektronik. Maka tidak heran jika
money laundering sudah biasa disebut sebagi kejahatan transnasional, karena praktik
Money Laundering dapat dilakukan oleh seseorang tanpa harus berpergian keluar
negeri.
Di sisi lain, Pencucian Uang dalam hukum Islam tidak dijelaskan secara tekstual dalam
al-Qur’an maupun as-Sunnah, tetapi Al-Qur’an mengungkap prinsip-prinsip umum untuk
mengantisipasi perkembangan zaman, dimana dalam kasus-kasus yang baru dapat
diberikan status hukumnya, pengelompokan jarimah-nya, dan sanksi yang akan
diberikan. Dalam hal ini Islam sangat memperhatikan adanya kejelasan dalam
perolehan harta benda seseorang

Anda mungkin juga menyukai