Anda di halaman 1dari 7

THE NEW RULES OF THE WORLD

Film ini merupakan usaha john dan kawan-kawan dalam mengungkap sisi sebenarnya dari globalisasi. Beliau menggambarkan bagaimana sesungguhnya globalisasi dijadikan kedok oleh para kapitalis untuk menguasai ekonomi berbagai negara terutama negara berkembang. John mengambil latar negara Indonesia sebagai obyek penelitiannya. Dia mengaitkan kehidupan rakyat yang penuh derita, lalu kapitalisme yang dilakukan oleh MNC (multi nasional corporate) dan juga kekejaman rejim soeharto. Film diawali dengan tampilan mengenai gaya hidup glamour yang dilakukan oleh orang-orang di kota-kota besar, kemudian mengarah pada berbagai produk yang dihasilkan oleh berbagai merek terkenal. Babak selanjutnya memperlihatkan bagaimana proses produksi produk-produk bermerek tersebut (dalam kasus ini produk bermerek GAP) yang ternyata sangat memprihatinkan, sangat menyiksa buruh-buruh. Buruh-buruh digaji dengan standar yang sangat minim. Sebagai contohnya, jumlah gaji untuk seluruh buruh pabrik sepatu Nike di Indonesia sangat jauh di bawah fee yang diterima oleh Tiger Wood untuk mempromosikan produk tersebut. Globalisasi Globalisasi adalah proses pengintegrasian ekonomi nasional kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan keyakinan pada perdagangan bebas yang telah dicanangkan pada masa kolonialisme. Globalisasi ini ditandai dengan liberalisasi segala bidang yang dipaksakan melalui structural adjustment program oleh lembaga finansial global.

Globalisasi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan adanya krisis pembangunan. Krisis pembangunan mempunyai ancaman terhadap pengurangan ketidakstabilan sturktural dari transisi pembangunan pada pyoyek globalisasi. Hal tersebut termasuk dalam masalah buruh, krisis legitimasi kebijakan pemerintah, perubahan finansial pasar, dan berkembangnya sektor informal.

Di dalam film ini menjelaskan mengenai dampak kebijakan globalisasi yang dirasakan oleh negara-negara dunia ketiga, khususnya Indonesia. Film berdurasi 53 menit tersebut sangat lugas dalam mengkritisi kelemahan-kelemahan kebijakan globalisasi. Jhon

Pilger sangat apik dalam memaparkan dampak kebijakan globalisasi yang menimpa mayoritas rakyat di Indonesia. Film tersebut juga mendokumentasikan gerakan-gerakan yang ber sifat global dalam menentang kebijakan globalisasi, salah satunya dari Dita Sari pimpinan organisasi buruh di Indonesia, Taylor dari Globalization Resistance, Barry Coates dari gerakan pembangunan dunia, George dan Dr. Vandana Shiva dari

Environmenatalis. Mereka sepakat bahwa kebijakan globalisasi dan pasar bebas telah menimbulkan tatanan ekonomi dunia yang tidak adil sehingga eksploitasi manusia atas manusia lain telah menjadikan jurang antara si kaya dan si miskin semakin lebar.

Dari film ini, bukan hanya dampak negatif globalisasi terhadap suatu negara, tetapi kita juga bisa menyaksikan bagaimana globalisasi dapat membentuk suatu jejaring sosial dan solidaritas internasional. Film ini di tutup oleh liputan aksi dari gerakan anti globalisasi di seattle untuk menghambat pertemuan World Trade Organization (WTO), dan aksi mayday di London yang bagi Perdana Menteri Inggris Tony Blair yang sekaligus pimpinan partai buruh, disebut sebagai aksi turun ke jalan untuk tujuan Palsu. Gelombang menentang globalisasi yang tidak pernah diberitakan oleh media massa telah terjadi di banyak negara. Di Seattle banyak aktivis menyaksikan untuk pertama kalinya, kaum buruh tampil sebagai sebuah kekuatan dalam perjuangan sosial. ahkan para aktivis dari Eropa, yang memang pernah menyaksikan kaum buruh ikut aksi protes politik, masih cenderung melihat mereka sebagai sebuah lapisan aristokratik (labour aristocracy) yang ikut beruntung dari eksploitasi dunia ketiga. Namun di Seattle para serikat buruh Amerika ikut berdemonstrasi. Tiba-tiba para aktivis mulai sadar bahwa perjuangan melawan PHK dan melawan efisiensi kapitalis di barat bisa digabungkan dengan perjuangan melawan kemiskinan di dunia ketiga dan pengrusakan lingkungan alam

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa transformasi telah membawa kita pada globalisme, sebuah kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu. Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama, perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial. Hal inilah yang membuat perubahan perilaku komunitas-komunitas yang telah ada. Mereka tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat ekslusif, tetapi mereka berusaha

menunjukan bahwa komunitas mereka membawa sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat. Indonesia pada era reformasi, hadir dengan eforia demokrasi yang hanya bersifat instrumental. Negara ini memiliki berbagai instrumen demokrasi seperti pemilihan umum, pembagian kekuasaan, berbagai organisasi dan lembaga swadaya masyarakat sipil, dan lain sebagainya. Akan tetapi, dinamika politik yang terjadi menunjukan bahwa substansi demokrasi belum tercipta dengan sempurna. Partai politik yang seharusnya membawa artikulasi masyarakat Indonesia banyak yang hanya sampai pada membawa kepentingan partainya. Berbagai ormas dan LSM yang diharapkan menjadi sarana membangun civil society ternyata banyak digunakan untuk kepentingan politik praktis. Fenomena-fenomena tersebut kemudian membuat masyarakat sipil memilih untuk empowering diri mereka sendiri untuk memperjuangkan hidup mereka.

Kesempatan Ekonomi

Bisa kita lihat di dalam film ini bahwa akibat dari penjajahan ekonomi, kesempatan ekonomi bagi bangsa dan Negara Indonesia sangatlah kecil. Rendahnya lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia tentu menjadi salah satu faktor penyebab masalah ini. Hasilnya banyak dari penduduk rela bekerja apa saja hanya untuk mendapatkan uang agar bisa mencukupi kehidupannya sehari-hari. Hal ini pun dimanfaatkan oleh negara-negara kapitalis untuk membuka pabrik-pabrik besar. Negara kapitalis tersebut mendapatkan keuntungan karena mereka mendapatkan tenaga kerja dengan jumlah besar tanpa harus mengeluarkan uang banyak untuk mengurusi kesejahteraan mereka.

Film ini mendekati dengan apa yang dijelaskan Andre Gunder Frank. Frank mengatakan bahwa kapitalisme, baik yang global maupun yang nasional, adalah faktor yang telah menghasilkan keterbelakangan di masa lalu dan yang terus mengembangkan keterbelakangan dimasa sekarang. Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi, politik dan social yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari sistem kapitalisme. Keterbelakangan di negara-negara pinggiran adalah akibat langsung sari terjadinya pembangunan di negara-negara pusat.

Menurut Frank, dalam rangka mencari keuntungan yang sebesar-besarnya, kaum borjuasi di negara-negara metropolis berkerjasama dengan pejabat pemerintah di negara-

negara satelit (negara pinggiran), dan kaum borjuasi yang berdominan. Sebagai akibat kerjasama dengan pejabat pemerintah antara modal asing dan pemerintah setempat, muncullah kebijakan-kebijakan pemerintah yang menguntungkan modal asing dan borjuasi lokal, dengan mengorbankan kepentingan rakyat banyak negara tersebut.

Apa yang dijelaskan oleh Frank ini, berkaitan sekali dengan yang ditampilkan dalam film The New Rules of The World. Dimana yang menjadi negara pinggirannya adalah negara Indonesia dan yang menjadi kaum borjuis adalah lembaga bantuan seperti IMF, World Bank, dan WTO. Di sini bantuan yang diberikan oleh lembaga yang katanya untuk membantu memperbaiki perekonomian Indonesia, akan tetapi di balik itu mereka punya tujuan untuk mencari keuntungan.

Ciri-ciri dari teori yang disampaikan Frank ini, cocok dengan apa yang terjadi dalam perekonomian di Indonesia yang ditunjukan dalam film ini, seperti kehidupan ekonomi yang tergantung, terjadinya kerjasama antata modal asing dengan klas-klas yang berkuasa, seperti pemerintah, terjadi ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.

Sebagian dari teori yang dikembangkan Dos Santos juga berkaitan dengan apa yang disaksikan dalam film ini. Di sini negara Indonesia termasuk dalam bentuk ketergantungan financial-industrial, yang mengatakan negara pinggiran masih dikuasai oleh kekuatankekuatan financial dan industrial negara pusat, sehingga praktis ekonomi negara pinggiran merupakan satelit negara pusat. Negara pinggiran masih mengekspor bahan mentah bagi kebutuhan industri negara pusat. Negara pusat menanamkan modalnya, baik langsung atau melalui kerjasama dengan pengusaha lokal, untuk menghasilkan bahan baku ini.

Apa yang ditampilkan dalam film documenter ini, merupakan hambatan dalam melakukan industrialisasi yang merupakan usaha mengatasi keterbelakangan negara pinggiran yang dibahas Dos Santos. Seperti yang dikatakan Dos Santos, neraca perdagangan internasional negara-negara pinggiran terus mengalami deficit karena: nilai tukar yang terus menurun dari komoditi primer terhadap barang industri, sektor ekonomi yang paling dinamis biasanya dikuasai oleh modal asing. Karena itu, keuntungan dari sektor ini diserap kembali ke negara-negara maju. Oleh karena itu, pinjaman luar negeri menjadi penting untuk menutupi deficit yang terjadi, dan untuk membiayai proses industrialisasi. Menurut Dos

Santos, hambatan yang paling besar bagi pembanggunan di negara-negara pinggiran adalah karena mereka menyatukan diri dengan sistem internasional dan dan mengikuti hukum perkembangannya.

Dalam hal ini, Indonesia berusaha menyatukan diri dengan sistem internasional yang ditawarkan IMF, World Bank dan WTO, karena terlalu percaya dengan apa yang diimingimingi oleh IMF terhadap kemakmuran negara Indonesia. Akan tetapi Indonesia belum mampu untu masuk kedalam sistem tersebut.

Harkat Martabat Bangsa

Harkat dan martabat bangsa itu akan dijunjung dan dipertahankan oleh bangsa yang bersangkutan. Untuk mempertahankan martabatnya, suatu bangsa akan berjuang dengan sekuat tenaga karena hal itu demi kehormatan dan kejayaan bangsanya.

Karena harkat dan martabat bangsa adalah kehormatan yang tidak ternilai harganya. Oleh sebab itu semua bangsa di dunia sudah pasti menginginkan agar martabat dan harga dirinya dihormati dan dihargai oleh orang lain. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat, bangsa Indonesia juga punya harga diri di antara bangsa-bangsa lain didunia. Karena itu, kita yang menjadi bagian dari seluruh bangsa Indonesia, harus peduli untuk ikut mengangkat harkat, derajat, dan kedudukan yang terhormat bagi kemajuan bangsa. Sebagai bangsa yang hidup dalam sebuah negara berdasarkan Pancasila, mengembangkan sikap saling menghargai adalah suatu kewajiban. Kita tidak boleh bersikap sewenang-wenang terhadap bangsa lain. Hal ini mengandung arti bahwa kita juga harus menghormati bangsa lain, karena semua bangsa mempunyai harkat dan martabat yang sama, yaitu sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa. Oleh karena itu semua manusia dan semua bangsa tidak boleh dibeda-bedakan. Namun, akhir-akhir ini telah terjadi banyak pelanggaran ham yang merendahkan harkat dan martabat manusia. Misalnya saja seperti contoh di dalam film ini dijelaskan bahwa terjadinya ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin. Selain itu contoh yang lainnya adalah bahwa buruh di Indonesia rata-rata digaji sekitar Rp 9000 perhari, yang merupakan upah minimal resmi yang ditetapkan oleh pemerintah, bahkan pemerintah mengatakan bahwa upah tersebut

sudah merupakan upah tertinggi di Indonesia. Selain upah yang minim, para pekerja atau buruh dipaksa untuk kerja lembur seharian penuh, bahkan hampir 36 jam non-stop. Bukan itu saja setiap mereka memproduksi barang dengan harga Rp 112 ribu, mereka hanya mendapatkan kurang lebih Rp 500 dari harga produksi, sedangkan untuk sebuah sepatu yang dijual seharga Rp1,4 juta, mereka hanya mendapatkan Rp 5000. Bahkan jika ada permintaan lebih untuk di ekspor, para pekerja dipaksa lembur selama 16 jam berdiri tanpa diperbolehkan duduk. Mereka tidak hanya menderita secara fisik namun juga menderta secara batin. Mereka beranggapan bahwa harga diri mereka diinjak-injak dengan semena-mena dan diperlakukan seperti binatang. Di dalam film ini dapat dilihat bahwa harkat martabat bagsa kita sangat diinjak-injak da diperlakukan seperti binantang oleh bangsa lain. Sedangkan ternyata pemerintah Indonesia tidak maksimal membantu mereka. Hal ini memang miris namun, pemerintah seharusnya berusaha sekuat mungkin agar harkat dan martabat mereka tidak diinjak-injak karena setiap manusia berhak bebas dari hal-hal yang merendahkan harkat martabat manusia. Sehingga manusia dapat hidup aman, nyaman dan tenteram lahir dan batin. Kita sebagai kaum muda sejak dini harus belajar menghargai dan menghormati harkat dan martabat manusia agar negara kita terbebas dari pelanggaran-pelanggaran yang dapat merusak harga diri bangsa. Semoga bangsa Indonesia yang akan datang akan lebih baik dan bebas dari merendahkan harkat dan martabat manusia sehingga tercipta negara yang aman, nyaman, dan tenteram.

Pemeliharaan Lingkungan

Pengertian

dari

pemeliharaan

lingkungan

adalah

upaya

yang

dilakukan

agar lingkungan hidup mendapatkan perlindungan dan dipertahankan dari pengaruh-pengaruh luar dan kerusakan akibat ulah manusia, misalnya pencemaran, bising, pemanasan global, dan perusakan sumber daya alam.

Di dalam film ini dijelaskan bahwa di dalam pembangunan suatu negara, terdapat tiga aktor penting yaitu civil society, state, dan market. Di dalam film tersebut digambarkan sebuah keadaan dimana market lah yang memberikan arahan pembangunan kepada pemerintah, sedangkan peran civil society adalah sangat minimalis karena dibatasi oleh market dengan tangan state. Ini terlihat sekali perekonomian yang terjadi di Indonesia yang

digambarkan dalam film ini adalah bentuk ekonomi jenis makro, pembangunan terjadi bagi rakyat golongan atas, dimana terjadi pengeksplotasian Sumber Daya Alam dan Sumber Daya Manusia. Sehingga menyebabkan persoalan baru, yaitu kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam.

Bisa kita simpulkan bahwa, akibat penjajahan ekonomi di Negara Indonesia yang dilakukan oleh Negara lain yang sangat mementingkan profit di masa jabatan presiden Soeharto juga sangat merugikan di dalam segi pemeliharaan lingkungan hidup, mereka mengeksploitasi alam di Negara kita dengan semena-mena.

Seharusnya dulu pemerintah kita harus tegas dalam membantu bangsa kita yang sedang dijajah dalam segi ekonomi maupun pemeliharaan lingkungan ini. Dalam usaha mengembangkan perlindungan terhadap lingkungan di bidang produksi industrial, pengembangan yang stabil pada kebijakan pemeliharaan lingkungan perusahaan harus dilakukan. Secara konsekuen, karena perlindungan terhadap lingkungan adalah suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai