Orang-orang yang kontra terhadap globalisasi memaparkan sikap politis orang-orang dan
kelompok yang menentang perjanjian dagang global dan lembaga-lembaga yang mengatur
perdagangan antar negara seperti Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Kebanyakan mereka berpikir untuk melakukan perlawanan terhadap ekonomi dan sistem
perdagangan global saat ini, yang menurut mereka mengikis lingkungan hidup, hak-hak
buruh, kedaulatan nasional, dunia ketiga, dan banyak lagi penyebab-penyebab lainnya.
Bisa juga dibilang bahwa globalisasi adalah bentuk campur tangan dari pihak luar terhadap
nilai budaya dalam negeri.
Terlepas dari pihak yang pro dan kontra terhadap globalisasi, suka atau tidak suka globalisasi
merupakan suatu proses yang tidak dapat dielakkan. Suka atau tidak suka semua Negara
semakin lama terikat oleh sIstem ekonomi global.
Memang globalisasi dapat menjadi pedang bermata dua. Disatu sisi globalisasi merupakan
kendaraan yang berfungsi besar bagi kemajuan ekonomi dan teknologi untuk meredam
konflik internasioinal. Globalisasi merupakan mesin yang efektif bagi evolusi ekonomi yang
damai bagi integrasi masyarakat dunia.
Disisi lain globalisasi dapat menjadi sebaliknya, yaitu dapat mengancam kemerdekaan dan
nilai sosial budaya suatu bangsa jika menggunakan kacamata konsep luar. Walaupun begitu,
ancaman yang mungkin muncul itu sesungguhnya dapat diimbangi dengan faedah jika kita
menerapkan aturan umum yang sesuai dengan tatanan masyarakat globalisasi.
KONTRA: Kita tidak bisa menyalahkan orang tua sebagai penyebab seseorang
menjadi pelaku kriminal! Mungkin memang ada pelaku kriminal yang disebabkan
salah bimbingan orang tua, namun jauh lebih banyak pelaku kriminal yang
memang sudah memiliki sifat tidak baik dari dirinya sendiri, atau tuntutan hidup.
Semisal seorang manusia yang sangat miskin, membutuhkan makanan, dan
akhirnya ia terpaksa melakukan tindak kejahaan dengan merampok. Ia tidak
diajari orang tuanya, namun keadaanlah yang mendesaknya untuk melakukan
tindak kriminal.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mengajak seluruh gubernur dan bupati/wali kota
seluruh Indonesia untuk mengutamakan penggunaan Bahasa Indonesia. Sebab, kondisi
penggunaan bahasa Indonesia saat ini cukup mencemaskan.
Ajakan itu disampaikan Kepala Badan Bahasa Kemdikbus melalui surat Nomor
5947/G/BS/2016 tentang Pemartabatan Bahasa Indonesia (terlampir).Ajakan serupa juga
disampaikan kepada para direktur utama seluruh BUMN dan BUMD, termasuk Angkasa
Pura, Garuda Indonesia, Pertamina, dan PT Kereta Api Indonesia.
"Hal itu tampak dalam penggunaan bahasa Indonesia pada papan-papan nama
gedung/bangunan, papan petunjuk, kain rentang, dan iklan di ruang publik yang nyaris
tergeser oleh penggunaan bahasa asing," kata Dadang dalam keterengan tertulisnya, Senin
(15/8/2016).
Dilanjutkannya, kondisi yang hampir serupa juga terjadi pada penggunaan bahasa dalam
administrasi pemerintahan seperti yang tercermin pada surat-surat dinas dan laporan. Kaidah
bahasa yang selama ini telah dibakukan belum sepenuhnya diterapkan dengan baik dan benar.
Kondisi itu menggambarkan bahwa bahasa Indonesia yang merupakan simbol kedaulatan dan
jati diri bangsa belum sepenuhnya dimartabatkan di negeri sendiri.
Dadang berharap agar dalam penamaan dan pemberian izin penamaan para pihak yang terkait
mengutamakan penggunaan bahasa Indonesia sesuai dengan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan. Untuk keperluan itu, bahasa asing boleh saja digunakan di bawah
penamaan dalam bahasa Indonesia.
"Bahasa asing memang sangat penting untuk kita kuasai agar kita mampu bersaing dan
berperan dalam kehidupan global. Namun, bahasa Indonesia jauh lebih penting untuk
diutamakan karena merupakan jati diri dan citra bangsa yang selama ini telah mampu
membangun keindonesiaan kita dan juga telah mampu mempersatukan berbagai suku bangsa
dengan beragam budaya, bahasa, dan adat-istiadatnya ke dalam satu kesatuan bangsa
Indonesia.
Terkait dengan itu, lanjutnya, bahasa-bahasa daerah pun sebagai bagian dari kekayaan
budaya bangsa perlu dilestarikan. "Dengan komitmen bersama untuk memartabatkan bahasa
Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, bahasa Indonesia
diharapkan benar-benar dapat menjadi citra, jati diri, dan simbol kedaulatan bangsa,"
tutupnya.