Disusun oleh :
- Anggun Vanessa Tampubolon
- Daniel Simarmata
- Rizky Siburian
- Tika Sitanggang
- Sonia Panjaitan
- Putri Siahaan
SUMATERA UTARA
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR
dengan lancar.
Kami juga tidak lupa mengucapkan
banyak terimakasih pada guru
pembina kami, yang setiap saat selalu memberikan
saran dan kritik yang membangun. Juga kepada
pihak sekolah yang mengizinkan kami untuk
melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Balige,
pada siswa-siswi SMA Negeri 2 Balige yang turut
serta dalam penelitian ini, serta orang tua dan
masyarakat yang ikut membantu dan mendukung
penelitian kami ini
Harapan kami, semoga pembaca dan
penulis sama-sama dapat memahami lebih jauh
tentang dampak sistem zonasi terhadap kemajuan
SMA Negeri 2. Akhir kata, semoga hasil penelitian
kami dapat bermanfaat bagi masyarakat, dan
menjadi pembelajaran bagi kita semua.
PE
standar
mempromosikan
produk tersebut.
Globalisasi
yang
dari
komunitas yang
telah ada. Mereka tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat
ekslusif, tetapi mereka berusaha
menunjukan bahwa komunitas mereka membawa sesuatu
substansi
hidup mereka.
Kesempatan Ekonomi
atau
negara
perkembangannya.
bangsa lain didunia. Karena itu, kita yang menjadi bagian dari
tersebut
sudah merupakan upah tertinggi di Indonesia. Selain upah
yang minim, para pekerja atau
permintaan
Pemeliharaan Lingkungan
yang
digambarkan dalam film ini adalah bentuk ekonomi
mena.
industrial,
Bagian 2
Film dokumenter ini membahas sistem ekonomi globalisasi,
terutama dampaknya pada Indonesia, di mana barang-barang
terkenal diproduksi di negara-negara miskin dengan upah
buruh rendah, seringkali dalam kondisi yang menyerupai
perbudakan. John Pilger, dalam film ini, mengajukan
pertanyaan apakah “Desa Global” seperti ini adalah masa
depan umat manusia. Pertanyaan ini menjadi tema utama
dalam dokumenter tersebut. John Pilger menjelaskan bahwa
film ini diilhami oleh aksi protes para anak muda yang
menentang globalisasi, yang menurutnya merupakan salah
satu gerakan protes terbesar sejak tahun 1960-an, dengan
tujuan meningkatkan kemakmuran dan mengatasi
kemiskinan.
Bagian 3
Teks tersebut mengulas sejarah tragis globalisasi di Asia,
khususnya di Indonesia, di mana pabrik-pabrik besar, bank,
dan hotel-hotel mewah dibangun di atas pembunuhan massal
sekitar satu juta orang pada masa Soeharto. Meskipun banyak
orang Barat mencoba melupakan peristiwa ini, sebagian
orang Indonesia masih mencari kebenaran. Sejarah ini
mencakup konspirasi yang mendukung Soeharto oleh
Amerika Serikat, Inggris, dan pemimpin bisnis Barat.
Pembunuhan massal ini menjadi landasan bagi Soeharto
untuk berkuasa, dan ekonomi Indonesia diarahkan oleh
Amerika untuk memberikan akses ke sumber daya alam dan
tenaga kerja murah. Ini mengakibatkan perubahan ekonomi
yang mendalam di Indonesia. Meskipun pembantaian
tersebut adalah salah satu yang terburuk di abad ke-20,
perannya dalam globalisasi seringkali diabaikan. Perusahaan-
perusahaan Barat dan Indonesia kemudian bertemu untuk
merencanakan pengambilalihan perusahaan di Indonesia,
yang menandai awal globalisasi. Yang mencengangkan
adalah bahwa pembunuhan massal tersebut jarang
disebutkan dalam konteks konferensi ini, menciptakan
dampak kontroversial. Teks ini menggambarkan sejarah yang
tragis dan misterius terkait dengan globalisasi di Indonesia.
Bagian 4
Globalisasi dimulai di Inggris pada tahun 1980-an saat
Margaret Thatcher melakukan liberalisasi ekonomi dengan
menghancurkan sebagian besar manufaktur dan
mengalokasikan dana besar untuk industri senjata. Indonesia
menjadi pasar senjata yang signifikan bagi Inggris, dengan
Jenderal Suharto menjual berbagai peralatan militer. Inggris
memberikan jutaan poundsterling dalam kredit ekspor
kepada Suharto, yang pada akhirnya dibayar oleh pembayar
pajak Inggris. Kepentingan Suharto dalam bisnis ini terlihat
ketika ia diterima oleh Ratu Inggris. Pusat Kerajaan Baru,
yang lebih besar dari Kerajaan Inggris, berlokasi di
Washington, dekat Gedung Putih dan Departemen Keuangan
AS. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF)
berperan sebagai agen negara-negara kaya, terutama Amerika
Serikat.
Bagian 5
Penulis melakukan wawancara dengan Nicholas Stern, kepala
ekonom Bank Dunia, mengenai kehilangan atau penggelapan
hampir 30 persen pinjaman Bank Dunia ke Indonesia. Mereka
juga meragukan angka dalam laporan yang menyebut bahwa
20 hingga 30 persen dana anggaran pembangunan
pemerintah Indonesia dialihkan melalui pembayaran
informal. Penulis berpendapat bahwa perhitungan
kemiskinan berdasarkan pendapatan sulit ditentukan, dan
menganggap angka kematian bayi lebih dapat diandalkan.
Globalisasi menciptakan utang, yang pada akhirnya
memengaruhi masyarakat miskin. Penulis mempertanyakan
apakah penghapusan utang adalah satu-satunya cara untuk
mengentaskan kemiskinan, menggarisbawahi pentingnya
kebijakan negara dalam hal pendidikan, kesehatan, dan
integritas ekonomi. Lembaga globalisasi disorot karena belum
mengatasi masalah hak asasi manusia dan menciptakan
ketidaksetaraan global.
Bagian 6
perbedaan pandangan tentang globalisasi. Pembicara
menyoroti bahwa tidak ada bukti yang menghubungkan
globalisasi dengan diskriminasi dan bahwa globalisasi
sebenarnya dapat meningkatkan pendapatan di Indonesia.
Namun, ada juga penekanan pada penurunan hak-hak
pekerja dan dampak negatifnya terhadap sebagian
masyarakat. Terdapat diskusi tentang protes global melawan
globalisasi dan dampaknya, serta peran media dalam
melaporkan berita tersebut. Pembicara menekankan perlunya
keterlibatan massa dalam mengatasi isu-isu ini dan
menentang perusahaan global yang belum diatur sepenuhnya
dalam sistem internasional. Selain itu, ada penekanan pada
keberhasilan gerakan melawan perjanjian investasi
multilateral dan upaya untuk mengatasi propaganda yang
digunakan oleh korporasi dan negara-negara adidaya.
Bagian 7
Dampak globalisasi di negara-negara kaya seperti Inggris.
Meskipun terdapat pertumbuhan ekonomi yang dirayakan
dalam sektor keuangan, terdapat juga masalah yang
meningkat, termasuk kemiskinan anak-anak dan kesenjangan
sosial yang semakin lebar. Banyak orang bertanya mengapa
mereka tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan
yang memengaruhi hidup mereka, terutama ketika hanya
sebagian kecil penduduk yang memilih pemerintahan.
Terdapat perdebatan tentang apakah ada alternatif untuk
sistem yang ada, dan keinginan untuk menghapus lembaga-
lembaga seperti Bank Dunia, IMF, dan Organisasi Perdagangan
Dunia demi lembaga yang lebih demokratis dan akuntabel.
Dokumen dari Komando Luar Angkasa AS menunjukkan
ambisi negara adidaya dalam mempertahankan dominasi
ekonomi dunia dengan melibatkan militer. Teks ini
mengeksplorasi pertanyaan mengapa masyarakat harus
menerima kondisi ini dan menghadapi bahaya yang ada.