Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN ANALISIS FILM MEW

RULES OF THE WORLD

Disusun oleh :
- Anggun Vanessa Tampubolon
- Daniel Simarmata
- Rizky Siburian
- Tika Sitanggang
- Sonia Panjaitan
- Putri Siahaan

SMA NEGERI 2 BALIGE

SUMATERA UTARA

T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, atas

berkatnya yang melimpah sehingga kami dapat


menyelesaikan laporan kami ini dengan baik dan
selesai tepat pada waktunya.

Penelitian yang kami kerjakan ini berisikan


analisis informasi dari film documenter “New Rules
of The World”. Banyak kendala dan hal-hal
menarik yang terjadi di dalam penelitian yang
kami lakukan ini. Namun karena dukungan dan
sumbangan ide dari banyak pihak, akhirnya
penelitian ini dapat berjalan

dengan lancar.
Kami juga tidak lupa mengucapkan
banyak terimakasih pada guru
pembina kami, yang setiap saat selalu memberikan
saran dan kritik yang membangun. Juga kepada
pihak sekolah yang mengizinkan kami untuk
melakukan penelitian di SMA Negeri 2 Balige,
pada siswa-siswi SMA Negeri 2 Balige yang turut
serta dalam penelitian ini, serta orang tua dan
masyarakat yang ikut membantu dan mendukung
penelitian kami ini
Harapan kami, semoga pembaca dan
penulis sama-sama dapat memahami lebih jauh
tentang dampak sistem zonasi terhadap kemajuan
SMA Negeri 2. Akhir kata, semoga hasil penelitian
kami dapat bermanfaat bagi masyarakat, dan
menjadi pembelajaran bagi kita semua.

Balige, 23 Okltober 2023


Anggun Vanessa Tampubolon
B

PE

Film ini merupakan usaha john dan kawan-kawan

dalam mengungkap sisi sebenarnya dari globalisasi. Beliau


menggambarkan bagaimana sesungguhnya globalisasi

dijadikan kedok oleh para kapitalis untuk menguasai ekonomi

berbagai negara terutama negara berkembang. John

mengambil latar negara Indonesia sebagai obyek

penelitiannya. Dia mengaitkan kehidupan rakyat yang penuh

derita, lalu kapitalisme yang dilakukan oleh MNC (multi

nasional corporate) dan juga kekejaman rejim soeharto.

Film diawali dengan tampilan mengenai gaya hidup

glamour yang dilakukan oleh orang-orang di kota-kota besar,

kemudian mengarah pada berbagai produk yang dihasilkan

oleh berbagai merek terkenal. Babak selanjutnya

memperlihatkan bagaimana proses produksi

produk-produk bermerek tersebut (dalam kasus ini produk

bermerek GAP) yang ternyata sangat memprihatinkan,

sangat menyiksa buruh-buruh. Buruh-buruh digaji dengan

standar

yang sangat minim. Sebagai contohnya, jumlah gaji untuk

seluruh buruh pabrik sepatu Nike di Indonesia sangat jauh di

bawah fee yang diterima oleh Tiger Wood untuk

mempromosikan

produk tersebut.

Globalisasi

Globalisasi adalah proses pengintegrasian ekonomi

nasional kepada sistem ekonomi dunia berdasarkan

keyakinan pada perdagangan bebas yang telah dicanangkan

pada masa kolonialisme. Globalisasi ini ditandai dengan


liberalisasi segala bidang yang dipaksakan melalui structural

adjustment program oleh lembaga finansial global.

Globalisasi yang terjadi di Indonesia mengakibatkan

adanya krisis pembangunan. Krisis pembangunan

mempunyai ancaman terhadap pengurangan ketidakstabilan

sturktural dari transisi pembangunan pada pyoyek

globalisasi. Hal tersebut termasuk dalam masalah

buruh, krisis legitimasi kebijakan pemerintah, perubahan

finansial pasar, dan berkembangnya sektor informal.

Di dalam film ini menjelaskan mengenai dampak

kebijakan globalisasi yang dirasakan oleh negara-negara

dunia ketiga, khususnya Indonesia. Film berdurasi 53 menit

tersebut sangat lugas dalam mengkritisi kelemahan-

kelemahan kebijakan globalisasi. Jhon


Pilger sangat apik dalam memaparkan dampak kebijakan

globalisasi yang menimpa mayoritas rakyat di Indonesia.

Film tersebut juga mendokumentasikan gerakan-gerakan

yang

ber sifat global dalam menentang kebijakan globalisasi,


salah satunya dari Dita Sari

pimpinan organisasi buruh di Indonesia, Taylor dari

Globalization Resistance, Barry Coates dari gerakan

pembangunan dunia, George dan Dr. Vandana Sh

dari

Environmenatalis. Mereka sepakat bahwa kebijakan


globalisasi dan pasar bebas telah menimbulkan tatanan
ekonomi dunia yang tidak adil sehingga eksploitasi
manusia atas

manusia lain telah menjadikan jurang antara si kaya dan si


miskin semakin lebar.

Dari film ini, bukan hanya dampak negatif

globalisasi terhadap suatu negara, tetapi kita juga bisa

menyaksikan bagaimana globalisasi dapat membentuk suatu

jejaring sosial dan solidaritas internasional. Film ini di tutup

oleh liputan aksi dari gerakan anti globalisasi di seattle untuk

menghambat pertemuan World Trade Organization (WTO),

dan aksi mayday di London yang bagi Perdana Menteri

Inggris Tony Blair yang sekaligus pimpinan partai buruh,

disebut sebagai aksi turun ke jalan untuk “tujuan Palsu”.


Gelombang menentang globalisasi
yang tidak pernah diberitakan oleh media massa telah
terjadi di banyak negara. Di Seattle

banyak aktivis menyaksikan untuk pertama kalinya, kaum

buruh tampil sebagai sebuah kekuatan dalam perjuangan

sosial. ahkan para aktivis dari Eropa, yang memang pernah

menyaksikan kaum buruh ikut aksi protes politik, masih

cenderung melihat mereka sebagai sebuah lapisan “aristokratik”


(labour aristocracy) yang ikut beruntung dari eksploitasi dunia

ketiga. Namun di Seattle para serikat buruh Amerika ikut

berdemonstrasi. Tiba-tiba para aktivis mulai sadar bahwa


perjuangan melawan PHK dan melawan “efisiensi” kapitalis di
barat bisa digabungkan dengan perjuangan melawan
kemiskinan di dunia ketiga dan

pengrusakan lingkungan alam

Kennedy dan Cohen menyimpulkan bahwa

transformasi telah membawa kita pada globalisme, sebuah

kesadaran dan pemahaman baru bahwa dunia adalah satu.

Giddens menegaskan bahwa kebanyakan dari kita sadar

bahwa sebenarnya diri kita turut ambil bagian dalam sebuah

dunia yang harus berubah tanpa terkendali yang ditandai

dengan selera dan rasa ketertarikan akan hal sama,

perubahan dan ketidakpastian, serta kenyataan yang

mungkin terjadi. Sejalan dengan itu, Peter Drucker

menyebutkan globalisasi sebagai zaman transformasi sosial.

Hal inilah yang membuat perubahan perilaku komunitas-

komunitas yang
telah ada. Mereka tidak lagi menjadi sesuatu yang bersifat
ekslusif, tetapi mereka berusaha
menunjukan bahwa komunitas mereka membawa sesuatu

yang bermanfaat bagi masyarakat. Indonesia pada era

reformasi, hadir dengan eforia demokrasi yang hanya

bersifat instrumental. Negara ini memiliki berbagai

instrumen demokrasi seperti pemilihan umum,

pembagian kekuasaan, berbagai organisasi dan lembaga

swadaya masyarakat sipil, dan lain sebagainya. Akan tetapi,

dinamika politik yang terjadi menunjukan bahwa

substansi

demokrasi belum tercipta dengan sempurna. Partai politik


yang seharusnya membawa artikulasi masyarakat Indonesia
banyak yang hanya sampai pada membawa kepentingan

partainya. Berbagai ormas dan LSM yang diharapkan menjadi

sarana membangun civil society ternyata banyak digunakan

untuk kepentingan politik praktis. Fenomena-fenomena

tersebut kemudian membuat masyarakat sipil memilih untuk

empowering diri mereka sendiri untuk memperjuangkan

hidup mereka.

Kesempatan Ekonomi

Bisa kita lihat di dalam film ini bahwa akibat dari


penjajahan ekonomi, kesempatan ekonomi bagi bangsa dan
Negara Indonesia sangatlah kecil. Rendahnya lapangan
pekerjaan
yang ada di Indonesia tentu menjadi salah satu faktor

penyebab masalah ini. Hasilnya banyak dari penduduk rela

bekerja apa saja hanya untuk mendapatkan uang agar bisa

mencukupi kehidupannya sehari-hari. Hal ini pun

dimanfaatkan oleh negara-negara kapitalis untuk membuka

pabrik-pabrik besar. Negara kapitalis tersebut mendapatkan

keuntungan karena mereka mendapatkan tenaga kerja dengan

jumlah besar tanpa harus mengeluarkan uang

banyak untuk mengurusi kesejahteraan mereka.

Film ini mendekati dengan apa yang dijelaskan


Andre Gunder Frank. Frank mengatakan bahwa
kapitalisme, baik yang global maupun yang nasional, adalah
faktor yang

telah menghasilkan keterbelakangan di masa lalu dan yang

terus mengembangkan keterbelakangan dimasa sekarang.

Keterbelakangan merupakan sebuah proses ekonomi,

politik dan social yang terjadi sebagai akibat globalisasi dari

sistem kapitalisme. Keterbelakangan di negara-negara

pinggiran adalah akibat langsung sari terjadinya

pembangunan di negara-negara pusat.

Menurut Frank, dalam rangka mencari keuntungan yang


sebesar-besarnya, kaum

borjuasi di negara-negara metropolis berkerjasama dengan


pejabat pemerintah di negara-
negara satelit (negara pinggiran), dan kaum borjuasi yang

berdominan. Sebagai akibat kerjasama dengan pejabat

pemerintah antara modal asing dan pemerintah setempat,

muncullah kebijakan-kebijakan pemerintah yang

menguntungkan modal asing dan borjuasi lokal, dengan

mengorbankan kepentingan rakyat banyak negara tersebut.

Apa yang dijelaskan oleh Frank ini, berkaitan sekali


dengan yang ditampilkan dalam film The New Rules of The
World. Dimana yang menjadi negara pinggirannya adalah
negara

Indonesia dan yang menjadi kaum borjuis adalah lembaga

“bantuan” seperti IMF, World Bank, dan WTO. Di sini bantuan

yang diberikan oleh lembaga yang katanya untuk membantu

memperbaiki perekonomian Indonesia, akan tetapi di balik itu

mereka punya tujuan untuk mencari keuntungan.

Ciri-ciri dari teori yang disampaikan Frank ini, cocok dengan


apa yang terjadi dalam

perekonomian di Indonesia yang ditunjukan dalam film ini,


seperti kehidupan ekonomi yang

tergantung, terjadinya kerjasama antata modal asing dengan


klas-klas yang berkuasa, seperti
pemerintah, terjadi ketimpangan antara yang kaya dan yang
miskin.
Sebagian dari teori yang dikembangkan Dos Santos

juga berkaitan dengan apa yang disaksikan dalam film ini. Di

sini negara Indonesia termasuk dalam bentuk ketergantungan

financial-industrial, yang mengatakan negara pinggiran masih

dikuasai oleh kekuatan- kekuatan financial dan industrial

negara pusat, sehingga praktis ekonomi negara pinggiran

merupakan satelit negara pusat. Negara pinggiran masih

mengekspor bahan mentah bagi kebutuhan industri negara

pusat. Negara pusat menanamkan modalnya, baik langsung

atau

melalui kerjasama dengan pengusaha lokal, untuk


menghasilkan bahan baku ini.

Apa yang ditampilkan dalam film documenter ini,

merupakan hambatan dalam melakukan industrialisasi

yang merupakan usaha mengatasi keterbelakangan

negara

pinggiran yang dibahas Dos Santos. Seperti yang dikatakan

Dos Santos, neraca perdagangan internasional negara-negara

pinggiran terus mengalami deficit karena: nilai tukar yang

terus menurun dari komoditi primer terhadap barang

industri, sektor ekonomi yang paling dinamis

biasanya dikuasai oleh modal asing. Karena itu, keuntungan

dari sektor ini diserap kembali ke negara-negara maju. Oleh

karena itu, pinjaman luar negeri menjadi penting untuk

menutupi deficit yang terjadi, dan untuk membiayai proses


industrialisasi. Menurut Dos
Santos, hambatan yang paling besar bagi pembanggunan di

negara-negara pinggiran adalah karena mereka menyatukan

diri dengan sistem internasional dan dan mengikuti hukum

perkembangannya.

Dalam hal ini, Indonesia berusaha menyatukan diri


dengan sistem internasional yang

ditawarkan IMF, World Bank dan WTO, karena terlalu


percaya dengan apa yang diiming- imingi oleh IMF
terhadap kemakmuran negara Indonesia. Akan tetapi
Indonesia belum

mampu untu masuk kedalam sistem tersebut.

Harkat Martabat Bangsa

Harkat dan martabat bangsa itu akan dijunjung dan


dipertahankan oleh bangsa yang

bersangkutan. Untuk mempertahankan martabatnya, suatu

bangsa akan berjuang dengan sekuat tenaga karena hal itu

demi kehormatan dan kejayaan bangsanya.

Karena harkat dan martabat bangsa adalah kehormatan

yang tidak ternilai harganya. Oleh sebab itu semua bangsa di

dunia sudah pasti menginginkan agar martabat dan harga

dirinya dihormati dan dihargai oleh orang lain.


Bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermartabat,

bangsa Indonesia juga punya harga diri di antara bangsa-

bangsa lain didunia. Karena itu, kita yang menjadi bagian dari

seluruh bangsa Indonesia, harus peduli untuk ikut

mengangkat harkat, derajat, dan kedudukan yang terhormat

bagi kemajuan bangsa.

Sebagai bangsa yang hidup dalam sebuah


negara berdasarkan Pancasila,

mengembangkan sikap saling menghargai adalah suatu


kewajiban. Kita tidak boleh bersikap sewenang-wenang
terhadap bangsa lain. Hal ini mengandung arti bahwa
kita juga harus

menghormati bangsa lain, karena semua bangsa mempunyai

harkat dan martabat yang sama, yaitu sebagai makhluk

Tuhan Yang Maha Esa.

Oleh karena itu semua manusia dan semua bangsa


tidak boleh dibeda-bedakan.

Namun, akhir-akhir ini telah terjadi banyak pelanggaran ham

yang merendahkan harkat dan martabat manusia. Misalnya

saja seperti contoh di dalam film ini dijelaskan bahwa

terjadinya ketimpangan antara yang kaya dan yang miskin.

Selain itu contoh yang lainnya adalah bahwa

buruh di Indonesia rata-rata digaji sekitar Rp 9000 perhari,

yang merupakan upah minimal resmi yang ditetapkan oleh

pemerintah, bahkan pemerintah mengatakan bahwa upah

tersebut
sudah merupakan upah tertinggi di Indonesia. Selain upah
yang minim, para pekerja atau

buruh dipaksa untuk kerja lembur seharian penuh, bahkan

hampir 36 jam non-stop. Bukan itu saja setiap mereka

memproduksi barang dengan harga Rp 112 ribu, mereka

hanya mendapatkan kurang lebih Rp 500 dari harga produksi,

sedangkan untuk sebuah sepatu yang dijual seharga Rp1,4

juta, mereka hanya mendapatkan Rp 5000. Bahkan jika ada

permintaan

lebih untuk di ekspor, para pekerja dipaksa lembur selama 16


jam berdiri tanpa diperbolehkan duduk. Mereka tidak hanya
menderita secara fisik namun juga menderta secara batin.
Mereka

beranggapan bahwa harga diri mereka diinjak-injak dengan

semena-mena dan diperlakukan seperti binatang.

Di dalam film ini dapat dilihat bahwa harkat martabat

bagsa kita sangat diinjak-injak da diperlakukan seperti

binantang oleh bangsa lain. Sedangkan ternyata pemerintah

Indonesia tidak maksimal membantu mereka. Hal ini

memang miris namun, pemerintah seharusnya

berusaha sekuat mungkin agar harkat dan martabat mereka

tidak diinjak-injak karena setiap manusia berhak bebas dari

hal-hal yang merendahkan harkat martabat manusia.

Sehingga manusia dapat hidup aman, nyaman dan


tenteram lahir dan batin. Kita sebagai kaum muda sejak
dini harus belajar menghargai dan menghormati harkat
dan

martabat manusia agar negara kita terbebas dari

pelanggaran-pelanggaran yang dapat merusak harga diri

bangsa. Semoga bangsa Indonesia yang akan datang akan

lebih baik dan

bebas dari merendahkan harkat dan martabat manusia

sehingga tercipta negara yang aman, nyaman, dan tenteram.

Pemeliharaan Lingkungan

Pengertian dari pemeliharaan lingkungan adalah


upaya yang
dilakukan agar lingkungan hidup
mendapatkan perlindungan dan dipertahankan dari
pengaruh-pengaruh

luar dan kerusakan akibat ulah manusia, misalnya


pencemaran, bising, pemanasan global, dan

perusakan sumber daya alam.

Di dalam film ini dijelaskan bahwa di dalam

pembangunan suatu negara, terdapat tiga aktor penting yaitu

civil society, state, dan market. Di dalam film tersebut

digambarkan sebuah keadaan dimana market lah yang

memberikan arahan pembangunan kepada

pemerintah, sedangkan peran civil society adalah sangat

minimalis karena dibatasi oleh market dengan tangan state.

Ini terlihat sekali perekonomian yang terjadi di Indonesia

yang
digambarkan dalam film ini adalah bentuk ekonomi

jenis makro, pembangunan terjadi bagi rakyat golongan

atas, dimana terjadi pengeksplotasian Sumber Daya

Alam dan Sumber Daya Manusia. Sehingga

menyebabkan persoalan baru, yaitu kerusakan

lingkungan akibat eksploitasi sumber daya alam.

Bisa kita simpulkan bahwa, akibat penjajahan


ekonomi di Negara Indonesia yang dilakukan oleh
Negara lain yang sangat mementingkan profit di masa
jabatan presiden

Soeharto juga sangat merugikan di dalam segi

pemeliharaan lingkungan hidup, mereka

mengeksploitasi alam di Negara kita dengan semena-

mena.

Seharusnya dulu pemerintah kita harus tegas

dalam membantu bangsa kita yang sedang dijajah

dalam segi ekonomi maupun pemeliharaan lingkungan

ini. Dalam usaha mengembangkan perlindungan

terhadap lingkungan di bidang produksi

industrial,

pengembangan yang stabil pada kebijakan


pemeliharaan lingkungan perusahaan harus
dilakukan. Secara konsekuen, karena perlindungan
terhadap lingkungan adalah suatu hal yang sangat
penting untuk dilakukan.
bagian 1
Salah satu gerakan protes yang signifikan sejak tahun 1960-an
dipicu oleh fenomena yang disebut Globalisasi.. Globalisasi
adalah ketika sekelompok kecil individu yang memiliki
kekuasaan secara tak terduga menjadi lebih kaya daripada
seluruh penduduk di benua Afrika. Ini terjadi melalui
keterlibatan hanya 200 perusahaan, yang berhasil
mengendalikan seperempat ekonomi dunia, sementara
konsumen di jalan-jalan besar tidak menyadari hal ini.
Produk-produk dari merek terkenal sebagian besar
diproduksi di negara-negara yang sangat miskin, dengan
upah buruh yang sangat rendah, hampir seperti kondisi
buruh. Di seluruh dunia, hampir semua barang tersebut
dapat dibeli, asalkan kita memiliki uang, sementara mereka
yang kurang beruntung akan menderita seperti buruh,
terutama penduduk di daerah terpencil atau desa yang
bekerja keras demi keuntungan para investor di kota besar.

Bagian 2
Film dokumenter ini membahas sistem ekonomi globalisasi,
terutama dampaknya pada Indonesia, di mana barang-barang
terkenal diproduksi di negara-negara miskin dengan upah
buruh rendah, seringkali dalam kondisi yang menyerupai
perbudakan. John Pilger, dalam film ini, mengajukan
pertanyaan apakah “Desa Global” seperti ini adalah masa
depan umat manusia. Pertanyaan ini menjadi tema utama
dalam dokumenter tersebut. John Pilger menjelaskan bahwa
film ini diilhami oleh aksi protes para anak muda yang
menentang globalisasi, yang menurutnya merupakan salah
satu gerakan protes terbesar sejak tahun 1960-an, dengan
tujuan meningkatkan kemakmuran dan mengatasi
kemiskinan.
Bagian 3
Teks tersebut mengulas sejarah tragis globalisasi di Asia,
khususnya di Indonesia, di mana pabrik-pabrik besar, bank,
dan hotel-hotel mewah dibangun di atas pembunuhan massal
sekitar satu juta orang pada masa Soeharto. Meskipun banyak
orang Barat mencoba melupakan peristiwa ini, sebagian
orang Indonesia masih mencari kebenaran. Sejarah ini
mencakup konspirasi yang mendukung Soeharto oleh
Amerika Serikat, Inggris, dan pemimpin bisnis Barat.
Pembunuhan massal ini menjadi landasan bagi Soeharto
untuk berkuasa, dan ekonomi Indonesia diarahkan oleh
Amerika untuk memberikan akses ke sumber daya alam dan
tenaga kerja murah. Ini mengakibatkan perubahan ekonomi
yang mendalam di Indonesia. Meskipun pembantaian
tersebut adalah salah satu yang terburuk di abad ke-20,
perannya dalam globalisasi seringkali diabaikan. Perusahaan-
perusahaan Barat dan Indonesia kemudian bertemu untuk
merencanakan pengambilalihan perusahaan di Indonesia,
yang menandai awal globalisasi. Yang mencengangkan
adalah bahwa pembunuhan massal tersebut jarang
disebutkan dalam konteks konferensi ini, menciptakan
dampak kontroversial. Teks ini menggambarkan sejarah yang
tragis dan misterius terkait dengan globalisasi di Indonesia.

Bagian 4
Globalisasi dimulai di Inggris pada tahun 1980-an saat
Margaret Thatcher melakukan liberalisasi ekonomi dengan
menghancurkan sebagian besar manufaktur dan
mengalokasikan dana besar untuk industri senjata. Indonesia
menjadi pasar senjata yang signifikan bagi Inggris, dengan
Jenderal Suharto menjual berbagai peralatan militer. Inggris
memberikan jutaan poundsterling dalam kredit ekspor
kepada Suharto, yang pada akhirnya dibayar oleh pembayar
pajak Inggris. Kepentingan Suharto dalam bisnis ini terlihat
ketika ia diterima oleh Ratu Inggris. Pusat Kerajaan Baru,
yang lebih besar dari Kerajaan Inggris, berlokasi di
Washington, dekat Gedung Putih dan Departemen Keuangan
AS. Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF)
berperan sebagai agen negara-negara kaya, terutama Amerika
Serikat.

IMF dan Bank Dunia, meskipun awalnya dibentuk untuk


membantu pemulihan ekonomi Eropa pasca-Perang Dunia II,
sekarang menawarkan pinjaman kepada negara-negara
miskin dengan syarat privatisasi ekonomi dan akses
perusahaan-perusahaan Barat ke sumber daya dan pasar
mereka. Pembayaran utang telah menjadi instrumen yang
memungkinkan IMF dan Bank Dunia mengatur kebijakan
mereka di negara berkembang. Situasi saat ini adalah bahwa
negara-negara miskin terjebak dalam kemiskinan yang tidak
dapat mereka atasi, dan penghapusan utang belum cukup
untuk memungkinkan mereka keluar dari perangkap
kemiskinan ini.

Teks ini menggambarkan perbedaan ekstrem antara kekayaan


dan kemiskinan, dengan orang kaya semakin kaya dan orang
miskin semakin miskin. Pendekatan globalisasi ini
menguntungkan orang kaya, sementara masyarakat miskin
harus menghadapi pengurangan layanan publik dan
pekerjaan mereka. Upaya pembatalan hutang yang telah
dilakukan masih belum mencukupi untuk membebaskan
negara-negara miskin dari beban utang yang sebagian besar
timbul karena tekanan lembaga-lembaga internasional atau
kolusi dengan pemerintah yang tidak melayani kepentingan
rakyat. Ini adalah sebuah sistem yang menguntungkan orang
kaya dan perusahaan-perusahaan, sementara masyarakat
miskin semakin menderita.

Bagian 5
Penulis melakukan wawancara dengan Nicholas Stern, kepala
ekonom Bank Dunia, mengenai kehilangan atau penggelapan
hampir 30 persen pinjaman Bank Dunia ke Indonesia. Mereka
juga meragukan angka dalam laporan yang menyebut bahwa
20 hingga 30 persen dana anggaran pembangunan
pemerintah Indonesia dialihkan melalui pembayaran
informal. Penulis berpendapat bahwa perhitungan
kemiskinan berdasarkan pendapatan sulit ditentukan, dan
menganggap angka kematian bayi lebih dapat diandalkan.
Globalisasi menciptakan utang, yang pada akhirnya
memengaruhi masyarakat miskin. Penulis mempertanyakan
apakah penghapusan utang adalah satu-satunya cara untuk
mengentaskan kemiskinan, menggarisbawahi pentingnya
kebijakan negara dalam hal pendidikan, kesehatan, dan
integritas ekonomi. Lembaga globalisasi disorot karena belum
mengatasi masalah hak asasi manusia dan menciptakan
ketidaksetaraan global.

Bagian 6
perbedaan pandangan tentang globalisasi. Pembicara
menyoroti bahwa tidak ada bukti yang menghubungkan
globalisasi dengan diskriminasi dan bahwa globalisasi
sebenarnya dapat meningkatkan pendapatan di Indonesia.
Namun, ada juga penekanan pada penurunan hak-hak
pekerja dan dampak negatifnya terhadap sebagian
masyarakat. Terdapat diskusi tentang protes global melawan
globalisasi dan dampaknya, serta peran media dalam
melaporkan berita tersebut. Pembicara menekankan perlunya
keterlibatan massa dalam mengatasi isu-isu ini dan
menentang perusahaan global yang belum diatur sepenuhnya
dalam sistem internasional. Selain itu, ada penekanan pada
keberhasilan gerakan melawan perjanjian investasi
multilateral dan upaya untuk mengatasi propaganda yang
digunakan oleh korporasi dan negara-negara adidaya.

Bagian 7
Dampak globalisasi di negara-negara kaya seperti Inggris.
Meskipun terdapat pertumbuhan ekonomi yang dirayakan
dalam sektor keuangan, terdapat juga masalah yang
meningkat, termasuk kemiskinan anak-anak dan kesenjangan
sosial yang semakin lebar. Banyak orang bertanya mengapa
mereka tidak memiliki suara dalam pengambilan keputusan
yang memengaruhi hidup mereka, terutama ketika hanya
sebagian kecil penduduk yang memilih pemerintahan.
Terdapat perdebatan tentang apakah ada alternatif untuk
sistem yang ada, dan keinginan untuk menghapus lembaga-
lembaga seperti Bank Dunia, IMF, dan Organisasi Perdagangan
Dunia demi lembaga yang lebih demokratis dan akuntabel.
Dokumen dari Komando Luar Angkasa AS menunjukkan
ambisi negara adidaya dalam mempertahankan dominasi
ekonomi dunia dengan melibatkan militer. Teks ini
mengeksplorasi pertanyaan mengapa masyarakat harus
menerima kondisi ini dan menghadapi bahaya yang ada.

Anda mungkin juga menyukai