Anda di halaman 1dari 9

TAFSIR SURAT AL-BAQARAH

Kelompok 6 : - Muhammad Khoirul Abror


- Ridwan Abdurrahman
- Fikri Payuk Ramadhan
- Muhammad Indrawan
- SURAT AL-BAQARAH AYAT 221 DAN ARTINYA

- ASBABUN NUZUL

- TAFSIR MUFRODAT

- MAKNA GLOBAL

- TAFSIR AYAT

- PENUTUP
‫ش ِر َك ٍة َّولَ ْو اَع َْجبَ ْت ُك ْم ۚ َواَل تُ ْن ِك ُحوا‬ ْ ‫ت َح ٰتّى يُْؤ ِمنَّ ۗ َواَل َ َمةٌ ُّمْؤ ِمنَةٌ َخ ْي ٌر ِّمنْ ُّم‬ ِ ‫ش ِر ٰك‬ْ ‫َواَل تَ ْن ِك ُحوا ا ْل ُم‬
‫هّٰللا‬ ۤ
ُ ‫ول ِٕىكَ يَ ْدع ُْو َن اِلَى النَّا ِر ۖ َو‬ ٰ ُ‫ش ِر ٍك َّولَ ْو اَع َْجبَ ُك ْم ۗ ا‬ ْ ‫ش ِر ِك ْي َن َح ٰتّى يُْؤ ِمنُ ْوا ۗ َولَ َع ْب ٌد ُّمْؤ ِمنٌ َخ ْي ٌر ِّمنْ ُّم‬ ْ ‫ا ْل ُم‬
ِ ‫ࣖ يَ ْد ُع ْٓوا اِلَى ا ْل َجنَّ ِة َوا ْل َم ْغفِ َر ِة بِاِ ْذنِ ٖ ۚه َويُبَيِّ ُن ٰا ٰيتِ ٖه لِلنَّا‬
‫س لَ َعلَّ ُه ْم يَتَ َذ َّك ُر ْو َن‬

Artinya : Dan janganlah kamu nikahi perempuan musyrik, sebelum mereka beriman. Sungguh, hamba
sahaya perempuan yang beriman lebih baik daripada perempuan musyrik meskipun dia menarik hatimu.
Dan janganlah kamu nikahkan orang (laki-laki) musyrik (dengan perempuan yang beriman) sebelum
mereka beriman.
ASBABUN NUZUL
“Ayat ini turun berkenaan dengan Abdullah bin Rawahah yang mempunyai seseorang budak
wanita berkulit hitam. Suatu ketika Abdullah marah dan menamparnya, lalu ia merasa takut dan
mendatangi Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam dan menceritakan peristiwa yang terjadi di
antara mereka berdua (Abdullah dan budaknya). Maka Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam
bertanya: “Bagaimana budak itu?” Abdullah bin Rawahah menjawab: “Ia berpuasa, salat,
berwudhu‟ dengan sebaik-baiknya, dan mengucapkan syahadat bahwa tidak ada Ilah yang hak
selain Allah dan engkau adalah Rasul-Nya.” Kemudian Rasulullah shallallahu „alaihi wasallam
bersabda: “Wahai Abu Abdullah, wanita itu adalah mukminah.” Abdullah bin Rawahah
mengatakan: “Demi Allah yang mengutusmu dengan hak, aku akan memerdekakan dan
menikahinya.” Setelah itu Abdullah pun melakukan sumpahnya itu, maka beberapa orang dari
kalangan kaum muslimin mencelanya serta berujar: “Apakah ia menikahi budaknya sendiri?”
Padahal kebiasaannya mereka ingin menikah dengan orang-orang musyrikin atau menikahkan
anak-anak mereka dengan orangorang musyrikin, karena menginginkan kemuliaan leluhur
mereka. Maka Allah Ta‟ala menurunkan ayat ini.” (Diriwayatkan oleh Al-Wahidi dari As-Suddi,
dari Abu Malik yang bersumber dari Ibnu Abbas)
TAFSIR MUFRODAT

Al-Syirk (musyrik-musyrikin-musyrikat), sebagaimana yang dipaparkan oleh M. Quraish Shihab, memiliki


pandangan yang berbeda antara Al-Qur‟an dengan pandangan agama Islam. Syirk adalah mempersekutukan
sesuatu dengan sesuatu. Dalam pandangan agama, seorang musyrik adalah siapa yang percaya bahwa ada Tuhan
bersama Allah (menyekutukan Allah). Dengan demikian, melalui tinjauan ini semua yang mempersekutukan
Allah adalah musyrik. Namun hal berbeda didapat dari para pakar Al-Qur‟an, bahwa kata syirk dalam Al-
Qur‟an tidak demikian maknanya. Al-Qur‟an menggunakan kata syirk adalah term yang dikhususkan kepada
kelompok tertentu yang mempersekutukan Allah. Mereka adalah para penyembah berhala, yang ketika waktu
turunnya Al-Qur‟an, masih cukup banyak, khususnya yang bertempat tinggal di Makkah. Dengan demikian,
istilah Al-Qur‟an berbeda dengan istilah keagamaan di atas.
MAKNA GLOBAL

Allah Ta'ala berfirman yang artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menikahi perempuan
perempuan musyrik sampai mereka beriman kepada Allah dan Hari Akhir. Sungguh, budak perempuan yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya lebih baik dari pada perempuan merdeka yang musyrik, meskipun
perempuan musyrik itu membuatmu terkesan dengan kecantikannya, dan hartanya, dan apa saja yang menarik
perhatian seperti kedudukan, jabatan, maupun kekuasaan. Dan janganlah kamu menikahi laki laki musyrik dari
wanita-wanita mu'min sampai mereka beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan karena menikahkan mereka
dengan seorang hamba mukmin itu lebih baik bagimu daripada menikahkan mereka dengan seorang musyrik
yang merdeka, bagaimanapun kamu menyukai nasab, nasab, dan kehormatan. Allah mengundang Anda untuk
tindakan yang membutuhkan surga, dan dia menjelaskan argumen dan buktinya bagi orang-orang untuk
mengingat dan membedakan antara yang baik dan yang jahat, yang buruk dan yang baik.
TAFSIR AYAT
Para ahli tafsir, dalam menjelaskan kata musyrik selalu mencontohkan dengan agama majusi (penyembah api) dan watsani (penyembah
berhala). Ada juga sebagai mufassir yang mendefinisikan musyrik dengan “semua orang kafir yang tidak bergama Islam. Dengan
pengertian ini maka umat Yahudi dan Nasrani tergolong musyrik. Dan ayat di atas dengan tegas melarang pernikahan seorang mukmin
dengan wanita musyrikah begitu juga sebaliknya seorang mu‟minah dengan lelaki musyrik. Mengapa? Karena batasan yang sangat
fundamental yaitu perbedaan aqidah. Dari perbedaan aqidah ini akan lahir perbedaan tujuan dan pandangan hidup. Maka tidak
mungkin seorang mukmin atau mu‟minah yang benarbenar jujur dengan keimanannya rela mengorbankan aqidahnya demi
kepentingan dunia. Imam Al Qurthubi menyetir ketetapan ijma‟ul ummah bahwa seorang musyrik tidak boleh menikahi seorang
mu‟minah apapun alasan nya. Imam Asyaukani menyebutkan sebuah riwayat bahwa seorang sahabat bernama Murtsid bin Abi
Murtsid pernah didatangi bekas orang yang pernah dicintainya dulu waktu di zaman jahiliyah. Wanita itu lalu minta untuk dizinahi.
Murtsid segera menjawab: Wah, itu tidak mungkin, sebab saya sudah masuk Islam, dan Islam telah menjadi penghalang di antara kita.
Lalu wanita itu minta agar dinikahi saja. Murtsid berkata: kalau begitu saya akan menemui Rasulullah dulu. Lalu turunlah ayat di atas.
(Imam Asy Syaukani, Fathul Qadiir: vol.1, h.244). Dari sini jelas bahwa tidak mungkin seorang yang beriman menikah dengan seorang
yang masih kafir. Maka jika ada seorang yang mengaku mu‟min atau mu‟minah, kemudian ia ternyata rela dan berani melakukan
pernikahan dengan seorang yang musyrik atau musyrikah, itu berarti dalam keimanannya ada masalah. Sebab dengan terang-terangan
ia telah berani melanggar ketentuan Allah seperti dalam ayat di atas. Dalam ayat di atas, hanya disebutkan istilah musyrikah atau
musyrik, tetapi belum disebutkan istilah ahlul kitab, sementara di tempat lain Al Qur‟an menggunakan istilah ahlul kitab untuk umat
Yahudi dan Nasrani. Pertanyaannya sekarang apakah ahlul kitab termasuk golongan musyrikiin? Menurut definisi di atas maka ahlul
kitab termasuk kaum musyrikiin. Jika demikian bolehkah seorang mu‟min menikahi wanita ahlul kitab? Mayoritas ulama (jumhur)
membolehkan seorang mu‟min menikah dengan wanita ahlul kitab (dari umat Yahudi atau Nasrani). Dan ini pendapat yang kuat
(rajih). Bahkan ada sebagian yang mengatakan –seperti Imam Al Jashshash – tidak ada khilaf di dalamnya, kecuali Abdullah bin Umar
yang memandangnya makruh (lihat Al Jashshash, Ahkamul Qur‟an, vol. 2, h.324). Namun kendati demikian menikah dengan wanita
muslimah tetap harus diutamakan. Sebab pada hakekatnya, di antara hikmah dibolehkannya adalah dalam rangka untuk
mengislamkannya. Dan seorang suami mu‟min sebagai kepala rumah tangga tentu sangat berperan dan menentukan dalam proses
tersebut. Berbeda halnya jika sang istri muslimah dan suami non-muslim. Sang istri tentu sangat berat untuk mempengaruhi sang
suami, bahkan bisa dipastikan sang istri akan kewalahan. Sebab tabiat seorang istri biasanya selalu ikut apa kata suami. Atas dasar ini
mengapa seorang muslimah tidak boleh bersuamikan seorang ahlul kitab.
PENUTUP

Kesimpulan :

Pertama ,haram menikahi perempuan musyrikah Kedua, haram menikahi laki laki kafir dengan perempuan
perempuan muslimah. Ketiga, yang membedakan di antara manusia dalam penilaian Allah adalah amal kebaikan,
maka seorang perempuan yang mukminah lebih mulia daripada perempuan merdeka yang musyrikah. Keempat,
laki laki muslim boleh menikahi perempuan Ahlu Kitab (Yahudi atau Nasrani) apabila bertujuan untuk
mengislamkannya.
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai