Anda di halaman 1dari 8

SINOPSIS

Diserahkan untuk Melengkapi Syarat Pengajuan


Peneliti Skripsi Guna Mmperoleh Gelar Sarjana Ushuluddin

MUHAMMAD HAFID ARROUF


NIM. 11730213145

Program S1
Jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir
Semester IX Tahun Akademis 2020-2021

FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
SINOPSIS

JUDUL : PASANGAN IDEAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN


TEMATIK KONSEPTUAL)
OLEH : MUHAMMAD HAFID ARROUF
NIM : 11730213145
PROGRAM : S1

A. Latar Belakang
Al-Qur'an sebagai firman Allah yg diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. yg
berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dan orang-orang yang bertaqwa dalam
berbagai aspek kehidupan (Qs. Al-Baqarah :85). Islam merupakan agama yang diatur
secara rinci didalam al-Qur’an. Mulai dari iman, akhlak, ibadah, bermasyarakat
hingga kepemimpinan, hal-hal yang diperbolehkan maupun yang tidak
diperbolehkan. Hal tersebut memudahkan manusia untuk menjadikan al-Qur’an
sebagai petunjuk atau pedoman hidup untuk berprilaku sesuai dengan al-Qur’an.
Kurangnya pemahaman agama memicu masyararakat untuk berubah sesuai
dengan kemauannya. Maka kurang pahamnya manusia dari agama memicunya paham
skularisme dan liberalisme yang mana manusia bebas untuk berekspresi tanpa
berkaitan dengan agama.
Berkaitan dengan hal tersebut didalam Islam terdapat ajaran kepada umatnya
supaya saling menjaga silaturakhim dan menjaga keharmonisan antar sesama umat
Islam dengan cara membentuk ikatan yang menjadikannya lebih erat antar sesama
(saudara) umat Islam dengan cara menikah. Dalam prihal menikah Islam meberi
anjuran terhadap muslim/muslimah yang akan melakukan sebuah pernikahan
hendaknya memilih calon pasangan hidup yang sepadan/sekufu’ baik dalam tingkat
sosial, kekayaan, nasab, terutama dalam hal agama, keimanan dan ahklak. Tidak
dapat diragukan lagi bahwa kedudukan calon kedua mempelai sebanding (kafa’ah),
merupakan faktor yang menentukan dalam kehidupan rumah tangga. 1
Berkenaan dengan hal tersebut didalam al-Qur’an surat An-Nur ayat 3 memiliki
makna yang terandung didalamnya yaitu seorang muslim atau muslimah tidak
perbolehkan memilih pasangan hidupnya atau menikah dari golongan orang musrik
dan pezina. Sebagaimana terdapat pada firman Allah Q.S. An-Nur ayat 3:
ٌ ۚ ‫ان اَوْ ُم ْش ِر‬
َ‫ك َوحُرِّ َم ٰذلِك‬ ٍ َ‫اَل َّزانِ ْي اَل يَ ْن ِك ُح اِاَّل زَانِيَةً اَوْ ُم ْش ِر َكةً ۖ َّوال َّزانِيَةُ اَل يَ ْن ِك ُحهَٓا اِاَّل ز‬
َ‫َعلَى ْال ُم ْؤ ِمنِ ْين‬
“laki-laki yang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang
berzina, atau perempuan yang musyrik, dan perempuan yang berzina
tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki
musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas oran-orang yang
mukmin.”

Hal ini adalah suatu yang umum dikalangan masyarakat dewasa ini. Akan
tetapi hal ini tidak memberikan pengertian bahwa pezina sama sekali tidak boleh
menikahi perempuan shaleh dan juga tidak berarti bahwa semua perempuan pezina
tidak boleh dinikahi oleh seorang lelaki yang saleh begitu pun sebaliknya. Menikahi
pezina dan menggolongkan diri ke dalam barisan orang-orang yang menyimpang
hukumnya haram bagi orang mukmin.
Sebab pernikahan itu menyebabkan orang mukmin menjadi satu golongan
dengan orang-orang yang perjalanan hidupnya tidak lurus. Akan tetapi ayat ini tidak
bermakna bahwa akad yang dilakukan itu haram dan tidak sah. Makna haram disini
adalah tidak layak dan tidak wajar dilakukan oleh seorang mukmin. Jika dilakukan
dengan seorang pezina, maka akad itu sah menurut hukum syara’.2

1
Hakim Rahmat, Hukum Perkawinan Islam Fiqih Munakahat (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta,2005), hlm. 36.
2
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir Al-Qur’an Majid An-Nur, (Semarang: PT. Pustaka
Rizki Putra, 2000), hlm. 2785.
Dalam tafsir ibnu katsir menjelaskan maksud ayat tersebut ialah tidak pantas
orang yang beriman menikah dengan pezina, demikianpula sebaliknya kecuali
mereka telah bertaubat.3
M. Quraish Shihab menjelaskan dalam tafsinya Al-Misbah bahwa maksud ayat
tersebut ialah keharusan menghindari pezina, apalagi jika ingin dijadikan pasangan
hidup. Ayat ini menyatakan: laki-laki yang berzina, yakni yang kotor dan terbiasa
berzina tidak wajar mengawini melainkan perempuan pezina yang kotor dan terbiasa
pula berzina, atau perempuan musyrik, dan demikian juga sebaliknya. Dan yang
demikian itu yakni perkawinan dengan pezina diharamkah yakni tidak pantas terjadi
atas orang yang mu’min.4
Setiap orang tentu akan berharap bersanding dengan pasangan yang berprilaku
baik, dan belakangan ini pemahaman yang umum di kalangan masyarakat bahwa jika
ingin mendapatkan pasangan yang baik maka terlebih dahulu memperbaiki kualitas
dirinya. Seseorang yang baik akan dipertemukann dengan pasangan yang baik pula.
Pemahaman yang diatas umumnya dilandaskan firman Allah QS. An-Nur 265:
ٰۤ ُ ۚ َّ
َ‫ِكَ ُمبَ َّرءُوْ ن‬m‫ول ِٕٕى‬ ِ ‫ت لِلطَّيِّبِ ْينَ َوالطَّيِّبُوْ نَ لِلطيِّ ٰب‬
‫تا‬ ِ ۚ ‫ت لِ ْل َخبِ ْيثِ ْينَ َو ْال َخبِ ْيثُوْ نَ لِ ْلخَ بِي ْٰث‬
ُ ‫ت َوالطَّيِّ ٰب‬ ُ ‫اَ ْل َخبِي ْٰث‬
ࣖ ‫ق َك ِر ْي ٌم‬ ٌ ‫ِم َّما يَقُوْ لُوْ ۗنَ لَهُ ْم َّم ْغفِ َرةٌ َّو ِر ْز‬
“Perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk
perrempuan yang keji pula. Sedangkan perempuan yang baik untuk laki-laki
yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan yang baik pula. Mereka itu
bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan
rezeki yang mulia (surga).
Hal ini yang menimbulkan asumsi di masyarakat bahwa orang baik akan
mendapatkan pasangan yang baik atau juga bias dikatakan bahwa jodoh atau
pasangan kita nantinya merupakan cerminan diri kita sendiri.

3
Terjemah Tafsir Ibnu Katsir , (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2004), hlm. 464.
4
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 285.
5
Kementrian Agama Republik Indonesia “Al- Qur’an Al- Karim dan Terjemahannya” (2007
Surabaya: Halim) hlm. 77.
Asumsi tersebut yang digunakan penulis berdassarkan gambaran di atas bahwa
tidak semua orang baik mendapatkan pasangan yang baik, begitu pula sebaliknya.
Seperti halnya dalam firman Allah QS. At-Tahrim :10
‫ح َّوا ْم َراَتَ لُوْ ٍۗط َكانَتَا تَحْ تَ َع ْب َدي ِْن ِم ْن ِعبَا ِدنَا‬ ‫ضر هّٰللا‬
ٍ ْ‫ب ُ َمثَاًل لِّلَّ ِذ ْينَ َكفَرُوا ا ْم َراَتَ نُو‬ َ َ َ
‫هّٰللا‬
َ‫اخلِ ْين‬ َ َّ‫ًا َّوقِي َْل ا ْد ُخاَل الن‬mًٔ‫صالِ َح ْي ِن فَخَانَ ٰتهُ َما فَلَ ْم يُ ْغنِيَا َع ْنهُ َما ِمنَ ِ َش ْئـ‬
ِ ‫ار َم َع ال َّد‬ َ
“Allah memberi perumpamaan kepada orang kafir, istri Nuh As dan istri
Luth As. Keduanya berada di bawah pengawasan dua hamba yang
sholeh diantara hamba-hamba kami, lalu kedua istri itu berkhianat
kepada kedua suaminya, tetapi kedua suaminya tidak dapat membantu
mereka sedikitpun dari siksa Allah, dan dikatakan kepada kedua istri itu
masuklah kamu berdua ke neraka bersama orang-orang yang masuk
neraka”6
Dari ayat tersebut jelaslah bahwa tidak semua orang yang baik akan
disandingkan dengan pasangan yang baik yang memiliki sifat atau perilaku yang
bertolak belakang darinya. Berdasarkan pemikiran di atas penulis akan mengkaji
mengenai PASANGAN IDEAL PERSPEKTIF AL-QUR’AN (KAJIAN
TEMATIK KONSEPTUAL).

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pasangan ideal perspektif al-Qur’an berdasarkan QS. An-Nur: 6
dan 26, dan QS. At-Tharim: 10?
2. Bagaimana pemikiran mufassir tentang muslim yang menikahi pezina?
C. Batasan Masalah
1. Menganalisis pasangan ideal perspektif al-Qur’an berdasarkan QS. An-Nur:
6 dan 26, dan QS. At-Tharim: 10.

6
Kementrian Agama Republik Indonesia “Al- Qur’an Al- Karim dan Terjemahannya” (2007
Surabaya: Halim) hlm. 560.
2. Mengetahui pemahaman mufassir mengenai QS. An-Nur: 6 dan 26, dan QS.
At-Tharim: 10.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan dari uraian batasan dan rumusan masalah di atas, maka tujuan
penulisan ini adalah untuk menjawab berbagai masalah yang telah di sebutkan
sebelumnya, dan mencari jawaban atas persoalan-persoalan sebagai berikut.
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui pasangan ideal perspektif al-Qur’an berdasarkan QS.
An-Nur :6 dan 26, dan QS. At-Tharim: 10.
b. Untuk mengetahui pendapat mufassir mengenai QS. An-Nur :6 dan 26,
dan QS. At-Tharim: 10.
2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Secara teoritis : untuk memberikan wawasan dan khazanah dalam
keilmuan khususnya Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan penulis juga
berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi kajian
keislaman terutama di bidang tafsir khususnya QS. An-Nisa ayat 6 dan
26, serta At-Tharim: 10 dalam al-Qur’an dan dapat menjadi bahan kajian
selaanjutnya.
b. Secara praktis : Agar mengetahui pasangan ideal perspektif al-Qur’an
berdasarkan QS. An-Nisa ayat 6 dan 26, serta QS. At-Tharim: 10, serta
menambah wawasan khusunya bagi penulis, selainitu juga memperoleh
kepuasan intelektual.
c. Manfaat secara akademis penelitian ini adalah sebagai kajian ilmiah dan
dapat memberikan sumbangan pemikiran dan wawasan dalam keilmuan
khususnya Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir, dan penulis juga berharap
penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi kajian keislaman
terutama di bidang tafsir khususnya dan berguna untuk menambah
khazanah keilmuan dalam bidang pemikiran Islam dan tafsir al-Qur’an.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Penelitian ini terkandung beberapa kaitan,diantaranya: Bab I Pendahuluan:
Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan
dan Manfaat Penelitian dan Sistematika Penelitian.
F. DAFTAR PUSTAKA
Kementrian Agama Republik Indonesia. 2007. Al- Qur’an Al- Karim dan
Terjemahannya, Surabaya: Halim
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy 2002. Tafsir Al-Qur’an Majid An-Nur.
Semarang: PT. Pustaka Rizki Putra
Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh.2010. Tafsir
Ibnu Katsir. Pustaka Imam Asy-Syafi’i
M. Quraish Shihab. 2007. Tafsir Al-Misbah; pesan kesan dan keserasian al-Qur’an
vol 7, Jakarta ; Lentera Hati
Hakim Rahmat, Hukum Perkawinan Islam Fiqih Munakahat. 2005. Yogyakarta: Idea
Press Yogyakarta

Anda mungkin juga menyukai