Anda di halaman 1dari 8

Sikap terhadap Orang yang Berbeda Agama dan Keyakinan

1. Surah Al-Kafirun Ayat 1-6

َ ‫َل أَن َ۠ا‬


ٞ‫عابِد‬ َٰٓ َ ‫ َو‬٣ ُ‫عبِد ُونَ َما َٰٓ أ َ ۡعبُد‬
َ َٰ ‫َل أَنت ُ ۡم‬ َٰٓ َ ١ َ‫قُ ۡل َٰيََٰٓأَيُّ َها ۡٱل َٰ َك ِف ُرون‬
َٰٓ َ ‫ َو‬٢ َ‫َل أ َ ۡعبُد ُ َما ت َعۡ بُدُون‬
٦ ‫ِين‬
ِ ‫يد‬ َ ‫ لَ ُك ۡم دِينُ ُك ۡم َو ِل‬٥ ُ ‫عبِدُونَ َما َٰٓ أ َ ۡعبُد‬ َ َٰ ‫َل أَنت ُ ۡم‬
َٰٓ َ ‫ َو‬٤ ‫َّما َعبَدت ُّ ۡم‬

Terjemahan.

(1) Katakanlah: "Hai orang-orang kafir (2) Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah (3)
Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah (4) Dan aku tidak pernah menjadi
penyembah apa yang kamu sembah (5) dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan
yang aku sembah (6) Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku".

2. Isi Kandungan Surah Al-Kafirun Ayat 16

Allah swt. dan rasul-Nya menganjurkan umat Islam bertoleransi dalam bidang muamalah, yaitu
hal-hal yang menyangkut kemanusiaan dan tolong-menolong. Misalnya bersama-sama membangun
jembatan, menengok ketika ada yang jatuh sakit, bergotong royong membangun rumah, menolong
pemeluk agama lain yang tertimpa musibah, dan kegiatan masyarakat lainnya.

Hal ini dicontohkan Rasulullah yang menghormati jenazah Yahudi yang lewat dihadapannya.
Namun, dalam bertoleransi kita tidak boleh mencampuradukkan masalah akidah. Akidah
merupakan bagian esensial atau inti dari suatu agama. Agar tidak terjadi kebiasaan
mencampuraduk akidah Allah menurunkan Surah al-Kafirun sebagai pedoman dalam bertoleransi
tersebut.

Orang-orang kafir mengutus beberapa utusan untuk berdialog dan berkompromi dengan Nabi
Muhammad saw. Dialog ini dimaksudkan untuk menjatuhkan Nabi Muhammad dan agar kaum
muslimin kembali pada ajaran nenek moyang atau menyembah berhala. Dalam dialog ini kaum
kafir mengusulkan kepada Rasulullah saw. untuk berkompromi dengan cara berganti-ganti praktik
ibadah. Selama satu tahun kaum kafir akan mengikuti Rasulullah menyembah Allah Swt. Pada
tahun berikutnya Rasulullah dan umat Islam yang mengikuti kaum kafir menyembah berhala. Allah
Swt. menurunkan Surah al-Kafirun ayat 1–6 untuk menjawab kompromi yang diajukan oleh orang-
orangkafir.

Surah al-Kafirun merupakan penegasan larangan mencampuradukkan akidah dan keimanan Islam
dengan ajaran agama lain. Kemurnian akidah Islam harus dijaga. Inilah kandungan pertama Surah
al-Kafirun, yaitu ikrar kemurnian tauhid. Tidak ada yang dapat menyamai kebenaran akidah Islam.
Oleh karena itu, Allah Swt. melarang hamba-Nya mencampuradukkan akidah dan keimanan yang
ia anut dengan keyakinan umat lain. Kandungan kedua Surah al-Kafirun adalah ikrar penolakan
terhadap semua bentuk praktik peribadatan kepada selain Allah Swt. yang dilakukan oleh orang-
orang kafir. Islam menganjurkan umatnya bertoleransi. Akan tetapi, jika sudah menyangkut
masalah akidah, keimanan, dan ibadah Islam tidak lagi mengenal toleransi. (Hamka. 2004.)
Sikap terhadap Orang yang Berbeda Pendapat

1. Surah Yunus Ayat 40-41

َ ُ‫ َوإِن َكذَّب‬٤٠ َ‫َو ِم ۡن ُهم َّمن يُ ۡؤ ِم ُن بِ ِهۦ َو ِم ۡن ُهم َّمن ََّل يُ ۡؤ ِم ُن بِ ۚ ِهۦ َو َرب َُّك أ َ ۡع َل ُم بِ ۡٱل ُم ۡف ِسدِين‬
‫وك‬
َٰٓ ‫ع َم ِلي َولَ ُك ۡم َع َملُ ُك ۡ ۖۡم أَنتُم بَ ِر َٰٓيونَ ِم َّما َٰٓ أ َ ۡع َم ُل َوأَن َ۠ا بَ ِر‬
٤١ َ‫ء ِم َّما ت َعۡ َملُون‬ٞ ‫ي‬ َ ‫فَقُل ِلي‬

Terjemahan.
(40) Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula)
orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang
berbuat kerusakan (41) Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku
dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas
diri terhadap apa yang kamu kerjakan" (Q.S. Yunus: 40-41)

2. Isi Kandungan Surah Yunus Ayat 40-41

Allah Swt. dalam Surah Yunus ayat 40-41 menjelaskan bahwa umat manusia terbagi menjadi dua
dalam menerima Al-Qur'an. Pertama, golongan yang benar-benar memercayai dengan iktikad baik
terhadap Al-Qur'an. Dalam golongan orang yang beriman kepada Al-Quran terdapat pula orang-
orang yang hanya beriman secara lahir, sedangkan hati atau batinnya belum
beriman. Kedua, golongan yang tidak beriman pada Al-Quran.

Keadaan umat Nabi Muhammad saw. ini juga terjadi ketika wahyu turun di Mekah. Ada golongan
yang beriman dan ada yang tidak beriman atau bertahan dengan agama nenek moyang. Setelah
Islam tersebar luas, kedua golongan penerima Al-Quran ini tetap bertahan. Di antara mereka ada
yang dengan sepenuh hati menerima Al-Quran. Sebagian lagi ada yang menerima Al-Quran hanya
karena keturunan.
Dalam lanjutan ayatnya Allah Swt. menjelaskan bahwa Dia lebih mengetahui orang-orang yang
berbuat kerusakan. Orang-orang yang menerima Al-Quran hanya di bibir atau karena keturunan,
suatu saat akan mengetahui akibat perbuatannya. Allah swt. mengetahui orang-orang yang benar-
benar beriman pada Al-Quran. Allah Swt. juga mengetahui orang-orang yang hanya beriman di
bibir. Bagi mereka yang berbuat aniaya, menzalimi diri sendiri, membuat kerusakan, dan berbagai
tindakan yang bertentangan dengan syariat akan mengetahui akibat perbuatannya. Mereka akan
menerima balasan yang sesuai dari Zat Yang Maha Mengetahui.

Ayat 40 Surah Yunus menjelaskan bahwa orang-orang yang memilih beriman atau tidak beriman
pada Al-Quran akan bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Jika manusia memilih tidak
beriman pada Al-Quran, mereka akan bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Orang-orang
yang tidak beriman pada kebenaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad sebagai utusan Allah akan
bertanggung jawab terhadap perbuatannya. Tiap-tiap manusia bertanggung jawab terhadap amal
perbuatan atau pilihannya. Tidak ada satu orang pun yang bertanggung jawab terhadap pekerjaan
atau pilihan orang lain.

Pilihan beriman atau tidak beriman memiliki akibat yang berbeda. Pilihan tidak beriman akan
mendapat balasan yang sesuai. Begitu juga pilihan beriman dan berpegang teguh terhadap Al-
Quran tentu akan memperoleh balasan yang sesuai. Tidak mungkin kebaikan akan mendapat
balasan yang buruk dari-Nya. Kebaikan akan mendapat balasan yang baik, sedangkan pilihan tidak
beriman dan tetap dalam kekafiran tentu akan mendapat balasan yang buruk.

Seseorang yang beriman tidak akan bertanggung jawab terhadap perbuatan orang lain yang tidak
beriman. Orang yang tidak beriman juga tidak bertanggung jawab terhadap pilihan orang-orang
yang beriman. Tiap-tiap manusia akan bertanggung jawab terhadap perbuatannya masing-masing.
Tidak ada dosa limpahan dari orang lain. Pahala orang-orang yang mengerjakan kebaikan dan
beriman tidak ada sangkut pautnya dengan orang-orang yang tidak beriman. Dosa yang diperoleh
oleh orang-orang yang tidak beriman juga tidak ada sangkut pautnya dengan orang-orang yang
beriman. Orang-orang yang tidak beriman akan mempertanggungjawabkan perbuatannya. Orang-
orang yang beriman juga akan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Sikap yang ditunjukkan terhadap setiap pilihan adalah menghormati dan menghargai pilihan
tersebut. Orang-orang beriman menghormati dan menghargai pilihan orang-orang yang tidak
beriman. Dengan keyakinan bahwa pilihan tersebut salah dan akan mendapat balasan yang sesuai
di akhirat kelak. Orang-orang yang tidak beriman juga menghormati dan menghargai pilihan
saudaranya untuk beriman. Mereka tidak boleh mengganggu amal atau ibadah yang dilaksanakan
orang-orang yang beriman.
Kebebasan untuk Beriman atau Kafir

1. Surah Al-Kahf Ayat 29 tentang

َ ‫َارا أ َ َحا‬
‫ط‬ َّ َٰ ‫شا َٰٓ َء فَ ۡليَ ۡكفُ ۡۚر ِإنَّا َٰٓ أ َ ۡعت َ ۡدنَا ِل‬
ً ‫لظ ِل ِمينَ ن‬ َ ‫شا َٰٓ َء فَ ۡليُ ۡؤ ِمن َو َمن‬
َ ‫َوقُ ِل ۡٱل َح ُّق ِمن َّربِ ُك ۡ ۖۡم فَ َمن‬
‫سا َٰٓ َء ۡت‬
َ ‫اب َو‬
ُ ‫ش َر‬َّ ‫س ٱل‬ َ ‫س َرا ِدقُ َه ۚا َوإِن َي ۡست َ ِغيثُواْ يُغَاثُواْ بِ َما َٰٓ ٖء َك ۡٱل ُمهۡ ِل َي ۡش ِوي ۡٱل ُو ُجو ۚهَ بِ ۡئ‬ ُ ‫بِ ِه ۡم‬
‫ُم ۡرتَفَقًا‬
Terjemahan

Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman)
hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami
telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika
mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih
yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling
jelek (Q.S. al-Kahf: 29)

2. Kandungan Surah Al-Kahf Ayat 29

Ayat 29 Surah al-Kahf menjelaskan bahwa kebenaran berasal dari Tuhan. Dalam menghadapi atau
menerima kebenaran tidak terdapat perbedaan antara si kaya atau si miskin. Si kaya yang ingin
beriman, berimanlah. Si miskin yang ingin beriman, berimanlah. Seseorang yang ingin kafir
dipersilakan juga oleh Allah Swt. Dalam ayat ini Allah swt. membebaskan manusia untuk
menentukan pilihan. Sebelum menentukan pilihan, manusia sudah diberi tahu bahwa kebenaran
berasal dari Allah.
Allah swt. mengaruniakan manusia berupa akal. Manusia mempergunakan akal tersebut untuk
berpikir dan memilih beriman atau kafir. Jika seseorang memilih beriman, berarti ia telah menuruti
kata hati atau suara akal. Bagi orang-orang yang memilih kafir, mereka akan menanggung akibat
pilihannya itu. Bukan orang lain yang akan bertanggung jawab terhadap pilihannya.
Beriman atau kafir merupakan suatu hal yang harus dipilih. Allah telah memberi kebebasan kepada
manusia untuk menjatuhkan pilihan. Di balik pilihan yang disediakan terdapat akibat yang telah
menunggu. Orang-orang kafir telah menzalimi diri mereka sendiri. Mereka menolak kebenaran
yang datang dari Allah Swt. Mereka menolak atau mengingkari kata hatinya tentang kebenaran
yang datang dari-Nya. Bagi mereka yang memilih kafir atau menzalimi diri sendiri, neraka menjadi
tempat kembalinya. Mereka terkepung di dalam neraka dan tidak dapat keluar. Pagar neraka terlalu
kukuh untuk dilewati manusia yang ada di dalamnya.

Ayat 29 Surah al-Kahf juga menjelaskan bahwa orang-orang yang ada di dalam neraka jika mereka
minum, mereka akan diberi minum. Akan tetapi, minuman yang mereka terima berupa air seperti
besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. Jika penghuni neraka meminum air tersebut, haus
yang mereka rasakan tidak hilang. Semakin diminum penghuni neraka akan merasakan
kesengsaraan. Wajah mereka hangus oleh panasnya api neraka dan panasnya minuman yang
mereka minum.

Minuman yang disediakan untuk penghuni neraka merupakan minuman yang paling buruk.
Manusia belum pernah melihat, bahkan membayangkan minuman tersebut di dunia. Akan tetapi,
sejelek-jelek minuman itulah yang akan diterima oleh penghuni neraka (mereka yang memilih
kafir). Selain menjelaskan tentang seburuk-buruknya minuman, ayat ini juga menjelaskan bahwa
neraka merupakan tempat istirahat yang paling jelek.

Beginilah akhir atau akibat yang akan diterima orang-orang yang memilih kafir. Mereka yang
selama di dunia sombong dengan kedudukannya dan menolak kebenaran yang datang dari Allah
Swt. Di akhirat kelak mereka akan tinggal di neraka dan diberi minuman yang paling buruk. Selain
itu, orang-orang yang memilih kafir juga diberi tempat istirahat yang paling buruk.

Kebenaran adalah milik Allah semata. Tidak ada satupun kebenaran yang keluar dari selain Allah.
Sebagai umat Islam, kita diperintahkan untuk mendakwahkan Islam kepada seluruh umat manusia.
Ayat Al-Quran dan hadis Rasulullah telah dengan jelas menyatakan perintah itu. Akan tetapi,
senada dengan kebebasan untuk beriman atau tidak, perintah untuk berdakwah hanyalah sekadar
menyampaikan dakwah itu sendiri. Kita tidak pernah dibebani keberhasilan dakwah.
Kita harus berdakwah sebaik mungkin. Hal ini sudah jelas. Akan tetapi, kita tidak pernah diberi
tanggung jawab orang yang kita dakwahi harus mengikuti ajaran Allah. Tugas kita hanyalah
berdakwah dan menyampaikan. Keberhasilan dakwah adalah karunia Allah yang Dia berikan
kepada orang-orang yang Dia kehendaki.

Perbedaan merupakan sunatullah yang ditetapkan Allah bagi sekalian makhluk-Nya. Dengan
perbedaan itulah kehidupan di muka bumi ini dapat berlangsung dengan dinamis dan interaktif.
Sebagai seorang muslim yang baik, kita juga dihadapkan dengan perbedaan tersebut. Untuk itulah
kita harus meneladani contoh Rasulullah bertoleransi dalam perbedaan yang ada.

Pada awal hijrah, Rasulullah hidup di Madinah bersama dengan para penyembah berhala, kaum
nasrani, dan orang-orang Yahudi. Dengan mereka semua Rasulullah menjalin pertemanan yang
baik. Akan tetapi meskipun berteman baik, Rasulullah tidak terlarut dengan pergau lan tersebut.
Rasulullah dengan teguh memegang ajaran Allah tanpa terkontaminasi sedikit pun. (Husi Thoyar,
Pendidikan Agama Islam: 2011)

Anda mungkin juga menyukai