Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Islam adalah agama yang sempurna, Allah Subhanahu Wa Ta’ala
membuat peraturan untuk manusia agar tidak menyuliatkan kehidupan
manusia. Sebab Islam adalah agama yang menyeluruh.
Di dalam kehidupan sehari-hari kita wanita (sebagai muslimah) selalu
terlibat pergaulan dengan sesama wanita lain dalam keluarga tetangga,
masyarakat dan dalam dunia pendidikan. Tidak menutup kemungkinan
diantara teman pergaulan tersebut adalah wanita kafir (non muslim).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman dalam surah An-Nuur ayat 31 :

‫ين ِزينََت ُه َّن ِإاَّل َم ا‬ ِ ِ ‫ضن ِمن َأب‬ ِ ِ ِ


َ ‫وج ُه َّن َواَل يُْب د‬ َ ‫صا ِره َّن َوحَيْ َفظْ َن ُفُر‬ َ ْ ْ َْ ‫ض‬ ُ ‫َوقُ ْل ل ْل ُمْؤ منَات َي ْغ‬
‫ين ِزينََت ُه َّن ِإاَّل لُِبعُ ولَتِ ِه َّن َْأو‬ ِ ِ‫هِب‬ ِ ‫خِب‬
َ ‫ض ِربْ َن ُ ُم ِره َّن َعلَ ٰى ُجيُ و َّن َواَل يُْب د‬ ْ َ‫ظَ َه َر ِمْن َها َولْي‬
‫آبَاِئ ِه َّن َْأو آبَ ِاء بُعُولَتِ ِه َّن َْأو َْأبنَاِئ ِه َّن َْأو َْأبنَ ِاء بُعُولَتِ ِه َّن َْأو ِإ ْخ َواهِنِ َّن َْأو بَيِن ِإ ْخ َواهِنِ َّن َْأو‬
‫ني َغرْيِ ُأويِل اِإْل ْربَ ِة ِم َن‬ ِ ‫هِتِ ِ ِئ‬
َ ‫ت َأمْيَ انُ ُه َّن َأ ِو التَّابِع‬ ْ ‫َأخ َوا َّن َْأو ن َس ا ِه َّن َْأو َم ا َملَ َك‬ َ ‫بَيِن‬
‫ض ِربْ َن بِ َْأر ُجلِ ِه َّن لُِي ْعلَ َم‬ ِ ‫ات الن‬ ِ ‫الرج ِال َأ ِو الطِّْف ِل الَّ ِذين مَل يظْهروا علَى عور‬
ْ َ‫ِّساء َواَل ي‬ َ َ َْ ٰ َ َُ َ ْ َ َ ِّ
‫ني ِم ْن ِزينَتِ ِه َّن َوتُوبُوا ِإىَل اهلل مَجِ ًيعا َأيُّهَ الْ ُمْؤ ِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬ ِ
َ ‫َما خُيْف‬
Artinya: ” Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka
menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah
menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah
mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan
mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki,
atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap
wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan

1
janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang
mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS.An-Nuur:31)

Di dalam ayat tersebut, kepada siapa kita hanya mendapat pengecualian

َّ ‫)نِس اِئ ِه‬. Apakah kata


tentang aurat, salah satunya adalah wanita wanita mereka (‫ن‬
َ
tersebut mencakup muslimah dan kafir (non muslimah)? Adalah yang menjadi
persoalan. Maka dalam makalah ini, penulis ingin menggali cakupan kata dalam
ayat tersebut sehingga menjadi terang apa “HUKUM MUSLIMAH MEMBUKA
AURAT DI HADAPAN WANITA KAFIR” dan dengan ilmu yang telah di
pelajari selama di pesantren penulis akan berusaha untuk mencari hukum tersebut.

1.1 Rumusan Masalah


Sehubungan dengan latar belakang penulis kemukakan, maka penulis
merumuskan masalah :
1. Apa definisi muslimah?
2. Apa definisi aurat wanita?
3. Dalil-dalil yang bersangkutan?
4. Apa perbedaan aurat laki-laki dan perempuan?
5. Apa definisi kafir?
6. Apa hukum muslimah membuka aurat di hadpan wanita kafir?

1.2 Tujuan Persamasalahan


1. Memberikan penjelasan kepada masyarakat tentang pentingnya untuk
menutup aurat.
2. Menjelaskan bagi wanita :
Fenomena sosial antara wanita muslimah dan wanita kafir dalam
menutup aurat.

2
1.3 Metode Penulisan
Metode penelitian yang digunakan dalam makalah ini yaitu Al-Qur’an,
As-Sunnah dan Buku-buku yang berkaitan.

1.4 Batasan Masalah


1. Sama-sama perempuan lintas agama.

1.5 Sistematika Penulisan


Penulis membagi makalah ini menjadi empat bab, yaitu: BAB I,
mengemukakan latar belakang, rumusan masalah,tujuan penulisan, batasan
masalah, metode istimbath. Penulisan BAB II, mengemukakan metode
istimbath. BAB III, mengemukakan pengertian muslimah,pengertian aurat
wanita, dalil-dalil yang bersangkutan,apa perbedaan aurat laki-laki dan
perempuan,apa pengertian kafir dan apa hukum muslimah membuka aurat di
hadapan wanita kafir. BAB IV, penutupan yang berisi kesimpulan tentang
hukum muslimah membuka aurat di hadapan wanita kafir, kritik dan saran,
dan daftar pustaka.

3
BAB II
METODE ISTINBATH

‫اَأْلم ِر ِمْن ُك ْم فَِإ ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم‬ ِ ‫َأطيعوا اهلل و‬


ِ ِ َّ
ْ ‫ول َوُأويِل‬ َ ‫الر ُس‬ َّ ‫َأطيعُوا‬ َ َ ُ ‫ين َآمنُوا‬ َ ‫ يَا َأيُّ َها الذ‬.١
ِ ِ ِ‫ول ِإ ْن ُكْنتُم ُتْؤ ِمنُ و َن ب‬
ِ ‫الرس‬ ِ ‫ِإ‬ ٍ
‫لِك َخْي ٌر‬ َ ‫اهلل َوالَْي ْوم اآْل ِخ ِر َذ‬ ْ ُ َّ ‫يِف َش ْيء َف ُر ُّدوهُ ىَل اهلل َو‬
)59 ‫النساء‬59( ‫َأح َس ُن تَْأ ِوياًل‬ ْ ‫َو‬
)‫ عليكم بسنيت وسنة اخللفاء الراشدين من بعدي (أبوداود‬.٢

2.1 Sumber Hukum


2.1.1 Al-Qur’an
1. Al-Qur’an adalah sumber hukum tertinggi:
a) Tidak dapat dikalahkan oleh sumber kedua (as-Sunnah)
b) Ayat al-Qur’an tidak ada yang mansukh.
c) Tidak berfungsi sebagai mubayyin terhadap as-Sunnah
d) Tidak berfungsi sebagai mukhash-shish atau taqyid terhadap as-
Sunnah
2. Setiap kandungan al-Qur’an adalah muthlaq benar, meskipun
terkadang terlihat seolah-olah bertentangan dengan akal.
3. Setiap kandungan al-Qur’an harus difahami menurut Zhahir nya,
kecuali ada qarinah maka dapat dibawa kepada ma’na majaz.
4. Lafazh di dalamnya dapat dita’wil, sepanjang sesuai dengan
kriteria yang disepakati.
5. Menggunakan tafsiran yang bersifat umum, selama tidak didapat
keterangan yang mengkhususkan.
6. Jika terjadi perbedaan di kalangan sahabat terhadap makna ayat
maka merujuk pada pendapat sahabat yang paling ahli di antara
mereka sebagai pertimbangan.
7. Mendahulukan tafsir bil-Ma’tsur daripada bir-Ra’yi.
8. Memahami asbabun nuzul diperlukan meskipun yang terpakai
adalah keumuman lafadz dan bukan khususnya sebab.

2.1.2 As-Sunnah

4
1. As-Sunnah adalah sumber hukum ke dua setelah al-Qur’an:
a) Tidak dapat mengalahkan sumber hukum pertama
b) As-Sunnah dapat dimansukh, baik oleh:
 Al-Qur’an
 As-Sunnah
2. Hadits maqbul menjadi dasar hukum.
3. Status hukum yang dihasilkan hadits Hasan adalah satu tingkat
dibawah Hadits Shahih.
4. Hadits Dha’if tidak menjadi hujjah.
5. As-Sunnah dapat berfungsi sebagai bayan, takhshish atau taqyid
terhadap al-Quran dan as-Sunnah.
6. Hadits dapat menjadi tasyri’ dalam satu hukum yang tidak terdapat
dalam al-Quran.
7. Matan dipahami secara zhahir kecuali ada qarinah.
8. al-Jarh Muqaddam ‘ala at-Ta’dil jika mufasar.
9. Memahami asbabul wurud diperlukan meskipun yang terpakai
adalah keumuman lafadz dan bukan khususnya sebab.

2.1.3 Al-Ijma’
Kehujjahan
a) Meyakini bahwa Ijma’ sahabat dapat menjadi hujjah, hanya saja
statusnya Al-Ijma’ laisa Minal-Adillah al-Mustaqillah.
Karena setiap Ijma’ pasti ada sandarannya ialah, al-Qur’an dan
Hadits.
b) Hanya meyakini Ijma’ Shahaby sebagai hujjah, baik yang sifatnya sharih
atau sukuti.
c) Hanya ada ijma’ shahaby.

2.2 Istidlal
a) Al-Istish-hab
 Terpakai dalam berdalil
 Al-Istish-hab bukan Sumber hukum, tapi sebuah cara berhukum.

5
b) Qaul Shahaby: Tidak memakai Qaul Shahaby, karena indikasinya adalah
minimal ada sahabat lain yang tidak sepakat.
c) Syar’u Man Qablana
d) Tidak terpakai selama tidak ada pembenar dari Syari’at
e) Dalalatul Ilham : Tidak terpakai dalam beristidlal karena sumbernya yang
tidak pasti.
f) Dalalatul Iqtiran : Tidak terpakai sebagai dasar berhukum.
g) Mashlahah Mursalah
 Bukan Sumber Hukum
 Dapat dijadikan sebagai cara penetapan hukum dalam kerangka
menjaga tujuan disyari’atkan nya Agama.
h) Saddudz-Dzari’ah : Dapat dipakai sebagai cara berhukum, terhadap
kemungkinan hukum yang terjadi.
i) Istihsan : Tidak dapat dipakai beristidlal karena Al-Hasan Ma Hassanahu
Asy-Syari’u wal-Qabihu Ma Qabbahahu Asy-Syari’u.

2.3 Ijtihad
1. Disaat tidak adanya nash, maka penggalian hukum didasarkan pada teori
yang dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya, ialah :
a) Al-Qiyas:
 Kehujjahannya sebagai sebuah teori hukum diantaranya
berdasar QS. An-Nisa’ 59
 Menerima Qiyas hanya dalam kaitan keduniaan bukan ibadah
 Meyakini bahwa Qiyas tidak dapat berstatus sebagai Nasikh.
b) Al-Istish-hab.
c) Mashlahah Mursalah.
d) Saddudz-Dzari’ah.

2.4 Ta’arudh
Ketika terjadi Ta’arudh, maka Majma’ Buhuts Wal-Ifta’ menempuh cara
berikut:
1. Thariqatul-Jam’i, selama masih memungkinkan

6
2. Thariqatut-Tarjih, kalau sudah tidak mungkin di Jama’, dengan kriteria
sebagai berikut:
a) Mendahulukan riwayat jama’ah daripada Bukhari-Muslim.
b) Mendahulukan riwayat Bukhari dan Muslim daripada riwayat
lainnya
c) Mendahulukan yang lebih shahih sanadnya
d) Mendahulukan yang banyak sanadnya
e) Mendahulukan Shahibul-Waqi’ah
f) Mendahulukan Amr daripada Ibahah
g) Mendahulukan Nahi daripada Amr
h) Mendahulukan Mafhum Muwafaqah daripada Mafhum Mukhalafah
i) Mengedepankan dalil yang ada Syahid nya
j) Mengedepankan yang sifatnya Ihtiyathi
3. Thariqatun-Naskhi, apabila diketahui waktu tasyri’nya.
4. Tawaqquf, ketika semuanya tidak memungkinkan

2.5 Tambahan
1. Dalam menetapkan hukum bagi suatu kasus, terlebih dahulu
dikategorikan, ibadah atau keduniaan karena konsekuensi hukum yang
berbeda.
2. Pandangan Ulama’ hanya menjadi pertimbangan.
3. Alur berfikir yang dipakai dalam mengistinbath adalah sebagaimana
rumusan Ushuli juga Manthiqi.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Definisi-definisi
3.1.1 Definisi Muslimah

Secara bahasa di ambil dari kata ‫ مسلم‬dengan isim muannatsnya ‫مسلمة‬


yang bermakna berserah diri.
Sedangkan secara istilah muslimah adalah wanita yang menganut ajaran
agama Islam yang menjalani perintah Allah dan menjahui segala larangan-
Nya.1 Sedangkan sebagai muslimah yang baik itu harus menjadi anak yang
sholehah dan ibu yang baik serta peranan lainnya dalam kehidupan.

3.1.2 Definisi Aurat Wanita

Menurut bahasa arab diambil dari kata bahasa yaitu 2


‫السوات‬ yang artinya

kemaluan, berdasarkan firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala dalam Qur’an


Surah Thaha ayat 121:

ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ
َ ‫ت هَلَُم ا َس ْو ٰءَُت ُه َما َوطَف َق ا خَي ْص َفان َعلَْي ِه َم ا من َو َرق ٱجْلَنَّة َو َع‬
‫ص ٰى‬ ْ ‫فَ َأ َكاَل مْن َه ا َفبَ َد‬
‫ءَ َاد ُم َربَّهُۥ َفغَ َو ٰى‬
Artinya: Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi
keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-
daun (yang ada di surga), dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah
ia. (QS.Thaha:121)

Pengertian lain dari kata 3‫ورة‬DD‫ ع‬ialah setiap apa-apa yang memalukan
apabila terlihat.
Aurat secara istilah adalah sesuatu yang wajib di sembunyikan dan
diharamkan melihatnya.4
1
https://id.wikipedia.org/wiki/muslim.
2
lisan Al-arab jil.4 hal.766
3
lisan Al-arab jil.6 hal.516
4
Prof, Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih islam wa adillatuhu jil.1 hal. 614

8
3.1.3 Dalil-dalil yang Bersangkutan
Dalil-dalil yang berkaitan dengan Aurat, antara lain:
1. Qur’an Surah Al-A’raf ayat 20, 22, dan 26:

‫ي َعْن ُه َم ا ِم ْن َس ْواٰهِتِ َما‬ ِ


َ ‫ي هَلَُم ا َم ا و ر‬
ِ ِ ٰ
َ ‫س هَلَُما الش َّْيط ُن ليُْب د‬ َ ‫َف َو ْس َو‬
ِ ‫الش َجر ِة ااَّل اَ ْن تَ ُكونَا َملَ َكنْي‬ ِِ
ْ َ َّ ‫ال َما نَ ٰهى ُك َما َربُّ ُك َما َع ْن ٰهذه‬ َ َ‫َوق‬
‫اَْو تَ ُك ْونَا ِم َن اخْلٰلِ ِديْ َن‬

Artinya: ”Kemudian setan membisikkan pikiran jahat


kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang
selama ini) tertutup. Dan (setan) berkata, “Tuhanmu hanya
melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu
berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang
yang kekal (dalam surga)” (QS. Al-A’raf:7/20)

‫ت هَلَُم ا َس ْواُٰت ُه َما َوطَِف َق ا‬ ْ ‫الش َجَر َة بَ َد‬َّ ‫فَ َدٰلّ ُىه َما بِغُ ُرو ٍر َفلَ َّما َذاقَ ا‬
‫ص ٰف ِن َعلَْي ِه َم ا ِم ْن َّو َر ِق اجْلَن َِّة َونَا ٰد ُىه َم ا َربُّ ُه َما اَمَلْ اَْن َه ُك َم ا َع ْن‬
ِ ْ ‫خَي‬
ِ ِ
ٌ‫َّجَر ِة َواَقُ ْل لَّ ُك َما ا َّن الشَّْي ٰط َن لَ ُك َما َع ُد ٌّو ُّمبِنْي‬ َ ‫ت ْل ُك َما الش‬

Artinya:”Dia (setan) membujuk mereka dengan tipu


daya. Ketika mereka mencicipi (buah) pohon itu, tampaklah
oleh mereka auratnya, maka mulailah mereka menutupinya
dengan daun-daun surga. Tuhan menyeru mereka,
“Bukankah Aku telah melarang kamu dari pohon itu dan
Aku telah mengatakan bahwa sesungguhnya setan adalah
musuh yang nyata bagi kamu berdua?”(QS. Al-A’raf:7/22)

‫اس‬ ‫ب‬ِ‫يا بيِن اٰدم قَ ْد أَ ْنزلْنا علَي ُكم لِباسا يُّوا ِري سواٰتِ ُكم و ِريشا ول‬
ُ َ ً ْ َ ْ َْ ْ َ ً َ ْ ْ َ َ َ
َ ََ ْ َ
‫ت ال ٰلّ ِه لَ َعلَّ ُه ْم يَ َّذ َّك ُر ْو َن‬
ِ ‫ك ِمن اٰ ٰي‬ِ
ْ َ ‫ك َخْيٌر ٰذل‬
ِ
َ ‫الت ْق ٰوى ٰذل‬
َّ

9
Artinya : “Wahai anak cucu Adam! Sesungguhnya Kami
telah menyediakan pakaian untuk menutupi auratmu dan
untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa, itulah yang
lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan
Allah, mudah-mudahan mereka ingat.”(QS. Al-A’raf:7/26)

2. Qur’an Surah An-Nur ayat 30-31

ِ ِ ُّ ُ‫قُ ل لِْلمْؤ مِنني يغ‬


‫ذلِك‬ َ ‫ض وا م ْن َأبْص ا ِره ْم َو حَيْ َفظُ وا ُف ُر‬
َ ‫وج ُه ْم‬ ََ ُ ْ
‫مِب‬
ْ َ‫َْأزكى هَلُ ْم ِإ َّن اهللَ َخبريٌ ا ي‬
‫صَنعُو َن‬

Artinya: “Katakanlah kepada orang laki-laki yang


beriman: Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan
memelihara kemaluannya. yang demikian itu adalah lebih
suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui
apa yang mereka perbuat.”(QS. An-Nur:24/30)

ِ ِ ْ ‫نات ي ْغض‬ ِ ِ ِ
‫وج ُه َّن َوال‬ َ ‫ض َن م ْن َأبْصا ِره َّن َو حَيْ َفظْ َن ُف ُر‬ ُ َ ‫َو قُ ْل ل ْل ُمْؤ م‬
‫ض ِربْ َن خِب ُ ُم ِر ِه َّن َعلى ُجيُ وهِبِ َّن‬ ْ َ‫دين زينََت ُه َّن ِإالَّ ما ظَ َهَر ِمْنها َو لْي‬ َ ‫يُْب‬
‫دين زينََت ُه َّن ِإالَّ لُِبعُ ولَتِ ِه َّن َْأو آب اِئ ِه َّن َْأو آب ِاء بُعُ ولَتِ ِه َّن َْأو‬
َ ‫َوال يُْب‬
‫َأبْن اِئ ِه َّن َْأو َأبْن ِاء بُعُ ولَتِ ِه َّن َْأو ِإ ْخ واهِنِ َّن َْأو بَ ين ِإ ْخ واهِنِ َّن َْأو بَ ين‬
‫هِتِ ِ ِئ‬
َ ِ‫ت َأمْي انُ ُه َّن َأ ِو التَّاب‬
‫عني َغرْيِ ُأويِل‬ ْ ‫َأخ وا َّن َْأو نس ا ِه َّن َْأو م ا َملَ َك‬ َ
ِ ‫الرج ِال َأ ِو الطِّْف ِل الَّذين مَل يظْه روا على ع و‬
‫رات‬ ِّ ‫اِإْل ْربَ ِة ِم َن‬
ْ َ َ ُ َ َْ َ
‫فني ِم ْن زينَتِ ِه َّن َو تُوبُوا‬ ِ ِ ِ
َ ْ‫ض ِربْ َن بِ َْأر ُجل ِه َّن لُي ْعلَ َم ما خُي‬ ْ َ‫النِّساء َوال ي‬
‫اهلل مَج يعاً َأيُّ َها الْ ُمْؤ ِمنُو َن لَ َعلَّ ُك ْم ُت ْفلِ ُحو َن‬
ِ ‫ِإىَل‬

10
Artinya: “Katakanlah kepada wanita yang beriman:
Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan
kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya.
Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya
kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah
suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki
mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau
putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-
wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau
pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan
(terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan
kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada
Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu
beruntung.” (QS. An-Nur:24/31)

3. Qur’an Surah Al-Ahzab ayat 59

‫يُ ْدنِنْي َ َعلَْي ِه َّن‬ ِ ِ ِ ِ َ ‫ك وبن‬


َ ‫ٰتِك َون َس اۤء الْ ُم ْؤ مننْي‬ َ َ َ ‫ياَيُّ َها النَّيِب ُّ قُ ْل اِّل َْز َوا ِج‬
ٰ
ُ‫َو َك ا َن اللّ ه‬ َ ‫ِم ْن َجاَل بِْيبِ ِه َّن ٰذ‬
‫لِك اَ ْدىٰن اَ ْن يُّ ْع َرفْ َن فَاَل يُ ْؤ َذيْ َن‬
‫َغ ُف ْو ًرا َّر ِحْي ًما‬
Artinya: “Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang
mukmin,“Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke
seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu agar mereka
lebih mudah untuk dikenali, sehingga mereka tidak
diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang.”(QS. Al-Ahzab:33/59)

11
Dalil-dalil yang memerintahkan untuk menutup aurat bukan hanya
terdapat di Al-Qur’an, tapi terdapat juga dari hukum hadits Nabi Shallallahu
‘Alaihi Wasallam, antara lain:
1. Hadits riwayat Abu Daud dari Aisyah

‫ص لَّى اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ


َ ‫ت َعلَى َر ُس ول اهلل‬ ْ َ‫ت َأيِب بَ ْك ٍر َد َخل‬ َ ‫َأن َأمْسَاءَ بِْن‬
َّ
‫ص لَّى اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ ‫ض َعْن َه ا َر ُس‬ َ ‫َأعَر‬
ْ َ‫اق ف‬ ٌ َ‫اب ِرق‬ ِ
ٌ َ‫َو َعلَْي َه ا ثي‬
‫ص لُ ْح َأ ْن يُ َرى ِمْن َه ا‬ ِ ِ
َ ‫ال يَ ا َأمْسَاءُ ِإ َّن الْ َم ْرَأَة ِإ َذا َبلَغَت الْ َمح‬
ْ َ‫يض مَلْ ت‬ َ َ‫َوق‬
ِ
ْ‫َأش َار ِإىَل َو ْج ِهه َو َكف‬
‫َّيه‬ َ ‫ِإاَّل َه َذا َو َه َذا َو‬
Artinya: “Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah
shallallahu‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis.
Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling
darinya dan bersabda, “wahai Asma’, sesungguhnya seorang
wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat
dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan
kedua telapak tangannya.” (HR. Abu Daud, No. 4140)

2. Hadits riwayat Ibnu Majah dari Bahz Bin Hakim


ِ ‫يه عن ج د‬ ِِ ِ
‫ول اهلل َع ْو َرا ُتنَ ا‬
َ ‫ت يَ ا َر ُس‬ ُ ‫ال ُق ْل‬َ َ‫ِّه ق‬ َ ْ َ ‫َع ْن َب ْه ِز بْ ِن َحكي ٍم َع ْن َأب‬
‫تِك َْأو َم ا‬ َ ‫ك ِإاَّل ِم ْن َز ْو َج‬ َ َ‫اح َف ْظ َع ْو َرت‬ َ َ‫َم ا نَ ْأيِت ِمْن َه ا َو َم ا نَ َذ ُر ق‬
ْ ‫ال‬
‫ض‬ٍ ‫ض ُه ْم يِف َب ْع‬ ُ ‫ول اهلل ِإذَا َك ا َن الْ َق ْو ُم َب ْع‬ َ ‫ت يَا َر ُس‬ ُ ‫ال ُق ْل‬َ َ‫ك ق‬ َ ُ‫ت مَيِين‬
ْ ‫َملَ َك‬
‫ول اهلل‬ َ ‫ت يَا َر ُس‬ ُ ‫َّه ا قَ َال ُق ْل‬ َ ‫َأح ٌد فَاَل َيَر َين‬ َ ‫ت َأ ْن اَل َيَر َين‬
َ ‫َّها‬ ْ ‫قَ َال ِإ ْن‬
َ ‫استَطَ ْع‬
ِ ‫َأح ُّق َأ ْن يُ ْستَ ْحيَا ِمْنهُ ِم َن الن‬
‫َّاس‬ َ ‫ال اهلل‬ َ َ‫َأح ُدنَا َخالِيًا ق‬
َ ‫َذا َكا َن‬
‫ِإ‬

Artinya: ”Dari Bahz Hakim, dari ayahnya dari kakeknya ia


berkata: aku bertanya ya Rasulullah, mana aurat-aurat yang
kami tutup dan kami biarkan? Nabi menjawab, “Jagalah aurat
mu terhadap istrimu dan hamba-hamba mu!”. Bagaimana kalau
kaum (mereka) itu bercampur antara mereka, nabi menjawab,
“Kalau seorang tidak melihatnya.” Aku bertanya bagaimana

12
kalau salah seorang kami itu sendiri? Nabi menjawab, “Allah itu
lebih berhak untuk di muliakan.” (HR. Abu Daud : 3501)

3. Hadits riwayat Muslim

َ‫الر ُج ِل َوالَ الْ َم ْرَأةُ ِإىَل َع ْو َر ِة الْ َم ْر َِأة َوال‬


َّ ‫الر ُج ُل ِإىَل َع ْو َر ِة‬
َّ ‫الَ َيْنظُ ُر‬
ِ ‫الرج ِل يِف َث و ٍب وا ِح ٍد والَ ُت ْف‬
‫ض ي الْ َم ْرَأةُ ِإىَل الْ َم ْر َِأة‬ ‫ضي َّ ِإ‬ ِ ‫ي ْف‬
َ َ ْ ُ َّ ‫الر ُج ُل ىَل‬ ُ
‫اح ِد‬
ِ ‫يِف الثَّو ِب الْو‬
َ ْ
Artinya:“Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki (lainnya),
dan janganlah pula seorang wanita melihat aurat wanita
(lainnya). Seorang pria tidak boleh bersama pria lain dalam satu
kain, dan tidak boleh pula seorang wanita bersama wanita
lainnya dalam satu kain.”(HR. Muslim no. 338)5

3.1.4 Perbedaan Aurat Laki-laki dan Perempuan


1. Batas aurat laki-laki adalah mulai area kemaluan dan dubur.
Dalilnya:

ُّ ‫َوِإ َّن ُر ْكبَىِت لَتَ َم‬


‫س فَخِ َذ نَىِب ِّ اهلل ص لى اهلل علي ه وس لم مُثَّ َح َس َر اِإل َز َار‬
‫اض فَ ِخ ِذ نَىِب ِّ اهلل صلى اهلل عليه وسلم‬ِ َ‫َع ْن فَ ِخ ِذ ِه َحىَّت ِإىِّن َأنْظُُر ِإىَل َبي‬
“Dan saat itu (ketika di Khaibar) sungguh lututku menyentuh
paha Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Lalu beliau menyingkap
sarung dari pahanya hingga aku dapat melihat paha Nabi
shallallahu ‘alaihi wasallam yang putih.” (HR. Bukhari: 5387
dan Muslim: 1365)

Menjelaskan bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam pernah


memperlihatkan paha dan lutut beliau di hadapan para sahabat. Yang artinya

5
‫كتاب ااحلحيض باب حترمي النظر اىل العورات‬

13
paha dan lutut bukan termasuk aurat, melainkan hanya area kemaluan dan
dubur6.

2. Batas aurat perempuan adalah seluruh tubuh kecuali wajah dan


telapak tangan.
Dalilnya:

‫ص لَّى اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ ِ


َ ‫ت َعلَى َر ُس ول اهلل‬ ْ َ‫ت َأيِب بَ ْك ٍر َد َخل‬ َ ‫َأن َأمْسَاءَ بِْن‬
َّ
‫ص لَّى اهلل َعلَْي ِه َو َس لَّ َم‬ ِ ُ ‫َأعرض عْنه ا رس‬
َ ‫ول اهلل‬ ُ َ َ َ َ َ ْ َ‫اق ف‬ ٌ َ‫اب ِرق‬ ِ
ٌ َ‫َو َعلَْي َه ا ثي‬
‫ص لُ ْح َأ ْن يُ َرى ِمْن َه ا‬ ِ ِ
َ ‫ال يَ ا َأمْسَاءُ ِإ َّن الْ َم ْرَأةَ ِإذَا َبلَغَت الْ َمح‬
ْ َ‫يض مَلْ ت‬ َ َ‫َوق‬
ِ
ْ‫َأش َار ِإىَل َو ْج ِهه َو َكف‬
‫َّيه‬ َ ‫ِإاَّل َه َذا َو َه َذا َو‬
Artinya: ”Asma’ binti Abu Bakar pernah menemui Rasulullah
shallallahu‘alaihi wasallam dengan memakai pakaian yang tipis.
Maka Rasulullah shallallahu‘alaihi wasallam pun berpaling
darinya dan bersabda, “wahai Asma’, sesungguhnya seorang
wanita itu jika sudah haidh (sudah baligh), tidak boleh terlihat
dari dirinya kecuali ini dan ini”, beliau menunjuk wajahnya dan
kedua telapak tangannya. (HR. Abu Daud, No. 4140)

Batas aurat laki-laki dan perempuan berbeda. Oleh karena itu, sangat
penting untuk mengetahui batasan aurat. Sebagaimana dijelaskan pada hadits-
hadits di atas, bagi siapapun yang sudah baligh wajib hukumnya menutup
aurat.7
3. Batas aurat laki-laki dengan laki-laki dan batas aurat perempuan
dengan perempuan.
Dalilnya:

6
https://rumaysho.com/1485-manakah-aurat-lelaki-2.html
7
https://www.suara.com/news/2021/08/24/223933/batasan-aurat-wanita-menurut-syariat-islam?
page=1

14
َ‫الر ُج ِل َوالَ الْ َم ْرَأةُ ِإىَل َع ْو َر ِة الْ َم ْر َِأة َوال‬
َّ ‫الر ُج ُل ِإىَل َع ْو َر ِة‬
َّ ‫الَ َيْنظُ ُر‬
ِ ‫الرج ِل يِف ثَ و ٍب وا ِح ٍد والَ ُت ْف‬
‫ض ي الْ َم ْرَأةُ ِإىَل الْ َم ْر َِأة‬ ‫ضي َّ ِإ‬ ِ ‫ي ْف‬
َ َ ْ ُ َّ ‫الر ُج ُل ىَل‬ ُ
ِ‫احد‬ِ ‫يِف الثَّو ِب الْو‬
َ ْ
Artinya: “Janganlah seorang lelaki melihat aurat lelaki
(lainnya), dan janganlah pula seorang wanita melihat aurat
wanita (lainnya). Seorang pria tidak boleh bersama pria lain
dalam satu kain, dan tidak boleh pula seorang wanita bersama
wanita lainnya dalam satu kain.”(HR. Muslim no 338)

Imam Nawawi menjelaskan larangan dalam hadits tersebut bersifat


mutlak. Sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam mengenai "wanita
bergabung dengan wanita lain dalam satu selimut" adalah larangan tidur
bersama jika tidak ada pemisah. Larangan ini menunjukkan sentuhan bagian
tubuh yang termasuk aurat harus dihindari meskipun sesama wanita.

Ibnu Qudamah dalam Al Mughni menguatkan pendapat tentang batasan


aurat wanita di hadapan wanita  adalah dari pusar hingga lutut. "Aurat
seorang wanita yang wajib ditutupi di depan kaum wanita lainnya, sama
dengan aurat lelaki di depan kaum lelaki lainnya, yaitu daerah antara pusar
hingga  lutut," jelas Ibnu Qudamah.

Batas aurat wanita di hadapan wanita lain cukup antara pusar hingga lutur
karena asumsi awal syahwat  tidak akan muncul sesama wanita.

Syekh Nasiruddin Al Albani berpendapat, aurat wanita di hadapan wanita


muslimah adalah apa-apa yang biasa diberi perhiasan pada tubuhnya. Yakni
kepala, telinga, leher, bagian atas dada yang biasa  diberi kalung, hasta
dengan sedikit lengan atas yang biasa diberi hiasan lengan, telapak kaki, dan
bagian bawah betis yang biasa diberi gelang kaki.8

8
https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-aurat/

15
3.2. Definisi Kafir

Kafir secara bahasa‫ كف ار‬adalah jama’ dari kata‫ كفر‬yang berarti orang

yang menentang dan ingkar.


Secara istilah adalah orang yang tidak beriman kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala yang di bawa oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.9
Kafir ada dua macam : Ahlul Kitab dan Musyrikah.

1. Ahli kitab dalam Al-Qur’an adalah yahudi dan nasrani karena


menjadi pengikut para Rasul Allah yang telah mendapat kitab
samawi sebelum Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Di
sebut kafir karena tidak mau beriman kepada Nabi Muhammad
Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dan Al-Qur’an walaupun mereka
mengakui menjadi pengikut Rasul Allah sebelumnya10.

2. Musyrikah adalah kafir yang tidak beragama dengan agama


samawi.11. Perempuan musyrikah yaitu Al-warsaniyyat
(perempuan-perempuan penyembah berhala)12
3.3 Hukum Membuka Aurat Dihadapan Wanita Kafir
Pada asalnya wanita muslim tidak boleh menampakkan auratnya di
hadapan siapapun juga. Kemudian larangan tersebut dikecualikan untuk dua
belas golongan yaitu:
1. Suami
2. Bapak
3. Mertua
4. Anak
5. Anak suami
6. Saudara Laki-laki
7. Keponakan (anak saudara laki-laki)
8. Keponakan (anak saudara perempuan)

9
Al-mu’jam Al-wasith hal 791
10
Drs.M Thalib Irsyad.Baitussalam.Perbedaan Agama hal 13
11
Tafsir Ahkam, mu’mmal Hamidy Ic. Drs Imran A. MAnan
12
Fatwa-fatwa kontenporer jilid 1 hal 580

16
9. Wanita muslim
10. Hamba
11. Pembantu (yang tidak bernafsu)
12. Anak anak yang masih kecil

Pokok persoalan masalah ini adalah pada lafadz “‫ “ نِساِئ ِهن‬yang memiliki
َ
dua makna dhammir tersebut kembali kepada semua wanita khusus wanita
muslim saja atau kembali kepada semua wanita muslim atau bukan.
Berdasarkan tafsir Surat An-Nur : 31 sebagaimana Ibnu Katsir
berpendapat, seorang wanita muslimah boleh menampakkan perhiasan (aurat)
kepada wanita muslimah yang lain. Namun, ia tidak dibenarkan
memperlihatkan aurat kepada wanita non-Muslim.

Tujuannya, papar Ibnu Katsir, agar wanita non-Muslim tidak


menceritakan aurat wanita-wanita Muslimah kepada suami dari para wanita
non-Muslim tersebut. Selain itu, Ibnu Katsir mensifati wanita non-Muslim
tidak dapat dipercaya dalam menjaga amanah dan kerahasiaan. Dalam hal ini,
aurat seorang wanita Muslimah.

Ibnu Abbas rhadiyallahu’anhu termasuk sahabat yang melarang aurat


wanita Mukminah dilihat perempuan Yahudi dan Nasrani. Alasannya, takut
wanita non-Muslim tersebut akan menceritakan kepada lelaki lain dan suami
mereka tentang apa yang mereka lihat.
Umar bin Khattab rhadiyallahu’anhu semasa menjadi khalifah juga
melarang para wanita Muslim bercampur dengan wanita non-Muslim di
dalam pemandian. Hal ini terungkap dalam suratnya kepada Abu Ubaidah bin
Jarrah yang menjadi gubernurnya. Pendapat ini diamini oleh jumhur ulama.
Allahu a'lam.13

Disisi lain ada pendapat yang bertolak belakang yaitu dari Fatawa
Lajnah Da-imah(17/287). Ada dua pendapat ulama dalam masalah ini.

13
https://www.republika.co.id/berita/o3vfwa11/batasan-aurat-wanita-di-depan-wanita-lain

17
Namun pendapat yang lebih tepat wanita muslim tidak wajib memakai hijab
saat berinteraksi dengan wanita wanita non Muslim atau kafir. Karena tidak
ada riwayat yang menerangkan, bahwa istri-istri nabi atau para sahabat
wanita, menutup hijab mereka pada saat mereka berkumpul dengan
perempuan dari agama Yahudi dan Nasrani. Andaikan mereka melakukan itu,
tentu sudah ada riwayat yang menjelaskan.14

Dari kedua pendapat tersebut, penulis menyimpulkan bahwa lafadz

‫نِ َس اِئ ِهن‬ bermakna wanita muslim mukmin sebab dhammir atau kata ganti

“Mereka” pada ayat tersebut ditunjukkan pada wanita mukminah sebagai


ِ َ‫لِْلم ِمن‬
mana di sebutkan pada permulaan ayat yaitu ((‫ات‬ ‫ْؤ‬ ُ ‫قُ ْل‬.
15

14
https://jadwalkajian.com/artikel/apa-batasan-aurat-muslimah-terhadap-wanita-kafir/
15
Al-Muslimun, hlm. 201

18
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan Qur’an Surah An-nur ayat 31 seorang wanita muslim harus tetap
berpakaian Islam di hadapan wanita yang bukan muslim. Sebagaimana lafadz

‫ نِ َس اِئ ِهن‬yang ِ َ‫لِْلمْؤ ِمن‬


di kembalikan pada lafadz awal ayat yaitu ((‫ات‬
ُ ‫قُ ْل‬. Jadi

hukum menampakkan aurat kepada wanita kafir adalah haram.

4.2 Kritik dan Saran


Sehubungan dengan penulisan makalah ini sebagai syarat mengikuti ujian
akhir. Mungkun dalam penulisan ini banyak terdapat hal-hal yang kurang
sempurna, maka dari itu penulis membutuhkan kritik dan saran serta pembenaran
terhadap makalah ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

 Al-Qur’an Al-karim.
 Aizid, Rizem. 12 Aurat Wanita Yang Wajib Dijaga.
 Adinda, Dewanti dan Titis. 2019. The Great Muslimah. Jakarta. Imprint
Penerbit Serambi.
 Al-Muslimun.
 A. Manan, Mu’mmal Hamidy Ic. Drs Imran. Tafsir Ahkam.
 Az-Zuhaili, Wahbah. 1998. Fiqh Islam Wa Adillatuhu. Jakarta. Ruhama.
 Drs.M Thalib Irsyad Baitussalam. Perbedaan Agama.
 Ibnu Manzhur. 2003. Lisanu Arab. Daar Al-Hadits.
 Maktabah Shameela (Media Elektronik, Maktabah Shameela)
 Munawwir, Ahmad Warson. 2005. Kamus Al-Munawwir Indonesia-Arab.
Surabaya. Pustaka Progressif.
 Nuraini dan Dhiauddin. 2013. Islam dan Batas Aurat Wanita. Yogyakarta.
Kaukaba Dipantara.
 Prof, Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih islam wa adillatuhu jilid 1.
 https://id.wikipedia.org/wiki/muslim
 https://rumaysho.com/1485-manakah-aurat-lelaki-2.html
 https://www.suara.com/news/2021/08/24/223933/batasan-aurat-wanita-
menurut-syariat-islam
 https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-aurat/
 https://www.republika.co.id/berita/o3vfwa11/batasan-aurat-wanita-di-
depan-wanita-lain
 https://jadwalkajian.com/artikel/apa-batasan-aurat-muslimah-terhadap-
wanita-kafir/

20

Anda mungkin juga menyukai