Anda di halaman 1dari 17

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bagi umat Islam, al-Qur’an merupakan kitab suci yang menjadi dasar dan

pedoman dalam menjalani kehidupan mereka. Dalam kehidupan sehari-hari

mereka umumnya telah melakukan praktik resepsi terhadap al-Qur’an, baik dalam

bentuk membaca, memahami dan mengamalkan, maupun dalam bentuk resepsi

sosio-kultural. Itu semua karena mereka mempunyai belief (keyakinan) bahwa

berintraksi dengan al-Qur’an secara maksimal akan memperoleh kebahagian

dunia akhirat.1 Salah satunya perintah dalam al-Qur’an adalah menutup aurat.

Setiap umat wanita muslimah yang baligh wajib menutup aurat dengan tidak

berlebihan.

Islam memandang wanita sebagai sosok yang indah dan sangat berharga.

Dalam al-Quran ataupun hadis banyak sekali yang membahas tentang wanita.

Wanita Islam dijaga dengan pakaian yang sempurna, mereka mempunyai ciri khas

dalam bergaul, gaya berbicara yang memiliki kharisma dan menyejukkan. Mereka

adalah bidadari yang hanya boleh disentuh oleh keluarga sebagai muhrimya, dan

hanya boleh dimiliki segala yang berharga ditubuhnya oleh suami tercinta, itulah

wanita dalam naungan Islam.2 Penghargaan yang diberikan kepada wanita dalam

Islam sangat mulia. Karena itu, seharusnya wanita menjaga kelebihan yang

1
.Abdul Mustaqim, Metode penelitian Al-Qur’an dan Tafsir, cet. Ke II, Yogyakarta, Idea
Press, 2015, hlm.103-104.
2
. Abu Al-Ghifari, Muslimah yang kehilangan harga diri,cet. Ke II, Bandung, Mujahid
Press, 2002, hlm. 1-2.

1
2

diberikan Allah dengan menutup auratnya sesuai dengan tuntunan Islam dan tidak

menampakkan perhiasannya atau tabarruj.

Tabarruj ialah seorang wanita menampakkan hal-hal yang seharusnya

tertutupi di hadapan kaum lelaki yang bukan muhrimnya. Hal-hal tersebut

meliputi perhiasan-perhiasan yang dipakainya, bagian-bagian dari dirinya yang

yang menawan hati orang lain, kedua lengannya, betisnya, dada, leher dan

wajahnya.3 Dengan demikian tabarruj adalah segala bentuk perilaku wanita untuk

menampakkan kecantikannya di depan lelaki lain yang bukan mahramnya. Maka

memakai pakaian yang sudah menutup auratpun jika masih terlihat transparan ini

juga disebut tabarruj.

Menurut syekh al-Maududi, kata tabarruj bila dikaitkan dengan seorang

wanita, ia memiliki tiga pengertian:

1. Menampakkan keelokan wajah dan bagian-bagian tubuh yang

membangkitkan birahi, di hadapan kaum lelaki yang bukan muhrimnya.

2. Memamerkan pakaian dan perhiasan yang indah di hadapan kaum lelaki

yang bukan muhrim.

3. Memamerkan diri dan jalan berlenggak lenggok di hadapan kaum lelaki

yang bukan muhrim.4

Artinya wanita tidak boleh berlebih-lebihan dalam menampakkan

perhiasannya hingga menyerupai wanita-wanita jahiliyah pada waktu itu yang

membawa fitnah dan kehinaan. Seperti yang dijelaskan dalam al-Qur’an surah al-

Ahzab ayat:33
3
.Abdullah bin Jarullah, Mas’uliyah al-Mar’ah al-Muslimah ,(Tanggung Jawab Wanita
Islam),penerj. Zamzam Afandi,Yogyakarta,Titian ilahi press, 1996, hlm. 15.
4
. Abdullah bin Jarullah, Mas’uliyah...hlm.15.
3

  ...


...  
.
Artinya:...“ dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang jahiliyah5 yang dahulu”...

Mujahid berkata, dahulu para wanita keluar berjalan ditengah-tengah kaum

laki-laki, yang demikian itu disebut sebagai perilaku orang-orang jahiliyah yang

dahulu. Saat menafsirkan firman Allah “dan janganlah kamu berhias dan

bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu, Qatadah berkata,

yakni apabila keluar rumah. Dimana mereka dahulu (apabila keluar rumah) suka

berjalan lenggak-lenggok, lemah gemulai dan manja. Maka Allah SWT melarang

itu semua.6

Dalam kitab Ibnu Kastir kata tabarruj dijelaskan oleh Ibnu Abbas dalam

sebuah riwayat sebagai berikut:

“Bahwa munculnya fenomena tabarruj adalah masa antara nabi Nuh As


dan nabi Idris As, lamanya kurang lebih seribu tahun. “Pada mulanya
waktu itu ada dua kabilah keturunan Adam bertempat tinggal di daratan
rendah dan perbukitan yang mana yang tinggal di darataran rendah kaum
pria terkenal dengan ketampanannya dan kaum perempuan tidak cantik.
Berbeda dengan di perbukitan wanitanya cantik-cantik sedangkan laki-laki
tidak tampan. Lalu, Iblis mendatangi seorang laki-laki dari kalangan
penduduk dataran rendah dalam rupa seorang pelayan, lalu ia menawarkan
jasa pelayan kepadanya. Akhirnya si iblis membuat suatu alat musik yang
semisal dengan apa yang bisa dipakai oleh para pengembala. Alat tersebut
dapat mengeluarkan suara yang merdu dan belum pernah orang-orang di
masa itu mendengarkan suara seindah itu. Ketika suara musik iblis itu
sampai terdengar oleh orang-orang yang di sekitarnya. Lalu mereka
membuat suatu hari raya setiap tahunnya. Pada saat itu wanita
menampakkan dirinya kepada kaum prianya dengan memakai perhiasan

5
.Yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum
Nabi Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang
terjadi sesudah datangnya Islam
6
.Syaikh Shafiyyur Rahman al-Mubarakfuri, Shahih Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta, pustaka
Ibnu Katsir, 2006. Jilid 7, hal 279
4

dan tingkah laku jahiliyah. Begitupun para pria pada waktu itu berhias diri
untuk wanitanya dan memberi tahu kejadian itu di daerah pegunungan
akhirnya mereka turun dan bergabung bergaul pada laki-laki dan wanita
yang berhias tadi dan ahirnya timbullah zina di kalangan mereka. Hal
inilah yang dimaksud dalam surat al-Ahzab ayat 33 ”.

Tentang kerasnya larangan dan keberhati-hatian “tabarruj” Allah SWT

berfirman tentang perempuan tua untuk tidak mempunyai niat dalam

menampakkan meski telah diberi keringanan. Seperti dalam surah an-Nur:

 
  
  
   
 
  
  
    

Artinya: dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan
mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa
menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan
perhiasan, dan berlaku sopan adalah lebih baik bagi mereka. dan Allah
Mahamendengar lagi Mahabijaksana.

Menurut Ibnu kastir, wanita yang tidak haid dan tidak mempunyai

keinginan untuk menikah lagi, diperbolehkan menanggalkan pakaiannya, dengan

syarat tidak menampakkan pakaiannya atau tabarruj, seperti mengibaskan kain

celupan, menampakkan anting-anting, perhiasan emas, dan bahkan menampakkan

pakaian tipis.

Adapun ancaman keras bagi wanita yang ber-tabarruj, diantara hadis yang

mengharamkan tabarruj adalah hadis dari Abu Hurairah ra. beliau berkata:
5

َ‫ َع ْن اَيِب ُهَريْ َرة‬,‫ َع ْن اَبيْي يه‬,‫صالي ٍح‬ ٍ


َ ‫َح َّدثَي ِْن ُزَهْي ُر بْ ُن َحْرب َحدَّثَنَا َج يريٌْر َع ْن ُس َهْي ٍل بْ ُن‬
‫ان يم ْن أ َْه يل النَّا ير ََلْ أ ََرُُهَا قَ ْوٌم َم َع ُه ْم يسيَا ٌط‬ ‫ يصْن َف ي‬: .‫اَّللي صم‬ َّ ‫ال َر ُس ْو ُل‬ َ َ‫ ق‬:‫ال‬ َ َ‫ق‬
‫ي‬ ‫اسيات عا يرَي ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ض يربو َن ي‬ ‫ي‬
‫ت‬ٌ َ‫ت َمائال‬ ٌ َ‫ت ُُميال‬ ٌ َ َ ٌ َ ‫َّاس َون َساءٌ َك‬ َ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ا‬َ‫ِب‬ ُ ْ َ‫َكأَ ْذ ََنب الْبَ َق ير ي‬
ْ ‫ت الْ َمائيلَ ية الَ يَ ْد ُخ ْل َن‬
‫اْلَنَّةَ َوالَ َيَي ْد َن يرحيَ َها َوإي َّن يرحيَ َها‬ ‫رءوسه َّن َكأَسنيم ية الْبخ ي‬
ُْ َ ْ ُ ُ ُُ
‫لَتُ ْو َج ُد يم ْن َم يس َريةي َك َذا َوَك َذا‬
“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat:
[1] suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul
manusia dan [2] para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-
lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu
tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, walaupun
baunya tercium selama perjalanan sekian dan sekian.”(HR,Muslim no
2128)7

Hadits di atas merupakan ancaman keras bagi tabarruj, tidak mengenakan

jilbab dan memakai baju yang tipis atau baju mini. Para wanita yang mengenakan

pakaian tipis atau pakaian mini sebenarnya mereka sama dengan telanjang.

Pakaian transparan, pakaian yang ketat dan menampakkan bagian lekak-lekuk

tubuh. Semua itu akan menimbulkan fitnah bagi diri pemakai dan orang lain.

Demikianlah ancaman keras bagi “mi’laatun” yakni para wanita yang

berpaling dari taat kepada Allah SWT. Mereka memodifikasi rambut mereka dan

juga mengajarkannya kepada yang lain sedemikian rupa dengan membuat sanggul

hingga mirip punuk unta atau dalam bentuk lain. Hal tersebut telah banyak terjadi

pada wanita-wanita zaman sekarang.8

Adapun fenomena yang dilakukan oleh kebanyakan para wanita pada

zaman ini berlomba-berlomba untuk terlihat cantik dan menarik. Dengan


7
. Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi An- Naisaburi, ekseklopedia hadis 4 shohih Muslim 2,
Jakarta: Almahira, cet. 1, 2012, hlm. 350.
8
Abdullah bin Jarullah, Mas’uliyah...hlm.19.
6

menampakkan kecantikan-kecantikan, mengenakan pakaian yang mewah,

bersolek, menampakkan perhiasan yang mahal, berjilbab dengan gaya modern

yang melampaui batas, serta banyak lagi perbuatan lainnya, yang mana mereka

melakukannya tanpa mereka sadari mereka telah melewati batasan-batasan aurat.

Aurat berarti lokasi dari anggota tubuh tertentu dari manusia, yang

mengandung muatan seks atau mengandung daya tarik seks. Jika aurat ini

disengaja atau tidak sengaja ditampakkan akan membangkitkan birahi dan

memancing lawan jenis untuk melakukan hubungan intim.9 Dilihat dari pengertian

aurat di atas maka secara spesifik seluruh tubuh wanita merupakan aurat yang

sangat berharga untuk dijaga, akan tetapi dalam menjaganya wanita tidak

diperkenankan menampakkan perhiasannya secara berlebihan atau tabarruj.

Dalam keseharian, dapat ditemukan muslimah yang menjual harga dirinya

hanya untuk kesenangan hawa nafsu, ingin dipuji, dipuja dan disanjung sebagai

wanita seksi. Mereka perlihatkan aurat pada siapa saja yang berminat bahkan

dengan tanpa imbalan sepeserpun. Mereka mencari popularitas sebagai sosok

wanita modern yang seksi dan ingin diakui sebagai sosok yang maju.10

Desa Penggage adalah desa yang terletak di Sumatera Selatan tepatnya di

Sekayu kabupaten Musi Banyuasin kecamatan Sanga Desa. Pekerjaan masyarakat

desa Penggage 70% petani namun, ada juga sebagian yang berdagang dan

berprofesi sebagai tenaga pengajar.

Desa Penggage dikatakan cukup maju, dari segi fasilitas pembangunan

seperti sudah adanya PLN, sekolah, masjid dan cukup maju juga di bidang

9
. Abu Al-Ghifari, Muslimah yang ... hlm. 20.
10
. Abu Al-Ghifari, Muslimah yang ... hlm. 22 .
7

transfortasi dan teknologi. Sehingga, memudahkan masyarakat desa Penggage

mencapai kebutuhan sehari-harinya.

Wanita di desa Penggage masyarakatnya terdiri dari golongan ibu-ibu,

anak-anak, remaja ada pula yang disebut perempuan dewasa. Perempuan dewasa

di desa Penggage berkisar pada usia 17 tahun hingga 50 tahun. Gaya dapat

diartikan dengan simbol atau ekpresi untuk menampakkan identitas. Gaya dapat

dipengaruhi oleh faktor kehidupan sosial, budaya, maupun agama.

Gaya hidup saat ini yang sangat berkembang pesat, sudah mulai

menghilangkan nilai-nilai budaya dan agama yang sebenarnya. Hal ini dilihat dari

perubahan pada masyarakat desa terutama pada remaja, yang kehidupannya

sangat mudah menyerap budaya luar, baik dari segi berbicara, bergaul, maupun

berpenampilan yang menurut mereka trend.

Melihat dari berbagai hal tersebut gaya hidup perempuan di desa

khususnya di desa Penggage, dari segi penampilan sudah sangat berubah dari

perempuan terdahulu yang mana mereka bergaul dan berpenampilan masih sesuai

dengan tuntunan syariat. Berbeda pada masyarakat remaja di desa zaman

sekarang, mereka bergaul dan berpenampilan sudah sangat berlebih-lebihan,

hingga melampaui batas secara syariat.

Maka penelitian ini membahas bagaimana konsep tabarruj telaah surah al-

Ahzab ayat: 33 dan perilaku tabarruj pada perempuan dewasa yang ada di desa

khususnya desa Penggage kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin.


8

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep tabarruj telaah surah al-Ahzab Ayat: 33?

2. Bagaimanakah perilaku tabarruj pada perempuan dewasa di desa

Penggage kecamatan Sanga Desa kabupaten Musi Banyuasin berdasarkan

telaah surah al-Ahzab ayat:33

Adapun batasan masalah dala m penelitian ini adalah:

Penelitian ini melihat perilaku tabarruj di masyarakat desa Penggage dari

semua bentuk yang mengundang syahwat bagi kaum Adam yang bukan

muhrimnya. Fokus penelitian ini ditujukan pada masyarakat desa Penggage pada

perempuan dewasa dari usia 17 tahun sampai 50 tahun. Karena pada tingkat usia

tersebut, wanita di desa Penggage selalu ingin tampil lebih cantik dan menarik,

sebab ingin meniru gaya masyarakat yang ada di kota.

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimanakah konsep tabarruj telaah surah al-Ahzab

ayat:33.

2. Untuk mengetahui bagaimanakah perilaku tabarruj pada perempuan

dewasa di desa Penggage kecamatan Sanga Desa kabupten Musi

Banyuasin berdasarkan telaah surah al-Ahzab ayat:33.

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:


9

1. Memberikan nuansa berbeda pada kajian al-Quran, dimana kajian ini

memfokuskan tentang konsep tabarruj telaah surah al-Ahzab ayat:33,

dan memfokuskan pada penelitian lapangan guna mengevaluasi perilaku

tabarruj pada perempuan dewasa yang ada di desa Penggage kecamatan

Sanga Desa kabupaten Musi Banyuasin.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan tentang adanya larangan untuk tidak ber-tabarruj yang terdapat

di dalam al-Qur’an, kepada masyarakat desa Penggage kecamatan Sanga

Desa kabupaten Musi Banyuasin.

3. Kegunaan praktis yaitu untuk melengkapi sebagian syarat dalam meraih

gelar Sarjana Agama dalam bidang Ilmu al-Quran dan Tafsir pada

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri

Raden Fatah Palembang.

D. Tinjauan Pustaka

Fenomena Tabarruj Masa Kini dalam Kalangan Wanita Muslimah,

Skripsi, Sarimah binti Nordin, 2016, kulliyah of education, International Islamic

education Malasyia, yang meninjau fenomena tabarruj dalam kalangan wanita

muslimah, dan mengungkap kesilapan yang sering dilakukan oleh wanita dalam

berpakaian.11

11
. Sarimah binti Nordin, fenomena tabarruj masa kini dalam kalangan wanita muslimah,
skripsi, International Islamic Education Malasyia, 2016.
10

Konsep Tabarruj dalam Hadis: Studi Tentang Kualitas dan Pemahaman

Hadis Mengenai Adab Berpakaian bagi Wanita. Journal, Achyar zein,

Ardiansyah, Firmansyah, 2017, pasca sarjana UIN Sumatera Utara, dalam

penelitian ini mengetahui bagaimana pemahaman tabarruj dalam hadis, meneliti

kualitas hadis, dan untuk mengetahui bagaimana pemahaman hadis dalam kitab

syarah hadis mengenai adab berpakaian bagi wanita.12

Pemahaman dan Pengalaman Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan

Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2011(Studi Kasus Tentang Hadis

Tabarruj, Skripsi, Tezar Alfi Syahdan, 2011, Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, dalam penelitian ini menjelaskan teori tabarruj, pemahaman

dan pengalaman hadis tentang tabarruj, khususnya pada mahasiswi Ushuluddin

dan Filsafat. Adapun hasilnya dari sebagian besar mahasiswi fakultas Ushuluddin

dan Filsafat mengetahui bahwa Isam melarang wanita untuk bersolek dan

mempertontonkan perhiasan/ tabarruj tetapi tidak mengetahui hadistnya, namun

ada juga yang mengamalkan hadis tabarruj, sebagian besar mahasiswi tersebut

memperhatikan perhiasan yang ada pada dirinya akan tetapi sebagian kecil

mereka berhias bermakeup serta memakai pakaian ketat dan bergaul dengan

lawan jenis.13

Eksploitasi Wanita di Era Kontemporer (Studi Analisa Tafsir Tabarruj

Dalam al-Qur’an), Srikipsi, Muslih Muhaimin Seknun, 2018, Fakultas

12
. Achyar dkk, Konsep Tabarruj Dalam Hadis: Studi Tentang Kualitas dan Pemahaman
Hadis Mengenai Adab Berpakaian Bagi Wnaita, Journal, pasca sarjana UIN Sumatera Utara vol 1
No 2, Des 2017
13
.Tezar Alfi Syahdan, Pemahaman dan Pengamalan Mahasiswi Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011 (Studi Kasus Tentang Hadis Tabarruj) ,
Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2011
11

Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dalam peneltian ini membahas

mengenai karateristik tabarruj serta penafsiran ulama’ tentang kata tabarruj

dalam al-Qur’an dan tindakan eksploitasi yang sebagai bentuk tabarruj modern.

Kesimpulan ini bahwa perilaku tabarruj yang terjadi dimasa lalu merupakan

tindakan yang menurunkan martabat wanita, seperti dalam segi berjalan dengan

berlenggak lenggok, selanjutnya adalah tindakan eksploitasi yang membawa

wanita kembali ke zaman Jahiliyah , tindakan eksploitasi wanita yang

digambarkan melalui media dan pekerjaan yang membuat kaum wanita berani

tampil dengan pakaian minim dan ketat.14 Adapun kegunaan tinjauan pustaka di

dalam suatu penelitian tersebut digunakan untuk memperdalam pemahaman

tentang masalah yang hendak diteliti,

E. Definisi Operasional

Tabarruj Secara bahasa tabarruj berasal dari kata ‫( برج‬baraja) yang

berarti lahir, muncul atau tinggi.15 Dalam tafsir al-Misbah kata tabarrujna berasal

dari kata ‫( برج‬baraja) yang artinya tampak atau atau tinggi. Kemudian di fahami

juga dalam arti kejelasan dan keterbukaan karena demikian itulah keadaan
16
sesuatu yang tampak dan tingggi. Kata tabarruj seperti dalam surah al-Ahzab

ayat 33:

  ...

14
. Muslih Muhaimin Seknun, Eksploitasi Wanita di Era Kontemporer (Studi Analisa
Tafsir Tabarruj Dalam al-Qur’an), Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2018
15
Ahmad Warson Munawwir, Kamus Al-Munawwir: Arab Indonesia (Surabaya: Pustaka
Progresif, 1997) hlm. 70
16
. M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah (Pesan,Kesan dan Keserasian al-Qur’an), Vol.
10, cet. Ke V, Jakarta,
12

...  



Artinya:...“ dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti
orang-orang Jahiliyah17 yang dahulu”...

Tabarruj juga adalah menampakkan perhiasan, keindahan dan bagian

tubuh mana pun yang wajib ditutupi oleh wanita, yang dapat mengundang

syahwat kaum laki-laki.18

Sedangkan menurut pengertian lain tabarruj adalah memamerkan

kecantikan yang termasuk perbuatan jahiliyah orang-orang tempo dulu, termasuk

bentuk kemunduran dan kembali ke zaman tak berperadaban. Padahal Allah telah

menerangi cahaya syariat islam.19

F. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu,20 dengan cara diatur

secara sistematis, logis, rasional, dan terarah, tentang pekerjaan sebelum dan

sesudah mengumpulkan data. Sehingga diharapkan mampu menjawab secara

ilmiah perumusan masalah. Dalam hal ini peneliti menggunakan telaah kritik dan

metode fenomenologi.

1. Jenis penelitian

17
.Yang dimaksud Jahiliyah yang dahulu ialah Jahiliah kekafiran yang terdapat sebelum
Nabi Muhammad s.a.w. dan yang dimaksud Jahiliyah sekarang ialah Jahiliyah kemaksiatan, yang
terjadi sesudah datangnya Islam
18
. Syaikh Nada Abu Ahmad, Silsilah Min Akhta’in Nisa’, 300 Dosa Yang Diremehkan
Wanita, penerj. Umar Mujtahid, cet ke VII, solo, Kiswah M edia 2014. Hlm 464
19
.Abdul Lathif bin Hajis al-Ghamidi, Mukhalafat Nisa’iyyah, 100 Mukhalafah Taqa’u
Fihal Katsir Minan Nisa’ Bi Adillahtiha asy-Syar’iyyah, (100 Dosa Yang Diremehkan Wanita),
penerj. Abu Hanan Dzakiyya, cet. Ke XIV, Sukoharjo, Madarul Wathan Lin Nasyr, 2017, hlm.
118
20
. Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Kombinasi (Mixed Methods),
Bandung, Alfabeta C.V , 2015, hlm. 3
13

Untuk mendapatkan data yang akurat, maka penelitian ini akan

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian field research

(pendekatan lapangan). Secara terminologi penelitian pendekatan kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriftif berupa kata-

kata tertulis atau lisan dari orang-orang atau pelaku yang dapat diamati. 21

Berdasarkan pengertian diatas pendekatan metode kualitatif tepat untuk

mengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan tabarruj pada perempuan

dewasa di desa Penggage, karena metode kualitatif dikembangkan untuk

mengkaji manusia dalam kasus-kasus tertentu.

Dalam ranah ini peneliti menggunakan kritik telaah surah al-Ahzab

ayat:33, guna untuk mengevaluasi fenomena tabarruj pada perempuan dewasa di

desa penggage kecamatan Sanga Desa kabupaten Musi Banyuasin.

Adapun subyek dari penelitian ini adalah perempuan dewasa di desa

Penggage, kecamatan Sanga Desa kabupaten Musi Banyuasin. Khususnya

perempuan dewasa yang umurnya berkisar dari umur 17 sampai 50 tahun karena

perempuan dewasa di desa ini yang sering berintraksi dengan kehidupan modern.

Perempuan dewasa tersebut dibagi menjadi tiga kelompok yaitu milenial, ibu-ibu

dan paruhbaya.

2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data dalam penelitian ini ialah jenis data kualitatif, yaitu jenis data

yang menguraikan beberapa pendapat, konsep atau teori yang menggambarkan

21
. Muhajirin , Maya Panorama, pendekatan praktis (metode penelitian kualitatif dan
kuantitatif), Yogyakarta: Idea Press,2017, hlm.24
14

atau menyajikan masalah yang berkaitan dengan judul skripsi.22 Selanjutnya data

yang dikumpulkan akan dianalisis secara deskriptif kualitatif yang bertujuan

untuk mendapatkan bagaimana konsep tabarruj dalam surah al-Ahzab ayat:33 dan

perilaku tabarruj yang terjadi. Adapun sumber data yang digunakan dalam

penelitian ini, sebagai berikut:

a. Data Primer

Sumber data primer adalah data yang dikumpulkan secara lansung oleh

peneliti, metode atau pendekatan yang dapat dilakukan dalam proses

pengumpulan data yang bersifat primer ini dapat menggunakan wawancara,

pengamatan, tes, dokumentasi, dan sebagainya.23 Data primer dalam penelitian ini

berupa, al-Qur’an surat al-Ahzab ayat: 33.

b. Data sekunder

Data sekunder adalah data yang mendukung data primer. Adapun data

sekunder dalam penelitian ini dapat berupa kitab-kitab tafsir karya ulama, serta

buku-buku penunjang atau segala referensi yang mendukung pembahasan.

3. Pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data tanpa

mengetahui metode pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan

data yang memenuhi standar data yang diterapkan.24 Dalam hal ini peneliti

menggunakan metodologi kritik telaah surah al-Ahzab ayat:33, dan untuk

mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan beberapa metode, yaitu:


22
. Soejono, Metodologi Penelitian Hukum , Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2008, hlm, 46.
23
.Suryani Hendryadi, Metode Riset Kualitatif, Jakarta: kencana, 2015, hlm. 173.
24
. Sugiono, Metode Penelitian...hlm. 308.
15

a. Metode Observasi

Observasi sebagai teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri yang

spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain seperti wawancara dan

kuesioner. Kalau wawancara dan kuesioner terbatas pada orang, sedangkan

observasi tidak terbatas pada orang tetapi juga termasuk obyek-obyek alam

lainnya.25

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data-data yang mudah di

fahami dan diamati secara lansung, dan metode ini ditujukan kepada perempuan

dewasa yang umurnya berkisar 17 tahun sampai 50 tahun di desa Penggage untuk

memperoleh data tentang tabarruj yang mereka terapkan.

b. Metode Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan

ide melalui tanya jawab, dengan cara tatap muka dan tanpa menggunakan

pedoman wawancara, karena pewawancara dan informan (orang yang

diwawancarai) sudah lama terlibat dalam kehidupan sosial yang cukup lama.26

Metode ini ditujukan kepada perempuan dewasa di desa Penggage, untuk

mengetahui dan membuktikan bagaimana pemahaman mereka tentang tabarruj

dan apakah mereka benar-benar ber tabarruj seperti yang tercantum dalam surah

al-Ahzab ayat:33, serta mengevaluasi tabarruj yang bagaimanakah mereka

lakukan.

Wawancara ini dilakukan melalui cara bertatap muka dan dibantu oleh

angket yang berbentuk kuesioner, hal ini dilakukan untuk mempermudah


25
. Sugiono, Metode Penelitian... hlm. 196
26
. M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Politik dan
Ilmu Sosial Lainnya), cet. Ke 5, Jakarta, kencana, 2011, hlm. 111.
16

menjawab apa yang pewawancara maksudkan serta untuk mendapat data yang

lebih valid tentang pengakuan masyarakat perempuan dewasa mengenai perilaku

tabarruj di desa Penggage.

c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah metode yang digunakan untuk menelusuri

data historis. Karena besar fakta dan data sosial tersimpan dalam bahan yang

berbentuk dokumentasi.27 Metode ini digunakan untuk mengambil data yang

berhubungan dengan gambaran umum desa Penggage baik berupa kondisi

ekonomi, sosial, dan berupa bentuk perilaku tabarruj, dalam kondisi ini sarana

dan prasana perempuan dewasa dan desa tempat tinggal mereka yaitu desa

Penggage.

4. Metode Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dianalisis secara deskriptif kualitatif, yaitu

menjelaskan seluruh data masalah yang ada dengan sejelas-jelasnya. Kemudian

penejelasan-penjelasan tersebut disimpulkan secara deduktif yaitu menarik suatu

kesimpulan dan pertnyataan-pernyataan yang bersifat umum kepada pernyataan

yang bersifat khusus, sehingga penyajian akhir penelitian ini dapat difahami

dengan mudah.

G. Sistematika Pembahasan

Agar mempermudah apa yang dimaksud dalam bab ini, maka pembahasan

dibagi dalam lima bab, dan tiap-tiap bab dibagi dalam sub-sub yang

sistematikanya sebagai berikut:

27
. M. Burhan B ungin, Penelitian Kualitatif... hlm. 124.
17

Bab 1: Pendahuluan , yang meliputi latar belakang masalah, rumusan

masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan penelitian, tinjauan

pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab II: Bab ini akan membahas tinjauan umum tentang tabarruj yang

meliputi pengertian tabarruj, jenis-jenis tabarruj, serta bahaya dan ancaman

perilaku tabarruj.

Bab III : Bab ini akan membahas gambaran umum desa Penggage

Kecamatan Sanga Desa Kabupaten Musi Banyuasin yang mencangkup tentang

geografi dan kondisi daerah, kondisi monografi dan demografis desa Penggage,

sarana pendidikan dan keagamaan, potensi lokal ekonomi, sosial dan budaya desa

Penggage, perempuan dewasa desa Penggage.

Bab IV: Bab ini akan membahas analisis perilaku tabarruj perempuan

dewasa di desa Penggage yang meliputi perempuan dewasa desa Penggage,

konsep tabarruj telaah surah al-Ahzab ayat: 33, dan fenomena kehidupan

perempuan dewasa di desa Penggage.

Bab V : Bab Penutup, yang terdiri dari Kesimpulan dan Saran.

Anda mungkin juga menyukai