Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MAKALAH SYARI’AH

BAB ZINA

KELOMPOK 1

Anggota :

Cony Khoirina XI IPS 1/O4

Farah Kurnia Isnaini XI IPS 1/ 07

Mazida Zulfa XI IPS 1/14

Rizky Septyani XI IPS 1/21

SMA AL-ISLAM 1 SURAKARTA


2010-2011
ZINA

Zina ( Arab : ‫ ) الزناء‬adalah bila dua orang yang bukan suami isteri, melakukan
hubungan yang dihalalkan khusus untuk pasangan suami isteri. Zina ( Arab : ‫)الزناء‬
adalah bila dua orang yang bukan suami isteri, melakukan hubungan yang
dihalalkan khusus untuk pasangan suami istri.

Di dalam Islam , pelaku perzinaan dibezakan menjadi dua, iaitu pezina


muhshan dan ghayru muhshan . Di dalam Islam , pelaku perzinaan dibedakan
menjadi dua, yaitu pezina muhshan dan ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah
pezina yang sudah memiliki pasangan sah. Pezina muhshan adalah pezina yang
sudah memiliki pasangan sah. Sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku
yang belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah. Sedangkan pezina
ghayru muhshan adalah pelaku yang belum pernah menikah dan tidak memiliki
pasangan sah.

Hukuman bagi penzina Hukuman bagi penzina

"Lelaki tukang zina tidak (boleh) berkahwin, melainkan dengan perempuan


penzina atau musyrik; dan seorang perempuan tukang zina tidak (boleh)
berkahwin, melainkan dengan lelaki penzina atau musyrik. Yang demikian itu
diharamkan atas orang-orang mukmin." "Pria tukang zina tidak (dapat) menikah,
melainkan dengan perempuan penzina atau musyrik; dan seorang perempuan
tukang zina tidak (dapat) menikah, melainkan dengan pria pezina atau musyrik.
Yang demikian itu diharamkan atas orang-orang mukmin." (Al-Quran,Surah an-
Nur: 3) (Alquran, Surah an-Nur: 3)

"Perempuan yang zina dan laki-laki yang zina, deralah masing-masing mereka itu
seratus kali." "Perempuan yang zina dan laki-laki yang zina, deralah masing-
masing mereka itu seratus kali." (an-Nur: 3) (An-Nur: 3)

Dera ini adalah hukuman jasmani, sedang larangan kahwin adalah hukuman
moral. Dera ini adalah hukuman jasmani, sedang larangan kahwin adalah hukuman
moral. Dengan demikian, maka diharamkan mengawasi pelacur sama halnya
dengan memurnikan kehormatan warga negara, atau sama dengan menggugurkan
kewarga-negaraan orang yang bersangkutan dari hak-haknya yang tertentu
menurut istilah sekarang. Dengan demikian, maka diharamkan mengawasi pelacur
sama halnya dengan memurnikan kehormatan warga negara, atau sama dengan
menggugurkan kewarga-negaraan orang yang bersangkutan dari hak-haknya yang
tertentu menurut istilah sekarang.

Ibnul Qayim setelah menerangkan arti ayat di atas, mengatakan: "Hukum


yang telah ditetapkan oleh al-Quran ini sudah selaras dengan fitrah manusia dan
sesuai dengan akal yang sehat. Sebab Allah tidak membenarkan hambanya ini
sebagai germo untuk mencarikan jodoh seorang pelacur. Fitrah manusia pun akan
menganggap jijik. Oleh kerana itu orang-orang apabila mencari kawannya, mereka
mengatakan: 'Pantas kamu suami seorang pelacur.' Ibnul Qayim setelah
menerangkan arti ayat di atas, mengatakan: "Hukum yang telah ditetapkan oleh al-
Quran ini sudah selaras dengan fitrah manusia dan sesuai dengan akal yang sehat.
Sebab Allah tidak mengizinkan hambanya ini sebagai germo untuk mencarikan
jodoh seorang pelacur. Fitrah manusia pun akan menganggap jijik. Karena itu
orang-orang apabila mencari kawannya, mereka mengatakan: 'Pantas kamu suami
seorang pelacur.' Untuk itulah, maka Allah mengharamkan perkahwinan semacam
itu kepada orang Islam." Untuk itulah, maka Allah mengharamkan perkawinan
semacam itu kepada orang Islam. "

Dan yang lebih jelas lagi, ialah: bahwa kejahatan seorang perempuan ini
dapat merusak tempat tidurnya suami dan keturunan yang justru oleh Allah
dijadikan sebagai sarana kesempurnaan kemaslahatan mereka dan dinilai sebagai
suatu nikmat. Dan yang lebih jelas lagi, adalah: bahwa kejahatan seorang
perempuan ini dapat merusak tempat tidurnya suami dan keturunan yang justru
oleh Allah dijadikan sebagai sarana kesempurnaan kemaslahatan mereka dan
dinilai sebagai suatu nikmat. Sedang zina dapat mengakibatkan percampuran air
dan meragukan keturunan. Sedang zina dapat mengakibatkan percampuran air dan
meragukan keturunan. Oleh kerana itu termasuk salah satu keistimewaan syariat
Islam, ialah mengharamkan kahwin dengan seorang pelacur sehingga dia bertaubat
dan mengosongkan rahimnya. Oleh karena itu termasuk salah satu keistimewaan
syariat Islam, adalah mengharamkan kahwin dengan seorang pelacur sehingga dia
bertaubat dan mengosongkan rahimnya. Caranya yaitu: paling sedikit haidh satu
kali.9 Caranya yaitu: paling sedikit haidh satu kali.9

Lagi pula, bahwa seorang pelacur adalah tidak baik. Lagi pula, bahwa
seorang pelacur adalah tidak baik. Sedang Allah menjadikan perkahwinan itu
sebagai salah satu jalan untuk mewujudkan rasa cinta dan kasih-sayang
(mawaddah warahmah). Sedang Allah menjadikan pernikahan itu sebagai salah
satu jalan untuk mewujudkan rasa cinta dan kasih-sayang (mawaddah warahmah).
Dan apa yang disebut mawaddah, yaitu kemurnian cinta. Dan apa yang disebut
mawaddah, yaitu kemurnian cinta. Maka bagaimana mungkin orang yang tidak
baik dapat dicintai oleh suami yang baik? Maka bagaimana mungkin orang yang
tidak baik dapat dicintai oleh suami yang baik?

Suami dalam bahasa Arab disebut zauj, yang berasal dari kata izdiwaj
artinya: isytibah wat tawazun (serupa dan seirama). Suami dalam bahasa Arab
disebut zauj, yang berasal dari kata izdiwaj artinya: isytibah wat tawazun (serupa
dan seirama). Jadi suami-isteri atau zaujan (dalam bahasa Arab), berarti dua orang
yang serupa dan seirama, tidak bertolak belakangnya antara yang baik dan yang
buruk baik ditinjau secara hukum syar'i ataupun secara ukuran biasa, tidak akan
dapat menghasilkan keserasian, seirama, kecintaan dan kasih-sayang. Jadilah
suami-istri atau zaujan (dalam bahasa Arab), berarti dua orang yang serupa dan
seirama, tidak bertolak belakangnya antara yang baik dan yang buruk baik ditinjau
secara hukum syar'i atau secara ukuran biasa, tidak akan dapat menghasilkan
kompatibilitas, seirama, kecintaan dan kasih-sayang. Maka tepatlah apa yang
dikatakan Allah. Maka tepatlah apa yang dikatakan Allah.

"Perempuan jahat untuk laki-laki yang jahat, dan laki-laki yang jahat untuk
perempuan jahat; dan perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki
yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik." "Perempuan jahat untuk laki-
laki yang jahat, dan laki-laki yang jahat untuk perempuan jahat; dan perempuan
yang baik untuk laki-laki yang baik, dan laki-laki yang baik untuk perempuan-
perempuan yang baik." an-Nur: 26) an-Nur: 26)

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk,” (al-Israa’: 32), artinya semua
perkara dan perbuatan yang menyebabkan kita terjerumus kepada perzinaan, kita
diperintah untuk menjauhi.

Fenomena perzinaan dan perselingkuhan di era ini sungguh sangat


memprihatinkan, mulai dari Pusat Kota sampai pelosok Desa, dari Generasi Muda
hingga angkatan 45. Baru mulai pacaran sudah selingkuh apalagi kalau sudah
nikah.

Namun jika Nafsu telah terbelenggu dan dikuasai oleh Setan, maka iman yang
telah kita pupuk sekian puluh tahun akan lenyap juga dalam waktu yang amat
singkat. Betapa sering hubungan rumah tangga retak dan hancur karena tidak
terkontrolnya dan terjaganya interaksi dengan lawan jenis. Maka berhati-hatilah
jangan sampai kisah dibawah ini terjadi dalam keluarga kita.
Hukum Menuduh Berzina

Secara bahasa makna kata ‘Qadzf’ adalah ‘ar-Rom-yu bisy-Syay-’i (menuduh


sesuatu).
Sedangkan secara istilah adalah menuduh berzina atau melakukan liwath
(homoseksual)

‘Qadzf’ terbagi kepada dua jenis:

Pertama, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai hukum ‘Hadd’ (hukuman yang telah
ditetapkan ukurannya berdasarkan al-Qur’an atau hadits)
Kedua, ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ (hukuman yang dijatuhkan
berdasarkan kebijakan penguasa pemerintahan Islam)

Bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya (Qadzif) dikenai hukuman ‘Hadd’ adalah


menuduh seorang Muhshon (yang sudah menikah) melakukan zina, menafikan
nasabnya atau menuduhnya melakukan liwath.

Sedangkan bentuk ‘Qadzf’ yang pelakunya dikenai sanksi ‘Ta’zir’ adalah menuduh
secara tidak terang-terangan terkait dengan hal-hal di atas atau menuduh dengan
selain itu.

Hukum ‘Qadzf’ adalah HARAM berdasarkan nash al-Qur’an, hadits dan Ijma’.
Allah SWTberfirman, “Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-
baik (berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka
deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera dan janganlah kamu
terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah orang-orang
yang fasik.” (QS.an-Nur:4)

Di dalam kitab ‘ash-Shahihain’ (Shahih al-Bukhari dan Muslim), dari hadits Abu
Hurairah, bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Jauhilah tujuh perkara yang
mencampakkan…. (salah satunya beliau menyebutkan)… al-Qadzf.”

Para ulama juga telah bersepakat (Ijma’) bahwasanya ‘Qadzf’ tersebut merupakan
salah satu dosa besar (Kaba’ir).

Ibn Rusyd mengatakan, “Para ulama sepakat bahwa disamping diwajibkannya


hukum hadd, maka persaksiannya (Qadzif) gugur selama belum bertaubat. Mereka
juga bersepakat bahwa taubat tidak dapat membatalkan hukuman ‘hadd.’
Hadits Pertama
Dari Aisyah RA, dia berkata, “Ketika telah turun ‘udzurku Rasulullah SAW berdiri
di atas mimbar lalu menyinggung hal tersebut dan membacakan ayat al-Qur’an.
Tatkala turun (dari mimbar), beliau memberintahkan agar didatangkan dua orang
laki-laki dan seorang wanita agar dilakukan hukum hadd (terhadap mereka).”
(Dikeluarkan oleh Imam Ahmad, Empat Imam hadits lainnya, serta diisyaratkan
juga oleh al-Bukhari)

Kualitas Hadits

Kualitas hadits di atas adalah Hasan . Hal ini ditegaskan oleh at-Turmudzi yang
berkata, “Hasan Gharib, kami tidak mengenalnya selain dari hadits Ibn Ishaq.” Al-
Mundziri berkata, “Terkadang Ibn Ishaq menyebutkan sanadnya dan terkadang
menyampaikannya secara Irsal (sebagai hadits Mursal).”

Qadzf memiliki beberapa hukum:


1. HARAM: bila berita yang disampaikan bohong
2. WAJIB: atas seorang (suami) yang melihat isterinya berzina, kemudian
melahirkan anak yang memperkuat sangkaannya bahwa ia hasil perzinaan dengan
teman zinanya.

3. MUBAH: bila seorang (suami) melihat isterinya berzina tetapi tidak melahirkan
dari perbuatan itu sehingga mengharuskannya untuk menafikan terjadinya hal itu.
Dalam hal ini, ia diberi pilihan antara berpisah dengannya atau menuduhnya.
Namun berpisah dengannya adalah lebih utama daripada menuduhnya sebab lebih
menutup ‘aib. Di samping, karena konsekuensi dari menuduhnya adalah salah satu
dari keduanya harus bersumpah di mana salah satunya lagi pastilah seorang
pendusta atau pun ia (isterinya) itu mengakui perbuatan itu sehingga ini
membongkar aibnya.

. Dalam hadits Qudsi disebutkan, “Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya kalian


selalu berbuat dosa pada malam dan siang hari, sedang Aku mengampuni
dosa-dosa semuanya. Oleh karena itu, mohonlah ampun kepada-Ku, niscaya
aku akan mengampuni kalian.” (H.R. Muslim)

Sebagian ulama mengartikan taubat sebagai kembalinya seseorang dari sesuatu


yang tercela menuju sifat yang terpuji, dari larangan Allah menuju perintah-
perintah-Nya, dari maksiat menuju taat, serta dari segala yang dibenci Allah
menuju rido-Nya. Untuk itu, ada tiga syarat pokok taubat yang harus dipenuhi,
yakni:
1.Harus menghentikan maksiat.
2.Harus diikuti penyesalan yang mendalam.
3.Berniat dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulanginya.

Jika dosa tersebut berhubungan dengan Allah, misalnya lalai dalam beribadah,
maka mohonkanlah ampun kepada-Nya dan perbaikilah kesalahan tersebut. Jika
dosa tersebut menyangkut orang lain, setelah memohon ampun pada Allah,
mintalah maaf pada orang yang bersangkutan. Untuk dosa yang terkait dengan
masalah hukum hudud (seperti zina dan sejenisnya), maka taubat harus diiringi
dengan kesiapan untuk menerima hukuman sesuai dengan syariat Islam.

Bagi orang yang berzina dalam keadaan sudah pernah menikah, hukumannya
adalah rajam (dilempar batu hingga mati di hadapan umum). Bila yang berzina itu
belum pernah menikah sebelumnya, hukumannya hanya dicambuk 100 kali.
Sebagian ulama menambahkan dengan mengasingkannya selama setahun.

Jika perbuatan zina dilalukan di bulan Ramadhan, maka pertobatan itu lebih baik
dilakukan dengan kifarat (mengganti shaum yang batal) oleh perbuatan tersebut
meski yang membatalkan shaum sebenarnya adalah hubungan suami istri dan
bukan hubungan perzinahan. Kifarat yang dimaksud di sini adalah shaum dua
bulan berturut-turut atau memerdekakan hamba sahaya atau memberi makan 60
fakir miskin.

Di dalam Islam, pelaku perzinahan dibedakan menjadi dua, yaitu pezina muhshan
dan ghayru muhshan. Pezina muhshan adalah pezina yang sudah memiliki
pasangan sah (menikah). Sedangkan pezina ghayru muhshan adalah pelaku yang
belum pernah menikah dan tidak memiliki pasangan sah.

Di bawah hukum Islam, perzinaan termasuk salah satu dosa besar. Dalam agama
Islam, hubungan seksual oleh lelaki/perempuan yang telah menikah dengan
lelaki/perempuan yang bukan suami/istri

Tentang perzinaan di dalam Al-Quran disebutkan di dalam ayat-ayat berikut; Al


Israa' 17:32, Al A'raaf 7:33, An Nuur 24:26. Dalam hukum Islam, zina akan
dikenakan hukum rajam.

Hukumnya menurut agama Islam untuk para penzina adalah sebagai berikut:
 Jika pelakunya muhshan, mukallaf (sudah baligh dan berakal), suka rela
(tidak dipaksa, tidak diperkosa), maka dicambuk 100 kali, kemudian
dirajam, berdasarkan perbuatan Ali bin Abi Thalib atau cukup dirajam, tanpa
didera dan ini lebih baik, sebagaimana dilakukan oleh Muhammad, Abu
Bakar ash-Shiddiq, dan Umar bin Khatthab.

 Jika pelakunya belum menikah, maka dia didera (dicambuk) 100 kali.
Kemudian diasingkan selama setahun.[2]

sahnya, termasuk perzinaan. Dalam Al-Quran, dikatakan bahwa semua orang


Muslim percaya bahwa berzina adalah dosa besar dan dilarang oleh Allah.

Di antara tujuan syariat adalah menjaga kehormatan dan keturunan. Karena itu
syariat Islam mengharamkan zina. Allah berfirman, "Dan janganlah kamu
mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu
jalan yang buruk." (Al-Isra': 32)

Bahkan syari'at menutup segala pintu dan sarana yang mengundang perbuatan zina,
yakni dengan mewajibkan hijab, menundukkan pandangan, juga dengan melarang
khalwat (berduaan di tempat yang sepi) dengan lawan jenis yang bukan mahram
dan sebagainya.

Pezina muhshan (yang telah beristeri) dihukum dengan hukuman yang paling berat
dan menghinakan, yaitu dengan merajam (melempari)nya dengan batu hingga
mati. Hukuman itu ditimpakan agar ia merasakan akibat dari perbuatannya yang
keji, juga agar setiap anggota tubuhnya kesakitan, sebagaimana seluruh tubuhnya
telah menikmati yang haram.

Adapun pezina yang belum pernah melakukan senggama melalui nikah yang sah,
maka ia dicambuk sebanyak seratus kali. Suatu bilangan yang paling banyak dalam
hukuman cambuk yang dikenal dalam Islam. Hukuman itu harus disaksikan oleh
sekelompok kaum mukminin. Suatu bukti betapa hukuman itu amat dihinakan dan
dipermalukan. Tidak hanya itu, pezina tersebut selanjutnya harus dibuang dan
diasingkan dari tempat ia melakukan perzinaan, selama satu tahun penuh.

Adapun siksaan para pezina -baik laki-laki maupun perempuan- di alam barzakh
adalah ditempatkan di dapur api yang atasnya sempit dan bawahnya luas. Dari
bawah tempat tersebut, api dinyalakan. Sedang mereka berada di dalamnya dalam
keadaan telanjang. Jika api dinyalakan, maka mereka berteriak, melolong-lolong
dan memanjat ke atas hingga hampir-hampir saja mereka bisa keluar. Tapi bila api
dipadamkan, mereka kembali lagi ke tempatnya semula (di bawah), lalu api
kembali dinyalakan. Demikian terus berlangsung hingga datangnya Hari Kiamat.

Keadaannya akan lebih buruk lagi jika laki-laki tersebut sudah tua tapi masih terus
berbuat zina, padahal kematian hampir menjemputnya, tetapi Allah masih
memberinya tenggang waktu.

Dalam hadits marfu' dari Abu Hurairah radhiallahu 'anhu disebutkan,


"Tiga (jenis manusia) yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada Hari Kiamat,
juga Allah tidak akan menyucikan mereka dan tidak pula memandang kepada
mereka, sedang bagi mereka siksa yang pedih, yaitu: Laki-laki tua yang suka
berzina, seorang raja pendusta dan orang miskin yang sombong." (Hadits riwayat
Muslim, 1/102-103.)

Di antara cara mendapatkan rezeki yang terburuk adalah mahrul baghyi. Yaitu
upah yang diberikan kepada wanita pezina oleh laki-laki yang menzinainya.

Pezina yang mencari rezeki dengan menjajakan kemaluannya tidak diterima


do'anya. Bahkan meski do'a itu dipanjatkan di tengah malam, saat pintu-pintu
langit dibuka. (Hadits masalah ini terdapat dalam Shahihul Jami' , no. 2971.)

Kebutuhan dan kemiskinan bukanlah suatu alasan yang dibenarkan syara' sehingga
seseorang boleh melanggar ketentuan dan hukum-hukum Allah. Orang Arab
dahulu berkata,
"Seorang wanita merdeka kelaparan tetapi tidak makan dengan menjajakan kedua
buah dadanya, bagaimana mungkin dengan menjajakan kemaluannya?"

Di zaman kita sekarang, segala pintu kemaksiatan dibuka lebar-lebar. Syetan


mempermudah jalan (menuju kemaksiatan) dengan tipu dayanya dan tipu daya
pengikutnya. Para tukang maksiat dan ahli kemungkaran membeo syetan. Maka,
bertebaranlah para wanita yang pamer aurat dan keluar rumah tanpa mengenakan
pakaian yang diperintahkan agama. Tatapan yang berlebihan dan pandangan yang
diharamkan menjadi fenomena umum. Pergaulan bebas antara laki-laki dengan
perempuan merajalela. Rumah-rumah mesum semakin laku.

Demikian pula dengan film-film yang membangkitkan nafsu hewani. Banyak


orang melancong ke negeri-negeri yang menjanjikan kebebasan maksiat. Di sana-
sini berdiri bursa sex. Pemerkosaan merajalela di mana-mana. Jumlah anak haram
semakin meningkat tajam. Demikian pula halnya dengan kegiatan aborsi
(pengguguran kandungan) akibat kumpul kebo dan sebagainya.

Ya Allah, kami mohon rahmat dan belas kasihMu, perlindungan dan pemeliharaan
dari sisi-Mu yang dengannya Engkau melindungi kami dari perbuatan keji dan
mungkar. Ya Allah, kami mohon pada-Mu, bersihkanlah segenap hati kami dan
pelihara serta bentengilah kemaluan dan kehormatan kami. Jadikanlah dinding
pembatas antara kami dengan hal-hal yang diharamkan.

(Dari kitab "Muharramat Istahana Bihan Naas" karya Syaikh Muhammad bin
Sholeh Al-Munajjid / alsofwah)
:
A. Bahaya dan Akibat Buruk Perbuatan Zina
Dalam zina terkumpul bermacam-macam dosa dan keburukan yakni berkurangnya
agama si penzina, hilangnya sikap wara’ (menjaga diri dari dosa), buruk
keperibadian dan hilangnya rasa cemburu.
Zina membunuh rasa malu, padahal dalam Islam malu merupakan suatu hal yang
amat diambil berat dan perhiasan yang sangat indah khasnya bagi wanita.
Menjadikan wajah pelakunya muram dan gelap.
Membuat hati menjadi gelap dan mematikan sinarnya.
Menjadikan pelakunya selalu dalam kemiskinan atau merasa demikian sehingga
tidak pernah merasa cukup dengan apa yang diterimanya.
Akan menghilangkan kehormatan pelakunya dan jatuh martabatnya baik di
hadapan Allah mahupun sesama manusia.
Allah akan mencampakkan sifat liar di hati penzina, sehingga pandangan matanya
liar dan tidak terkawal.
Pezina akan dipandang oleh manusia dengan pandangan mual dan tidak percaya.
Zina mengeluarkan bau busuk yang mampu dihidu oleh orang-orang yang
memiliki ‘qalbun salim’ (hati yang bersih) melalui mulut atau badannya.
Kesempitan hati dan dada selalu meliputi para pezina. Apa yang ia dapati dalam
kehidupan ini adalah sebalik dari apa yang diingininya. Ini adalah karena, orang
yang mencari kenikmatan hidup dengan cara bermaksiat kepada Allah maka Allah
akan memberikan yang sebaliknya dari apa yang dia inginkan, dan Allah tidak
menjadikan maksiat sebagai jalan untuk mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan.
Penzina telah mengharamkan dirinya untuk mendapat bidadari yang jelita di
syurga kelak.
Perzinaan menyeret kepada terputusnya hubungan silaturrahim, derhaka kepada
orang tua, pekerjaan haram, berbuat zalim, serta menyia-nyiakan keluarga dan
keturunan. Bahkan boleh membawa kepada pertumpahan darah dan sihir serta
dosa-dosa besar yang lain. Zina biasanya berkait dengan dosa dan maksiat yang
lain sebelum atau bila berlakunya dan selepas itu biasanya akan melahirkan
kemaksiatan yang lain pula.
Zina menghilangkan harga diri pelakunya dan merosakkan masa depannya di
samping meninggalkan aib yang berpanjangan bukan sahaja kepada pelakunya
malah kepada seluruh keluarganya.
Aib yang dicontengkan kepada pelaku zina lebih membekas dan mendalam
daripada asakan akidah kafir, misalnya, karena orang kafir yang memeluk Islam
selesailah persoalannya, namun dosa zina akan benar-benar membekas dalam jiwa
karena walaupun akhirnya pelaku zina itu bertaubat dan membersihkan diri dia
akan masih merasa berbeda dengan orang yang tidak pernah melakukannya.
Jika wanita yang berzina hamil dan untuk menutupi aibnya ia mengugurkan
kandungannya itu maka dia telah berzina dan juga telah membunuh jiwa yang
tidak berdosa . Jika dia ialah seorang wanita yang telah bersuami dan melakukan
kecurangan sehingga hamil dan membiarkan anak itu lahir maka dia telah
memasukkan orang asing dalam keluarganya dan keluarga suaminya sehingga anak
itu mendapat hak warisan mereka tanpa disedari siapa dia sebenarnya. Amat
mengerikan, naudzubillah min dzalik.

Anda mungkin juga menyukai