Anda di halaman 1dari 29

PENGERTIAN ETIKA

Ilmu yang membahas perbuatan baik dan perbuatan buruk manusia


sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran manusia
TUJUAN MEMPELAJARI ETIKA
Untuk mendapatkan konsep yang sama mengenai penilaian baik dan
buruk bagi semua manusia dalam ruang dan waktu tertentu
PENGERTIAN BAIK
Sesuatu hal dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, dan
memberikan perasaan senang, atau bahagia (Sesuatu dikatakan
baik bila ia dihargai secara positif)
PENGERTIAN BURUK
Segala yang tercela. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang
bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku
CARA PENILAIAN BAIK DAN BURUK
Menurut Ajaran Agama, Adat Kebiasaan, Kebahagiaan, Bisikan
Hati (Intuisi), Evolusi, Utilitarisme, Paham Eudaemonisme, Aliran
Pragmatisme, Aliran Positivisme, Aliran Naturalisme, Aliran
Vitalisme, Aliran Idealisme, Aliran Eksistensialisme, Aliran
Marxisme, Aliran Komunisme [carilah di internet mengenai faham
atau aliran-aliran tersebut secara lengkap]
Kriteria perbuatan baik atau buruk yang akan diuraikan di bawah
ini sebatas berbagai aliran atau faham yang pernah dan terus
berkembang sampai saat ini. Khusus penilaian perbuatan baik dan
buruk menurut agama, adapt kebiasaan, dan kebudayaan tidak akan
dibahas disini.
Faham Kebahagiaan (Hedonisme)
“Tingkah laku atau perbuatan yang melahirkan kebahagiaan dan
kenikmatan/kelezatan”. Ada tiga sudut pandang dari faham ini yaitu (1)
hedonisme individualistik/egostik hedonism yang menilai bahwa jika suatu
1Etika&Profesi dalam Teknik Informatika
keputusan baik bagi pribadinya maka disebut baik, sedangkan jika keputusan
tersebut tidak baik maka itulah yang buruk; (2) hedonisme
rasional/rationalistic hedonism yang berpendapat bahwa kebahagian atau
kelezatan individu itu haruslah berdasarkan pertimbangan akal sehat; dan (3)
universalistic hedonism yang menyatakan bahwa yang menjadi tolok ukur
apakah suatu perbuatan itu baik atau buruk adalah mengacu kepada akibat
perbuatan itu melahirkan kesenangan atau kebahagiaan kepada seluruh
makhluk.
Bisikan Hati (Intuisi)
Bisikan hati adalah “kekuatan batin yang dapat mengidentifikasi apakah
sesuatu perbuatan itu baik atau buruk tanpa terlebih dahulu melihat akibat
yang ditimbulkan perbuatan itu”. Faham ini merupakan bantahan terhadap
faham hedonisme. Tujuan utama dari aliran ini adalah keutamaan,
keunggulan, keistimewaan yang dapat juga diartikan sebagai “kebaikan budi
pekerti”
Evolusi
Paham ini berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini selalu
(secara berangsur-angsur) mengalami perubahan yaitu berkembang menuju
kea rah kesempurnaan. Dengan mengadopsi teori Darwin (ingat konsep
selection of nature, struggle for life, dan survival for the fittest) Alexander
mengungkapkan bahwa nilai moral harus selalu berkompetisi dengan nilai
yang lainnya, bahkan dengan segala yang ada di ala mini, dan nilai moral
yang bertahanlah (tetap) yang dikatakan dengan baik, dan nilai-nilai yang
tidak bertahan (kalah dengan perjuangan antar nilai) dipandang sebagai
buruk.
Paham Eudaemonisme
Prinsip pokok faham ini adalah kebahagiaan bagi diri sendiri dan
kebahagiaan bagi orang lain. Menurut Aristoteles, untuk mencapai
eudaemonia ini diperlukan 4 hal yaitu (1) kesehatan, kebebasan, kemerdekaan,
kekayaan dan kekuasaan, (2) kemauaan, (3) perbuatan baik, dan (4)
pengetahuan batiniah.
Aliran Pragmatisme
Aliran ini menititkberatkan pada hal-hal yang berguna dari diri sendiri baik
yang bersifat moral maupun material. Yang menjadi titik beratnya adalah
pengalaman, oleh karena itu penganut faham ini tidak mengenal istilah
kebenaran sebab kebenaran bersifat abstrak dan tidak akan diperoleh dalam
dunia empiris.
Aliran Naturalisme
2
Etika&Profesi dalam Teknik Informatika
Yang menjadi ukuran baik atau buruk adalah :”apakah sesuai dengan
keadaan alam”, apabila alami maka itu dikatakan baik, sedangkan apabila
tidak alami dipandang buruk. Jean Jack Rousseau mengemukakan bahwa
kemajuan, pengetahuan dan kebudayaan adalah menjadi perusak alam
semesta.
Aliran Vitalisme
Aliran ini merupakan bantahan terhadap aliran natiralisme sebab menurut
faham vitalisme yang menjadi ukuran baik dan buruk itu bukan alam tetapi
“vitae” atau hidup (yang sangat diperlukan untuk hidup). Aliran ini terdiri
dari dua kelompok yaitu (1) vitalisme pessimistis (negative vitalistis) dan (2)
vitalisme optimistime. Kelompok pertama terkenal dengan ungkapan “homo
homini lupus” artinya “manusia adalah serigala bagi manusia yang lain”.
Sedangkan menurut aliran kedua “perang adalah halal”, sebab orang yang
berperang itulah (yang menang) yang akan memegang kekuasaan. Tokoh
terkenal aliran vitalisme adalah F. Niettsche yang banyak memberikan
pengaruh terhadap Adolf Hitler.
Aliran Gessingnungsethik
Diprakarsai oleh Albert Schweitzer, seorang ahli Teolog, Musik, Medik, Filsuf,
dan Etika. Yang terpenting menurut aliran ini adalah “penghormatan akan
kehidupan”, yaitu sedapat mungkin setiap makhluk harus saling menolong dan
berlaku baik. Ukuran kebaikannya adalah “pemelihataan akan kehidupan”,
dan yang buruk adalah setiap usaha yang berakibat kebinasaan dan
menghalangi- halangi hidup.
Aliran Idealisme
Sangat mementingkan eksistensi akal pikiran manusia sebab pikiran
manusialah yang menjadi sumber ide. Ungkapan terkenal dari aliran ini
adalah “segala yang ada hanyalah yang tiada” sebab yang ada itu hanyalah
gambaran/perwujudan dari alam pikiran (bersifat tiruan). Sebaik apapun
tiruan tidak akan seindah aslinya (yaitu ide). Jadi yang bai itu hanya apa yang
ada di dalam ide itu sendiri.
Aliran Eksistensialisme
Etika Eksistensialisme berpandangan bahwa eksistensi di atas dunia selalu
terkait pada keputusan-keputusan individu, Artinya, andaikan individu tidak
mengambil suatu keputusan maka pastilah tidak ada yang terjadi. Individu
sangat menentukan terhadao sesuatu yang baik, terutama sekali bagi
kepentingan dirinya. Ungkapan dari aliran ini adalah “ Truth is subjectivity”
3
Etika&Profesi dalam Teknik Informatika
atau kebenaran terletak pada pribadinya maka disebutlah baik, dan sebaliknya
apabila keputusan itu tidak baik bagi pribadinya maka itulah yang buruk.
Aliran Marxisme
Berdasarkan “Dialectical Materialsme” yaitu segala sesuatu yang ada
dikuasai oleh keadaan material dan keadaan material pun juga harus
mengikuti jalan dialektikal itu. Aliran ini memegang motto “segala sesuatu
jalan dapatlah dibenarkan asalkan saja jalan dapat ditempuh untuk mencapai
sesuatu tujuan”. Jadi apapun dapat dipandang baik asalkan dapat
menyampaikan/menghantar kepada tujuan
PENGERTIAN PROFESI
Belum ada kata sepakat mengenai pengertian profesi karena tidak
ada standar pekerjaan/tugas yang bagaimanakah yang bisa
dikatakan sebagai profesi. Ada yang mengatakan bahwa profesi
adalah “jabatan seseorang walau profesi tersebut tidak bersifat
komersial”. Secara tradisional ada 4 profesi yang sudah dikenal
yaitu kedokteran, hukum, pendidikan, dan kependetaan.
PROFESIONALISME
Biasanya dipahami sebagai suatu kualitas yang wajib dipunyai oleh
setiap eksekutif yang baik. Ciri-ciri profesionalisme:
1. Punya ketrampilan yang tinggi dalam suatu bidang serta
kemahiran dalam menggunakan peralatan tertentu yang diperlukan
dalam pelaksanaan tugas yang bersangkutan dengan bidang tadi
2.Punya ilmu dan pengalaman serta kecerdasan dalam
menganalisis suatu masalah dan peka di dalam membaca situasi
cepat dan tepat serta cermat dalam mengambil keputusan terbaik
atas dasar kepekaan
3. Punya sikap berorientasi ke depan sehingga punya kemampuan
mengantisipasi perkembangan lingkungan yang terbentang di
hadapannya
4. Punya sikap mandiri berdasarkan keyakinan akan kemampuan
pribadi serta terbuka menyimak dan menghargai pendapat orang
lain, namun cermat dalam memilih yang terbaik bagi diri dan
perkembangan pribadinya
4
Etika&Profesi dalam Teknik Informatika
CIRI KHAS PROFESI
Menurut Artikel dalam International Encyclopedia of education,
ada 10 ciri khas suatu profesi, yaitu:
1. Suatu bidang pekerjaan yang terorganisir dari jenis intelektual
yang terus berkembang dan diperluas
2. Suatu teknik intelektual 3. Penerapan praktis dari teknik
intelektual pada urusan praktis 4. Suatu periode panjang untuk
pelatihan dan sertifikasi 5. Beberapa standar dan pernyataan
tentang etika yang dapat
diselenggarakan 6. Kemampuan untuk kepemimpinan pada profesi
sendiri 7. Asosiasi dari anggota profesi yang menjadi suatu
kelompok
yang erat dengan kualitas komunikasi yang tinggi antar
anggotanya 8. Pengakuan sebagai profesi 9. Perhatian yang
profesional terhadap penggunaan yang
bertanggung jawab dari pekerjaan profesi 10. Hubungan yang erat
dengan profesi lain
TUJUAN KODE ETIKA PROFESI
Prinsip-prinsip umum yang dirumuskan dalam suatu profesi akan
berbeda satu dengan yang lainnya. Hal ini disebabkan perbedaan
adat, kebiasaan, kebudayaan, dan peranan tenaga ahli profesi yang
didefinisikan dalam suatu negar tidak sama.
Adapun yang menjadi tujuan pokok dari rumusan etika yang
dituangkan dalam kode etik (Code of conduct) profesi adalah:
1. Standar-standar etika menjelaskan dan menetapkan tanggung
jawab terhadap klien, institusi, dan masyarakat pada umumnya
2. Standar-standar etika membantu tenaga ahli profesi dalam
menentukan apa yang harus mereka perbuat kalau mereka
menghadapi dilema-dilema etika dalam pekerjaan
3. Standar-standar etika membiarkan profesi menjaga reputasi atau
nama dan fungsi-fungsi profesi dalam masyarakat melawan
kelakuan-kelakuan yang jahat dari anggota-anggota tertentu
5
Etika&Profesi dalam Teknik Informatika
4. Standar-standar etika mencerminkan /
membayangkan pengharapan moral-moral dari komunitas,
dengan demikian standar-standar etika menjamin bahwa para
anggota profesi akan menaati kitab UU etika (kode etik) profesi
dalam pelayanannya
5. Standar-standar etika merupakan dasar untuk menjaga kelakuan
dan integritas atau kejujuran dari tenaga ahli profesi
6. Perlu diketahui bahwa kode etik profesi adalah tidak sama
dengan hukum (atau undang-undang). Seorang ahli profesi yang
melanggar kode etik profesi akan menerima sangsi atau denda dari
induk organisasi profesinya
BAB I PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI
1. PENTINGNYA ETIKA PROFESI
Apakah etika, dan apakah etika profesi itu ? Kata etik (atau etika) berasal dari kata
ethos (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai
suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimilki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu salah
atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can act as the
performance index or reference for our control system”. Dengan demikian, etika akan
memberikan semacam batasan maupun standar yang akan mengatur pergaulan
manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya yang secara khusus
dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian dirupakan dalam bentuk
aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja dibuat berdasarkan prinsipprinsip
moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan bisa difungsikan sebagai alat
untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional umum
(common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. Dengan demikian etika adalah
refleksi dari apa yang disebut dengan “self control”, karena segala sesuatunya dibuat
dan diterapkan dari dan untuk kepenringan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.
Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang berkeahlian
dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan pelatihan yang
berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua keahlian dan
kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari dalam oleh rekan
sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-
in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan diperlukan untuk
menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan di sisi lain melindungi
masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun penyalah-gunaan kehlian
(Wignjosoebroto, 1999).Oleh karena itu dapatlah disimpulkan bahwa sebuah profesi
hanya dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat, bilamana dalam diri para elit
profesional tersebut ada kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat
mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat yang
memerlukannya. Tanpa etika profesi, apa yang semual dikenal sebagai sebuah profesi
yang terhormat akan segera jatuh terdegradasi menjadi sebuah pekerjaan pencarian
nafkah biasa (okupasi) yang sedikitpun tidak diwarnai dengan nilai-nilai idealisme
dan ujung-ujungnya akan berakhir dengan tidak-adanya lagi respek maupun
kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite profesional ini.
B. PENGERTIAN ETIKA
Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat
internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan
dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing
yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan
kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai
dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi
umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia
dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang
buruk.
Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang
berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini :
Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah
laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat
ditentukan oleh akal.
Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang
pelru kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau
sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian
sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan
buruknya prilaku manusia :
1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan
rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk
mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan
pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai
sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma
sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi :
a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia
bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika
dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak
serta
tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di
analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum
dan teori-teori.
b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang
kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil
keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya
lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun,
penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi
yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil
suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada
dibaliknya.
ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian : a. Etika individual, yaitu
menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. b. Etika sosial,
yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia
sebagai anggota umat manusia.
Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu
sama lain dengan tajam, karena kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan sebagai
anggota umat manusia saling berkaitan.
Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung
maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa
pandangan- pandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat
manusia terhadap lingkungan hidup.
Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau
terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling
aktual saat ini adalah sebagai berikut : 1. Sikap terhadap sesama
2. Etika keluarga 3. Etika profesi
4. Etika politik 5. Etika lingkungan 6. Etika idiologi
SISTEM PENILAIAN ETIKA : Titik berat penilaian etika sebagai suatu ilmu,
adalah pada perbuatan baik atau jahat,
susila atau tidak susila. Perbuatan atau kelakuan seseorang yang telah menjadi
sifat baginya atau telah mendarah
daging, itulah yang disebut akhlak atau budi pekerti. Budi tumbuhnya dalam jiwa, bila
telah dilahirkan dalam bentuk perbuatan namanya pekerti. Jadi suatu budi pekerti,
pangkal penilaiannya adalah dari dalam jiwa; dari semasih berupa angan-angan, cita-
cita, niat hati, sampai ia lahir keluar berupa perbuatan nyata.
Burhanuddin Salam, Drs. menjelaskan bahwa sesuatu perbuatan di nilai pada 3
(tiga) tingkat :
a.
b. c.
Tingkat pertama, semasih belum lahir menjadi perbuatan, jadi masih berupa rencana
dalam hati, niat. Tingkat kedua, setelah lahir menjadi perbuatan nyata, yaitu pekerti.
Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik atau buruk.
Dari sistematika di atas, kita bisa melihat bahwa ETIKA PROFESI merupakan bidang
etika khusus atau terapan yang merupakan produk dari etika sosial. Kata hati atau niat
biasa juga disebut karsa atau kehendak, kemauan, wil. Dan isi dari karsa inilah yang
akan direalisasikan oleh perbuatan. Dalam hal merealisasikan ini ada (4 empat)
variabel yang terjadi :
a. Tujuan baik, tetapi cara untuk mencapainya yang tidak baik. b. Tujuannya yang
tidak baik, cara mencapainya ; kelihatannya baik. c. Tujuannya tidak baik, dan cara
mencapainya juga tidak baik. d. Tujuannya baik, dan cara mencapainya juga terlihat
baik.
C. PENGERTIAN PROFESI
Profesi Istilah profesi telah dimengerti oleh banyak orang bahwa suatu hal yang
berkaitan dengan bidang yang sangat dipengaruhi oleh pendidikan dan keahlian,
sehingga banyak orang yang bekerja tetap sesuai. Tetapi dengan keahlian saja yang
diperoleh dari pendidikan kejuruan, juga belum cukup disebut profesi. Tetapi perlu
penguasaan teori sistematis yang mendasari praktek pelaksanaan, dan hubungan
antara teori dan penerapan dalam praktek.
Kita tidak hanya mengenal istilah profesi untuk bidang-bidang pekerjaan seperti
kedokteran, guru, militer, pengacara, dan semacamnya, tetapi meluas sampai
mencakup pula bidang seperti manajer, wartawan, pelukis, penyanyi, artis, sekretaris
dan sebagainya. Sejalan dengan itu, menurut DE GEORGE, timbul kebingungan
mengenai pengertian profesi itu sendiri, sehubungan dengan istilah profesi dan
profesional. Kebingungan ini timbul karena banyak orang yang profesional tidak atau
belum tentu termasuk dalam pengertian profesi. Berikut pengertian profesi dan
profesional menurut DE GEORGE :
PROFESI, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok untuk
menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian. PROFESIONAL,
adalah orang yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang
profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian,
sementara orang lain melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-
senang, atau untuk mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan fahami betul bahwa “PEKERJAAN / PROFESI” dan
“PROFESIONAL” terdapat beberapa perbedaan :
PROFESI : - Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus. - Dilaksanakan
sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna waktu). - Dilaksanakan sebagai
sumber utama nafkah hidup. - Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang
mendalam.
PROFESIONAL : - Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya. -
Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya itu. - Hidup dari
situ. - Bangga akan pekerjaannya.
CIRI-CIRI PROFESI Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat
pada profesi, yaitu : 1. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat
pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang bertahun-tahun. 2. Adanya kaidah dan
standar moral yang sangat tinggi. Hal ini biasanya setiap pelaku
profesi mendasarkan kegiatannya pada kode etik profesi. 3. Mengabdi pada
kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana profesi harus
meletakkan kepentingan pribadi di bawah kepentingan masyarakat. 4. Ada izin
khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi akan selalu berkaitan dengan
kepentingan masyarakat, dimana nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan,
keamanan, kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan suatu
profesi
harus terlebih dahulu ada izin khusus. 5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota
dari suatu profesi.
Dengan melihat ciri-ciri umum profesi di atas, kita dapat menyimpulkan bahwa kaum
profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur perilaku yang berada di atas
rata- rata. Di satu pihak ada tuntutan dan tantangan yang sangat berat, tetapi di lain
pihak ada suatu kejelasan mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka
kepentingan masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang kegiatan
menerapkan suatu standar profesional yang tinggi, bisa diharapkan akan tercipta suatu
kualitas masyarakat yang semakin baik.
PRINSIP-PRINSIP ETIKA PROFESI : 1. Tanggung jawab
- Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya. - Terhadap
dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau masyarakat pada
umumnya.
2. Keadilan. Prinsip ini menuntut kita untuk memberikan kepada siapa saja apa yang
menjadi haknya.
3. Otonomi. Prinsip ini menuntut agar setiap kaum profesional memiliki dan di beri
kebebasan dalam menjalankan profesinya.
SYARAT-SYARAT SUATU PROFESI : - Melibatkan kegiatan intelektual. -
Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus. - Memerlukan persiapan
profesional yang alam dan bukan sekedar latihan. - Memerlukan latihan dalam jabatan
yang berkesinambungan. - Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
- Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi. - Mempunyai organisasi
profesional yang kuat dan terjalin erat. - Menentukan baku standarnya sendiri, dalam
hal ini adalah kode etik.
PERANAN ETIKA DALAM PROFESI : Nilai-nilai etika itu tidak hanya milik
satu atau dua orang, atau segolongan orang saja,
tetapi milik setiap kelompok masyarakat, bahkan kelompok yang paling kecil yaitu
keluarga sampai pada suatu bangsa. Dengan nilai-nilai etika tersebut, suatu kelompok
diharapkan akan mempunyai tata nilai untuk mengatur kehidupan bersama.
Salah satu golongan masyarakat yang mempunyai nilai-nilai yang menjadi
landasan dalam pergaulan baik dengan kelompok atau masyarakat umumnya maupun
dengan sesama anggotanya, yaitu masyarakat profesional. Golongan ini sering
menjadi pusat perhatian karena adanya tata nilai yang mengatur dan tertuang secara
tertulis (yaitu kode etik profesi) dan diharapkan menjadi pegangan para anggotanya.
Sorotan masyarakat menjadi semakin tajam manakala perilaku-perilaku
sebagian para anggota profesi yang tidak didasarkan pada nilai-nilai pergaulan yang
telah disepakati bersama (tertuang dalam kode etik profesi), sehingga terjadi
kemerosotan etik pada masyarakat profesi tersebut. Sebagai contohnya adalah pada
profesi hukum dikenal adanya mafia peradilan, demikian juga pada profesi dokter
dengan pendirian klinik super spesialis di daerah mewah, sehingga masyarakat miskin
tidak mungkin menjamahnya.
D. KODE ETIK PROFESI
Kode; yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda
yang disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu
berita, keputusan atau suatu kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti
kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai
landasan tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.
MENURUT UU NO. 8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN)
Kode etik profesi adalah pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam
melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-hari.
Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan
untuk mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui
ketentuan- ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh
kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH HIPOKRATES, yang
dipandang sebagai kode etik pertama untuk profesi dokter.
Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK ILMU
KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke-5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum
tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal
dari kalangan murid- muridnya dan meneruskan semangat profesional yang
diwariskan oleh dokter Yunani ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang
sudah-sudah panjang, namun belum pernah dalam sejarah kode etik menjadi
fenomena yang begitu banyak dipraktekkan dan tersebar begitu luas seperti sekarang
ini. Jika sungguh benar zaman kita di warnai suasana etis yang khusus, salah satu
buktinya adalah peranan dan dampak kode-kode etik ini.
Profesi adalah suatu MORAL COMMUNITY (MASYARAKAT MORAL) yang
memiliki cita-cita dan nilai-nilai bersama. Kode etik profesi dapat menjadi
penyeimbang segi segi negative dari suatu profesi, sehingga kode etik ibarat kompas
yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin mutu
moral profesi itu dimata masyarakat.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat
penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Tetapi setelah
kode etik ada, pemikiran etis tidak berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran
etis, tapi sebaliknya selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi
dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh
profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop begitu saja dari atas yaitu
instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita
dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri.
Instansi dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga
membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan
oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu
sendiri harus menjadi hasil SELF REGULATION (pengaturan diri) dari
profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya
untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan
pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan
citacita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya
dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan
tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi agar kode etik dapat berhasil
dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya
kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode etik.
SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK : a. Sanksi moral b. Sanksi dikeluarkan dari
organisasi
Kasus-kasus pelanggaran kode etik akan ditindak dan dinilai oleh suatu dewan
kehormatan atau komisi yang dibentuk khusus untuk itu. Karena tujuannya adalah
mencegah terjadinya perilaku yang tidak etis, seringkali kode etik juga berisikan
ketentuan-ketentuan profesional, seperti kewajiban melapor jika ketahuan teman
sejawat melanggar kode etik. Ketentuan itu merupakan akibat logis dari self
regulation yang terwujud dalam kode etik; seperti kode itu
berasal dari niat profesi mengatur dirinya sendiri, demikian juga diharapkan kesediaan
profesi untuk menjalankan kontrol terhadap pelanggar. Namun demikian, dalam
praktek seharihari control ini tidak berjalan dengan mulus karena rasa solidaritas
tertanam kuat dalam anggota- anggota profesi, seorang profesional mudah merasa
segan melaporkan teman sejawat yang melakukan pelanggaran. Tetapi dengan
perilaku semacam itu solidaritas antar kolega ditempatkan di atas kode etik profesi
dan dengan demikian maka kode etik profesi itu tidak tercapai, karena tujuan yang
sebenarnya adalah menempatkan etika profesi di atas pertimbangan-pertimbangan
lain. Lebih lanjut masing-masing pelaksana profesi harus memahami betul tujuan
kode etik profesi baru kemudian dapat melaksanakannya.
Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang telah dibahas dan dirumuskan
dalam etika profesi. Kode etik ini lebih memperjelas, mempertegas dan merinci
norma-norma ke bentuk yang lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma
tersebut sudah tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah
sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta terperinci tentang
apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan apa yang salah dan perbuatan apa
yang dilakukan dan tidak boleh dilakukan oleh seorang profesional
TUJUAN KODE ETIK PROFESI :
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. 2. Untuk menjaga dan memelihara
kesejahteraan para anggota. 3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi. 5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi. 7. Mempunyai organisasi
profesional yang kuat dan terjalin erat. 8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah : 1. Memberikan pedoman bagi setiap
anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan. 2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi.
Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat
nasional, misalnya Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat
HUKUM Indonesia, Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia
dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki
kode etik.
Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini perusahaan-perusahan swasta
cenderung membuat kode etik sendiri. Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan
mutu etisnya dan sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada
prinsipnya patut dinilai positif.
Kode Etik Profesi
␣Kode Etik Profesi Kode etik profesi
merupakan sarana untuk membantu para
pelaksana sebagai seseorang yang
professional supaya tidak dapat merusak
etika profesi
␣Ada tiga hal pokok yang merupakan
fungsi dari kode etik profesi :
Kode etik profesi memberikan pedoman bagi
␣
setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
Maksudnya bahwa dengan kode etik profesi,
pelaksana profesi mampu mengetahui suatu
hal yang boleh dia lakukan dan yang tidak

boleh dilakukan. Lanjutan


␣Kode etik profesi merupakan
sarana kontrol sosial bagi
masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
Maksudnya bahwa etika profesi
dapat memberikan suatu
pengetahuan kepada masyarakat
agar juga dapat memahami arti
pentingnya suatu profesi, sehingga
memungkinkan pengontrolan
terhadap para pelaksana di
lapangan keja (kalanggan social).
Lanjutan
␣Kode etik profesi mencegah
campur tangan pihak diluar
organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi.
Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa
para pelaksana profesi pada suatu
instansi atau perusahaan yang lain
tidak boleh mencampuri
pelaksanaan profesi di lain instansi
atau perusahaan.
Tanggung jawab
profesi yang lebih
spesifik
␣ Mencapai kualitas yang tinggi dan
efektifitas baik dalam proses
maupun produk hasil kerja
profesional.
␣ Menjaga kompetensi sebgai
profesional.
␣ Mengetahui dan menghormati
adanya hukum yang berhubungan
dengan kerja yang profesional.
␣ Menghormati perjanjian,
persetujuan, dan menunjukkan
tanggung jawab.
KODE ETIK SEORANG
PROFESIONAL
TEKNOLOGI
INFORMASI ( TI )
␣Dalam lingkup TI, kode etik
profesinya memuat kajian ilmiah
mengenai prinsip atau norma-norma
dalam kaitan dengan hubungan
antara professional atau developer
TI dengan klien, antara para
professional sendiri, antara
organisasi profesi serta organisasi
profesi dengan pemerintah. Salah
satu bentuk hubungan seorang
profesional dengan klien (pengguna
jasa) misalnya pembuatan sebuah
program aplikasi.
Lanjutan
␣Seorang profesional tidak
dapat membuat program
semaunya, ada beberapa hal
yang harus ia perhatikan
seperti untuk apa program
tersebut nantinya digunakan
oleh kliennya atau user; ia
dapat menjamin keamanan
(security) sistem kerja program
aplikasi tersebut dari pihak-
pihak yang dapat
mengacaukan sistem kerjanya
(misalnya : hacker, cracker,
dll).
Kode Etik Profesi
Informatikawan
␣Kode etik profesi Informatikawan
merupakan bagian dari etika profesi.
␣Kode etik profesi merupakan
lanjutan dari norma- norma yang
lebih umum yang telah dibahas dan
dirumuskan dalam etika profesi.
␣Kode etik ini lebih
memperjelas,mempertegas dan
merinci norma-norma ke bentuk
yang lebih sempurna walaupun
sebenarnya norma-norma terebut
sudah tersirat dalam etika profesi.
␣Tujuan utama dari kode etik
adalah memberi pelayanan khusus
dalam masyarakat tanpa
mementingkan kepentingan pribadi
atau kelompok.
Kode Etik
Pengguna Internet
␣Adapun kode etik yang diharapkan bagi
para pengguna internet adalah :
␣Menghindari dan tidak mempublikasi informasi
yang secara langsung berkaitan dengan
masalah pornografi dan nudisme dalam segala
bentuk.
␣Menghindari dan tidak mempublikasi informasi
yang memiliki tendensi menyinggung secara
langsung dan negatif masalah suku, agama
dan ras (SARA), termasuk di dalamnya usaha
penghinaan, pelecehan, pendiskreditan,
penyiksaan serta segala bentuk pelanggaran
hak atas perseorangan, kelompok / lembaga /
institusi lain.
␣Menghindari dan tidak mempublikasikan
informasi yang berisi instruksi untuk melakukan
perbuatan melawan hukum (illegal) positif di
Indonesia dan ketentuan internasional
umumnya.
Tidak menampilkan segala bentuk
␣
eksploitasi terhadap anak-anak dibawah
umur.
␣Tidak mempergunakan,
mempublikasikan dan atau saling bertukar
materi dan informasi yang memiliki
korelasi terhadap kegiatan pirating,
hacking dan cracking.
␣Bila mempergunakan script, program,
tulisan, gambar / foto, animasi, suara atau
bentuk materi dan informasi lainnya yang
bukan hasil karya sendiri harus
mencantumkan identitas sumber dan
pemilik hak cipta bila ada dan bersedia
untuk melakukan pencabutan bila ada
yang mengajukan keberatan serta
bertanggung jawab atas segala
konsekuensi yang mungkin timbul
karenanya.
␣Tidak berusaha atau melakukan
serangan teknis terhadap produk,
sumber daya (resource) dan
peralatan yang dimiliki pihak lain.
␣Menghormati etika dan segala
macam peraturan yang berlaku di
masyarakat internet umumnya dan
bertanggung jawab sepenuhnya
terhadap segala muatan / isi
situsnya.
␣Untuk kasus pelanggaran yang
dilakukan oleh pengelola, anggota
dapat melakukan teguran secara
langsung.
Potensi-potensi kerugian
yang disebabkan
pemanfaatan teknologi
informasi tersebut secara
kurang tepat.
␣Rasa ketakutan. Banyak orang mencoba
menghindari pemakaian komputer, karena
takut merusakkan, atau takut kehilangan
kontrol, atau secara umum takut
menghadapi sesuatu yang baru,ketakutan
akan kehilangan data, atau harus diinstal
ulang sistem program menjadikan pengguna
makin memiliki rasa ketakutan ini.
␣Keterasingan. Pengguna komputer
cenderung mengisolir dirinya, dengan kata
lain menaiknya jumlah waktu pemakaian
komputer, akan juga membuat mereka
makin terisolir.
␣Golongan miskin informasi dan
minoritas. Akses kepada sumber daya
informasi juga terjadi ketidak seimbaangan
di tangan pemilik kekayaan dan komunitas
yang mapan.
␣Pentingnyaindividu.Organisasibesarmenjadim
akinimpersonal, sebab biaya untuk untuk
menangai kasus khusus/pribadi satu persatu
menjadi makin tinggi.
␣Tingkatkompleksitassertakecepatanyangsu
dahtakdapat ditangani. Sistem yang
dikembangkan dengan birokrasi komputer begitu
kompleks dan cepat berubah sehingga sangat
sulit bagi individu untuk mengikuti dan membuat
pilihan. Tingkat kompleksitas ini menjadi makin
tinggi dan sulit ditangani, karena dengan makin
tertutupnya sistem serta makin besarnya ukuran
sistem (sebagai contoh program MS Windows
2000 yang baru diluncurkan memiliki program
sekitar 60 juta baris). Sehingga proses
pengkajian demi kepentingan publik banyak
makin sulit dilakukan.
␣Makinrentannyaorganisasi.Suatuorganisasiya
ngbergantungpada teknologi yang kompleks
cenderung akan menjadi lebih ringkih. Metoda
seperti Third Party Testing haruslah makin
dimanfaatkan.
␣Dilanggarnyaprivasi.Ketersediaansistempeng
ambilandatayang sangat canggih memungkinkan
terjadiny pelanggaran privasi dengan mudah dan
cepat.
␣Penganggurandanpemindahankerja.Biasany
aketikasuatusistem otomasi diterapkan,
produktivitas dan jumlah tempat pekerjaan
secara keseluruhan meningkat, akan tetapi
beberapa jenis pekerjaan menjadi makin kurang
nilainya, atau bahkan dihilangkan.
␣Kurangnyatanggungjawabprofesi.Organisasi
yangtakbermuka (hanya diperoleh kontak
elektronik saja), mungkin memberikan respon
yang kurang personal, dan sering melemparkan
tanggung jawab dari permasalahan.
␣Kaburnyacitramanusia.Kehadiranterminalpint
ar(intelligent terminal), mesin pintar, dan sistem
pakar telah menghasilkan persepsi yang salah
pada banyak orang.

Pendekatan &
Analisis Masalah
dalam EP
IT
␣Pendekatan “The Golden Rule”,
Lakukan kepada orang-orang lain
seperti apa yang kamu inginkan
mereka melakukannya kepadamu.
␣Pendekatan “Immanuel Kant’s
Categorial Imperative”, jika suatu
tindakan tidak benar untuk dilakukan
oleh setiap orang, maka itu tidak
benar untuk setiap orang.
␣Pendekatan “Utilitarian Principle”,
ambilah tindakan yang akan
memberikan nilai lebih tinggi atau
yang lebih besar.
Lanjutan
␣Pendekatan “Risk Aversion
Principle”, ambilah tindakan
yang menghasilkan bahaya
terkecil atau potensi resiko
terendah.
␣Pendekatan “No Free Lunch
Rule”, asumsikan bahwa
semua obyek tampak dan
tidak tampak dimiliki oleh
orang lain kecuali jika ada
pernyataan yang spesifik.
Contoh kode etik
organisasi profesi
␣Kode etik PORMIKI

etika profesi
:: erwadi online ::
Etika Profesi |download.doc| Sumber:
http://www.consal.org.sg/webupload/forums/attachments/2270.doc
http://students.ukdw.ac.id/~22981938/jurnal11.html Popon Sjarif Arifin : ETIKA PROFESI
sebagai PENGAJAR , Suatu pemikiran ke arah pengembangan profesionalisme staf pengajar
(dosen) seni rupa. Pengertian Profesionalisme, Profesional dan Profesi Profesionalisme
adalah suatu paham yang mencitakan dilakukannya kegiatan-kegiatan kerja tertentu dalam
masyarakat, berbekalkan keahlian yang tinggi dan berdasarkan rasa keterpanggilan -- serta
ikrar (fateri/profiteri) untuk menerima panggilan tersebut -- untuk dengan semangat
pengabdian selalu siap memberikan pertolongan kepada sesama yang tengah dirundung
kesulitan ditengah gelapnya kehidupan (Wignjosoebroto, 1999).
Dengan demikian seorang profesional jelas harus memiliki profesi tertentu yang diperoleh
melalui sebuah proses pendidikan maupun pelatihan yang khusus, dan disamping itu pula
ada unsur semangat pengabdian (panggilan profesi) didalam melaksanakan suatu kegiatan
kerja. Hal ini perlu ditekankan benar untuk mem bedakannya dengan kerja biasa (occupation)
yang semata bertujuan untuk mencari nafkah dan/ atau kekayaan materiil-duniawi Dua
pendekatan untuk mejelaskan pengertian profesi: 1. Pendekatan berdasarkan Definisi Profesi
merupakan kelompok lapangan kerja yang khusus melaksanakan kegiatan yang memerlukan
ketrampilan dan keahlian tinggi guna memenuhi kebutuhan yang rumit dari manusia, di
dalamnya pemakaian dengan cara yang benar akan ketrampilan dan keahlian tinggi, hanya
dapat dicapai dengan dimilikinya penguasaan pengetahuan dengan ruang lingkup yang luas,
mencakup sifat manusia, kecenderungan sejarah dan lingkungan hidupnya; serta adanya
disiplin etika yang dikembangkan dan diterapkan oleh kelompok anggota yang menyandang
profesi tersebut. 2. Pendekatan Berdasarkan Ciri Definisi di atas secara tersirat
mensyaratkan pengetahuan formal menunjukkan adanya hubungan antara profesi dengan
dunia pendidikan tinggi. Lembaga pendidikan tinggi ini merupakan lembaga yang
mengembangkan dan meneruskan pengetahuan profesional. Karena pandangan lain
menganggap bahwa hingga sekarang tidak ada definisi yang yang memuaskan tentang
profesi yang diperoleh dari buku maka digunakan pendekatan lain dengan menggunakan ciri
profesi. Secara umum ada 3 ciri yang disetujui oleh banyak penulis sebagai ciri sebuah
profesi. Adapun ciri itu ialah:
- Sebuah profesi mensyaratkan pelatihan ekstensif sebelum memasuki sebuah profesi.
Pelatihan ini dimulai sesudah seseorang memperoleh gelar sarjana. Sebagai contoh mereka
yang telah lulus sarjana baru mengikuti pendidikan profesi seperti dokter, dokter gigi,
psikologi, apoteker, farmasi, arsitektut untuk Indonesia. Di berbagai negara, pengacara
diwajibkan menempuh ujian profesi sebelum memasuki profesi.
- Pelatihan tersebut meliputi komponen intelektual yang signifikan. Pelatihan tukang batu,
tukang cukur, pengrajin meliputi ketrampilan fisik. Pelatihan akuntan, engineer, dokter
meliputi komponen intelektual dan ketrampilan. Walaupun pada pelatihan dokter atau dokter
gigi mencakup ketrampilan fisik tetap saja komponen intelektual yang dominan. Komponen
intelektual merupakan karakteristik profesional yang bertugas utama memberikan nasehat
dan bantuan menyangkut bidang keahliannya yang rata-rata tidak diketahui atau dipahami
orang awam. Jadi memberikan konsultasi bukannya memberikan barang merupakan ciri
profesi.
- Tenaga yang terlatih mampu memberikan jasa yang penting kepada masyarakat. Dengan
kata lain profesi berorientasi memberikan jasa untuk kepentingan umum daripada
kepentingan sendiri. Dokter, pengacara, guru, pustakawan, engineer, arsitek memberikan
jasa yang penting agar masyarakat dapat berfungsi; hal tersebut tidak dapat dilakukan oleh
seorang pakar permainan caturmisalnya. Bertambahnya jumlah profesi dan profesional pada
abad 20 terjadi karena ciri tersebut. Untuk dapat berfungsi maka masyarakat modern yang
secara teknologis kompleks memerlukan aplikasi yang lebih besar akan pengetahuan khusus
daripada masyarakat sederhana yang hidup pada abad-abad lampau. Produksi dan distribusi
enersi memerlukan aktivitas oleh banyak engineers. Berjalannya pasar uang dan modal
memerlukan tenaga akuntan, analis sekuritas, pengacara, konsultan bisnis dan keuangan.
Singkatnya profesi memberikan jasa penting yang memerlukan pelatihan intelektual yang
ekstensif. Di samping ketiga syarat itu ciri profesi berikutnya. Ketiga ciri tambahan tersebut
tidak berlaku bagi semua profesi. Adapun ketiga ciri tambahan tersebut ialah:
- Adanya proses lisensi atau sertifikat. Ciri ini lazim pada banyak profesi namun tidak selalu
perlu untuk status profesional. Dokter diwajibkan memiliki sertifikat praktek sebelum diizinkan
berpraktek. Namun pemberian lisensi atau sertifikat tidak selalu menjadikan sebuah
pekerjaan menjadi profesi. Untuk mengemudi motor atau mobil semuanya harus memiliki
lisensi, dikenal dengan nama surat izin mengemudi. Namun memiliki SIM tidak berarti
menjadikan pemiliknya seorang pengemudi profesional. Banyak profesi tidak mengharuskan
adanya lisensi resmi. Dosen di perguruan tinggi tidak diwajibkan memiliki lisensi atau akta
namun mereka diwajibkan memiliki syarat pendidikan, misalnya sedikit-dikitnya bergelar
magister atau yang lebih tinggi. Banyak akuntan bukanlah Certified Public Accountant dan
ilmuwan komputer tidak memiliki lisensi atau sertifikat.
- Adanya organisasi. Hampir semua profesi memiliki organisasi yang mengklaim mewakili
anggotanya. Ada kalanya organisasi tidak selalu terbuka bagi anggota sebuah profesi dan
seringkali ada organisasi tandingan. Organisasi profesi bertujuan memajukan profesi serta
meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Peningkatan kesejahteraan anggotanya akan
berarti organisasi profesi terlibat dalam mengamankan kepentingan ekonomis anggotanya.
Sungguhpun demikian organisasi profesi semacam itu biasanya berbeda dengan serikat
kerja yang sepenuhnya mencurahkan perhatiannya pada kepentingan ekonomi anggotanya.
Maka hadirin tidak akan menjumpai organisasi pekerja tekstil atau bengkel yang berdemo
menuntut disain mobil yang lebih aman atau konstruksi pabrik yang terdisain dengan baik.
- Otonomi dalam pekerjaannya. Profesi memiliki otonomi atas penyediaan jasanya. Di
berbagai profesi, seseorang
http://erwadi.polinpdg.ac.id Powered by Joomla! Generated: 28 November, 2006, 03:44:: erwadi online ::
harus memiliki sertifikat yang sah sebelum mulai bekerja. Mencoba bekerja tanpa profesional
atau menjadi profesional bagi diri sendiri dapat menyebabkan ketidakberhasilan. Bila
pembaca mencoba menjadi dokter untuk diri sendiri maka hal tersebut tidak sepenuhnya
akan berhasil karena tidak dapat menggunakan dan mengakses obat-obatan dan teknologi
yang paling berguna. Banyak obat hanya dapat diperoleh melalui resep dokter. sepuluh ciri
lain suatu profesi (Nana 1997) :
- Memiliki fungsi dan signifikasi sosial - Memiliki keahlian/keterampilan tertentu -
Keahlian/keterampilan diperoleh dengan menggunakan teori dan metode ilmiah - Didasarkan
atas disiplin ilmu yang jelas - Diperoleh dengan pendidikan dalam masa tertentu yang cukup
lama - Aplikasi dan sosialisasi nilai- nilai profesional - Memiliki kode etik - Kebebasan untuk
memberikan judgement dalam memecahkan masalah dalam lingkup kerjanya - Memiliki
tanggung jawab profesional dan otonomi - Ada pengakuan dari masyarakat dan imbalan atas
layanan profesinya. Tiga Watak Profesional
Lebih lanjut Wignjosoebroto [1999] menjabarkan profesionalisme dalam tiga watak kerja yang
merupakan persyaratan dari setiap kegiatan pemberian "jasa profesi" (dan bukan okupasi)
ialah
- bahwa kerja seorang profesional itu beritikad untuk merealisasikan kebajikan demi tegaknya
kehormatan profesi yang digeluti, dan oleh karenanya tidak terlalu mementingkan atau
mengharapkan imbalan upah materiil;
- bahwa kerja seorang profesional itu harus dilandasi oleh kemahiran teknis yang berkualitas
tinggi yang dicapai melalui proses pendidikan dan/atau pelatihan yang panjang, ekslusif dan
berat;
- bahwa kerja seorang profesional -- diukur dengan kualitas teknis dan kualitas moral -- harus
menundukkan diri pada sebuah mekanisme kontrol berupa kode etik yang dikembangkan dan
disepakati bersama didalam sebuah organisasi profesi. Ketiga watak kerja tersebut mencoba
menempatkan kaum profesional (kelompok sosial berkeahlian) untuk tetap mempertahankan
idealisme yang menyatakan bahwa keahlian profesi yang dikuasai bukanlah komoditas yang
hendak diperjual-belikan sekedar untuk memperoleh nafkah, melainkan suatu kebajikan yang
hendak diabdikan demi kesejahteraan umat manusia.
Kalau didalam peng-amal-an profesi yang diberikan ternyata ada semacam imbalan
(honorarium) yang diterimakan, maka hal itu semata hanya sekedar "tanda kehormatan"
(honour) demi tegaknya kehormatan profesi, yang jelas akan berbeda nilainya dengan
pemberian upah yang hanya pantas diterimakan bagi para pekerja upahan saja. Siapakah
atau kelompok sosial berkeahlian yang manakah yang bisa diklasifikasikan sebagai kaum
profesional yang seharusnya memiliki kesadaran akan nilai-nilai kehormatan profesi dan
statusnya yang sangat elitis itu? Apakah dalam hal ini profesi keinsinyuran bisa juga
diklasifikasikan sebagai bagian dari kelompok ini? Jawaban terhadap kedua pertanyaan ini
bisa mudah-sederhana, tetapi juga bisa sulit untuk dijawab. Terlebih-lebih bila dikaitkan
dengan berbagai macam persoalan, praktek nyata, maupun penyimpangan yang banyak kita
jumpai didalam aplikasi pengamalan profesi di lapangan yang jauh dari idealisme pengabdian
dan tegak nya kehormatan diri (profesi). Pada awal pertumbuhan "paham" profesionalisme,
para dokter dan guru -- khususnya mereka yang banyak bergelut dalam ruang lingkup
kegiatan yang lazim dikerjakan oleh kaum padri maupun juru dakhwah agama -- dengan jelas
serta tanpa ragu memproklamirkan diri masuk kedalam golongan kaum profesional. Kaum
profesional (dokter, guru dan kemudian diikuti dengan banyak profesi lainnya) terus berupaya
menjejaskan nilai-nilai kebajikan yang mereka junjung tinggi dan direalisasikan melalui
keahlian serta kepakaran yang dikembangkan dengan berdasarkan wawasan keunggulan.
Sementara itu pula, kaum profesional secara sadar mencoba menghimpun dirinya dalam
sebuah organisasi profesi (yang cenderung dirancang secara eksklusif) yang memiliki visi
dan misi untuk menjaga tegaknya kehormatan profesi, mengontrol praktek-praktek
pengamalan dan pengembangan kualitas keahlian/ kepakaran, serta menjaga dipatuhinya
kode etik profesi yang telah disepakati bersama. Etika
Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara tentang praxis
(tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, melainkan
mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini ditentukan oleh
bermacam-macam norma. Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral,
noprma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari hukum dan perundang-
undangan,norma agama berasal dari agama sedangkan norma moral berasal dari suara
batin. Norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma moral
berasal dari etika. Etika dan etiket Etika berarti moral sedangkan etiket berarti sopan santun.
Dalam bahasa Inggeris dikenal sebagai ethics dan etiquette. Antara etika dengan etiket
terdapat persamaan yaitu: (a) etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut
dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal etika
maupun etiket. (b) Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif artinya
memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yag harus
dilakukan dan apa yang tidak boleh dilkukan. Justru karena sifatnya normatif maka kedua
istilah tersebut sering dicampuradukkan. Adapun perbedaan antara etika dengan etiket ialah:
(a) etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket menunjukkan cara yang
tepat artinya cara yang diharapkan serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu.
Misalnya dalam makan, etiketnya ialah orang tua didahulukan mengambil nasi, kalau sudah
selesai tidak boleh mencuci tangan terlebih dahulu. Di Indonesia menyerahkan sesuatu harus
dengan tangan kanan. Bila dilanggar dianggap melanggar etiket. Etika tidak terbatas pada
cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika
http://erwadi.polinpdg.ac.id Powered by Joomla! Generated: 28 November, 2006, 03:44
:: erwadi online ::
menyangkut masalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh dilakukan.
(b) Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Bila tidak ada orang lain atau tidak ada saksi mata,
maka etiket tidak berlaku. Misalnya etiket tentang cara makan. Makan sambil menaruh kaki di
atas meja dianggap melanggar etiket dila dilakukan bersama-sama orang lain. Bila dilakukan
sendiri maka hal tersebut tidak melanggar etiket. Etika selalu berlaku walaupun tidak ada
orang lain. Barang yang dipinjam harus dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa. (c)
Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah kebudayaan, dapat saja
dianggap sopan dalam kebudayaan lain. Contohnya makan dengan tangan, bersenggak
sesudah makan. Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”,
“jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar. (d)
Etiket hanya memadang manusia dari segi lahirian saja sedangkan etika memandang
manusia dari segi dalam. Penipu misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun
menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik sebaliknya seseorang yang
berpegang pada etika tidak mungkin munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak
bersikap etis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-sungguh baik.
Etika dan ajaran moral Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat pandangan
tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada sekelompok manusia. Ajaran moral
mengajarkan bagaimana orang harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik
terhadap anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia. Etika merupakan
ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral. Etika merupakan filsafat yang merefleksikan
ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional, kritis,
mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan pandangan moral melainkan
menyelidiki bagaimana pandangan moral yang sebenarnya). Fungsi etika Etika tidak
langsung membuat manusia menjadi lebih baik, itu ajaran moral, melainkan etika merupakan
sarana untuk memperoleh orientasi kritis berhadapan dengan pelbagai moralitas yang
membingungkan. Etika ingin menampilkan ketrampilan intelektual yaitu ketrampilan untuk
berargumentasi secara rasional dan kritis. Orientasi etis ini diperlukan dalam mengabil sikap
yang wajar dalam suasana pluralisme. Pluralisme moral diperlukan karena: (a) pandangan
moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan suku, daerah budaya dan agama yang
hidup berdampingan; (b) modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai
kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan moral tradisional; (c) berbagai
ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan, masing-masing dengan ajarannya
sendiri tentang bagaimana manusia harus hidup.
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum yang berisi prinsip serta moral dasar
dan etika khusus atau etika terapan yang berlaku khusus. Etika khusus ini masih dibagi lagi
menjadi etika individual dan etika sosial. Etika sosial dibagi menjadi: (1) Sikap terhadap
sesama;
(2) Etika keluarga (3) Etika profesi misalnya etika untuk pustakawan, arsiparis, dokumentalis,
pialang informasi (4) Etika politik (5) Etika lingkungan hidup serta (6) Kritik ideologi Etika
adalah filsafat atau pemikiran kritis rasional tentang ajaran moral sedangka moral adalah
ajaran baik buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban dsb. Etika
selalu dikaitkan dengan moral serta harus dipahami perbedaan antara etika dengan
moralitas.
Moralitas Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat di
antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup supaya menjadi baik sebagai
manusia. Ada perbedaan antara kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan
moral merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan pada umumnya
merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi saja, misalnya sebagai suami atau isteri,
sebagai pustakawan. Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adala sopan santun,
segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau sopan santun. Moralitas dapat berasal
dari sumber tradisi atau adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa
sumber. Etika dan moralitas Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan
filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat mempunyai lima ciri khas yaitu
rasional, kritis, mendasar, sistematik dan normatif. Rasional berarti mendasarkan diri pada
rasio atau nalar, pada argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian.
Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-akarnya, tidak puas
dengan pengertian dangkal. Sistematis artinya membahas langkah demi langkah. Normatif
menyelidiki bagaimana pandangan moral yang seharusnya. Etika dan agama Etika tidak
dapat menggantikan agama. Orang yang percaya menemukan orientasi dasar kehidupan
dalam agamanya. Agama merupakan hal yang tepat untuk memberikan orientasi moral.
Pemeluk agama menemukan orientasi dasar kehidupan dalam agamanya. Akan tetapi
agama itu memerlukan ketrampilan etika agar dapat memberikan orientasi,
http://erwadi.polinpdg.ac.id Powered by Joomla! Generated: 28 November, 2006, 03:44
:: erwadi online ::
bukan sekadar indoktrinasi. Hal ini disebabkan empat alasan sebagai berikut: (1) Orang
agama mengharapkan agar ajaran agamanya rasional. Ia tidak puas mendengar bahwa
Tuhan memerintahkan sesuatu, tetapu ia juga ingin mengertimengapa Tuhan
memerintahkannya. Etika dapat membantu menggali rasionalitas agama. (2) Seringkali
ajaran moral yang termuat dalam wahyu mengizinkan interpretasi yang saling berbeda dan
bahkan bertentangan. (3) Karena perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan
masyarakat maka agama menghadapi masalah moral yang secara langsung tidak
disinggung-singgung dalam wahyu. Misalnya bayi tabung, reproduksi manusia dengan gen
yang sama. (4) Adanya perbedaan antara etika dan ajaran moral. Etika mendasarkan diri
pada argumentasi rasional semata-mata sedangkan agama pada wahyunya sendiri. Oleh
karena (5) itu ajaran agama hanya terbuka pada mereka yang mengakuinya sedangkan etika
terbuka bagi setiap orang dari semua agama dan pandangan dunia. Istilah berkaitan Kata
etika sering dirancukan dengan istilah etiket, etis, ethos, iktikad dan kode etik atau kode etika.
Etika adalah ilmu yang mempelajari apa yang baik dan buruk. Etiket adalah ajaran sopan
santun yang berlaku bila manusia bergaul atau berkelompok dengan manusia lain. Etiket
tidak berlaku bila seorang manusia hidup sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil
atau di tengah hutan. Etis artinya sesuai dengan ajaran moral, misalnya tidak etis
menanyakan usia pada seorang wanita. Ethos artinya sikap dasar seseorang dalam bidang
tertentu. Maka ada ungkapa ethos kerja artinya sikap dasar seseorang dalam pekerjaannya,
misalnya ethos kerja yang tinggi artinya dia menaruh sikap dasar yang tinggi terhadap
pekerjaannya. Kode atika atau kode etik artinya daftar kewajiban dalam menjalankan tugas
sebuah profesi yang disusun oleh anggota profesi dan mengikat anggota dalam menjalankan
tugasnya. Etika terbagi atas 2 bidang besar yaitu etika umum dan etika khusus. Etika umum
masih dibagi lagi menjadi prinsip dan moral dasar etika umum. Adapun etika khusus
merupakan terapan etika, dibagi lagi menjadi etika individual dan etika sosial. Etika sosial
yang hanya berlaku bagi kelompok profesi tertentu disebut kode etika atau kode etik. Kode
etik Kode etik adalah sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
profesional. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang benar atau salah, perbuatan apa
yang harus dilakukan dan apa yang harus dihindari. Tujuan kode etik agar profesional
memberikan jasa sebaik-baiknya kepada pemakai atau nasabahnya. Adanya kode etik akan
melindungi perbuatan yang tidak profesional. Ketaatan tenaga profesional terhadap kode etik
merupakan ketaatan naluriah yang telah bersatu dengan pikiran, jiwa dan perilaku tenaga
profesional. Jadi ketaatan itu terbentuk dari masing-masing orang bukan karena paksaan.
Dengan demikian tenaga profesional merasa bila dia melanggar kode etiknya sendiri maka
profesinya akan rusak dan yang rugi adalah dia sendiri. Kode etik bukan merupakan kode
yang kaku karena akibat perkembangan zaman maka kode etik mungkin menjadi usang atau
sudah tidak sesuai dengan tuntutan zaman. Misalnya kode etik tentang euthanasia (mati atas
kehendak sendiri), dahulu belum tercantum dalam kode etik kedokteran kini sudah
dicantumkan. Kode etik disusun oleh organisasi profesi sehingga masing-masing profesi
memiliki kode etik tersendiri. Misalnya kode etik dokter, guru, pustakawan, pengacara,
Pelanggaran kde etik tidak diadili oleh pengadilan karena melanggar kode etik tidak selalu
berarti melanggar hukum. Sebagai contoh untuk Ikatan Dokter Indonesia terdapat Kode Etik
Kedokteran. Bila seorang dokter dianggap melanggar kode etik tersebut, maka dia akan
diperiksa oleh Majelis Kode Etik Kedokteran Indonesia, bukannya oleh pengadilan. Sifat kode
etik profesional Kode etik adalah pernyataan cita-cita dan peraturan pelaksanaan pekerjaan
(yang membedakannya dari murni pribadi) yang merupakan panduan yang dilaksanakan oleh
anggota kelompok. Kode etik yang hidup dapat dikatakan sebagai ciri utama keberadaan
sebuah profesi. Sifat dan orientasi kode etik hendaknya singkat; sederhana, jelas dan
konsisten; masuk akal, dapat diterima, praktis dan dapat dilaksanakan; komprehensif dan
lengkap; dan positif dalam formulasinya. Orientasi kode etik hendaknya ditujukan kepada
rekan, profesi, badan, nasabah/pemakai, negara dan masyarakat. Kode etik diciptakan untuk
manfaat masyarakat dan bersifat di atas sifat ketamakan penghasilan, kekuasaan dan status.
Etika yang berhubungan dengan nasabah hendaknya jelas menyatakan kesetiaan pada
badan yang mempekerjakan profesional. Kode etik digawai sebagai bimbingan praktisi.
Namun demikian hendaknya diungkapkan sedemikian rupa sehingga publik dapat memahami
isi kode etik tersebut. Dengan demikian masyarakat memahami fungsi kemasyarakatan dari
profesi tersebut. Juga sifat utama profesi perlu disusun terlebih dahulu sebelum membuat
kode etik. Kode etik hendaknya cocok untuk kerja keras Sebuah kode etik menunjukkan
penerimaan profesi atas tanggung jawab dan kepercayaan masyarakat yang telah
memberikannya.

Anda mungkin juga menyukai