DISUSUN OLEH:
Angkatan 2017
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2020
Sejarah Psikologi Positif
1. What is Positive Psychology?
Psikologi positif membahas penggunaan teori, penelitian, dan teknik intervensi
psikologi untuk memahami aspek positif, adaptif, kreatif, dan emotionally fulfilling
dari perilaku manusia. Menurut Kennon Sheldon dan Laura King (2001) dalam
Compton dan Hoffman (2013), psikologi positif adalah studi ilmiah mengenai
kekuatan dan nilai dari manusia.
Psikologi positif menyelidiki potensi untuk melakukan apa yang benar dan
orang-orang mempunyai akses untuk itu, dengan sedikit bantuan mereka dapat
melakukan aktualisasi dalam hidup mereka. Psikologi positif adalah studi ilmiah
tentang apa yang memungkinkan individu dan masyarakat untuk berkembang
(International Positive Psychology Association, 2009 dalam Compton & Hoffman,
2013). Menurut artikel jurnal yang berjudul ‘The history of Positive Psychology:
Truth Be Told’ oleh Jeffrey J.Froh dan St. Joseph’s College, psikologi positif adalah
suatu studi yang melihat bagaimana manusia berkembang pada saat kesulitan
(Seligman & Csikszentmihalyi, 2000). Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan
mengembangkan kekuatan dan nilai yang ada pada manusia agar membuat kehidupan
bermakna. Terminologi ‘Psikologi Positif’ pertama kali muncul pada bab terakhir
dari buku Maslow ‘ Motivation and Personality (1954), yaitu dengan judul bab
“ Toward a Positive Psychology”.
a. Hedonisme
Pendekatan tertua dari well-being adalah hedonisme. Perspektif
hedonisme fokus pada kesenangan sebagai komponen dasar good life.
Hedonisme pada dasarnya mempertimbangkan untuk mengubah ‘hanya’
sekedar pencarian well-being menjadi pencarian kesenangan berbasis hawa
nafsu dan menghindari bahaya, sakit, dan penderitaan.
Walaupun pencarian kesenangan dengan satu pola pikir ini merupakan
pemikiran tertua dari good life, bentuk hedonisme telah dilihat sebagai tujuan
kesenangan diri sendiri yang kurang bekerja dalam mencapai kebahagiaan
oleh sebagian besar masyarakat sepanjang sejarah. Hampir setiap orang
percaya bahwa rasa puas akibat hawa nafsu itu hanya berlangsung singkat dan
membutuhkan usaha konstan untuk mempertahankannya dan ketika terlalu
fokus pada bagaimana mendapatkan hedonistik, maka manusia tidak akan
mengalami perkembangan karakter dan kepribadian. Secara umum, proposisi
sederhana bahwa kita berperilaku untuk meningkatkan kesenangan psikologis
dan menghindari sakit psikologis telah tercederai sehingga pendekatan ini
tidak bisa menyajikan dasar yang baik dan universal tentang good life atau
psychological well-being (Larsen, Hemenover, Norris, & Cacioppo, 2003;
Parrott, 1993).
c. The Greeks
Sebagaimana dicatat, pilar kedua untuk mempertahankan
perkembangan intelektual dan moral Barat adalah warisan budaya Yunani
kuno. Meskipun tradisi Yahudi sebagian besar berpengaruh dalam
pengembangan keyakinan etis, moral, dan agama, budaya Yunani mengatur
panggung untuk perkembangan filsafat, sains, seni, dan psikologi untuk 2.500
tahun ke depan. Faktanya, ide-ide filosofis inti dari tradisi Barat berakar pada
filsafat Yunani. Zaman Keemasan Yunani memperkenalkan gagasan mendasar
bahwa kehidupan yang baik dan jalan yang tepat menuju kebahagiaan dapat
ditemukan melalui logika dan analisis rasional. Baik dewa maupun tradisi
masyarakat bukanlah penengah tertinggi dari nilai dan tujuan individu.
Jawaban umum untuk pertanyaan “kebahagiaan” adalah bahwa manusia yang
rasional dapat memutuskan sendiri jalan mana yang paling tepat menuju
kesejahteraan.
d. Socrates
Orang yang paling bertanggung jawab untuk arah baru kehidupan
intelektual Yunani adalah Socrates (c. 469-399 SM). Socrates mengajukan
pertanyaan utama tentang pengetahuan manusia, terutama pada gagasan
tentang sifat kehidupan yang baik dan apa yang kita butuhkan untuk benar-
benar bahagia. Dalam metodenya, Socrates menegaskan moto Delphic “Know
Thyself”. Pencarian kebenaran berpusat pada eksplorasi kebenaran yang tidak
berubah dari jiwa manusia (Robinson, 1990). Dia percaya bahwa kebahagiaan
sejati hanya dapat dicapai melalui self-knowledge dan hanya pemeriksaan
jiwa universal seseorang yang merupakan true wisdom. Namun untuk
mengetahui apa yang benar-benar baik, dan bukan hanya apa yang
memanjakan diri sendiri atau yang diharapkan secara sosial, maka seseorang
harus mengetahui esensi atau sifat kebajikan. Orang harus tahu the good,
artinya elemen inti dari kehidupan yang baik. Socrates percaya bahwa begitu
sifat sejati the good diketahui, ia akan secara otomatis diinginkan dan dengan
demikian akan memotivasi perilaku berbudi luhur secara rasional. Namun,
Socrates tidak percaya pada bentuk-bentuk pengetahuan perseptual. Baginya,
true wisdom harus ditemukan dalam realitas yang mengungkapkan kebenaran
abadi dan tidak berubah. Kesimpulan apa pun yang didasarkan pada
pengalaman indrawi atau emosi tidak dapat mengungkapkan kebenaran sejauh
mereka terus berubah dalam menanggapi keadaan eksternal sesaat.
e. Plato
Pengikut jejak Socrates adalah muridnya yang paling penting, yaitu
Plato (427-347 SM). Plato juga percaya bahwa pengalaman sensorik yang
berubah tidak bisa menjadi dasar true wisdom. True wisdom harus ditemukan
di dunia yang tidak berubah yang melampaui dunia indera. Pencarian kearifan
melibatkan pencarian yang penuh gairah dan sulit yang terlihat di bawah
permukaan penampilan dan menantang gagasan yang terbentuk sebelumnya.
Metode pencarian ini terdiri dari reason dan formal intuition. Orang yang
melakukan pencarian ini harus memiliki keberanian untuk menemukan
kebenaran yang tersembunyi di bawah dunia penampakan yang kita alami
melalui indera. Dalam analogi terkenalnya tentang “cave”, Plato
membandingkan sebagian besar pria dan wanita yang berada di dalam gua
yang hanya bisa melihat dinding belakang di depan mereka. Ketika sosok-
sosok melintas di luar gua, matahari yang cerah memproyeksikan bayangan
mereka ke dinding belakang gua. Bagi Plato, mereka yang ada di dalam gua
salah mengira bayang-bayang yang lewat karena mereka tidak tahu apa-apa
selain salinan realitas. Di dunia kontemporer, pengaruh Plato dapat dilacak
dalam setiap pencarian happiness atau the good life menuju makna yang lebih
dalam terhadap kehidupan, misalnya; pencarian spiritual, pencarian diri sejati
seseorang, dan pemeriksaan motivasi tidak sadar yang membuat seseorang
tidak mengalami kesejahteraan.
f. Aristoteles
Aristoteles (384-322 SM) adalah murid Plato yang membuat tradisi
intelektual Barat mengalami perubahan yang sangat berbeda. Kebenaran
universal dapat ditemukan dalam penemuan ketertiban intelektual di dunia.
Wahana untuk pencarian ini adalah indera dan alatnya adalah logika,
klasifikasi, dan definisi konseptual. Tidak seperti gurunya Plato, Aristoteles
tidak menyukai intuisi bentuk-bentuk kekal dalam mencari kebenaran dan
kesejahteraan yang lebih tinggi. Cita-cita Aristotelian menghargai ketenangan,
harmoni, dan penghindaran emosi yang ekstrem. Aristoteles percaya bahwa
"emosi harus dijinakkan, dengan disiplin diri yang ketat, untuk menerima
dictates of reason" (Kiefer, 1988, p.43).
Salah satu tujuan Aristoteles adalah untuk menemukan golden mean
yang ada di antara kehidupan yang ekstrem. Ini adalah kondisi balance,
harmony, dan equilibrium yang mengarah pada kehidupan yang dihayati
sesuai dengan prinsip eudaimonia. Robinson (1990) menjelaskan eudaimonia
sebagai kondisi yang berkembang dan lengkap yang merupakan sukacita sejati
dan abadi. Eudaimonia bukan hanya seperangkat kesenangan atau
kenyamanan atau kesenangan Epicurean. Ini adalah kehidupan yang dijalani
dengan cara tertentu, di mana kehidupan di sini mengacu pada kehidupan
secara keseluruhan, bukan sejumlah momen yang dirangkai. Kehidupan yang
baik ditemukan dalam konteks total kehidupan seseorang. Ini bukan hanya
keadaan emosi sesaat atau bahkan satu emosi tertentu. Meskipun eudaimonia
biasanya diterjemahkan sebagai kebahagiaan, tetapi dapat juga diterjemahkan
sebagai truly fortunate, possessed of true well-being, atau flourishing (Telfer,
1980). Gagasan utamanya adalah bahwa orang yang benar-benar bahagia
memiliki apa yang layak untuk di dambakan dan berharga dalam hidup.
Aristoteles menganggap kebajikan tertentu sebagai disposisi karakter
yang mengarahkan seseorang ke arah eudaimonia (Schimmel, 2000). Dalam
bukunya yang berjudul Nicomachean Ethics (trans. 1908) ia menulis, “Kita
adalah apa yang kita lakukan berulang kali. Maka, keunggulan bukanlah suatu
tindakan, tetapi suatu kebiasaan”. Dia mengusulkan 12 kebajikan dasar yang
ketika dibudidayakan memungkinkan kita untuk mendekati keadaan
eudaimonia, yaitu; courage (keberanian), liberality (kebebasan), pride (self-
respect), friendliness (keramahan), wit (kecerdasan), justice (keadilan),
temperance (kesederhanaan), magnificence (kemewahan), good-temper (sifat
baik), truthfulness (kebenaran), shame (rasa bersalah yang pantas untuk
pelanggaran kita), dan honor (kehormatan) (Aristoteles, 1908). Mengenali dan
menumbuhkan potensi bawaan kita bisa mengarah pada kebahagiaan.
Virtue theory of happiness ini (Honderich, 1995) menyatakan bahwa
penanaman dan pengembangan kebajikan tertentu menuntun seseorang
menuju kesejahteraan terbesar dan karenanya menuju kehidupan yang baik.
Perspektif Aristoteles tentang kesejahteraan disebut sebagai Aristotelian circle
karena kesejahteraan, kebajikan, dan kebijaksanaan praktis semuanya saling
terkait sehingga masing-masing secara terus-menerus memengaruhi yang lain
(Honderich, 1995). Saat ini banyak teori kesehatan mental mendalilkan
seperangkat sifat terpuji atau budi luhur yang terkait dengan pengembangan
kepribadian yang sehat. Seperti yang terlihat sebelumnya, psikologi positif
sebagian didefinisikan sebagai pencarian kekuatan dan kebajikan manusia.
Faktanya, penelitian semacam itu dapat dilihat sebagai adaptasi kontemporer
dari teori keutamaan Aristoteles.
g. The Epicureans
Sebuah sekolah Epicureanisme yang didirikan oleh Epicurus pada
akhir abad keempat SM menyatakan bahwa kebahagiaan paling baik diperoleh
dengan cara menarik diri dari politik untuk menanamkan kehidupan yang
tenang dari kesenangan sederhana. Kaum Epicurean mencari kehidupan yang
aman dan nyaman dengan cara menghindari rasa sakit yang tidak perlu dan
menumbuhkan kesenangan yang cukup. Citra kehidupan yang baik seperti
kombinasi relaksasi, kesenangan yang cukup, terbebas dari rasa sakit atau
khawatir merupakan ciri- ciri dari kebahagiaan yang ideal pada saat ini.
banyak orang di dunia saat ini, termasuk banyak psikolog, dapat dianggap
sebagai Epicurean.
h. The Stoics
Pendirian sekolah Stoic oleh Zeno bersamaan dengan Epicurean.
Orang-orang stoic kuno percaya bahwa kekayaan materi, kebahagiaan, cinta,
dan kekaguman adalah hal-hal yang dapat berubah dan oleh sebab itu
seseorang tidak boleh mendasarkan kesejahteraannya pada sesuatu yang tidak
kekal semacam itu (Robinson, 1997). Stoicisme akhirnya menjadi salah satu
aliran filsafat utama di dunia Romawi yang diolah dan dipromosikan oleh
Epictetus dan yang lainnya (Robinson & Groves, 1998). Ada beberapa
pendekatan untuk kebahagiaan berdasarkan ide-ide stoic murni. Namun,
beberapa perspektif keagamaan fokus pada menerima "rencana Tuhan" untuk
hidup seseorang. Selain itu, aliran pemikiran eksistensial tertentu berpendapat
agar kita menerima bahwa kita dilemparkan ke dalam kehidupan yang tidak
kita pilih dan harus bekerja dalam batas-batasnya.
Review Jurnal
Secara sejarah, aliran psikologi positif sangat dipengaruhi dari pergerakan psikologi
humanistik (Rich, 2001, p. 8). Perkembangan dan bertumbuhnya aliran humanistik
dilandaskan pada filosofi fenomenologi dan eksistensialisme (Misiak & Sexton, 1966; 1973).
Para ahli psikologi yang mendukung aliran humanistik, tidak setuju dengan teori
psikoanalitik dan behavioristik. Mereka berpendapat bahwa manusia itu tidak bisa dipelajari
secara terpisah, namun manusia seharusnya dipelajari secara keseluruhan. Psikologi Positif
punya akar sejauh dari William James serta memiliki tujuan dan interest dengan psikologi
humanistik. Perbedaan yang jelas antara humanistik dengan positif adalah terdapat pada
metodologi penelitian. Humanistik lebih cenderung menggunakan metode kualitatif
sedangkan psikologi positif cenderung menggunakan metode kuantitatif dan reduksi.
“Positive psychology: Past, present, and (possible) future. The Journal of Positive
Psychology”
Oleh : Alex Linley, P., Joseph, S., Harrington, S., dan Wood, A. tahun 206
Psikologi positif diinisiasi ketika Seligman menyadari bahwa psikologi telah
mengabaikan dua dari tiga misi pra-perang dunia II, yaitu: menyembuhkan penyakit mental,
membantu semua orang untuk menjalani kehidupan yang lebih produktif dan memuaskan,
dan mengidentifikasi dan memelihara bakat tinggi. Seligman memutuskan untuk
menggunakan kepresidenannya di APA untuk memulai perubahan dalam fokus psikologi
menuju psikologi yang lebih positif, hingga pada tahun 2006 diterbitkan jurnal khusus
psikologi positif yang pertama yaitu The Journal of Positive Psychology.
Penelitian mengenai topik-topik psikologi positif telah berlangsung selama beberapa
dekade, dan bahkan mungkin ditelusuri kembali ke asal-usul psikologi itu sendiri, misalnya,
dalam tulisan-tulisan William James tentang 'pikiran sehat' (James, 1902). Dalam istilah yang
luas, psikologi positif memiliki minat yang sama dengan bagian-bagian psikologi humanistik,
dan penekanannya pada orang yang berfungsi penuh (Rogers, 1961), dan aktualisasi diri dan
studi individu yang sehat (Maslow, 1968).
Bidang psikologi positif pada tingkat subyektif adalah tentang pengalaman subjektif
yang dihargai: kesejahteraan, kepuasan, dan kepuasan (di masa lalu); harapan dan optimisme
(untuk masa depan); dan aliran dan kebahagiaan (di masa sekarang). Pada tingkat individu,
pengalaman subjektif yang dihargai adalah tentang sifat-sifat individu yang positif: kapasitas
untuk cinta dan panggilan, keberanian, keterampilan interpersonal, kepekaan estetika,
ketekunan, pengampunan, orisinalitas, pikiran masa depan, kerohanian, bakat tinggi, dan
kebijaksanaan. Pada tingkat kelompok, pengalaman subjektif yang dihargai adalah tentang
kebajikan sipil dan institusi yang menggerakkan individu menuju kewarganegaraan yang
lebih baik: tanggung jawab, pengasuhan, altruisme, kesopanan, moderat, toleransi, dan etos
kerja. Psikologi positif adalah tentang perspektif yang diberitahukan secara ilmiah tentang
apa yang membuat hidup layak dijalani. Ini berfokus pada aspek kondisi manusia yang
mengarah pada kebahagiaan, pemenuhan, dan berkembang (The Journal of Positive
Psychology, 2005).
Tujuan dari psikologi positif adalah untuk mulai mengkatalisis perubahan dalam
fokus psikologi dari hanya memperbaiki hal-hal terburuk dalam hidup menuju membangun
kualitas positif. Sehingga dapat dikatakan psikologi positif merupakan upaya untuk
memperbaiki apa yang dianggap sebagai ketidakseimbangan dalam fokus perhatian penelitian
dan tujuan praktik dalam psikologi.
Pada saat ini, perkembangan psikologi positif dimulai melalui semua elemen
struktural dari disiplin psikologi yaitu melalui: kumpulan riset yang terus berkembang;
berbagai buku, termasuk buku pegangan dan buku teks perguruan tinggi; banyak jurnal edisi
khusus dan artikel jurnal; konferensi khusus dan sesi bertema di pertemuan ilmiah; asosiasi
internasional yang mewakili dan mempromosikan kepentingan psikologi positif; dan lainnya,
hingga sekarang menjadi jurnal khusus (The Journal of Positive Psychology).
Dimasa yang akan datang, meningkatnya penanaman pemikiran dan metodologi
psikologi positif di banyak bidang psikologi, dan pematangan para sarjana muda yang telah
tumbuh dalam konteks psikologis positif akan menjadi cara untuk mencapai tujuan psikologi
positif. Sambil membangun apa yang telah terjadi sebelumnya, psikologi positif memiliki
peluang luar biasa untuk melakukan berbagai hal secara berbeda, untuk menjawab persoalan
psikologi yang ada. Psikologi positif dapat menimbulkan perubahan sudut pandang dan
pergeseran dalam penekanan untuk penelitian psikologi yang ada dan profesi psikologi
terapan dengan menggabungkan prinsip-prinsip perspektif psikologis positif ke dalam praktik
psikologis profesional yang sudah ada, dan dengan demikian mencapai integrasi yang murni
dan kuat dari aspek positif dan negatif dari pengalaman manusia, dan pemahaman tentang
interaksi dan interelasi mereka.
basic principle positif vs psikoanalisis
Basic Principle Psikologi Positif Basic Principle Psikoanalisis
Aktif dinamis, menghasilkan keunikan pada Dinamika ID, EGO, SUPEREGO pada
diri individu sehingga dapat diekspresikan setiap orang berbeda dan menjadi dasar
secara optimal sebuah perilaku
Fokus pada kebahagiaan sebagai tujuan Fokus pada pengalaman masa lalu/masa
utama; authentic happiness (Setiadi, 2016) anak-anak
Psikologi positif selalu menekankan pada Psikoanalisis pada awalnya tidak diakui
pendekatan saintifik. Dengan demikian, saintifik oleh para ahli lainnya, namun
seluruh klaim, pengetahuan, dan aplikasi secara berangsur-angsur menjadi diakui
psikologi positif selalu telah diuji melalui sebagai saintifik (Feist & Feist, 2009).
penelitian yang berstandar tinggi, sehingga
dapat dipertanggungjawabkan (Setiadi,
2016)
Persamaan
1. Mengembangkan potensi individu dan berorientasi pada hidup yang bahagia, individu
memiliki potensi-potensi yang dapat menjadi hal positif.
2. Memandang manusia sebagai objek yang memiliki potensi daripada objek yang perlu
disembuhkan.
Perbedaan
1. Perspektif humanistik memandang manusia sebagai baik seluruhnya, sedangkan
psikologi positif masih mementingkan adanya emosi negatif.
2. Perspektif humanistik bersifat sangat subjektif, karena manusia harus dipandang
melalui sudut pandang mereka sendiri. Sedangkan psikologi positif berfokus elemen
dan prediktor kehidupan baik secara umum, bukan hanya menurut individu saja.
3. Secara metodologis, psikologi humanistik cenderung menggunakan pendekatan
metodologi kualitatif, sedangkan psikologi positif cenderung menggunakan
pendekatan metodologi kuantitatif (Friedman, 2008).
4. Secara epistemologi, psikologi humanistik cenderung menggunakan prinsip post-
positivisme, sedangkan psikologi positif cenderung menggunakan positivisme logis
(Friedman, 2008).
Behaviorisme
Psikologi Positif
Aspek
Skinner Bandura Rotter & Mischel Kelly
Konsep manusia
dalam teori Kelly
Dalam perspektif social Dalam perspektif positif,
adalah setiap individu
Dalam perspektif cognitive theory, jika Millon (2003) dalam Iglesia
merupakan peneliti
Skinner, jika manusia manusia memiliki self- Menurut teori Rotter, & Solano (2018)
(man as a scientist) di
dapat menghadapi efficacy yang tinggi, yakin individu yang sehat menyatakan bahwa
mana manusia
Konsep social control dengan atas kontrol tidak langsung memiliki perilaku kepribadian yang sehat
memiliki kuasa untuk
manusia baik dan juga dapat dari lingkungannya, dan persisten & stabil yang bukan merupakan ketiadaan
menentukan,
sehat menerapkan self- memiliki collective efficacy dapat mendorongnya disorder. Bahkan,
memprediksi, dan
control dengan baik yang solid, maka manusia lebih dekat ke tujuan keberfungsian kepribadian
mengontrol
dalam menunjukkan akan memiliki kapasitas yang diinginkan. positif harus meliputi
perilakunya sendiri.
perilakunya. yang baik untuk dapat elemen-elemen yang bukan
Kelly menyebutkan
meregulasi perilakunya. hanya abnormalitas.
dalam pandangannya
bahwa orang-orang
yang sehat secara
psikologis akan
memvalidasi gagasan-
gagasan pribadi
mereka terhadap
pengalaman mereka
dengan dunia nyata
atau realita. Manusia
yang sehat tidak hanya
dapat mengantisipasi
peristira, namun juga
dapat melakukan
penyesuaian ketika
sesuatu tidak berjalan
seperti yang
diharapkan
Teori Skinner mulai Penelitian yang dilakukan Gagasan Rotter banyak Penelitian oleh Marcel
dikenal semenjak Albert Bandura serta menghasilkan penelitian Harper, dan Wilhelm
Psikologi positif
penelitian B. F. rekannya pada tahun 1960- psikologi mengenai Schoeman (2003)
menempatkan penekanan
Skinner dengan an dan 70-an menjadi kontrol internal dan meneliti mengenai
yang jauh lebih besar pada
Penelitian menggunakan seekor terkenal karena penelitian eksternal. Model CAPS Gender sebagai
penggunaan metode ilmiah
empiris tikus yang psikologi sosial mereka di yang digagas oleh Personal Construct.
tradisional untuk
ditempatkan dalam bidang observational Mischel juga telah Harper dan Schoeman
mempelajari well-being dan
sebuah peti yang learning (Fryling, menghasilkan cukup (2003) berpendapat
positive adaptation.
bernama SkinnerBox. Johnston, & Hayes, 2011). banyak penelitian. bahwa meskipun
Dalam eksperimen ini Contoh penelitian yang Dalam hal empiris, gender mungkin
mula-mula tikus itu paling terkenal dari Rotter memasukkan merupakan salah satu
mengeksplorasi peti Bandura dan rekannya beberapa variabel skema yang paling
sangkar dengan cara adalah Bobo Doll kepribadian dalam mendasar dan
lari kesana kemari, Experiment di tahun 1961. penelitian, salah satu universal dalam
mencium benda- Penelitian tersebut variabel yang digunakan persepsi seseorang,
benda yang ada bertujuan untuk melihat adalah locus of control. tidak semua orang
disekitarnya, apakah anak-anak yang Semua variabel sama dalam hal
mencakar dinding, melihat orang dewasa yang kepribadian diukur mereka mengatur
dan sebagainya. bertindak agresif cenderung menggunakan standar kepercayaan dan sikap
Tingkah laku tikus akan bertindak agresif pengukuran berupa self- mereka tentang orang
yang demikian bahkan ketika model orang report. Selanjutnya, lain berdasarkan
disebut dengan ‘’ dewasa tidak ada. Mischel melakukan gender. Selain itu,
emmited behavior ” banyak penelitian dalam Harper dan Schoeman
(tingkah laku yang kompleksitas yang berhipotesis bahwa
terpancar), yakni diasosiasikan dengan mereka yang
tingkah laku yang kepribadian, situasi, dan menggunakan gender
terpancar dari perilaku (Interaksi untuk mengatur
organism tanpa Manusia-Situasi). persepsi sosial mereka
memedulikan akan melakukannya
stimulus tertentu. dengan cara yang lebih
Kemudian salah satu stereotip daripada
tingkah laku tikus mereka yang tidak
(seperti cakaran kaki, secara teratur
sentuhan moncong) menggunakan gender
dapat menekan untuk mengatur
pengungkit. Tekanan persepsi sosial.
pengungkit ini Penelitian ini
mengakibatkan menggunakan REP
munculnya butir-butir Test hasil desain oleh
makanan ke dalam George Kelly untuk
wadahnya. mengukur personal
Butir-butir makanan construct individu.
yang muncul Kesimpulan dari hasil
merupakan reinforce penelitian ini adalah
bagi tikus yang “peserta yang sering
disebut dengan terlibat dalam stereotip
tingkah laku operant gender juga mengatur
yang akan terus skema pribadi mereka
meningkat apabila dalam hal gender. Ini
diiringi menunjukkan bahwa
reinforcement, yaitu peserta yang
penguatan berupa menggunakan
butiran-butiran stereotip gender dalam
makanan kedalam mempersepsikan orang
wadah makanan. asing, juga cenderung
membatasi persepsi
mereka tentang teman,
anggota keluarga, dan
kenalan di sepanjang
garis gender ”.
Definisi Dalam perspektif positif, Millon Menurut Kelly (1995), individu yang
Manusia yang (2003) dalam Iglesia & Solano sehat tidak hanya mengantisipasi
Sehat (2018) menyatakan bahwa peristiwa, tetapi juga dapat melakukan
kepribadian yang sehat bukan penyesuaian yang memuaskan ketika
merupakan ketiadaan disorder. keadaan tidak berjalan seperti yang
Bahkan, keberfungsian kepribadian diharapkan (Feist & Feist, 2009).
positif harus meliputi elemen-
elemen yang bukan hanya
abnormalitas.
Pendekatan Menurut Chow (2002) dalam Iglesia Kelly menyatakan bahwa manusia bisa
Empiris & Solano (2018), ada dua mencari konstruk-konstruk alternatif
pendekatan empiris untuk dalam menjelaskan atau
mempelajari dan mengkategorikan merepresentasikan realita yang
karakteristik manusia yang positif, diobservasi. Hal ini dilakukan untuk
yaitu pendekatan data-driven dan memahami atau menafsirkan dunia.
theory-driven. Kemudian Kelly juga berpendapat
1. Pendekatan data-driven bahwa bagaimana manusia mencoba
terdiri atas serangkaian studi memahami cara orang lain hidup dapat
induktif di mana kelompok dianalogikan dengan bagaimana
elemen - karakteristik atau seorang ilmuwan merumuskan dan
sifat positif - diidentifikasi menguji teori-teorinya. Kelly sering
untuk menemukan klasifikasi menyebutnya dengan man-the-
yang dapat digeneralisasi ke scientist.
beberapa populasi. Contoh
pendekatan ini dilakukan
oleh Cosentino & Castro
Solano (2017). Hal ini
dilakukan dengan
mengidentifikasi
karakteristik psikologis
positif manusia dari sudut
pandang orang awam.
Sejumlah 745 individu
ditanya mengenai orang
yang paling mereka kagumi
(bukan dalam hal fisik atau
ekonomi) dan menuliskan
hingga tujuh kata yang
mendeskripsikan karakter-
karakter yang paling mereka
kagumi. Ada 854 kata yang
merupakan karakteristik
psikologis positif manusia
yang terkumpul, dan kata-
kata ini dikelompokkan
menjadi lima faktor positif.
Model ini dinamakan the
High Five Model (HFM),
dengan dimensi: erudition,
peace, cheerfulness, honesty,
dan tenacity. HFM ini dapat
juga merupakan prediktor
kesehatan mental yang baik
(Iglesia & Solano, 2018).
2. Pendekatan theory-driven
adalah pendekatan teoretis-
rasional dimulai dalam teori
tertentu dan kemudian secara
empiris dikonfirmasi.
Contohnya adalah VIA
model (Peterson &
Seligman, 2004 dalam
Iglesia & Solano, 2018).
VIA model ini
mengklasifikasikan 6 virtue
dan 24 strengths, yang telah
melalui konsensus para ahli
(e.g., Castro Solano, 2014;
Cosentino, 2014; Castro
Solano & Cosentino, 2016
dalam Iglesia & Solano,
2018).
Creative Power
gaya hidup dibentuk oleh
kekuatan kreatif orang.
Penelitian 1. Penemuan dari 1. Menurut Susan 1. Word association test Emosi positif dan
berbagai program Belangee (2006), diet, digunakan pada tahun perilaku adaptif sangat
Empiris
penelitian neurosains makan berlebihan, dan 1903. Test untuk penting untuk
telah menemukan bahwa bulimia dapat dipandang menjelaskan hipotesis menjalani kehidupan
dorongan untuk mencari sebagai cara umum freud bahwa unconscious yang memuaskan dan
kepuasan berada pada 2 untuk mengekspresikan beroperasi sebagai proses produktif. Kesadaran
struktur otak, yaitu perasaan autonomous. Proses tes akan kekuatan
batang otak dan sistem inferioritas.Penelitian adalah memberikan kata psikologis membantu
limbik (Solms, 2004; lain menemukan bahwa stimulus dan melihat seseorang pulih dari
Solms & Turnbull, 35% dari pelaku diet respon dari responden. masalah psikologis
2002). Bahkan, muda berkembang (Huta & Hawley,
neurotransmitter menjadi diet patologis. 2. Active imagination: 2010); Compton, W.
dopamin terpusat pada Psikolog Adlerian telah Tes yang dilakukan C., & Hoffman, E.,
hampir seluruh perilaku mengakui perkembangan adalah responden 2013). Kurangnya
mencari kepuasan ini dan telah melihatnya diberikan stimulus kesejahteraan pada saat
(pleasure-seeking). sebagai cara untuk seperti gambaran mimpi, ini dapat
Dalam bahasa Freud, mengkompensasi penglihatan, gambar atau mengembangkan
dorongan dan insting inferioritas atau perasaan fantasi dan depresi hingga 10
tersebut disebut id. tidak berharga berkonsentrasi sampai tahun kemudian
stimulus bergerak. (Joseph & Wood,
2. Hasil penelitian Responden harus 2010; Compton, W. C.,
menemukan bahwa 2. Terdapat penelitian mengikuti gambar & Hoffman, E., 2013).
pelajar lebih bermimpi yang menyebutkan tersebut kemudian
mengenai target yang bahwa ingatan awal melakukan interaksi
disupresi daripada yang (early recollections) dengan stimulus.
tidak disupresi. Hal dapat berubah apabila 3. The Myers-Briggs
tersebut sejalan dengan diberi psikoterapi atau Type Indicator: tes
teori Freud. terjadi pengalaman yang yang digunakan untuk
mengubah hidup. Hasil mengukur tipe
3. Psikolog kognitif tersebut cenderung personaliti berdasarkan
mengakui bahwa ada mendukung teori Adler teori Jung.
proses mental yang tidak terhadap kepribadian,
berada pada kesadaran yaitu pengalaman anak
dan juga tidak berada usia dini kurang penting
dibawah kontrol yang daripada pandangan
disengaja. Hal tersebut orang dewasa terhadap
mendekati definisi kejadian/ pengalaman
ketidaksadaran tersebut
(unconsciuous) oleh
Freud
3. Penelitian-penelitian
4. Solms (2004) secara konsisten
menemukan kasus-kasus menemukan hubungan
yang menunjukkan antara ingatan awal masa
represi terhadap kanak-kanak (early
informasi yang tidak childhood recollections)
menyenangkan ketika dengan gaya hidup
terjadi kerusakan pada seseorang saat ini (Clark,
hemisfer kanan otak. Jika 2002), tetapi penemuan
daerah yang rusak ini tersebut tidak
distimulasi secara memverifikasi gagasan
buatan, represi hilang; Adler bahwa gaya hidup
sehingga kesadaran masa kini membentuk
kembali. Selain itu, ingatan awal seseorang
pasien ini sering
merasionalisasi fakta (Feist, 2009)
yang tidak disukai
dengan mengarang
cerita. Dengan kata lain,
mereka menggunakan
mekanisme pertahanan
(defense mechanism)
Freud
(Feist, 2009)
Id Tidak menjelaskan Terdiri dari sejumlah Mencakup kehidupan
-Primary processing sktruktur kepribadian sistem yang berbeda manusia dalam aspek
-Eros (pleasure) dan tahap perkembangan tetapi saling berinteraksi. positif:
-Thanatos (destruction) kepribadian karena prinsip utama adalah 1. Positive subjective
Struktur
Superego hanya mengkonkritkan ego, ketidaksadaran states (emosi positif
Kepribadian
-Ego-ideal terbentuk sesuatu hal yang abstrak pribadi dan kompleksnya seperti kebahagiaan,
melalui reward dan mengacaukan dan ketidaksadaran kegembiraan, kepuasan
-Conscience-terbentuk pemahaman mengenai kolektif dan arketipenya, dengan kehidupan,
melalui punishment flow of human behavior persona, anima dan relaksasi, cinta,
Ego animus, dan bayangan keintiman, dan
-Secondary processing (the shadow). di samping kepuasan.)
-Mengontrol Id dan sistem-sistem yang 2. Positive individual
Superego saling tergantung ini ada traits (pola perilaku
sikap-sikap introversion yang lebih positif yang
dan extraversion dan terlihat pada diri
fungsi-fungsi dari manusia dari waktu ke
thinking, sensing, waktu, seperti
feeling, dan intuiting. manifestasi keberanian,
akhirnya, ada diri (self) kegigihan, kejujuran,
yang merupakan pusat dan kebijaksanaan).
dari seluruh kepribadian. 3. Positive institution
(membahas isu-isu
seperti pengembangan
kebajikan sipil,
penciptaan keluarga
yang sehat, dan studi
tentang lingkungan
kerja yang sehat).
- Sebuah kritik yang - sulit untuk verifikasi, Teori Jung hampir tidak Terdapat kemungkinan
Kritik
sering terhadap Freud Sebagai contoh, mungkin untuk adanya optimisme
adalah bahwa dia tidak meskipun penelitian diverfikasi atau yang tidak realistis atau
memahami wanita dan telah secara konsisten difalsifikasi. dianggap buta.
bahwa teorinya tentang menunjukkan hubungan Collective unconscious Terdapat kemungkinan
kepribadian sangat antara ingatan masa merupakan konsep yang adanya sikap positif
berorientasi pada pria. kanak-kanak dan gaya sulit untuk diuji secara yang salah dan disebut
Freud mengakui bahwa hidup seseorang saat ini empiris. Archetype dan sebagai unscientific
ia tidak memiliki (Clark, 2002), hasil ini collective unconscious positivity.
pemahaman yang tidak memverifikasi berasal dari pengalaman
lengkap tentang jiwa gagasan Adler bahwa pribadi Jung sehingga
perempuan. gaya hidup sekarang konsep tersebut susah
- Dianggap tidak ilmiah, membentuk ingatan awal dibuktikan secara
kerangka teori seseorang. Penjelasan empiris dan hanya
kepribadian Freud, kausal alternatif, juga bergantung pada
dengan penekanannya dimungkinkan; yaitu, kepercayaan.
pada alam bawah sadar, pengalaman awal dapat
begitu longgar dan menyebabkan gaya hidup
fleksibel sehingga data saat ini. Dengan
yang tampaknya tidak demikian, salah satu
konsisten dapat hidup konsep Adler yang
berdampingan dalam paling penting — asumsi
batas-batasnya. bahwa gaya hidup masa
psikoanalisis tidak kini menentukan ingatan-
memiliki seperangkat ingatan awal dan bukan
istilah yang didefinisikan sebaliknya — sulit untuk
secara operasional, diverifikasi.
istilah-istilah seperti id, - Banyak istilah yang
ego, superego, sadar, tidak memiliki definisi
pra-sadar, tidak sadar, operasional yang ilmiah,
tahap oral, tahap sadis- seperti superiority dan
anal, tahap phallic, creative power
kompleks Oedipus,
tingkat mimpi laten, dan
banyak lainnya tidak
didefinisikan secara
operasional; yaitu,
mereka tidak dijabarkan
dalam hal operasi atau
perilaku tertentu. Para
peneliti harus memiliki
definisi khusus mereka
sendiri tentang sebagian
besar istilah
psikoanalitik.
dynamic of personality positif vs humanistik
A. Dynamic of Personality in Positive Psychology
1. The Basic Emotion
Berdasarkan sejarah psikologi, ditemukan jumlah variasi emosi dasar
dari tujuh hingga sepuluh hal ini bergantung pada teori yang digunakan.
Peneliti menyepakati emosi yang relevan dengan psikologi positif jika
enjoyment(kesenangan), atau happiness(kebahagiaan), atau joy(kegembiraan)
merupakan emosi dasar.
Emosi dasar dapat dikombinasikan dalam banyak cara untuk
menciptakan variasi pengalaman emosional yang lebih tajam . Sebagai contoh,
Robert Plutchick (1980) menunjukkan bahwa emosi kekaguman adalah
kombinasi emosi terkejut dan takut. Ini berarti bahwa emosi positif yang
sering dikaitkan dengan pengalaman keagamaan muncul dari emosi terkejut
yang agak positif sehubungan dengan emosi negatif rasa takut. Hal ini
menunjukan jika kita berupaya untuk menghilangkan emosi negatif dalam
hidup, berarti kita pun akan kehilangan variasi emosi lainnya. Menurut
Schimmack pada 2008, “seberapa sering seseorang merasakan emosi positif
mungkin sangat sedikit hubungannya dengan seberapa sering orang itu
merasakan emosi negatif.” Hal ini menandakan bahwa upaya untuk
meningkatkan emosi positif tidak akan secara otomatis menghasilkan
penurunan emosi negatif, berlaku untuk sebaliknya.
James Russell dan Feldman Barrett (1999) menggamarkan reaksi
emosional dengan sebutan core affect. Hal ini mengacu pada reaksi emosional
secara primitive yang seringkali tidak diakui keberadaannya, mereka
memadukan dimensi menyenangkan dan tidak menyenangkan dan juga
dimensi aktif dan tidak aktif yang berada hampir di tingkat level unconscious.
Pengaruh dari core affect dapat mendorong seseorang untuk menginterpretasi
siatu hal kea rah positif atau negative (Smith & Mackie, 2008). Menurut Barg
& Williams pada 2007 respon emosional bekerja pada level unconscious.
Social
Situasi sosial pun mempengaruhi bagaimana seorang individu
mengalami kehidupan emosional. Penelitian mengenai emosi mendukung
social constraints model dari mood regulation yang menyatakan bahwa orang
mengatur suasana hati mereka berdasarkan pemahaman mereka tentang situasi
sosial. Penelitian sosiologi tentang emosi melihat bagaimana status sosial,
struktur kelas, begitu pula budaya dapat mempengaruhi sense of self, identitas,
dan pemahaman baik pada emosi maupun ekspresi emosi itu sendiri.
Budaya juga memiliki kontribusi dalam mempengaruhi bagaimana
seorang individu mengalami emosi. Budaya memungkinkan adanya variasi
yang cukup besar dalam cara seseorang mengekspresikan emosi, memberi
label pada emosi dan menyebarkan emosi. Bahkan dalam budaya tertentu,
perubahan dari waktu ke waktu dapat mempengaruhi cara kita mengalami
emosi.
3. Moods and Well Being
- Moods
Morris (1999) mengatakan bahwa fungsi dasar dari moods
adalah untuk menyediakan informasi mengenai apa yang kita miliki
saat ini nantinya digunakan untuk memenuhi tuntutan di masa depan.
Menurut pandangannya, mood menyediakan kita sistem monitoring
yang berkelanjutan. Beberapa studi terbaru menemukan bahwa emosi
dan mood dapat memiliki pengaruh yang cukup signifikan pada hampir
setiap proses psikologis seperti memory, attention, perception dan
pengalaman akan diri kita sendiri. Faktanya, tinjauan luas yang
dilakukan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Sonja Lybomirsky,
Laura King and Ed Diener (2005) menemukan bahwa dampak dari
emosi yang positif itu sangat besar, mulai dari memiliki kesejahteraan
yang lebih tinggi hingga memiliki hubungan yang lebih romantis, lebih
banyak menampilkan altruisme dan kedermawanan, karir yang lebih
sukses, promosi kreativitas, dan kesehatan yang lebih baik. Dengan
memiliki suasana hati yang baik, maka keuntungan yang dimiliki akan
berdampak pada hampir setiap bidang kehidupan.
Tujuan dari mempelajari positive psychology tidak sesederhana
menciptakan level yang tinggi dari emosi positif dalam kehidupan
sehari-hari. Karena hal tersebut tidak memungkinkan. Meskipun begitu,
pesan dari psikologi positif ialah mood yang positif akan membantu
kita untuk beradaptasi lebih baik dan lebih membuka kesempatan
untuk selalu belajar dan berkembang.
- Well-being
Tujuan utama dari psikologi positif harus menumbuhkan suasana hati
yang positif yang dpat diukur dengan kepuasan hidup. Seligman (2011)
berpendapat bahwa teori asli nya mengenai happiness mengabaikan
terlalu banyak elemen penting untuk kesejahteraan (well-being). Ia
bahkan menganggap bahwa topik dari psikologi positif adalah
kesejahteraan.
Psychologicall Wellbeing
Carol Ryff telah merangkum bertahun-tahun penelitian mengenai
positive mental health dan menciptakan enam dimensi untuk mengukur
well-being, yang akhirnya dikenal dengan Psychological Well-being
Scale (1989a. 1989b, 1995), sebagai berikut:
● Self-Acceptance: kemampuan untuk mengetahui berbagai
aspek dalam diri; kemampuan untuk menerima baik sisi positif
maupun sisi negatif secara seimbang dalam diri.
● Personal Growth: kapasitas untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi yang ada, terbuka pada berbagi
pengalaman baru.
● Positive Relations With Other People: memiliki hubungan yang
dekat, hangat dan intim dengan orang lain, memperhatikan
kesejahteraan orang lain dan mampu menunjukkan rasa empati
dan afeksi terhadap orang lain.
● Autonomy: mandiri, kemampuan untuk menahan tekanan sosial,
dan kemampuan untuk meregulasi perilaku.
● Purpose in Life: memiliki tujuan hidup dan dapat memaknakan
makna kehidupan, dapat memaknana tujuan dan arahan dalam
hidup.
● Environmental Mastery: merasa memiliki kemampuan dan
kompetensi dan kemampuan untuk memilih situasi dan
lingkungan yang kondusif untuk mencapai tujuan.
4. Positive psychology and motivation
Early Theories of Motivation
Motivasi dan emosi merupakan suatu hal yang saling berkaitan,
sehingga seringkali sulit untuk memisahkan efek dari masing-masingnya.
Menurut Robert W. White (1959) seseorang dapat termotivasi oleh lebih dari
suatu dorongan yang sederhana (drive) hanya berdasar untuk memenuhi
kebutuhan fisiologis atau kebutuhan dari jaringan saja (tissue needs). Selain
itu orang-orang seringkali dipaksa untuk turut melibatkan lingkungan mereka.
Intrinsic and Extrinsic Motivation
Perbedaan antara motivasi intrinsik dan ekstrinsik, motivasi intrinsik
terjadi ketika kita terlibat dalam suatu aktivitas berdasarkan kemauan diri
sendiri, terlepas dari ada atau tidaknya suatu imbalan. Sedangkan motivasi
eksternal terjadi ketika kita melakukan sesuatu berdasarkan suatu imbalan
yang datang dari luar diri seperti pujian, uang atau insentif. Ryan dan Edward
Deci (2008) lebih suka dengan istilah autonomous motivation. Autonomous
motivation sendiri adalah pilihan yang didasarkan oleh keinginan diri sendiri,
sedangkan controlled motivation adalah dikendalikan dan didorong oleh
reward external yang tidak sesuai dengan nilai dalam diri seseorang.
Perbedaan antara autonomous motivation dan controlled motivation dipandang
sebagai hal yang sangat penting untuk pemahaman kesehatan mental, prestasi,
dan kesejahteraan serta untuk pemahaman tentang motivasi dasar.
Ditemukan adanya hubungan antara autonomous motivation dengan
ketercapaian suatu hal yang positif, diantaranya; kesehatan, kerja, hubungan
intim, pengasuhan, Pendidikan, keikutsertaan keagamaan, dan aktivitas politi
(Ryan&Deci, 2000; Deci & Ryan, 2008). Penelitian lain pun menunjukan jika
seseorang memiliki __ cenderung menunjukan peningkatan kinerja, kegigihan,
kreativitas, harga diri, dan kesejahteraan jika dibandingkan dengan orang yang
memiliki motivasi berdasarkan faktor eksternal. Akan tetapi, aktivitas yang
didasari oleh motivasi eksternal pun dapat memberikan keterampilan dan
kompetensi yang diinginkan.
Motivation and The Pursuit of Goals
Berdasarkan penelitian motivasi seseorang dapat dilihat dari innate
drives ada juga yang berfokus pada ekspektasi. Tujuan yang dimiliki
kebanyakan orang untuk hidup menentukan penempatan upaya dan komitmen
seseorang.
Psikologi positif
1. Virtues
Menurut Cheryl Crumpler (2000), virtues didefinisikan sebagai berikut: “ virtues
merupakan keunggulan seseorang yang diperoleh dalam sifat-sifat karakter, virtues
berkontribusi pada kelengkapan atau keutuhan kepribadian seseorang. Virtues mewakili
kondisi ideal yang memberikan kemampuan untuk adaptasi terhadap kehidupan ”
2. Strengths
Merupakan sifat-sifat positif unik yang kita semua miliki, kekuatan yang paling penting
bagi setiap individu adalah kekuatan khas nya, atau “sifat positif yang dimiliki dan sering
dilakukan seseorang” (Peterson & Park, 2009, p. 29). Psikologi positif menekankan
kekuatan pribadi sebagai cara untuk membuat perubahan dalam hidup kita dengan
berfokus pada apa yang sudah kita ketahui bagaimana melakukannya dengan baik.
3. Character
Bagaimana kita berperilaku sebagai anggota masyarakat Baline Fowers (2005, 2006)
berpendapat bahwa pengembangan karakter sangat penting karena bagaimana kita
memperlakukan satu sama lain merupakan dasar etika, moralitas, dan kesejahteraan.
4. Emotions
Emosi dasar manusia, yaitu, emosi bawaan yang menyediakan dasar untuk semua emosi
lainnya. Emosi dasar dapat dikombinasikan dalam banyak cara untuk menciptakan
variasi pengalaman emosional yang lebih halus. Kombinasi faktor biologis, kognitif,
perilaku, dan sosial budaya mempengaruhi keadaan dan reaksi emosional kita.
Persamaan
Pada hakikatnya kedua aliran psikologi ini (psikologi positif dan behaviorisme) sangat jelas
menggambarkan suatu perbedaan. Tetapi ada hal yang sekiranya berkaitan dengan kedua
aliran ini, yaitu:
1. Keduanya bergantung pada suatu nilai-nilai baik nilai yang ada dalam diri seseorang
maupun lingkungannya.
2. Berfokus pada apa yang sudah kita ketahui bagaimana melakukannya dengan baik.
Perbedaan
1. Psikologi positif berfokus pada manfaat kebahagiaan dan kepuasan hidup (innate),
sedangkan behaviorisme berfokus pada faktor lingkungan yang memengaruhi perilaku
(membutuhkan stimulus dari luar).
2. Behaviorisme menolak penjelasan perilaku yang didasari oleh konstruk-konstruk
hipotetikal yang tidak dapat diobservasi, sedangkan psikologi positif menjelaskan
perilaku yang didasari oleh konstruk yang tidak dapat diobservasi.
Emosi
Jumlah emosi dasar bervariasi dari tujuh hingga sepuluh. Emosi positif yang termasuk
ke dalam emosi dasar jumlahnya lebih sedikit, yaitu kesenangan atau joy. Emosi
positif terkadang berkaitan dengan pengalaman religius yang muncul dari emosi
positif surprise bersamaan dengan emosi dasar yang negatif yaitu rasa takut atau fear.
Hal ini menunjukkan bahwa apabila kita menghilangkan emosi negatif dari hidup kita,
maka terdapat konsekuensi berupa kehilangan variasi dan ketajaman dari pengalaman
emosi yang mendalam.
Emosi positif dan negatif merupakan dua hal yang independen. Usaha
meningkatkan emosi positif belum tentu menyebabkan berkurangnya emosi negatif,
begitu pula berkurangnya emosi negatif belum tentu meningkatkan emosi positif.
James Russell dan Feldman Barrett (1999) mendeskripsikan reaksi emosional
dengan istilah core affects, yaitu reaksi emosional yang primitif yang secara konsisten
dirasakan tetapi sering tidak diakui; yang menggabungkan rasa suka dan tidak suka
serta dimensi yang aktif dan tidak aktif yang kita bawa pada level yang hampir
unconscious.
Emosi memiliki beberapa komponen:
1. Biologis
a. Neurotransmitters dan Chemicals of Pleasure
Beberapa respon senang disebabkan oleh dilepaskannya bahan kimia
tertentu di otak yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter adalah
pengantar pesan yang berwujud kimia yang menyampaikan pesan
melalui sel saraf. Kesenangan disebabkan oleh meningkatnya tingkat
neurotransmitter dopamin. Beberapa neurotransmitter seperti
encephalins atau endorfin dapat meningkatkan kesenangan dan
menurunkan rasa sakit.
b. The “Happy” Brain
John Davidson meneliti bagian otak mana yang terlibat dalam emosi
positif. Bagian otak prefrontal cortex bagian kiri menjadi lebih aktif
ketika kita senang. Bagian otak ini juga diasosiasikan dengan
kemampuan yang lebih baik untuk pulih dari emosi negatif dan
meningkatkan kemampuan untuk menekan emosi negatif.
c. Neuroplasticity
Otak kita tidak berhenti berkembang di masa kanak-kanak, melainkan
dapat berubah sepanjang kehidupan sebagai hasil dari pengalaman.
d. Genetik
Keluarga berpengaruh penting bagi emosional karena pengaruh genetik
yang memiliki pengaruh besar bagi dasar respons emosional terhadap
dunia. Lykken dan Tellegen (1996) berpendapat bahwa 80% rasa well-
being jangka panjang dipengaruhi oleh keturunan. Pada studi kembar,
ditemukan bahwa keturunan memengaruhi variabilitas emosi positif
sebesar 40%, emosi negatif sebesar 55%, dan 48% variabilitas well-
being berasal dari genetik.
e. Happiness Set Point
Kebanyakan orang akan kembali ke level kebahagiaan rata-rata atau
set point setelah keadaan emosional sementara yang tinggi dan rendah.
Setelah merasakan perasaan senang atau sedih yang mendalam, orang
akan kembali ke rata-rata tingkat well-being yang ditentukan oleh
genetik.
2. Kognitif
Pemikiran kita memiliki peran besar dalam menentukan keadaan emosional.
Martin Seligman mempelajari learned optimism dan menemukan bahwa
manusia dapat belajar meningkat pemikiran yang negatif dan belajar
bagaimana menginterpretasi peristiwa dengan optimisme yang realistis.
Interpretasi peristiwa yang kompleks tapi positif dapat membantu menciptakan
makna dan tujuan dalam hidup.
Pemikiran kita juga dapat memengaruhi well-being melalui perspektif
waktu. Orang yang berorientasi pada masa depan dapat menunda kepuasan
dan bekerja dengan tujuan jangka panjang dibanding orang dengan orientasi
masa kini. Orang dengan orientasi masa kini lebih memilih untuk hidup di
masa kini sehingga membuat mereka puas ketika menikmati kesenangan yang
dialami saat ini tetapi cenderung untuk tidak lebih bekerja kerja untuk
mencapai tujuan di masa depan.
3. Perilaku
Perilaku kita dapat sangat memengaruhi emosi. Salah satu kontribusi
signifikan dari psikologi positif adalah fokus pada perilaku positif yang dilihat
dalam kekuatan, virtues, dan karakter. Sebagian besar virtues melibatkan
bagaimana kita berperilaku dalam hubungan sosial. Misalnya, tingkat
kejujuran dan rasa keadilan yang dimiliki oleh seseorang ditentukan oleh
bagaimana ia berhubungan dengan orang lain. Bagaimana kita berperilaku
sebagai anggota masyarakat disebut sebagai karakter. Blaine Fowers (2005,
2006) berpendapat bahwa pengembangan karakter sangat penting karena
bagaimana kita memperlakukan satu sama lain adalah dasar etika dan
moralitas. Robert Emmons dan Cheryl Crumpler (2000) mendefinisikan
virtues sebagai berikut: “Virtues merupakan sifat-sifat unggul dalam karakter,
yang berkontribusi pada kelengkapan atau keutuhan seseorang. Virtues
merupakan kondisi ideal yang memfasilitasi adaptasi terhadap kehidupan”
Studi tentang karakter dalam psikologi positif dikembangkan oleh
Gallup Institute yang meneliti mengenai apa yang membuat orang-orang
berprestasi dalam bisnis. Ditemukan bahwa mereka yang berprestasi
cenderung menggunakan kekuatan atau strength mereka. Gallup menemukan
bahwa organisasi bekerja lebih baik ketika orang diizinkan untuk
mengembangkan strength mereka daripada terus-menerus berfokus pada
memperbaiki kelemahan mereka (Buckingham & Coffman, 1999).
Selain itu, situasi sosial seseorang juga dapat memengaruhi emosi.
Dalam sebuah penelitian, ditemukan bahwa orang mengatur suasana hati atau
emosi mereka berdasarkan pemahaman mereka tentang situasi sosial yang ada
(Erber & Erber, 2000; Tamir & Gross, 2011). Status sosial dan struktur kelas,
serta budaya, dapat memengaruhi perasaan diri kita, identitas kita, dan
pemahaman kita tentang emosi dan ekspresi emosi.
Moods and Well-Being
Emosi berfokus pada perasaan yang dapat muncul atau hilang secara cepat sebagai
respon terhadap peristiwa di lingkungan. Mood atau suasana hati biasanya pervasif
dan dapat bertahan lama meskipun dapat berubah sedikit seiring berjalannya waktu.
Morris (1999) berpendapat bahwa suasana hati memberikan sistem monitor secara
terus-menerus yang memberikan informasi mengenai sebaik apa kita menghadapi
peristiwa dalam hidup.
Penelitian menemukan bahwa emosi dan suasana hati memiliki dampak yang
signifikan pada hampir seluruh proses psikologis seperti memori, atensi, persepsi, dan
pengalaman diri. Suasana hati yang positif membantu kita beradaptasi lebih baik dan
memberikan kesempatan untuk belajar dan berkembang.
Motivasi
Jika dalam psikologi positif sebagian melibatkan promosi pertumbuhan manusia,
maka dibutuhkan motivasi bagi orang untuk mencapai tujuan tersebut. Tidak ada
penjelasan sederhana mengenai apa yang menyebabkan seseorang mengejar tujuan
tertentu. Menurut White (1959), seseorang dapat termotivasi oleh lebih dari sekedar
dorongan sederhana seperti untuk memenuhi kebutuh fisiologis, melainkan orang
didorong untuk terlibat di dunia dengan cara-cara yang memberi mereka rasa
kompetensi dan prestasi yang melampaui pertemuan dasar kebutuhan fisiologis.
Terdapat dua jenis motivasi, yaitu autonomous motivation (motivasi yang
bersifat self-chosen dan kongruen dengan true self seseorang) dan controlled
motivation (motivasi yang didorong oleh external reward dan tidak kongruen dengan
core value orang tersebut). Kedua motivasi ini penting untuk memahami kesehatan
mental, pencapaian dalam hidup, serta well-being dan juga untuk memahami dasar
dari motivasi. Menurut Ryan dan Deci (2000), tidak ada fenomena yang dapat
merefleksikan potensi positif dari sifat manusia sebanyak motivasi intrinsik atau
kecenderungan yang melekat pada diri untuk mencari hal baru dan tantangan, untuk
memperluas dan melatih kapasitas seseorang, untuk mengeksplorasi dan belajar.
Pendapat tersebut didukung dengan ditemukannya hubungan yang positif antara
autonomous motivation dengan pencapaian hasil yang positif dalam berbagai area.
● Motivasi dan Tujuan
Tujuan unik yang kita miliki dalam hidup menentukan dimana kita
mengerahkan usaha dan komitmen. Karakter spesifik dari tujuan kita dan
hubungan kita dengan mereka setiap saat dapat juga menentukan keadaan emosi
kita. Kenyataannya, tujuan mungkin sangat penting bagi keadaan emosi positif
kita kapan saja — dan bagi kesejahteraan emosi kita secara umum. Secara umum,
tujuan yang merupakan hasil dari motivasi intrinsik atau otonom, dihargai secara
pribadi, realistis, dan dipilih secara bebas tampaknya lebih baik dalam
meningkatkan subjective well-being. Mengejar tujuan yang bermakna bagi kita
lebih memuaskan daripada mengejar tujuan yang dipaksakan oleh orang lain atau
yang tidak dihargai. Kesesuaian yang tinggi antara kepribadian dan tujuan
seseorang disebut sebagai self-concordance oleh Kennon Sheldon (2008) dan
sebagai "kecocokan peraturan" oleh E. Tory Higgins (2000). Penelitian telah
menemukan bahwa ketika ada kesesuaian yang lebih baik antara nilai-nilai
seseorang dan tujuannya, maka evaluasi yang lebih positif dari tujuan, motivasi
yang lebih besar, komitmen yang lebih besar terhadap tujuan, dan kesejahteraan
yang lebih tinggi terjadi.
Secara umum, well-being dapat ditingkatkan dengan mencari tujuan yang
terkait dengan hubungan positif dan membantu orang lain, sementara tujuan yang
relatif egois dapat menurunkan well-being seseorang. Well-being seseorang
diturunkan ketika orang mencari tujuan yang relatif mementingkan diri sendiri
terkait dengan daya tarik fisik, ketenaran, dan kekayaan. Tujuan yang dihargai
oleh masyarakat atau budaya seseorang memiliki kemungkinan untuk lebih
efektif dalam meningkatkan well-being.
Permasalahan tujuan lainnya adalah kekhawatiran terkait approach versus
avoidance goal. Approach goal memotivasi kita untuk bergerak ke arah sesuatu
(misalnya, "Saya ingin mendapatkan gelar Ph.D dalam bidang psikologi").
Sedangkan avoidance goal memotivasi kita untuk menghindari kesulitan, bahaya,
atau ketakutan (misalnya, "Saya mencoba menghindari berbicara di depan umum
karena itu membuat saya gugup"). Penelitian telah menemukan bahwa approach
goal lebih cenderung dikaitkan dengan subjective well-being daripada avoidance
goal. Well-being lebih tinggi ketika orang bergerak menuju sesuatu yang mereka
hargai daripada menghindari sesuatu yang sulit atau menyakitkan.
Dampak yang dimiliki tujuan kita terhadap rasa bahagia atau kepuasan
hidup kita juga bergantung pada seberapa spesifik tujuan tersebut. Dalam hal
spesifisitas, Emmons (1992) telah menemukan bahwa tujuan yang sangat abstrak
dapat menurunkan well-being segera karena keabstrakan mereka membuat sulit
untuk mengetahui kapan mereka telah dicapai. Sebaliknya, dengan tujuan konkret,
kita segera tahu jika kita telah mencapainya. Namun, tidak memiliki tujuan
jangka panjang abstrak atau tingkat tinggi yang berfungsi untuk mengarahkan
arah kehidupan seseorang dikaitkan dengan kesejahteraan yang lebih rendah.
Emmons (1992) mengemukakan bahwa yang terbaik adalah menemukan
keseimbangan antara tujuan konkret dan abstrak dengan menetapkan tujuan
jangka pendek yang konkret yang terkait langsung dengan yang lebih abstrak dan
bermakna.
Aspek penting lain dari tujuan adalah hubungan di antara mereka. Masalah
pertama di sini berkaitan dengan tingkat kesesuaian dan konflik mereka. Secara
khusus, well-being yang lebih besar dikaitkan dengan lebih banyak kesesuaian di
antara berbagai tujuan dan lebih sedikit konflik internal antara berbagai tujuan
yang bersaing
Multidimensional Theory
Self-Determination Theory
Self-Determination theory memiliki postulat bahwa kecenderungan terhadap
perkembangan psikologis, begitu juga dengan kebutuhan emosional adalah basis dari
self-motivation dan integrasi kepribadian. Dalam teori ini terdapat tiga kebutuhan
dasar, yaitu competence, relatedness, dan autonomy.
1. Competence : Kebutuhan untuk menguasai pengalaman-
pengalaman yang dapat membuat seseorang dapat berhubungan
dengan lingkungannya secara efektif.
2. Relatedness : Kebutuhan untuk saling mendukung hubungan
interpersonal.
3. Autonomy : Kebutuhan untuk membuat keputusan secara
independen mengenai hal-hal yang dianggap berharga bagi
seorang individu.
Menurut Ryan dan Deci (1985, dalam Compton, 2013) tiga kebutuhan dasar
tersebut penting untuk memfasilitasi berfungsinya kecenderungan alami agar tumbuh
dan berintegrasi secara optimal, dan juga demi perkembangan sosial yang konstruktif
serta kesejahteraan seorang individu. Jika tiga kebutuhan ini dipenuhi, maka seorang
individu akan menunjukkan kemampuan beradaptasi yang lebih baik serta tingkat
kesejahteraan yang lebih tinggi.
Adapun kondisi serta aktivitas yang dapat membantu memenuhi kebutuhan
akan autonomy, relatedness, dan competence antara lain menyangkut tantangan
pribadi serta feedback positif yang mendukung; kebebasan dari pandangan yang
merendahkan serta evaluasi yang bersifat merendahkan; dan suatu hal yang baru atau
sense of aesthetics value. Selain itu juga, diperlukan situasi yang menumbuhkan locus
of control internal, yaitu dengan cara memberikan pilihan dan peluang pada seseorang
untuk mengarahkan dirinya sendiri. Selanjutnya, konteks sosial di mana seseorang
merasa agak aman dan tahu bahwa dukungan sosial tersedia kondusif juga diperlukan
untuk memenuhi ketiga kebutuhan ini.
Quality of Life
Pendekatan kualitas hidup atau dapat disebut quality of life therapy (QOLT) oleh
Michael Frisch (2006) dikembangkan dari terapi kognitif-behavioral. Dalam terapi ini,
seseorang diberikan tes untuk memberi peringkat terhadap kepuasan dalam 16 area
kehidupan. Model QOLT dibuat berdasarkan model asesmen CASIO dimana
seseorang dapat meningkatkan well-being dengan mengevaluasi dan mengubah
objektif keadaan hidup (C), sikap atau interpretasi domain kehidupan (A), standar
pencapaian tujuan (S), seberapa penting area kehidupan itu kepada individu (I) atau
memfokuskan pada area lain yang memberikan lebih banyak kepuasan.