Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL PENDIDIKAN PANCASILA

“ PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA “

Dosen : Tysa Sufia Rahmi, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Fitriatul Arisma

NIM : 19016091

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

TAHUN AJARAN 2019/2020

Pancasila Sebagai Sistem Etika


A. Konsep dan Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika
1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika
a. Pengertian Etika

Pengertian etika menurut para ahli diantaranya adalah :

1) O.P. Simorangkir

Mengatakan bahwa etika atau etik sebagai pandangan manusia


dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik

2) H. Burhanudin Salam

Mengatakan bahwa etika adalah cabang filsafat yang berbicara


mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya

Jadi kesimpulan dari pendapat para ahli, etika adalah perilaku baik
atau buruk manusia yang dilakukan secara alami dan tanpa paksaan dari
orang lain. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang
ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral.

b. Aliran-aliran Etika

1) Etika Keutamaan atau Etika Kebajikan merupakan teori yang


mempelajari keutamaan (virtue) artinya mempelajari tentang
perbuatan manusia itu baik atau buruk.
2) Etika Teleologis merupakan teori yang menyatakan bahwa hasil dari
tindakan moral menentukan nilai tindakan atau kebenaran tindakan
dan dilawankan dengan kewajiban.
3) Etika Deontologis merupakan teori etis yang bersangkutan dengan
kewajiban moral sebagai hal yang benar dan bukannya membicarakan
tujuan atau akibat.

c. Etika Pancasila

Etika pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari sila-sila


pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, di dalam etika pancasila terkandung
nila-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.

Pancasila sebagai dasar filsafat negara serta sebagai filsafat hidup bangsa
Indonesia pada hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis.
Oleh karena itu sebagai suatu dasar filsaat maka sila-sila pancasila merupakan
suatu kesatuan yang bulat, hierarkis, dan sistematis. Pancasila memberikan
dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi manusia baik dalam
hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

a. Banyaknya kasus korupsi yang melanda negara Indonesia sehingga dapat


melemahkan sendi-sendi kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Masih terjadinya aksi terorisme yang mengatasnamakan agama sehingga
memecahkan semangat toleransi.
c. Masih terjadinya pelanggaran HAM.
d. Kesenjangan antarkelompok masyarakat kaya dan miskin.
e. Ketidakadilan hukum di Indonesia.
f. Banyaknya orang kaya yang tidak membayar pajak dengan benar.

B. Alasan Diperlukannya Pancasila sebagai Sistem Etika

1. Dekadansi moral yang melanda kehidupan masyarakat, terutama generasi


muda sehingga membahayakan kelangsungan hidup bernegara.
2. Korupsi akan merajalela karena penyelenggara negara tidak memiliki
rambu-rambu normatif dalam menjalankan tugasnya.
3. Kurangnya rasa perlu berkontribusi dalam pembangunan melalui
pembayaran pajak.
4. Pelanggaran HAM dalam kehidupan bernegara di Indonesia ditandai
dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.
5. Kerusakan lingkungan yang berdampak terhadap berbagai aspek
kehidupan manusia seperti kesehatan, kelancaran penerbangan, global
warming, perubahan cuaca, dan sebagaimya.

C. Tantangan Pancasila sebagai Sistem Etika

1. Pada Zaman Orde Lama : sikap otoriter dalam pemerintahan seperti dalam
penerapan demokrasi terpimpin.
2. Pada Zaman Orde Baru : masalah NKK (Nepotisme, Kolusi, dan Korupsi) yang
merugikan penyelenggaraan negara.
3. Pada Era Reformasi : euforia kebebasan berpolitik sehingga mengabaikan
norma-norma moral.

D. Esensi Pancasila sebagai Sistem Etika

1. Hakikat sila ketuhanan terletak pada keyakinan bangsa Indonesia bahwa


Tuhan sebagai penjamin prinsip-prinsip moral.
2. Hakikat sila kemanusiaan terletak pada actus humanus, yaitu tindakan
manusia yang mengandung implikasi dan konsekuensi moral yang dibedakan
dengan actus homini, yaitu tindakan manusia yang biasa.
3. Hakikat sila persatuan terletak pada kesediaan untuk hidup bersama sebagai
warga bangsa yang mementingkan masalah bangsa di atas kepentingan
individu atau kelompok.
4. Hakikat sila kerakyatan terletak pada prinsip musyawarah untuk mufakat.
5. Hakikat sila keadilan merupakan perwujudan dari sistem etika yang tidak
menekankan pada kewajiban semata atau pada tujuan belaka, tapi lebih
menonjolkan keutamaan yang terkandung dalam nilai keadilan itu sendiri.

E. Implementasi Pancasila sebagai Sistem Etika

Mengimplementasikan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila dapat


diterapkan dengan berbagai cara seperti :

1. Menghormati antarsesama umat beragama dan tidak ikut campur atas


kepercayaan orang lain merupakan salah satu bentuk implementasi pancasila
sila pertama.
2. Implementasi sila kedua dapat diterapkan dengan cara mengakui persamaan
derajat, persamaan hak, dan persamaan kewajiban sesama manusia. Selain
itu, perlu mengembangkan sikap tenggang rasa dan tidak semena-mena
dengan orang lain.
3. Menerapkan rasa cinta tanah air sejak dini dan menempatkan persatuan,
kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa dan negara atas
kepentingan pribadi atau golongan. Hal ini menjelaskan betapa pentingnya
nilai persatuan bagi rakyat Indonesia.
4. Implementasi sila keempat dapat dilakukan dengan cara bermusyawarah
dalam mengambil keputusan. Tentunya dalam musyawarah juga terdapat
aturan-aturan yang digunakan agar musyawarah dapat berjalan dengan baik
dan benar seperti tidak menyela pembicaraan orang lain, mendengarkan
pendapat orang lain, tidak mementingkan kepentingan pribadi/golongan,
dan lain-lain.
5. Berlaku adil bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan implementasi untuk
nilai keadilan pada sila kelima pancasila. Selain itu implementasi sila kelima
juga dapat dilakukan dengan cara tidak membeda-bedakan sesama manusia
berdasarkan suku, ras, dan agama.

F. Perbedaan Etika dengan Etiket

1. Etika diartikan sebagai suatu sikap yang menunjukkan kesedian atau


kesanggupan seseorang untuk mentaati ketentuan serta macam macam
norma kehidupan lainnya yang berlaku di dalam suatu masyarakat maupun
organisasi tertentu. 

Sedangkan Etiket diartikan sebagai suatu sikap seperti sopan santun


maupun aturan lainnya yang mengatur tentang hubungan di antara
kelompok manusia yang beradab di dalam pergaulan

2. Etika berlaku kapanpun, baik dalam pergaulan dengan orang lain maupun
dalam kehidupan pribadi. Dengan kata lain, etika berlaku bagi siapa saja
meskipun tidak ada orang yang menyaksikan. Contoh : mencuri adalah
perbuatan yang dilarang, meskipun ketika dilakukan tidak ada orang yang
menyaksikan. Contoh lain adalah ketika kita meminjam suatu barang, maka
barang tersebut nantinya harus tetap dikembalikan, meskipun pihak yang
meminjamkan lupa.

Sedangkan etiket hanya berlaku dalam pergaulan saja, artinya etiket


hanya berlaku ketika ada orang lain yang menyaksikan perbuatan yang kita
lakukan, dan ketika tidak ada saksi mata, maka etiket tidak berlaku. Contoh :
Mengangkat kaki ke atas meja, bersendawa, maupun berbicara ketika sedang
makan bersama orang lain dianggap perbuatan (cara makan) yang tidak
sopan dan melanggar etiket dan tidak boleh dilakukan. Akan tetapi ketika jika
perbuatan tersebut dilakukan ketika sedang sendirian (tidak ada saksi mata)
maka cara makan yang demikian itu tidaklah melanggar etiket dan boleh
dilakukan.

3. Etika bersifat absolut, artinya etika memiliki ketentuan atau prinsip yang
tidak bisa ditawar-tawar lagi, di mana perbuatan baik mendapatkan pujian,
sedangkan perbuatan buruk harus mendapatkan sanksi atau hukuman.
Contohnya, Larangan untuk membunuh, dan larangan mencuri, di mana
ketika seseorang melakukan pembunuhan atau pencurian, maka ia harus
mendapatkan sanksi atau hukuman.

 Sedangkan Etiket bersifat relative, artinya sesuatu yang menurut suatu


budaya dianggap sebagai hal yang tidak sopan, akan tetapi belum tentu
budaya lain memiliki anggapan yang sama. Bisa saja hal itu dianggap sebagai
hal yang wajar atau hal yang sopan. Contohnya adalah seseorang yang
memiliki kebiasaan makan tanpa menggunakan sendok maupun garpu alias
makan dengan menggunakan tangan, bagi sebagian kalangan dianggap
sebagai hal yang wajar dan tidak apa-apa dilakukan. Akan tetapi bagi
sebagian kalangan lainnya menganggap hal itu sebagai perbuatan yang tidak
sopan.

4. Etika berkaitan dengan cara dilakukannya suatu perbuatan yang


sekaligus memberikan norma dari perbuatan itu sendiri. Contoh : mengambil
barang-barang milik orang lain tanpa seizin pemiliknya merupakan suatu
perbuatan yang dilarang, karena perbuatan tersebut sama saja dengan
mencuri.

Sedangkan Etiket berkaitan dengan tata cara dari suatu perbuatan yang
harus dilakukan oleh manusia. Contoh : ketika menyerahkan sesuatu kepada
orang lain, hendaknya perbuatan itu dilakukan dengan menggunakan tangan
kanan. Dan jika perbuatan tersebut dilakukan dengan tangan kiri, maka
dianggap telah melanggar etika.

5. Etika memandang manusia dari segi dalam (bathiniah).  Conoth : orang


yang benar-benar baik, tentu ia akan bersikap etis dan jika orang itu bersikap
etis, maka mustahil ia memiliki sifat munafik. Contoh lain adalah Seseorang
yang telah mencuri tetap saja dianggap sebagai pencuri, meskipun ia
memiliki tutur kata yang baik.

Lain halnya dengan etiket, di mana etiket memandang seseorang dari


segi luarnya (secara lahiriyah), artinya meskipun seseorang selalu berpegang
pada etiket, akan tetapi ia bisa saja bersifat munafik. Contohnya, Akhir-akhir
ini banyak sekali serigala berbulu domba, di luar tampak baik, akan tetapi di
dalam hatinya menyimpan berbagai macam niat buruk. Contoh lain adalah
Sekarang ini, banyak sekali orang-orang yang memiliki penampilan serta
tutur kata yang baik, akan tetapi ternyata hal itu digunakan untuk
mengelabuhi orang lain agar niat dan tindak kejahatnya bisa berhasil.

DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Fitri Aisah. 2017. “Pendidikan Pancasila sebagai Etika Bangsa”. (online).

(http://fitriaisahanggraeni.blogspot.com/2017/09/urgensi-pancasila-sebagai-

etika-bangsa-html) di unduh 01 Desember 2019.

Fahmi, Nurul. 2015. “Pengertian Etika Menurut Para Ahli”. (online).

(http;//nurulfahmikesling.blogspot.com/2015/12/mata-kuliah-etika-profesi-

sanitarian.html) di unduh 01 Desember 2019.

Munir, Misnal. dkk. 2017. Pendidikan Pancasila untuk Perguruan Tinggi. Jakarta :

Kementrian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai