Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH AQIDAH AKHLAK

"KEBEBASAN DAN TANGGUNG JAWAB DALAM ISLAM”


Dosen Pembimbing : SARIAH, Dra., Hj., M.Pd.

Disusun oleh :
Kelompok 2
1. Anita
2. Annisa Fitri
3. Fajariatur Raudhah
4. Febi Marliza
5. Jamiatul Hasanah Hsb
6. Nadhifa Tulkhairat
7. Sri Windar Ningsih

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti mata kuliah
Aqidah Akhlak
Fakultas Tarbiyah Dan Keguruan
Jurusan Pendidikan Matematika
Uin Suska Riau
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan
hidayah-Nya. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Agung
Muhammad SAW yang selalu kita nantikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah dari mata kuliah Akidah Akhlak dengan judul kebebasan dan tanggung
jawab dalam islam.

Pada kesempatan ini penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan karena adanya bantuan beberapa pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini,
izinkanlah penyusun menyampaikan ucapan terima kasih kepada ibu Sariah, Dra., Hj.,M.Pd..
sebagai dosen pengampu mata kuliah Akidah Akhlak, serta kedua orang tua yang selalu
memberikan dukungan dan bimbingan dan teman-teman yang berpatisipasi dalam
menyelesaikan makalah ini.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran untuk makalah ini, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Siak, 6 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................. i
KATA PENGANTAR............................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................... 4
A. Latar Belakang………………………………………………………………………………………………….. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………………………….. 4
C. Tujuan Penulisan……………………………………………………………………………………………….. 4
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................... 5
A. Apa pengertian kebebasan dan tanggung jawab dalam islam?............................ 5
B. Apa bentuk dan konsep-konsep kebebasan dan tanggung jawab dalam islam?... 8
BAB III PENUTUP.................................................................................................................. 17
A. Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………….. 17
B. Saran………………………………………………………………………………………………………………… 17
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................ 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Manusia yang lahir ke dunia ini memiliki tujuan dan fungsi. Alam yang indah dan
besar ini diciptakan oleh allah untuk dinikmati oleh manusia. Apa yang ada baik itu
hewan, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya. Karena allah ingin menjadikan manusia
sebagai khilafah dan membawa amanah yang besar dari-Nya.

Dalam menjalankan tugasnya sebagai khalifah ini tidak bisa dipungkiri akan
adanya kesalahan dan kelalaian yang itu semua sudah ketetapannya. Maka Allah swt
dengan keterangan dan aturannya yang diajarkan dan dibawakan oleh utusannya
memberitahukan akan balasan yang kita terima setelah kita melakukan sesuatu hal. Apa
itu baik dan buruk tergantung sampai mana petunjuk yang ia peroleh. Oleh sebab itu
Allah swt memberikan kepada kita kebebasan sekaligus tanggung jawab yang jelas
dalam menjalani hidup ini. Sebab apabila tanpa itu akan terjadi kekacauan dan
kerusuhan setiap saatnya. Dan dalam makalah ini akan dibahas sedikit mengenai
kebebasan dan kewajiban dalam konsep Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian kebebasan dan tanggung jawab dalam Islam

2. Apa bentuk dan konsep-konsep dari kebebasan dan tanggung jawab dalamm Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dari kebebasan dan tanggung jawab dalam konsep
Islam.

2. Untuk mengetahui bentuk dan konsep-konsep kebebasan dan tanggung jawab


dalam Islam.

4
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsep Kebebasan dan Tanggung Jawab dalam Islam

1. Kebebasan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kebebasan merupakan kata dasar dari
bebas yang artinya lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dsb sehingga dapat
bergerak, berbicara, berbuat, dsb dng leluasa): lepas dr (kewajiban, tuntutan,
perasaan takut, dsb): tidak dikenakan (pajak, hukuman, dsb): tidak terikat atau
terbatas oleh aturan dsb: merdeka (tidak dijajah, diperintah, atau tidak dipengaruhi
oleh negara lain atau kekuasaan asing): tidak terdapat (didapati) lagi. Dan kebebasan
adalah keadaan bebas: kemerdekaan.

Kebebasan menurut Ahad Charris Zubair adalah terjadi apabila kemungkinan-


kemungkinan untuk bertindak tidak di batasi oleh suatu paksaan dari atau
keterikatan kepada orang lain. Paham ini disebut bebas negatif, karena hanya
dikatakan bebas dari apa, tetapi tidak ditentukan bebas untuk apa. Seorang disebut
bebas apabila:

 Dapat menentukan sendiri tujuan-tujuannya dan apa yang dilakukannya

 Dapat memilih antara kemungkinan-kemungkinan yang tersedia baginya,


dan

 Tidak dipaksa atau terikat untuk memuat sesuatu yang tidka akan dipilihnya
sendiri ataupun dicegah dari berbuatapa yang dipilihnya sendiri, oleh kehendak
orang lain, Negara atau kekuasaan apapun.

Kebebasan manusia menurut Muhammad Iqbal diawali dengan konsep Ego


dengan berpangkal pada konsep intuisi. Bahwa adanya ego yang berpusat, bebas,
dan imortal bisa diketahui secara langsung lewat intuisi.

Meskipun demikian, intuisi ini hanya dapat berlangsung pada saat manusia
mengambil keputusan. kegiatan pengambil keputusan ini manusia “Aku” harus
memutuskannya, keputusan itu bukan karena intuisi agama menghendakinya, atau
rasionalitas yang menghendakinya, bahkan Tuhan sekalipun, melainkan aku yang
menghendakinya. Artinya kebebasan manusia dalam menentukan sikap manusia
secara pribadi itu mutlak.

5
Kebebasan manusia menurut Muhammad Iqbal, terkait dengan bertitik tolak
pada konsep ego. Bahwa manusia merupakan kesatuan jiwa dan tubuh yang sering
disebut dengan “diri”, sedang identitas manusia ada pada individualitas yang
mempunyai kesadaran dan kebebasan.

Kebebasan manusia menurut Muhammad Iqbal adalah kebebasan eksistensial.


Kebebasan eksistensial adalah kebebasan menyeluruh yang menyangkut seluruh
kepribadian manusia. Kebebasan tersebut mencakup seluruh kehidupan manusia
dan tidak terbatas pada salah satu aspek tertentu saja. Dalam hal ini Muhammad
Iqbal menjelaskan “Unsur bimbingan dan pengawasan dalam aktifitas ego dengan
jelas memperlihatkan bahwa ego itu merupakan suatu kausalitas pribadi yang
bebas. Ia turut mengambil bagian dalam kehidupan dan kebebasan Diri Mutlak
yang dengan membolehkan munculnya diri yang berkesudahan yang sanggup
berprakarsa sendiri, telah membatasi kebebasan ini atas kemauan bebas-Nya
sendiri."

Dari penjelasan tersebut, tampak bahwa kebebasan manusia menurut


Muhammad Iqbal, tidak semata-mata bebas tanpa batas, justru dalam kebebasan
manusia tersebut terdapat ketidakbebasan, karena dalam kebebasan akan
berhadapan dengan situasi yang tidak dapat kita capai.

Maka kesimpulan dari pengertian kebebasan adalah upaya dalam melakukan


sesuatu hal yang sesuai keinginan dan tidak mendatangkan keburukan. Sebab
kebebasan yang buruk itu tidak bisa dibenarkan.

2. Tanggung jawab

Pengertian tanggung jawab dalam kamus bahasa indonesia adalah keadaan


wajib menanggung segala sesuatunya. Jadi segala perbuatan yang dilakukan harus
diperhitungkan dan memiliki dampak, baik itu positif maupun negatif.

Tanggung jawab adalah bagian dari ajaran Islam yang disebut mas'uliyyah.
Tanggung jawab artinya ialah bahwa setiap manusia apapun statusnya pertama
harus bertanya kepada dirinya sendiri apa yang mendorongnya dalam berperilaku,
bertutur kata, dan merencanakan sesuatu. Apakah perilaku itu berlandaskan akal
sehat dan ketakwaan, atau malah dipicu oleh pemujaan diri, hawa nafsu, dan ambisi
pribadi. Jika manusia dapat menentramkan hati nuraninya dan merespon panggilan
jiwanya yang paling dalam, maka dia pasti bisa bertanggungjawab kepada yang lain.

6
Allah SWT berfirman;

َ ‫ص َر َوالْ ُف َؤا َد ُك ُّل أُولـئ‬


َ ‫ِك َك‬
‫ان َع ْن ُه َم ْسؤُوال‬ َ ‫الس ْم َع َوالْ َب‬
َّ ‫إِ َّن‬

“Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan dminta


pertanggungan jawabnya (QS. 17:36”

Mata, telinga, kalbu semua ini adalah sarana yang telah dianugerahkan Allah SWT
dan kelak akan diminta pertanggungjawabannya. Kita semua harus
bertanggungjawab atas apa yang telah kita lihat dengan mata kita; apakah kita
melihat? Apakah kita cermat? Apakah kita ingin untuk melihat? Apakah kita ingin
untuk mendengar? Apakah kita berniat mengambil keputusan dan
mengimplementasikannya? Semua ini adalah tanggung jawab.

Rasulullah SAW bersabda;


‫ُو ٌل َع ْن َر ِعيَّ ِت ِه‬
ْ ‫اع َو ُكلُّ ُك ْم َم ْسؤ‬ ُ ُّ ُ
ٍ ‫كلك ْم َر‬
“Kamu semua adalah pemelihara, dan setiap kamu bertanggungjawab atas
pemeliharaannya”

Pada prinsipnya tanggungjawab dalam Islam itu berdasarkan atas perbuatan


individu saja sebagaimana ditegaskan dalam beberapa ayat seperti ayat 164 surat Al
An’am

‫از َر ٌة ِو ْز َر أُ ْخ َرى‬ ٍ ‫َواَل َت ْك ِس ُب ُك ُّل َن ْف‬


ِ ‫س إِاَّل َعلَ ْي َها َواَل َت ِز ُر َو‬
Artinya:

“Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada


dirinya sendiri dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.”

Dalam surat Al Mudatstsir ayat 38 dinyatakan;

ٍ ‫ُك ُّل َن ْف‬


‫س ِب َما َك َس َب ْت َر ِهينَة‬

Artinya:

“Tiap-tiap diri bertanggungjawab atas apa yang telahdiperbuatnya”

Akan tetapi perbuatan individu itu merupakan suatu gerakan yang dilakukan
seorang pada waktu, tempat dan kondisi-kondisi tertentu yang mungkin bisa
meninggalkan bekas atau pengaruh pada orang lain.”

B. Konsep-Konsep Serta Bentuk Kebebasan dan Tanggung Jawab dalam Pemikiran Islam
7
1. Konsep Kebebasan dalam Pemikiran Islam

َ ‫َارا أَ َح‬
‫اط ِب ِه ْم ُس َرا ِد ُق َها‬ ً ‫ِين ن‬ َّ ‫ِن َو َم ْن َشا َء َفلْ َي ْك ُف ْر إِنَّا أَ ْع َت ْدنَا ل‬
َ ‫ِلظالِم‬ ْ ‫ِن َربِّ ُك ْم َف َم ْن َشا َء َفلْي‬
ْ ‫ُؤم‬ ْ ‫َو ُق ِل الْ َح ُّق م‬

‫اب َو َسا َء ْت ُم ْر َت َف ًقا‬ َّ ‫س‬


ُ ‫الش َر‬ َ ‫َوإِ ْن َي ْس َتغِيثُوا ُيغَاثُوا ِب َما ٍء َكالْ ُم ْه ِل َي ْش ِوي الْ ُو ُجو َه ِب ْئ‬

Artinya:

“Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa


yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir)
biarlah ia kafir." Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu
neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum,
niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang
menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat
yang paling jelek”. (QS.18:29)

ْ ‫ْر أَ ْم َم ْن َي ْأتِي آ ِم ًنا َي ْو َم الْ ِق َيا َم ِة‬


‫اع َملُوا‬ ِ َّ‫ُون فِي آ َيا ِتنَا اَل َي ْخ َف ْو َن َعلَ ْينَا أَ َف َم ْن يُلْ َقى فِي الن‬
ٌ ‫ار َخي‬ َ ‫ِين يُلْ ِحد‬
َ ‫إِ َّن الَّذ‬

‫ير‬
ٌ‫ص‬ َ ُ‫َما ِش ْئتُ ْم إِنَّ ُه ِب َما َت ْع َمل‬
ِ ‫ون َب‬

Artinya:

“Sesungguhnya orang-orang yang mengingkari ayat-ayat Kami, mereka tidak


tersembunyi dari Kami. Maka apakah orang-orang yang dilemparkan ke dalam
neraka lebih baik, ataukah orang-orang yang datang dengan aman sentosa pada
hari Kiamat? Perbuatlah apa yang kamu kehendaki; Sesungguhnya Dia Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan.

ٌ ‫ِن ِع ْن ِد أَ ْن ُف ِس ُك ْم إِ َّن اهَّللَ َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء َقد‬


‫ِير‬ ْ ‫ص ْبتُ ْم م ِْثلَ ْي َها ُقلْتُ ْم أَنَّى َه َذا ُق ْل ُه َو م‬
َ َ‫صي َب ٌة َق ْد أ‬ َ َ‫أَ َولَ َّما أ‬
ِ ‫صا َب ْت ُك ْم ُم‬

Artinya:

“Dan mengapa ketika kamu ditimpa musibah (pada peperangan Uhud), padahal
kamu telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada musuh-musuhmu (pada
peperangan Badar), kamu berkata: "Darimana datangnya (kekalahan) ini?"
Katakanlah: "Itu dari (kesalahan) dirimu sendiri." Sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu”.

Dalam soal kebebasan manusia, terdapat dua paham radikal yang saling
bertentangan, yakni Qodariyyah dan Jabariyyah. Istilah Qodariyyah berasal dari
8
kata Qodar yang berarti ketetapan, hukum, ketentuan, ukuran, dan kekuatan;
juga berarti apa yang dikehendaki Allah atas hamba-Nya dan ketergantungan
kepada sesuatu pada waktunya. Namun, istilah qodar juga berarti
ketergantungan perbuatan hamba pada kekuatannya sendiri. Karena itu,
Mu’tazilah dianggap berpaham Qodariyyah karena mereka berkeyakinan bahwa
setiap orang adalah pelaku bagi perbuatannya sendiri. Namun, al-Syahrastani
berpendapat bahwa Mu’tazilah sendiri menolak sebutan Qodariyyah yang
disandarkan kepada mereka. Mereka menganggap bahwa sebutan itu cocok bagi
mereka yang percaya pada qodar (takdir) Allah. Maka, kemungkinan besar
bahwa istilah qodariyyah itu diberikan oleh lawan-lawannya, misalnya al-Asy’ari
memakai istilah itu untuk menyebut kaum Mu’tazilah.

Di sisi lain, Jabariyyah adalah paham yang berpendapat bahwa manusia itu lemah
dan bahwa setiap yang terjadi pada diri manusia telah ditentukan oleh Allah
sejak zaman azali. Jadi, manusia tidak bebas untuk memilih untuk berbuat atau
menghindar dari suatu perbuatan. Paham Jabariyyah dibawa oleh Jahm ibn
Shafwan yang berpendapat bahwa manusia tidak punya daya dalam berikhtiar
dalam perbuatannya sendiri.

Kaum Asy’ariyyah dengan corak jabariyyah memandang manusia itu lemah dan
karena itu manusia bergantung sepenuhnya kepada kehendak Allah. Bagi
Asy’ariyyah, Allah adalah pencipta segala sesuatu, tak ada pencipta selain Dia.
Dengan demikian, al-Asy’ari berpendapat bahwa segenap perbuatan manusia
adalah ciptaan Allah.

Mungkin demi menunjukan adanya tanggung jawab manusia atas perbuatannya


dan hak memperoleh balasan atas perbuatan itu, al-Asy’ari memakai istiulah al-
kasb yang biasa diartikan dengan usaha.

Al-Ghazali juga berpandapat bahwa Allahlah yang menciptakan daya sekaligus


perbuatan manusia. Karena itu, ia menilai bahwa paham Qodariyyah yang dianut
Mu’tazilah bertentangan dengan keyakinan yang dianut secara umum tentang
tidak ada pencipta selain Allah.

Al-Jubba’i berpendapat bahwa perbuatan manusia adalah ciptaan manusia


sendiri. Dengan kata lain, berbuat baik atau jahat dan patuh serta ingkar kepada
Allah terjadi atas kehendak manusia sendiri dengan daya yang sudah ada dalam
dirinya. Sejalan dengan itu, Abduljabbar mengatakan bahwa perbuatan manusia
bukan diciptakan langsung oleh Allah, tetapi manusia sendirilah yang

9
mewujudkannya. Dalam melakukan perbuatannya manusia memiliki daya, dan
dengan daya itulah manusia bebas berikhtiar dalam berbuat.

Dalam kaitan dengan keperluan kajian akhlak, tampaknya pendapat yang


mengatakan bahwa manusia memiliki kebebasan melakukan perbuatannyalah
yang akan diikuti disini. Sementara golongan yang mengatakan bahwa manusia
tidak memiliki kebebasan juga akan diikuti di sini dengan menempatkannya
secara proporsional. Yakni dalam hal bagaimanakah manusia itu bebas, dan
dalam hal bagaimana pula manusia itu terbatas. Dengan cara demikian kita
mencoba berbuat adil terhadap kedua kelompok yang berbeda pendapat itu.

Selain itu kebebasan itu meliputi segala macam kegiatan manusia, yaitu kegiatan
yang disadari, disengaja dan dilakukan demi suatu tujuan yang selanjutnya
disebut tindakan. Namun bersamaan dengan itu manusia juga memiliki
keterbatasan atau dipaksa menerima apa adanya. Misalnya keterbatasan dalam
menentukan jenis kelaminnya, keterbatasan kesukuan kita, keterbatasan asal
keturunan kita, bentuk tubuh kita, dan sebagainya. Namun keterbatasan yang
demikian itu sifatnya fisik, dan tidak membatasi kebebasan yang bersifatnya
rohaniah. Dengan demikaian keterbatasan-keterbatasan tersebut tidak
mengurangi kebebasan kita.

Ada enam macam konsep kemerdekaan atau kebebasan dalam Islam, yaitu:

a. Kemerdekaan Beragama

Al-Qur'an menegaskan bahwa tidak boleh ada pemaksaan dalam beragama.


Nabi SAW. Memperlakukan golongan dzimmi dengan menghormati
keyakinannya. Sebagaimana sabda beliau: "Bebaskan mereka bersama
kepercayaannya, hak mereka sesuai dengan agamanya, dan kewajiban
mereka sesuai dengan agamanya demikian pula kita (mukmin)". Nabi juga
menyuruh para sahabat berdiri menghormati jenazah Yahudi yang sedang
lewat, dan waktu ada sahabat yang menyangkalnya, maka beliau menjawab:
"Apapun agamanya, dia adalah manusia".

b. Kemerdekaan dalam Berumah tangga

Islam memberikan hak penuh kepada semua orang untuk kehidupan rumah
tangganya. Jangan sampai kebebasan itu diganggu orang lain. Al-Qur'an
memerintahkan, setiap orang yang mau masuk rumah orang lain, harus
meminta izin terlebih dahulu. Sebagaimana sabda Nabi: "Siapa yang melihat-
lihat ke dalam rumah orang lain tanpa minta izin, kemudian yang mempunyai
10
rumah marah dan melukai matanya, maka dia tidak dikenakan diyat
(hukuman ganti rugi)".

Mengenai rumah tangga terdapat prinsip-prinsip Islam dalam membina


keluarga. Prinsip-prinsip Islam dalam membina keluarga tergambar dalam
beberapa Firman Allah. Oleh karena perkawinan adalah satu sunnah dari
beberapa sunnah yang bersifat natural yang perlu untuk kekalnya jenis
manusia, maka Allah menciptakan baik laki-laki maupun perempuan yang
masing-masing ingin berkumpul dan berdekatan satu sama lain.

c. Kemerdekaan Melindungi Diri

Islam menetapkan, bahwa setiap orang mempunyai hak dan kebebasan


melindungi diri dari ancaman, termasuk juga melindungi keluarga dan
hartanya. Sebagaimana Nabi bersabda: "Barang siapa terbunuh karena
mempertahankan harta miliknya, dia mati syahid". Dalam hadits lain
dinyatakan: "Punggung (jiwa) setiap mukmin dilindungi hukum, kecuali dalam
kasus had dan hukuman".

d. Kemerdekaan Berfikir dan Berbicara

Mu'adz bin Jabal diberi hak menggunakan pikirannya dalam mengatur


tugasnya, asal tidak bertentangan dengan nash al-Qur'an dan Sunnah. Nabi
memberikan kesempatan kepada seseorang yang menagih hutangnya kepada
Nabi, dengan kata-kata yang agak keras, meskipun sahabat-sahabatnya
menegurnya, sebagimana beliau bersabda : "Biarkan itu adalah haknya".

e. Hak Memperoleh Pekerjaan dan Kebebasan Memilki Hasil Kerjanya

Firman Allah dalam al-Qur'an yang artinya: "Aktiflah dalam kegiatan dimana
saja di atas bumi, dan carilah rizki Tuhan (fadlollah)". Yang mana pada intinya,
manusia mempunyai kebebasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dari
apa-apa yang ada di bumi. Hal tersebut juga pernah dilakukan oleh Nabi
dengan pernah mencarikan kapak dan tali untuk seorang yang inigin bekerja
mencari kayu bakar.

f. Kemerdekaan Berpolitik

Prinsip Islam menetapkan bahwa Kepala Negara adalah dipilih melalui baiat
para ahlul halli wal aqdi. Dan rakyat memperoleh hak mengemukakan
pendapat yang dirasa benar. Sebagaimana sebuah hadits yang artinya:

11
"Katakan yang benar, meskipun dihadapan penguasa yang zalim" dan
"Urusan mereka dimusyawarahkan antara mereka".

Konsep kebebasan atau kemerdekaan (al-hurriyah) adalah konsep yang


memandang semua manusia pada hakekatnya hanya hamba Tuhan saja,
sama sekali bukan hamba sesama manusia. Hal ini berimplikasi bahwa
manusia dalam pandangan Islam mempunyai kemerdekaan dalam segala hal
yang berhubungan dengan kehidupannya. Sehingga setiap orang memilki
kebebasan baik dalam lingkup publik maupun dalam lingkup keluarga.
Kebebasan tersebut tidak bisa diganggu gugat baik oleh oleh hukum publik
maupun hukum Islam sekalipun. Namun kebebasan tersebut ada batasnya
misalnya dalam hokum publik manusia bebas untuk melakukan apa yang
menjadi keinginannya, namun kebebasan tersebut dibatasi oleh kebebasan
orang lain. Demikian juga dalam Islam manusia bebas melakukan sesuatu
sejak ia lahir, namun kebebasan tersebut dibatasi oleh kebalighan yang ia
alami yang membuat dia berkewajiban untuk melakukan segala peraturan
yang ditentukan oleh syara'.

2. Bentuk kebebasan dalam Pemikiran Islam

Dilihat dari segi sifatnya, kebebasan itu dapat dibagi tiga.

Pertama kebebasan jasmaniah, yaitu kebebasan dalam menggerakkan dan


mempergunakan anggota badan yang kita miliki. Dan kita dijumpai adanya batas-
batas jangkauan yang dapat dilakukan oleh anggota badan kita, hal itu tidak
mengurangi kebebasan, melainkan menentukan sifat dari kebebasan itu.
Manusia misalnya berjenis kelamin dan berkumis, tetapi tidak dapat terbang,
semua itu tidak disebut melanggar kebebasan jasmaniah kita, karena
kemempuan terbang berada di luar kapasitas kodrati yang dimiliki manusia. Yang
dapat dikatakan melanggar kebebasan jasmaniah hanyalah paksaan, yaitu
pembatasan oleh seorang atau lembaga masyarakat berdasarkan kekuatan
jasmaniah yang ada padanya.

Kedua, kebebasan kehendak (rohaniah), yaitu kebebasan untuk menghendaki


sesuatu. Jangkauan kebebasan kehendak adalah sejauh kemungkinan untuk
berfikir, karena manusia dapat memikirkan apa saja dan dapat menghendaki apa
saja. Kebebasan kehendak berada dengan kebebasan jasmaniah. Kebebasan
kehendak tidak dapat secara langsung dibatasi dari luar. Orang tidak dapat
dipaksakan menghendaki sesuatu, sekalipun jasmaniahnya dikurung.

12
Ketiga, kebebasan moral dalam arti luas berarti tidak adanya macam-macam
ancaman, tekanan, larangan dan lain desakan yang tidak sampai berupa paksaan
fisik. Dan dalam arti sempit berarti tidak adanya kewajiban, yaitu kebebasan
berbuat apabila terdapat kemungkinan-kemungkinan untuk bertindak.

Kebebasan pada tahap selanjutnya mengandung kemampuan khusus manusiawi


untuk bertindak, yaitu dengan menuntukan sendiri apa yang mau dibuat
berhadapan dengan macam-macam unsur. Manusia bebas berarti manusia yang
dapat menentukan sendiri tindakannya.

Selanjutnya manusia dalam bertindak dipengaruhi oleh lingkungan luar, tetapi


dapat mengambil sikap dan menentukan dirinya sendiri. Manusia tidak begitu
saja dicetak oleh dunia luar dan dorongan-dorongannya di dalam, melainkan ia
membuat diri sendiri berhdapan dengan unsur-unsur tersebut. Dengan demikian
kebebasan merupakan tanda dan ungkapan martabat manusia, sebagai satu-
satunya makhluk yang tidak ditentukan dan digerakkan, melainkan yang dapat
menentukan dunianya dan dirinya sendiri. Apa saja yang dilakukan atas
kesadaran dan keputusannya sendiri dianggap hal yang tidak wajar.

3. Macam-Macam Tanggung Jawab dalam Islam

a. Tanggung Jawab Terhadap Diri Sendiri

Tanggung jawab terhadap diri sendiri berkaitan dengan kewajiban yang


mendasari pada diri sendiri. Manusia dalam hidup ini sangat membutuhkan
orang lain, dapat kita contohkan dari kebutuhan pangan, sesuai dengan
firman Allah dalam surat Al An’am ayat 142

ٌّ ‫ان إِنَّ ُه لَ ُك ْم َعد‬ َ ‫الشي‬ ِ ‫ِما َر َز َق ُك ُم اهَّللُ َواَل َتتَّ ِب ُعوا ُخ ُط َو‬
َّ ‫ات‬ َّ ‫ام َح ُمولَ ًة َو َف ْر ًشا ُكلُوا م‬ َ ‫َوم َ أْل‬
ٌ ‫ُو ُم ِب‬
‫ين‬ ِ ‫ْط‬ ِ ‫ِن ا ْن َع‬
b. Tanggung Jawab Terhadap Keluarga

Keluarga merupakan bagian terpenting dalam kehidupan seorang manusia,


dengan adanya ia manusia dapat hidup tentram terarah. Keluarga adalah
bagian hidup manusia yang juga perlu dipertanggung jawabkan. Allah swt
berfirman dalam surat At-Tahrim ayat 6

‫ار ُة َعلَ ْي َها َماَل ِئ َك ٌة ِغاَل ٌظ ِشدَا ٌد اَل‬


َ ‫اس َوالْ ِح َج‬ ً ‫ِين آ َمنُوا ُقوا أَ ْن ُف َس ُك ْم َوأَ ْهلِي ُك ْم ن‬
َ ‫َارا َو ُقود‬
ُ َّ‫ُها الن‬ َ ‫َيا أَيُّ َها الَّذ‬

‫ُؤ َم ُرون‬ َ ُ‫ون اهَّللَ َما أَ َم َر ُه ْم َو َي ْف َعل‬


ْ ‫ون َما ي‬ َ ‫ص‬ُ ‫َي ْع‬

13
Makna dalil diatas, seseorang manusia harus mampu menjaga keluarganya
dari ancaman api neraka. Dengan begitu sungguh besar tanggung jawab dari
anggota keluarga itu.

c. Tanggung Jawab Terhadap Masyarakat

Kehidupan seorang manusia akan terasa hampa jika tidak ada orang lain yang
dapat membantu, menolong dan menghibur. Antara individu dengna individu
lain hendaknya terjalin komunikasi dan hubungan kebutuhan.

Situasi dan kondisi seorang anggota msyarakat sangat terkait dengan


keadaan masyarkat tersebut. Tingkah laku dan perbuatan yang membentuk
jiwa para generasi muda dalam lingkungan masyarkat menjadi baik dan
buruk adalah terletak pada tanggung jawab dari individu masyarakat itu
sendiri, firman Allah swt dalam surat Ali Imran ayat 104.

‫ون‬
َ ‫ِح‬ َ ‫وف َو َي ْن َه ْو َن َع ِن الْ ُم ْن َك ِر َوأُولَئ‬
ُ ‫ِك ُه ُم الْ ُم ْفل‬ َ ‫ْر َو َي ْأ ُم ُر‬
ِ ‫ون ِبالْ َم ْع ُر‬ ِ ‫ون إِلَى الْ َخي‬ ُ ‫َولْ َت ُك ْن ِم ْن ُك ْم أُ َّم ٌة َيد‬
َ ‫ْع‬

d. Tanggung Jawab Terhadap Lingkungan

Pada hakikatnya suatu lingkungan yang aman, tentram dan damai didukung
oleh keadaan masyarakat dan jiwa individu yang ada dalam masyarakat
tersebut. Setiap individu harus sadar bahwa lingkungan sekitar harus tetap
dijaga kestabilannya. Dengan demikian memelihara lingkungan sekitarnya
menunjukkan adanya rasa tanggung jawab seseorang pada lingkungannya..

Dalam hal ini pengertian lingkungan bukan hanya masyarakatnya saja tetepi
semua unsur-unsur yang mencakup didalam lingkungan itu. Dan Allah telah
memelihara dan merawat lingkungan dan alam ini, namun manusialah yang
membuat itu semua rusak. Hal ini dalam dicantumkan al Quran surat Ar
Ruum ayat 14

َ ‫ض الَّذِي َعمِلُوا لَ َعلَّ ُه ْم َي ْر ِج ُع‬


‫ون‬ ِ َّ‫َظ َه َر الْ َف َسا ُد فِي الْ َب ِّر َوالْ َب ْح ِر ِب َما َك َس َب ْت أَ ْيدِي الن‬
َ ‫اس لِيُذِي َق ُه ْم َب ْع‬

e. Tanggung Jawab Terhadap Tuhan

Manusia adalah makhluk yang mulia dibandingkan dengan makhluk ciptaan


tuhan lainnya, dimana didudukkan manusia di muka bumi adalah sebagai
khalipah. Firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 30.
ُ ‫ض َخلِي َف ًة َقالُوا أََت ْج َع ُل فِي َها َم ْن يُ ْف ِس ُد فِي َها َو َي ْسف‬ ‫أْل‬
‫َح ُن‬ ِّ ‫ِك‬
ْ ‫الد َما َء َون‬ ِ ‫اع ٌل فِي ا َ ْر‬
ِ ‫ُّك لِلْ َماَل ِئ َك ِة إِنِّي َج‬ َ ‫َوإِ ْذ َق‬
َ ‫ال َرب‬

َ ‫ال إِنِّي أَ ْعلَ ُم َما اَل َت ْعلَ ُم‬


‫ون‬ َ ‫ِّس لَ َك َق‬ َ ‫ِّح ِب َح ْمد‬
ُ ‫ِك َونُ َقد‬ ُ ‫نُ َسب‬
14
Makna dalil diatas menunjukkan bahwa keberadaan manusia diangkat Allah
sebagai khalipah diatas makhluk lainnya. Kendatipun demikian manusia tidak
lepas dari tanggung jawabnya kepada tuhan atas perbuatannya, sebab
kebesaran dak kekuasaan manusia masih dalam kekuasaan Allah.

4. Prinsip Tanggung Jawab Dalam Islam

Prinsip tanggung jawab individu begitu mendasar dalam ajaran-ajaran Islam


sehingga ia ditekankan dalam banyak ayat Al-Qur’an dan dalam banyak Hadits
Nabi. Prinsip tanggung jawab individu ini disebut dalam banyak konteks dan
peristiwa dalam sumber-sumber Islam.

a. Setiap orang akan diadili sendiri-sendiri di Hari Kiamat kelak, dan bahkan ini
pun akan dialami oleh para nabi dan keluarga-keluarga yang paling mereka
cintai sekalipun. Tidak ada satu cara pun bagi seseorang untuk melenyapkan
perbuatan-perbuatan jahatnya kecuali dengan memohon ampunan Allah dan
melakukan perbuatan-perbuatan yang baik (amal salih).

b. Sama sekali tidak ada konsep Dosa Warisan, (dan karena itu) tidak ada
seorang pun bertanggung jawab atas kesalahan-kesalahan orang lain, dan
tidak pembaptisan dan juga tidak ada bangsa pilihan (Tuhan).

c. Setiap individu mempunyai hubungan langsung dengan Allah. Tidak ada


perantara sama sekali. Nabi SAW sendiri hanyalah seorang utusan (Rasul)
atau kendaraan untuk melewatkan petunjuk Allah yang diwahyukan untuk
kepentingan umat manusia. Ampunan harus diminta secara langsung dari
Allah.Tidak ada seorang pun memiliki otoritas sekecil apa pun untuk
memberikan keputusannya atas nama-Nya. Justru bertentangan dengan
semangat ajaran Islam bila (orang) mengemukakan “pengakuan dosa”
kepada seseorang penjabat agama.

d. Setiap individu mempunyai hak penuh untuk berkonsultasi dengan sumber-


sumber Islam (Al-Qur’an dan Sunnah) untuk kepentingannya sendiri. Dia
harus menggunakan hak ini, karena ia merupakan landasan untuk
melaksanakan tanggung jawabnya kepada Allah. Belajar adalah proses
rasional, dan ia tidak dapat diperoleh melalui praktek- praktek spiritual atau
meditasi. Mengajarkan agama adalah prosedur ilmiah yang tidak berisi
harapan agar dia (si pengajar) mendapatkan hak istimewa atau kekuasaan
terhadap orang yang diajarnya.

15
e. Islam telah sempurna dengan berakhirnya wahyu yang disampaikan kepada
Nabi Muhammad SAW hingga saat wafatnya. Tidak ada seorang pun
dibenarkan menambah, mengurangi atau mengubahnya, walau hanya satu
pernyataan saja. Setiap pemahaman deduktif dari, penafsiran atau
penerapan suatu teks Al-Qur’an atau Sunnah hanyalah sekedar pemahaman
perorangan yang boleh jadi berbeda-beda, dan tidak ada seorang pun
diantara mereka berhak memaksakan berlakunya pemahamannya itu kepada
orang lain.

Tanggung jawab Muslim yang sempurna ini tentu saja didasarkan atas cakupan
kebebasan yang luas, yang dimulai dari kebebasan untuk memilih keyakinan dan
berakhir dengan keputusan yang paling tegas yang perlu diambilnya. Karena
kebebasan itu merupakan kembaran dari tanggung jawab, maka bila yang
disebut belakangan itu semakin ditekankan berarti pada saat yang sama yang
disebut pertama pun mesti mendapatkan tekanan lebih besar.

16
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Kebebasan merupakan hal yang telah dimiliki oleh manusia apabila


dalam konteks kepada manusia juga. Tetapi manusia dalam pandangan
Allah swt adalah makhluk dan hamba-Nya. Maka tidak boleh diantara
kita saling menghina atapun mengurusi ciptaan Allah ini. Meskipun kita
memilkik kebebasan bukan berarti kita bebas tanpa batas. Itu adalah
sama halnya binatang yang hanya menuruti hawa nafsunya saja.
Manusia bukan seperti itu, ia diberikan akal dan hati untuk memikirkan
apa saja yang telah dilakukannya dan dibuatnya sehingga menuntut
mereka untuk bertanggung jawab atas semua itu.

Dari sekian banyaknya penjelasan maka kebebasan dan tanggung jawab


itu harus selaras dan seimbang di dalam kehidupan ini. Orang yang
memahami ini semua akan selamat dunia dan akhirat.

B. Saran

Penyusun menyadari akan kekurangan dan kesalahan masih ada baik


pada penulisan maupun isinya. Maka saran dan masukan berupa kritikan
dan tambahan sangat diperlukan dalam penulisan ini agar memperbaiki
untuk masa yang akan datang.

17
DAFTAR PUSTAKA
https://www.mengukirperadaban.com/2015/06/makalah-kebebasan-dan
tanggungjawab.html?m=1

18

Anda mungkin juga menyukai