Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

TRAGEDI BOM MOLOTOV MENJADI KENANGAN BAGI


MASYARAKAT KALIMANTAN

DOSEN PEMBIBING
NUR LIAN S.H., M.H.

Disusun Oleh

Ahmad Ruslan Syah


(2021330050018)

UNIVERSITAS JAYABAYA
FAKULTAS HUKUM
2021
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami panjatkan Puji syukur atas kehadirat tuhan yang maha esa, yang telah
melipahkan rahmat dan karunianya sehingga memudahkan penulis untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik dan tepat waktu. Adapaun makalah ini berjudul “Tragedi Bom Molotov
Menjadi Kenangan Bagi Masyarakat Kalimantan”.
Makalah ini Kami susun dalam rangka sebagai bentuk penilaian Ujian Tengah Semester I Mata
Kuliah Kewarganegaraaan. Adapun tujuan lain dari pembuatan makalah ini adalah untuk
menambah wawasan betapa pentingnya metode Pancasila sebagai ideologi negara dalam
menangkal radikalisme.
Tak lupa Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu NUR LIAN, S.H., M.H. Selaku dosen
Kewarganegaraan yang telah membimbing kami dalam mengerjakan tugas makalah ini. Penulis
berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan bagi pembaca.
Tak ada gading yang tak retak, oleh karena itu kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan terbatasnya pengetahuan yang kami miliki. Maka
dari itu penulis mohon kritik dan saran dari teman-teman ataupun dosen agar di lain waktu kami
dapat membuat makalah yang lebih baik.

Jakarta, 24 Oktober 2021

Penulis

ii | P a g e
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................ii
BAB I..........................................................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG.......................................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH...................................................................................................................2
C. TUJUAN DAN MANFAAT..............................................................................................................2
D. SISTEMATIKA PENULISAN.........................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................................4
A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA............................................................................4
B. KASUS RADIKALISME DI INDONESIA.....................................................................................5
C. FAKTOR TERJADINYA RADIKALISME DI INDONESIA.......................................................6
D. PERAN PANCASILA DALAM MENANGKAL RADIKALISME..............................................8
E. IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM MENANGKAL RADIKALISME................9
F. PENTINGNYA SIKAP DERADIKALISASI................................................................................10
BAB III.....................................................................................................................................................12
A. BOM MOLOTOV DI KALIMANTAN.........................................................................................12
B. KRONOLOGI BOM MOLOTOV.................................................................................................13
BAB IV.....................................................................................................................................................15
A. HUKUMAN TINDAK PIDANA BAGI PELAKU........................................................................15
BAB V.......................................................................................................................................................17
A. KESIMPULAN................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................................18

iii | P a g e
BOM MOLOTOV DI KALIMANTAN

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah sebuah negeri yang kaya akan sumber daya alam baik yang
berada di daratan atau pun lautan. Negera Indonesia membentang luas mulai dari Sabang
hingga Merauke, sehingga begitu banyak pulau bertaburan di wilayah negara Indonesia
sampai disebut sebagai negara Maritim. Tak hanya kaya akan sumber daya alam, negara
Indonesia juga kaya akan keberagaman suku, kebudayaan dan keagamaan. Oleh karena
itu Bangsa Indonesia menjadikan Pancasila sebagai lambang negara guna mempersatukan
dan memperkuat kebudayaan, keberagaman suku dan keagamaan yang begitu banyak di
Indonesia. Dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” yang berarti meskipun berbeda-
beda tetap satu.
Semboyan ini sangat penting untuk mempersatukan bangsa indonesia,
mempertahakan kesatuan bangsa, meminimalisir konflik atas kepentingan pribadi atau
kelompok.1 Namun meskipun Indonesia sudah dilandasi dengan pancasila sebagai
ideologi negara masih saja terdapat sekelompok golongan yang melakukan huru hara
hanya demi kepentingan pribadi atau pun kelompok. Tak sedikit dari golongan tersebut
dengan teganya melakukan tindakan radikalisme kepada bangsanya sendiri. Dari
Radikalisme ini melahirkan terorisme yang mengancam kelangsungan hidup tiap-tiap
warga bangsa Indonesia. Oleh karena itu pentingnya mempelajari dan memahami Metode
Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa Dalam Menangkal Radikalisme.
Dalam tiga dekade terakhir ini banyak sekali Tindak Radikalisme yang berujung
menjadi Terorisme. Mulai dari pembajakan pesawat Garuda Indonesia penerbangan 206
pada 28 maret 1981 hingga yang masih hangat penembakan di Mabes Polri pada 31
Maret 2021. Sebagian besar tindakan terorisme dilakukan dengan melakukan
pengeboman di hampir berbagai daerah di Indonesia. Hal ini menandakan bahwa

1
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5706084/bhinneka-tunggal-ika-bagi-bangsa-indonesia-ini-artinya

1|Page
Radikalisme tumbuh subur dengan salah satu alasanya karena biaya hidup tinggi.
Mengutip dari Kompas.com Mantan wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno berujar
“"Faktor pendidikan, ekonomi, lapangan kerja, dan biaya hidup yang tinggi akhirnya
mengakibatkan paham radikalisme itu tumbuh subur. Jadi kita harus hilangkan
ketidakadilan, hilangkan kesenjangan," kata Sandiaga di Masjid Hasyim Ashari, Jakarta
Barat.2

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimanakah Metode Pancasila Sebagai Ideologi Negara mampu menangkal
Radikalisme?
b. Bagaimana Kronologi Bom Molotov Di kalimantan?
c. Hukuman apa yang diterima oleh pelaku Bom Molotov di Kalimantan?

C. TUJUAN DAN MANFAAT


Tujuan dari penulisan pembuatan makalah ini sebagai berikut:
a. Untuk memahami peran pancasila sebagai ideologi negara dalam menangkal
radikalisme.
b. Untuk mengetahui kejadian Bom Molotov di Kalimantan lebih detail.
c. Untuk mengetahui hukuman bagi pelaku Bom Molotov.

Adapun Manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:


a. Sebagai penambah ilmu pengetahuan tentang peranan Pancasila dalam menangkal
Radikalisme di Negara Indonesia.
b. Sebagai Informasi tentang kejadian Bom Molotov lebih detail.
c. Sebagai Penambah ilmu di bidang hukum.

2
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/06/21183271/sandiaga-biaya-hidup-tinggi-sebabkan-paham-
radikalisme-tumbuh-subur

2|Page
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi pembahasan menjadi lima bab.
Setiap bab dibagi atas beberapa sub bab agar mempermudah pemahaman. Adapun
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang hal-hal yang melatar belakangi pemilihan kasus dari tema
yang diberikan oleh dosen. Didalam ini juga menjadi pengantar umum untuk
menganalisis dan menyimpulkan bahwa kasus yang didapatkan adalah kasus yang
menarik dan dapat diteliti. Secara keseluruhan bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat masalah, serta sistematika penulisan.

BAB II PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH PERTAMA


Bab ini akan berisi deskripsi tentang analisis yang menjawab rumusan masalah
pertama secara detail diuraikan oleh penulis dalam makalah ini. Topik rumusan ini akan
dibantu dengan kajian-kajian teori tentang Pancasila yang menjadi dasar dalam
pengangkatan kasus yang diambil oleh penulis.

BAB III PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH KEDUA


Bab ini juga akan berisi deskripsi tentang analisis yang menjawab rumusan
masalah kedua secara detail dan diuraikan oleh penulis dalam makalah ini. Topik
rumusan ini akan dibantu dengan fakta-fakta dan bukti yang menunjukan hal yang
mendasari Warga Negara Indonesia bergabung dengan gerakan tersebut.

BAB IV PEMBAHASAN RUMUSAN MASALAH KETIGA


Bab ini akan berisi deskripsi tentang analisis yang menjawab rumusan masalah
ketiga secara detail dan diuraikan oleh penulis dalam makalah ini. Topik rumusan ini
akan dibantu dengan urutan pasal Undang Undang yang sesuai.
BAB V PENUTUP

3|Page
Bab ini akan dibuat kesimpulan atas hasil analisis permasalahan kasus yang
diteliti.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA


Ideologi Bangsa merupakan cita-cita suatu negara yang menjadi dasar dalam suatu
sistem kenegaraan. Sebuah cita-cita negara ini menyangkut seluruh rakyat dan bangsa,
selain itu ideologi bangsa sangat berguna sebagai sarana pemersatu masyarakat dan
pengarah motivasi bangsa untuk mencapai suatu cita-cita tersebut. Pancasila lahir dari
tokoh pemikir Bangsa Indonesia yakni Bapak Ir. Soekarno pada tanggal 1 Juni 1945,
Karena Beliau juga Pancasila menjadi Ideologi bangsa Indonesia. Arti Pancasila sebagai
ideologi negara ialah Visi atau arah kehidupan yang menjunjung tinggi ketuhanan, nilai
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan guna menjadikan masyarakat
berbangsa dan bernegara.
Ideologi Pancasila merupakan perwujudan dari nilai-nilai luhur budaya, adat
istiadat, dan keagamaan masyarakat indonesia sebagaimana yang tertuang pada kelima
sila pancasila. Pancasila sebagai ideologi bangsa memiliki fungsi menyatukan berbagai
macam suku, ras, agama dan memelihara kesatuan masyarakat Indonesia guna
mengarahkan untuk mencapai cita-cita bangsa dengan tetap bertindak kritis dalam
mewujudkan cita-cita tersebut, hal ini dilakukan agar menjadi pedoman bagi kehidupan
Warga bangsa Indonesia dalam upaya menjaga keutuhan dan memperbaiki kehidupan
Bangsa Indonesia. Namun perlu diketahui pula bahwa Pancasila sebagai Ideologi
bangsa indonesia tidak bersifat kaku dan tertutup.
Tetapi Pancasila bersifat dinamis dan terbuka yang berarti Pancasila bisa
digunakan untuk menghadapi dan menyesuaikan zaman yang terus berkembang sesuai
keadaan dengan tanpa mengubah nilai-nilai dasarnya. Pancasila memiliki dimensi nilai
yang masing-masing menunjukkan bahwa pancasila adalah sebagai ideologi nasional,
Pancasila memiliki beberapa dimensi yakni:
a. Dimensi idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan
cita-cita di berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.

4|Page
b. Dimensi realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya
bersumber dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi
milik mereka bersama dan yang tak asing bagi mereka.
c. Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat
mengikat masyarakatnya berupa norma atau aturan yang harus dipatuhi maupun ditaati
yang sifatnya positif.
d. Demensi Fleksibilitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan
zaman, dapat berinteraksi dengan perkembangan zaman, dapat mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi, serta bersifat terbuka dan demokratis.3
B. KASUS RADIKALISME DI INDONESIA
Radikalisme (dari bahasa Latin radix yang berarti "akar") adalah istilah yang
digunakan pada akhir abad ke-18 untuk pendukung Gerakan Radikal. Dalam sejarah,
gerakan yang dimulai di Britania Raya ini meminta reformasi sistem pemilihan secara
radikal. Gerakan ini awalnya menyatakan dirinya sebagai partai kiri jauh yang
menentang partai kanan jauh. Begitu "radikalisme" historis mulai terserap dalam
perkembangan liberalisme politik, pada abad ke-19 makna istilah radikal di Britania
Raya dan Eropa daratan berubah menjadi ideologi liberal yang progresif.4
Radikalisme dapat dikatakan sebagai suatu paham yang dianut kemudian menjadi
suatu tindakan yang dilakukan oleh suatu kelompok atau golongan demi menginginkan
suatu pebaharuan keseluruhan mencakup struktur dasar atau fundamental (tidak hanya
pada lapisan-lapisan superfisial) yang diperjuangkan secara ekstrim, revolusioner dan
militant dengan tidak memberikan ruang toleransi kepada kelompok lain yang tidak
sepaham dengannya. Paham Radikalisme sangat membahayakan persatuan dan kesatuan
Negara Indonesia, dikarenakan hal ini bukan ancaman dari luar saja melainkan juga
faktor dari dalam negeri dengan cara mencuci otak tiap-tiap masyarakat oleh
sekolompok intoleran.

3
https://www.bola.com/ragam/read/4673152/fungsi-pancasila-sebagai-ideologi-negara-yang-perlu-diketahui

4
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radikalisme_(sejarah)

5|Page
Sebagai Negara yang memiliki keberagaman dan perbedaan kebudayan dan suku
maka dapat dikatakan bahwa Radikalisme dapat berkembang melalui berbagai bidang
yakni ekonomi, ideologi, agama dan politik. Ciri-ciri seseorang atau kelompok yang
menganut paham Radikalisme adalah memiliki keyakinan kuat terhadap program yang
mereka ingin jalankan dengan melakukan berbagai macam cara, tak jarang dari mereka
melakukan cara kekerasan dalam mewujudkan keinginan mereka. Contoh dari
perbuatan Radikalisme ini adalah ketika seseorang atau kelompok bersikap toleransi
terhadap umat beragama secara berlebihan maka akan timbul rasa egois atau rasa paling
merasa benar sendiri dan selalu beranggapan bahwa selain dari pada yang dia anut
adalah salah.
Namun perlu penulis tekankan disini adalah anggapan bahwa jika terdapat suatu
kelompok yang mengatas namakan sebuah agama entah islam, kristen, ataupun yang
lainnya hentikan pemikiran bahwa seluruh orang yang satu agama memiliki sifat
ataupun paham yang sama dengan kelompok tersebut. Karena di agama mana pun pasti
melarang melakukan huru hara di muka bumi ini, jadi bukan salah agama atau
kepercayaan yang dianut oleh kelompok tersebut melainkan hanya paham yang
dipegang teguh oleh kelompok tersebut yang dalam melakukan perbutannya mengatas
namakan sebuah agama yang secara tidak langsung melecehkan atau mencemarkan
nama baik sebuah agama tersebut.
C. FAKTOR TERJADINYA RADIKALISME DI INDONESIA
Kasus radikalisme di Indonesia mengutip Menurut data hasil penelitian indeks
kerentanan radikalisme di Indonesia pada tahun 2011 yang dirilis oleh Birru, L. (2011)
di Media Center pada 15 Oktober adalah 43,6. Indeks radikalisme ini diperoleh dari
hasil penelitian kerentanan radikalisme terhadap 33 provinsi dengan jumlah responden
sebanyak 4.840. “Indeks tindakan radikal itu menurun dari 24,7 menjadi 20,0 artinya
pelaku dari tindakan-tindakan radikal itu berkurang. Kemudian indeks jihadisme itu
juga berkurang dari 49,4 menjadi 45.9 artinya support masyarakat untuk pemahaman
jihad atas jihad diimplementasikan sebagai kekerasan, tindakan mengangkat senjata dan
mengorbankan diri sendiri itu berkurang signifikan. Dan Indeks selanjutnya yang

6|Page
tercatat menurun adalah dukungan terhadap organisasi radikal dari 49,8 menjadi 47.1”,
demikian ungkap Dyah. 5
Di Indonesia konflik antar elemen masyarakat masih berpotensi terhitung cukup
tinggi mulai lima hingga sepuluh tahun mendatang. Faktor eksternal dan internal hampir
selalu menjadi penyebab terjadinya Radikalisme yang secara simultan sebagai faktor
penentu terciptanya proses radikalisasi. Sedangkan fanatisme hampir selalu merupakan
proses internal terciptanya keyakinan di dalam hati yang bahkan tidak terlalu
membutuhkan rangsangan dari eksternal.
Faktor yang menyebabkan terjadi Radikalisme di Indonesia sebagai berikut:
a. Faktor Pemikiran
Radikalisme dapat berkembang karena adanya sebuah pemikiran bahwa segala
sesuatunya harus dikembalikan ke agama walaupun dengan cara yang kaku dan
menggunakan kekerasan.
b. Faktor Ekonomi
Masalah ekonomi juga berperan membuat paham radikalisme muncul di berbagai
negara. Sudah menjadi kodrat manusia untuk bertahan hidup, dan ketika terdesak karena
masalah ekonomi maka manusia dapat melakukan apa saja, termasuk meneror manusia
lainnya.
c. Faktor Politik
Adanya pemikiran sebagian masyarakat bahwa seorang pemimpin negara hanya
berpihak pada pihak tertentu, mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok
masyarakat yang terlihat ingin menegakkan keadilan. Kelompok-kelompok tersebut bisa
dari kelompok sosial, agama, maupun politik. Alih-alih menegakkan keadilan,
kelompok-kelompok ini seringkali justru memperparah keadaan.
d. Faktor Sosial
Masih erat hubungannya dengan faktor ekonomi. Sebagian masyarakat kelas
ekonomi lemah umumnya berpikiran sempit sehingga mudah percaya kepada tokoh-
tokoh yang radikal karena dianggap dapat membawa perubahan drastis pada hidup
mereka.
5
https://www.voaindonesia.com/a/indeks-radikalisme-di-indonesia-menurun------131127008/99010.html

7|Page
e. Faktor Psikologis
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab
radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan
dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
f. Faktor Pendidikan
Pendidikan yang salah merupakan faktor penyebab munculnya radikalis di
berbagai tempat, khususnya pendidikan agama. Tenaga pendidik yang memberikan
ajaran dengan cara yang salah dapat menimbulkan radikalisme di dalam diri seseorang.6
D. PERAN PANCASILA DALAM MENANGKAL RADIKALISME
Menurut UUD 1945 dasar Negara Indonesia adalah Pancasila yang diusulkan oleh
Bung Karno, namun masih ada saja sampai saat ini yang hendak mengganti pancasila
dengan dasar lain. Oleh karena itu perlu Peran Pancasila sebagai dasar negara dalam
menangkal Radikalisme dengan cara memperkuat ketahanan nasional dalam bidang
ideologi, dengan menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara mulai dari pendidikan terbawah hingga pendidikan teratas.
Mengasah pola pikir mengenai ideologi radikalisme global, membuktikan kekeliruan,
dan kelemahan dalil-dalil yang dianut bukan hanya aspek internal saja melainkan juga
aspek eksternal.
Meniadakan kondisi yang memungkinkan tumbuh dan berkembangnya ideologi
Radikalisme dengan menegaskan keadilan, menghargai harkat dan martabat manusia,
mencegah terjadinya diskriminasi serta mencegah pelanggaran hak asasi manusia. Dan
cara terakhir menangkal Radikalisme ialah mengambil segala keputusan atau tindakan
yang tepat dan cepat terhadap adanya aksi-aksi atau kegiatan yang terdapat radikalisme
di dalamnya.
E. IMPLEMENTASI NILAI PANCASILA DALAM MENANGKAL
RADIKALISME
Pancasila, sebagai ideologi terbuka pada dasarnya memiliki nilai-nilai universal
yang sama dengan ideologi lainnya, seperti keberadaban, penghormatan akan HAM,
kesejahteraan, perdamaian dan keadilan. Dalam era globalisasi, romantisme kesamaan

6
http://husadakaryajaya.ac.id/2017/11/02/implementasi-nilai-nilai-pancasila-menghadapi-radikalisme/

8|Page
historis jaman lalu tidak lagi merupakan pengikat rasa kebersamaan yang kokoh.
Kepentingan akan tujuan yang akan dicapai lebih kuat pengaruhnya daripada kesamaan
latar kesejarahan. Karena itu, implementasi nilai-nilai Pancasila, agar tetap aktual
menghadapi ancaman radikalisme harus lebih ditekankan pada penyampaian tiga
message berikut:
Negara ini dibentuk berdasarkan kesepakatan dan kesetaraan, di mana di
dalamnya tidak boleh ada yang merasa sebagai pemegang saham utama, atau warga
kelas satu. Aturan main dalam bernegara telah disepakati, dan Negara memiliki
kedaulatan penuh untuk menertibkan anggota negaranya yang berusaha secara
sistematis untuk merubah tatanan, dengan cara-cara yang melawan hukum.
Negara memberikan perlindungan, kesempatan, masa depan dan pengayoman
seimbang untuk meraih tujuan nasional masyarakat adil dan makmur, sejahtera, aman,
berkeadaban dan merdeka. Nilai-nilai Pancasila dan UUD NRI 1945 yang harus tetap
diimplementasikan itu adalah:
a. Kebangsaan dan persatuan
b. Kemanusiaan dan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia
c. Ketuhanan dan toleransi
d. Kejujuran dan ketaatan terhadap hukum dan peraturan
e. Demokrasi dan kekeluargaan
Membentengi Pemuda Dari Radikalisme, karena Masa depan negeri ini bertumpu
pada kualitas mereka. Rentannya pemuda terhadap aksi kekerasan dan terorisme patut
menjadi keprihatinan kita bersama. Banyak faktor yang menyebabkan para pemuda
terseret ke dalam tindakan terorisme mulai dari kemiskinan, kurangnya pendidikan
agama yang damai, gencarnya infiltrasi kelompok radikal, lemahnya semangat
kebangsaan, kurangnya pendidikan kewarganegaraan, kurangnya keteladanan, dan
tergerusnya nilai kearifan lokal oleh arus modernitas negatif. Untuk membentengi para
pemuda dan masyarakat umum dari radikalisme dan terorisme,
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), menggunakan upaya
pencegahan melalui kontra-radikalisasi (penangkalan ideologi). Hal ini dilakukan
dengan membentuk Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) di daerah,

9|Page
Pelatihan anti radikal-terorisme bagi ormas, Training of Trainer (ToT) bagi sivitas
akademika perguruan tinggi, serta sosialiasi kontra radikal terorisme siswa SMA di
empat provinsi. ada beberapa hal yang patut dikedepankan dalam pencegahan terorisme
di kalangan pemuda yakni memperkuat pendidikan kewarganegaraan, mengarahkan
para pemuda pada beragam aktivitas, memberikan pemahaman agama yang damai dan
toleran, memberikan keteladanan kepada pemuda.7
F. PENTINGNYA SIKAP DERADIKALISASI
Deradikalisasi merupakan tindakan atau strategi untuk menetralisir paham-paham
yang dianggap radikal dam membahayakan dengan cara pendekatan tanpa melakukan
kekerasan. Dengan tujuan untuk mengembalikan para aktor yang memiliki paham
radikal agar kembali ke pemikiran lebih moderat. Sikap Deradikalisasi sangat
diperlukan sebagai formula penanggulangan dan pencegahan paham radikal seperti
terorisme yang telah menjadi permasalahan serius bagi bangsa bahkan dunia
internasional. Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan secara humanis,
Pendekatan secara Komunikasi sosial dan Pendekatan partisipatif dari elemen
masyarakat. Makna Deradikalisasi dibagi menjadi dua yakni Pemutusan dan
Deideologisasi. Makna Deradikalisasi Pemutusan berarti mendorong kelompok radikal
untuk meorientasi sdiri dengan perubahan sosial sehingga perlahaan bisa
meninggalkan paham radikal yang dianut sebelumnya. Kemudian mereka menuju
norma baru dengan tidak kembali memikirkan paham radikal.
Sementara Deradikalisasi Deideologisasi adalah penghapusan ideologi atas nama
agama yang kemudian tidak dipandang sebagai ideologi politik melainkan dipahami
sebagi nilai-nilai luhur yang menyamai pesan perdamaian. Sasaran utama dari
sosialisasi program Deradikalisasi adalah tahanan atau mantan teroris guna untuk
dukungan sebagai pemangku kekuasaan, selain itu deradikalisasi diperuntukan kepada
komunitas-komunitas masyarakat yang berpotensi masuk paham radikal.
A.S Hikam dalam bukunya yang berjudul "Peran Masyarakat Sipil Indonesia
Membendung Radikalisme - Deradikalisasi" menyatakan bahwa ada tiga subjek
Deradikalisasi, yaitu: Suprastruktur yang ditopang oleh berbagai undang-undang

7
http://husadakaryajaya.ac.id/2017/11/02/implementasi-nilai-nilai-pancasila-menghadapi-radikalisme/

10 | P a g e
kontraterorisme seperti UU No. 15/2003 tentang Pemberantasan Tindak Terorisme,
UU No. 15/2003 tentang TNI yang mengamanatkan penghadapan ancaman atas negara
dari pelaku non-negara, UU No. 3/2002 tentang Pertahanan Nasional, Peraturan
Presiden Nomor 12/2002 tentang Pertahanan Nasional Penanggulangan Terorisme,
sampai UU No. 17/2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan yang melarang ideologi
kontra Pancasila. Infrastruktur yang merujuk pada lembaga pelaksana deradikalisasi,
baik dari pemerintah maupun masyarakat. Substruktur ialah individu-individu yang
turut terlibat di dalam infrastruktur deradikalisasi.

11 | P a g e
BAB III
BOM MOLOTOV DI KALIMANTAN

A. BOM MOLOTOV DI KALIMANTAN


Masyarakat kalimantan menjadi daerah berikutnya dari aksi Terorisme yang
dilakukan oleh orang yang tak bertanggung jawab, tercatat sudah terdapat dua kasus
Bom yang terjadi di pulau kalimantan dalam waktu yang berdekatan hanya selesih
beberapa jam saja. Kasus pertama ialah Pengeboman di depan Gereja Oikumene dan
Kasus kedua pengeboman di sebuah Viraha yang bernama Budi Dharma Alias Kwan Im
Kiung.
Bom Samarinda 2016 adalah peristiwa meledaknya bom jenis molotov di depan
sebuah tempat ibadah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, tepatnya di Gereja
Oikumene Jalan Cipto Mangunkusumo Kelurahan Sengkotek, Kecamatan Loa Janan
Ilir, pada 13 November 2016 pukul 10.10 waktu setempat. Empat korban yang
kesemuanya anak-anak mengalami luka bakar di sekujur tubuh Salah seorang korban di
antaranya yang berusia 2,5 tahun meninggal dunia dalam perawatan di rumah sakit pada
keesokan harinya. Aksi ini merupakan teror bom pertama di Kalimantan.8
Berselang satu hari kemudian tepatnya pada 14 November 2016 pukul 02.00,
seorang yang tak dikenal melempar sebuah bom molotov ke arah Vihara Budi Dharma
alias Kwan Im Kiung di kota Sikawang, Kalimantan Barat. Beruntungnya aksi
pemelemparan Bom Molotov tidak menimbulkan korban jiwa hanya saja bagian luar
dinding viraha mengalami kerusakan.
“Saya kira itu perbuatan orang yang ingin memperkeruh suasana,” kata Wakil
Ketua Forum Komunikasi Etnik Tionghoa di Singkawang, Iwan Gunawan, kepada
wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan, Senin (14/11). Namun demikian, Iwan
meyakini upaya seperti itu tidak akan berhasil di kota Singkawang. "Kota kami itu unik,
pembauran di masyarakat di Singkawang sudah berjalan selama ini," kata Iwan.9

8
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_gereja_Samarinda_2016

9
https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-37975418

12 | P a g e
B. KRONOLOGI BOM MOLOTOV
Kronologi lebih lengkap dari kedua kasus pengeboman yang terjadi di
Kalimantan. Kasus Pertama, Sekitar Pukul 10.00 WITA terdengar suara ledakan bom
dari luar Gereja Oikumene. Ledakan Bom Molotov terjadi ketida pergantiaan jemaat
di Gereja Oikumene, yakni jemaat HKBP bergantian dengan Jemaat Kristen Indonesia
(JKI) Mawar Sharon. Sejumlah anak pun mulai keluar dari pintu utama untuk bersiap
pulang. Tiba-tiba seorang pria tidak dikenal yang mengenakan kaus dan celana hitam
melemparkan bom molotov. Bom itu langsung meledak sebanyak tiga kali. Para
jemaat pun berhambur ke luar ruangan untuk melihat situasi. Empat korban yang
kesemuanya anak-anak tergeletak tak berdaya dengan kondisi luka bakar. Para korban
langsung dievakuasi ke RSUD IA Moeis. Empat unit sepeda motor yang diparkir di
depan gereja dilaporkan ikut terbakar.
Pukul 10.15 pelaku pelemparan bom langsung melarikan diri ke arah Sungai
Mahakam dan menceburkan diri. Warga yang melihat pelaku langsung melakukan
pengejaran dan pelaku akhirnya berhasil ditangkap saat berada di tengah Sungai
Mahakam, kemudian dinaikkan ke atas perahu pengangkut pasir dan kemudian
diserahkan ke polisi.
Sementara itu, kobaran api yang berasal dari bom tersebut belum padam.
Sejumlah relawan dan petugas pemadam kebakaran langsung ke lokasi kejadian untuk
menjinakkan si jago merah yang mulai membakar kendaraan. Agar kobaran api tak
merambah ke rumah ibadah tersebut, bagian depan bangunan gereja juga disiram. Tak
berselang lama, aparat dari Polresta Samarinda, Brimob Detasemen B Pelopor serta
jajaran Intel Kodim 0901/SMD pun langsung tiba di lokasi kejadian. Puluhan warga
yang sebelumnya memenuhi tempat kejadian diminta keluar untuk kepentingan
penyelidikan.10
Kasus Kedua, sekitar pukul 02.00 ledakan bom di dinding luar Vihara Budi
Dharma alias Kwan Im Kiung di kota Singkawang, Kalimantan Barat 14 November
2016. Penjaga Vihara Agung Maalim berusia 51 tahun dan Bong Lie Fen berusia 49

10
https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_gereja_Samarinda_2016

13 | P a g e
tahun mengatakan kepada awak media bahwa mereka berdua mendengar suara
pecahan kaca pada senin dini hari dan melihat percikan api di halaman. Karena takut
api menyambar ke tempat lain mereka berdua segera memadamkannya. Keesokan
paginya ditemukan alat bukti botol kaca seukuran minuman sumplemen, sumbu, sisa
cairan minyak serta noda hitam akibat kobaran api pada dinding Vihara.
Menurut Kapolda Kalimantan Barat, Inspektur Jenderal Musyafak mengakatan
pelaku diduga berjumlah dua orang dengan menggunakan sepeda motor. Kedua pelaku
melakukan aksi dari gang kecil yang berada tepat di Samping Vihara pada malam hari.
Aksi pengeboman Vihara Budi Dharma dilakukan untuk memperkeruh suasana
mengingat menjelang pemilihan wali kota. Oleh karena itu warga Kalimantan Barat
diminta untuk tidak mengaitkan kejadian tersebut dengan peristiwa di tempat lain dan
meminta warga meningkatkan toleransi demi bersama-sama menjaga keamanan dan
ketertiban kota sikawang.

14 | P a g e
BAB IV

A. HUKUMAN TINDAK PIDANA BAGI PELAKU


Hukuman bagi pelaku dari tindakan dua kasus pengeboman di tempat berbeda
ialah sebagai berikut. Kasus peledekan bom molotov di Gereja Oikimene, samarinda
Kalimantan Timur. Wakil ketua komisi I DPR-RI, Tubagus Hasanuddin, mengatakan
satu dari ketiga pelaku pelempar bom molotov bernama Juhanda alias Jo bin
Muhammad Aceng Kurnia. Juhanda berasal dari kuningan namun ber-KTP Bogor, Jawa
Barat. Beliau pernah dipenjara dalam kasus terorisme dan pernah menjalani hukuman
pidana sejak 2012 karena terlibat kasus peledakan bom biku di Jakarta pada tahun 2011.
Ia divonis kurungan penjara selama 3 tahun 6 bulan dan dinyatakan bebas bersyarat
setelah mendapatkan remisi Idul Fitri pada 28 Juli 2014.
Putusan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Timur dalam sidang kasus pelemparan
bom molotov di Gereja Oikumene, Sengkotek, Samarinda mencetak sejarah pertama di
Indonesia. Majelis Hakim mengabulkan tuntutan pembiayaan kompensasi mencapai Rp
237 juta dari negara untuk korban peristiwa pada November 2016 tersebut. Vonis
kompensasi yang dijatuhkan majelis hakim yang diketuai Surung Simanjuntak, Senin
(25/9/2017), ini menjadi yang pertama sepanjang persidangan perkara terorisme di
Indonesia. Para korban yang menerima kompensasi adalah Marsyana Tiur (Rp 56,3
juta), Sarina Gultom (Rp 62,9 juta), Anggiat (Rp 66,2 juta), Jekson (Rp 17,1 juta), Dorta
(Rp 19,2 juta), Mesriani (Rp 9,6 juta) dan Martha (Rp 9 juta).
Besaran kompensasi yang dikabulkan majelis lebih kecil dari tuntutan jaksa
yakni Rp 1,4 miliar. Sedangkan kelima terdakwa perkara tersebut divonis dengan
hukuman yang berbeda-beda. Paling tinggi dijatuhkan kepada Juhanda dengan pidana
seumur hidup. Rekan Juhanda yaitu, Jono Sugito divonis penjara 7 tahun, Ahmad alias
Rahmat divonis 6 tahun 8 bulan, Ahmad Dani divonis 7 tahun 8 bulan dan Supriyadi
divonis pidana penjara selama 6 tahun. Secara terpisah, Wakil Ketua Lembaga
Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) Edwin Partogi Pasaribu mengatakan,
dikabulkannya tuntutan kompensasi korban terorisme Samarinda merupakan terobosan
dalam pemenuhan hak korban, kendati jumlah yang dikabulkan tidak sesuai dengan

15 | P a g e
yang diajukan LPSK. Edwin mengatakan vonis tersebut bisa menjadi rujukan dalam
perkara-perkara serupa di kemudian hari.
Putusan kompensasi melengkapi hak-hak korban yang telah diberikan
sebelumnya seperti medis dan psikologis dari pemda dan LPSK. Kompensasi terhadap
korban diatur dalam Pasal 36 UU Terorisme dan Pasal 7 ayat (1) UU Perlindungan
Saksi dan Korban. Pihaknya berharap, Kementerian Keuangan dapat segera
merealisasikan pembayaran kompensasi sesuai putusan majelis hakim karena biaya
ganti rugi dibayar oleh negara. Terpenting lagi, pemerintah bersama DPR memerhatikan
pembahasan revisi UU Terorisme berkaitan dengan pengajuan kompensasi kepada
korban.11
Sementara untuk kasus kedua mengenai bom di Vihara, Penulis belum
menemukan siapa pelaku pengemboman. Berita terakhir yang penulis dapatkan Jika
pelaku pelemparan Bom Molotov yang terjadi di Vihara bukan termasuk bagian dari
kelompok radikal melainkan ulah dari segelintir oknum yang ingin mengacaukan kota
tersebut.

11
https://web.archive.org/web/20171014183729/http://www.hariankaltim.com/berita-hangat/vonis-sidang-bom-
sengkotek-cetak-sejarah-pertama-di-indonesia/

16 | P a g e
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah Radikalisme merupakan suatu paham atau
aliran yang hendak melakukan pembaharuan sosial dan politik dalam suatu sistem pada
masyarakat. Radikalisme merupakan contoh Tindakan yang sangat membahayakan
keutuhan NKRI karena tidak hanya mengancam dari eksternal tetapi dari internal dimana
adanya pencucian otak dalam diri oleh kelompok radikal. Munculnya gerakan ini
memiliki penyebab utama, yaitu perbedaan ideologi, perbedaan aliran politik, bahkan
perbedaan pandangan dalam satu agama pun dapat menyebabkan timbulnya radikalisme
maupun terorisme.
Pancasila sebagai ideologi bangsa sangat berperan penting dalam menangkal
Radikalisme melalui penafsiran dari tiap-tiap sila dan implementasi nilai pancasila.
Radikalisme bisa dikurangi pergerakan atau tindakannya melalui sikap Deradikalisasi.
Sikap ini sangat diperlukan baik untuk tahanan atau mantan tahanan, masyarakat umum,
dan bahkan para pelajar atau mahasiswa.
Kasus Radikalisme sangatlah banyak oleh karena itu pentingnya tiap-tiap
masyarakat indonesia untuk menanamkan sifat Deradikalisme guna menghapus atau
nmengurangi paham Radikalisme di Negara Indonesia. Sebagai contoh yang penulis
angkat yakni peristiwa pengeboman di Gereja dan Vihara yang sama-sama mempunyai
dampak negatif dan kemudian menimbulkan kerugian, dengan sang Pelaku pengeboman
mendapatkan sanksi yang setimpal dengan perbuatannya.

17 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
1. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5706084/bhinneka-tunggal-ika-bagi-bangsa-
indonesia-ini-artinya

2. https://megapolitan.kompas.com/read/2018/06/06/21183271/sandiaga-biaya-hidup-tinggi-
sebabkan-paham-radikalisme-tumbuh-subur

3. https://www.bola.com/ragam/read/4673152/fungsi-pancasila-sebagai-ideologi-negara-yang-
perlu-diketahui

4. https://id.m.wikipedia.org/wiki/Radikalisme_(sejarah)

5. https://www.voaindonesia.com/a/indeks-radikalisme-di-indonesia-menurun------131127008/99010.html

6. http://husadakaryajaya.ac.id/2017/11/02/implementasi-nilai-nilai-pancasila-menghadapi-
radikalisme/

7. http://husadakaryajaya.ac.id/2017/11/02/implementasi-nilai-nilai-pancasila-menghadapi-
radikalisme/

8. https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_gereja_Samarinda_2016

9. https://www.bbc.com/indonesia/indonesia-37975418

10. https://id.wikipedia.org/wiki/Pengeboman_gereja_Samarinda_2016

11. https://web.archive.org/web/20171014183729/http://www.hariankaltim.com/berita-hangat/
vonis-sidang-bom-sengkotek-cetak-sejarah-pertama-di-indonesia/

18 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai