Disusun oleh:
Kelompok III
Kelas PB-2D
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Segala puji kami limpahkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat
waktu. Selawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
memberikan pedoman hidup berupa Al-Qur’an dan Sunah untuk keselamatan umat di dunia.
Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu mata kuliah
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Fajrul Falakh, S.KM, M.Ling., serta
teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah yang berjudul Pancasila
sebagai Nilai Luhur Bangsa Indonesia. Makalah ini akan menjelaskan mengenai nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang bertitik pangkal pada Pancasila, beserta implikasi dan strategi
dalam meningkatkan nilai luhur bangsa Indonesia yang didapatkan dari berbagai sumber.
Melalui makalah ini kami berharap para pembaca akan memahami tentang pemecahan
masalahan yang disajikan.
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini, serta dapat menjadi bahan evaluasi untuk kami
kedepannya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
para pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
JUDUL ………………………………………………………………………….………. i
BAB: I PENDAHULUAN
BAB: II PEMBAHASAN
A. Saran …………………….…………………………………………..….…...… 16
B. Kesimpulan ……………………………………………...………..….….......... 17
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk pemerintahan republik,
dan membentuk suatu negara kesatuan, sehingga disebut dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat
Indonesia mengenal Pancasila sebagai dasar negara, pedoman, dan pandangan hidup,
yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat Indonesia sendiri. Pancasila
merupakan dasar negara dan menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia sejak disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Sila-sila pancasila merupakan satu
kesatuan, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar negara maupun sebagai
falsafah hidup bangsa.
Bangsa lndonesia adalah bangsa yang lahir dan berkembang dalam
kemajemukan dan perbedaan yang dipersatukan oleh keinginan untuk hidup bersama
dalam suatu negara dan bangsa yang merdeka dan berdaulat, melalui suatu perjuangan
yang sangat panjang dan sangat sulit, akan tetapi dengan menngedepankan nilai-nilai
luhur bangsa, dan ditetapkan menjadi Pancasila sebagai dasar negara dan sumber dari
segala sumber hukum negara lndonesia (Nany Suryawati, 2013).
Permasalahan kebangsaan yang terjadi saat ini, terutama ketidakpedulian
terhadap nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, seperti tidak adanya saling menghormati dalam keanekaragaman pada
bangsa lndonesia. Padahal, sesungguhnya secara normatif Pancasila dengan nilai-nilai
luhurnya tetap kokoh sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai cita bangsa dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa dalam
kebhinekaan. Seluruh unsur dalam bangsa harus proaktif untuk menciptakan,
membina, mengembangkan dan memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
senantiasa terancam oleh bibit-bibit perpecahan. Mengenai pentingnya persatuan dan
saling kesatuan, Allah SWT. berfirman:
َو اَل َتُك وُنوا َك اَّلِذ يَن َتَفَّر ُقوا َو اْخ َتَلُفوا ِم ن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلَبِّيَناُت ۚ َو ُأوَٰل ِئَك
ٌَلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يم
1
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan
berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah
orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 73)
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Pancasila sebagai sumber nilai bangsa Indonesia?
2. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila?
3. Bagaimana implementasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan manfaatnya?
4. Bagaimana strategi dalam meningkatkan penanaman nilai-nilai Pancasila?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan, maka tujuan dai makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian Pancasila sebagai sumber nilai bangsa
Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila.
3. Mengetahui implementasi dan manfaat dalam mengaplikasikan dan mempelajari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami strategi dalam meningkatkan penanaman nilai-nilai
Pancasila.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma, istilah Pancasila mempunyai arti “berbatu
sendi yang lima” dan “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama)
yaitu:
1) tidak boleh melakukan kekerasan;
2) tidak boleh mencuri;
3) tidak boleh berjiwa dengki;
4) tidak boleh berbohong;
5) tidak boleh mabuk minuman keras (Nanik Pudjowati, 2018).
Krama inilah menjadi dasar lahirnya Pancasila sebagai nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang. Pancasila dijadikan sebagai sumber nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara dari bangsa Indonesia, hal ini karena
nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila merupakan bentuk manifestasi dari
nilai-nilai dan karakter yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri yang
kebenarannya diakui dari budaya dan pengalaman bangsa serta tumbuh
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia, seperti toleransi dalam
berbagai bidang, gotong-royong, musyawarah, dan banyak lainya. Nilai-nilai
luhur ini melibatkan solidaritas sesama manusia, serta menghormati hakekat dan
martabat manusia.
Dari nilai luhur tesebut, Pancasila diposisikan oleh para founding fathers
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara etimologi dimaknai
dengan istilah grundnorm (norma dasar), philosophische grondslag (dasar filsafat
negara), rechtsidee (cita hukum), yang secara universal dimaknai sebagai sumber
dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara. Dasar negara inilah yang
menjadikan Pancasila sebagai Staat Fundamental Norm, yang berarti Pancasila
5
sebagai sumber dari segala sumber hukum dan menduduki puncak tertinggi dalam
urutan peraturan hukum di Indonesia.
Nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia ini berkaitan erat dengan
kemajemukan yang ada, seperti halnya budaya yang ada di Indonesia. Secara
etimologi, istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) dikatakan bahwa budaya adalah 1) pikiran,
akal budi; 2) adat istiadat; 3) sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang (beradab, maju); 4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang
sukar diubah. Sementara definisi kebudayaan yang sudah cukup lama dikenal
adalah dari E.B. Tylor yang merumuskan bahwa “Kebudayaan memiliki
pengertian kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral
hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan manusia
sebagai anggoata masyarakat” (Purwito Adi, 2016). Sedangkan menurut
Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan melalui belajar (Koentjaraningrat, 1983). Kebudayaan dibedakan
wujudnya sebagai berikut:
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks gagasan, nilai, norma, peraturan.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tidakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan pengertian diatas, maka pembudayaan nilai-nilai Pancasila yang
merupakan sumber dari karakter bangsa, berarti kita berbicara tentang perwujudan
nilai-nilai Pancasila, yaitu 1) dalam gagasann nilai, norma dan peraturan; 2) dalam
aktivitas serta tindakan terpola dari manusia Indonesia; 3) wujud hasil cipta
manusia.
Nilai-nilai luhur ini digali dari budaya bangsa dan memiliki nilai dasar yang
diakui secara universal sehingga tidak lekang oleh perjalanan waktu, yang berarti
tidak akan pernah berubah selama negara lndonesia masih berdiri. Nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia. Sebagai suatu
sumber dari segala sumber hukum secara objektif merupakan suatu pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi
6
kejiwaan, serta watak/sifat bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945
telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1966
(Kaelan, 2008: 77). Penjabaran secara umum terhadap 5 sila dalam Pancasila,
yaitu:
a. Sila pertama mencerminkan kemajemukan bangsa lndonesia, melalui
kehidupan keagamaan yang kuat dengan berlandaskan moral dalam kehidupan
ketatanegaraannya, dan hal ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia sejak
dulu adalah bangsa yang religius, sehingga dalam bernegara, bangsa lndonesia
mempunyai pedoman hidup yang berketuhanan.
b. Sila kedua merupakan bentuk kesadaran dari bangsa lndonesia yang senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sesuai budaya bangsa
lndonesia yang majemuk dan beragam.
c. Sila ketiga mencerminkan adanya kesadaran akan kemajemukan dan
keberagaman bangsa lndonesia, yang tetap dipelihara dan dijaga
keberadaannya dalam satu wadah yang satu, sehingga persatuan dalam
perbedaan adalah hal yang sangat mendukung.
d. Sila keempat merupakan penarujudan kesadaran bangsa lndonesaia untuk
selalu mengutamakan kegotongroyongan dan musyawarah di dalam
mengambil sutau keputusan, sehingga keragaman tetap dapat dipertahankan
dalam satu kesatuan.
e. Sila kelima merupakan suatu cita-cita bangsa lndonesia untuk selalu
mengutamakan prinsip-prinsip keadilan dalam mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur.
8
b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku–suku bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.
c. Pengakuan terhadap kebhinekatunggalika-an suku dan kebudayaan bangsa
yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa.
d. Selalu bersatu sebagai satu bangsa dan tanah air. Negara ini dibangun di atas
aneka perbedaan, suku, agama, ras, dan golongan. Diwajibkan saling
menghargai, membangun solidaritas dan soliditas satu sama lain.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Kerakyatan dalam sila keempat mengandung pengertian penyelenggaraan
negara harus sesuai hakikat rakyat. Adapun nilai luhur yang tercermin dalam sila
keempat sebagai berikut:
a. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat.
b. Memimpin kerakayatan adalah hikmah kebijaksnaan yang dilandasi akal sehat.
c. Musyawarah dalam mufakat dicapai dalam permusyaaratan.
Pada sila keempat ini, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu kesepakatan,
perlu berdiskusi, berdialog bersama secara bijaksana, saling mendengarkan dan
menghargai perbedaan pendapat menuju suatu kesepakatan bersama.
9
harkat dan martabat yang sama, tidak ada yang lebih juga tidak ada yang kurang.
Jadi sekali lagi, saling menghargai dan menghormati itu suatu keharusan.
10
memayu hayuning bawana, mengusahakan agar alam selalu dalam keadaan yang
paling kondusif bagi kelestariannya.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai ini terpadat pada sila kedua. Pada sila kedua ini, semua warga negara
Indonesia memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kesejahteraan, kehidupan
yang layak, persamaan hak dalam politik, kesetaraan dalam hukum, dan hal-hal
lain yang diatur dalam undang-undang tanpa melihat suku dan ras. Implementasi
dari nilai pancasila kedua ini yakni:
Menjadi manusia yang adil dan beradab.
Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan yang diwujudkan dalam semangat saling menghargai,
toleran, yang dalam perilaku sehari-hari didasarkan pada nilai-nilai moral
yang tinggi, serta untuk kepentingan bersama.
Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap saling
tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, serta menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan mengimplementasikan sila kedua ini diharapkan bahwa permasalahan
yang dialami bangsa saat ini seperti tidak adanya toleransi, konflik antar
golongan, pengangguran, kemiskinan, mafia kasus, korupsi, diskriminasi dan
kesenjangan sosial, tindakan kekerasan, baik secara vertikal maupun horizontal,
dapat teratasi (Averino Jonathan, 2020).
3. Nilai Persatuan
Nilai ini terdapat pada sila ketiga. Indonesia adalah negara yang kaya akan
keberagaman suku, agama, bahasa, budaya, dan ras. Namun dengan terbentuknya
NKRI, dimulailah komitmen bersama untuk terus membentengi keberagaman itu
untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Itulah makna yang
terkandung dari sila persatuan Indonesia. Sesuai dengan konstitusi tujuan negara
ialah berkewajiban memberikan perlindungan kepada segenap tumpah darah
Indonesia dan seluruh isinya dengan semangat persatuan tersebut.
11
Aturan pada sila ketiga ini meliputi semua warga negara Indonesia tidak boleh
melakukan aksi-aksi yang dapat merenggangkan persatuan dan kesatuan negara
kita, seperti melakukan tindakan terorisme, intoleransi, gerakan separatism, dan
hal-hal yang serupa. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus tetap
menjaga keutuhan negara kita. Kita harus menghindari tindakan-tindakan yang
dapat memecah belah negara kita.
Perlakuan yang sama pada seluruh warga dimananapun berada haruslah
dilakukan oleh pemerintah tanpa memandang latar belakang suku, ras, budaya,
maupun agamanya. Warga negara dalam semangat kebersamaan seharusnya
melakukan tindakan yang tetap menunjukkan sikap dan perbuatan yang NKRI
untuk kebahagiaan dan kemajuan bersama. Semangat persatuan inilah yang harus
terus dijaga agar NKRI tetap eksis, dan dapat menjadi kuat karena terbangun dari
jalinan keberagaman yang harmonis.
4. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan terdapat pada sila keempat dari Pancasila. Implementasi pada
sila keempat yakni berusaha mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat,
tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain, mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, musyawarah untuk
mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan, dengan itikat yang baik
dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah, musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur, keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan
5. Nilai Keadilan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang merupakan sila terakhir
dalam Pancasila tujuan secara umumnya adalah pemerataan kesejahteraan dan
keadilan sosial bagi seluruh warga negara Indonesia. Rakyat Indonesia berhak
mendapatkan penghidupan yang layak, penghormatan terhadap HAM,
perlindungan keamanan dan hukum, lingkungan sosial yang sehat, dan hal lain
berkaitan dengan kesejahteraan seluruh warga negara.
Perwujudan dari sila keadilan sosial ini dapat berupa penegakan hukum
dengan asas keadilan bukan keuangan dan jabatan, tidak ada tekanan baik fisik
maupun mental terhadap rakyat, mendapatkan kehidupan yang sejahtera atau
12
terbebas dari kemiskinan, dan kebodohan, serta dari tekanan pihak asing.
Pemerintah berpihak kepada rakyat yang harus dibela, bukan kepada golongan
tertentu yang mempunyai kepentingan. Itulah prinsip keadilan yang terkandung
dalam sila ke-lima.
Sesungguhnya prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi
anak tangga pertama yang harus dipijak dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keadilan dalam konteks aturan, kebijakan, tindakan, dan perlakuan
yang adil terhadap rakyatnya dapat membuat masyarakat leluasa bermusyawarah
dan bermufakat mencari solusi persoalan (Soeprapto, 2005). Tegaknya keadilan
membuat bangsa akan lebih mudah dalam menyatukan kekuatan untuk dapat
mewujudkan kemakmurannya yang bermartabat. Keadilan juga akan
mempertebal rasa kemanusiaan dan saling mencintai sesama ciptaan Tuhan.
Akhirnya keadilan dapat membuat setiap orang tenang beribadah tanpa harus
merasa terancam oleh kelompok lain yang berbeda keyakinan.
Kunci dalam pengimplementasian Pancasila dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa di Indonesia adalah harus adanya integrasi nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila kedalam seluruh aspek kehidupan di masyarakat, yaitu sistem pendidikan,
sistem politik, pertahanan keamanan, sistem ekonomi, dan kehidupan sosial berbangsa
dan bernegara. Dengan terintegrasinya Pancasila, maka transformasi menuju bangsa
yang makmur, sejahtera, dan ber-Bhineka Tunggal Ika akan lebih cepat terwujud
dalam kesatuan wilayah Indonesia (Octavian, 2018).
Demikian pula halnya pada tahap implementasi yang harus selalu
memperhatikan prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel,
dan fairness sehingga akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), dan
warga negara yang berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila
sebagai sumber nilai-nilai etika bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan
free fight liberalism, tidak terjadi monopoli dan monopsoni; serta warga negara yang
bergerak dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan bidang politik (infrastruktur
politik). Dalam kehidupan kemasyarakatan, baik dalam bidang sosial maupun bidang
politik seyogyanya nilai-nilai Pancasila selalu dijadikan kaidah penuntun. Dengan
demikian, Pancasila akan menjadi fatsoen atau etika politik yang mengarahkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam suasana kehidupan yang
harmonis.
13
D. Strategi Meningkatkan Penanaman Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila memiliki enam karakteristik utama, yakni bernalar kritis; kreatif;
mandiri; beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
bergotong royong; serta berkebhinnekaan global. Strategi meningkatkan penanaman
nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan di berbagai sendi, bidang, dan lingkup
kehidupan, seperti pada individu, pendidikan, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan
negara.
Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan nasionalisme adalah
menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan TSM (Terstruktur, Sistemik dan Massif)
secara konkrit. Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia
harus “dibumikan kembali” kepada seluruh rakyat Indonesia. Terdapat 3 (tiga)
pendekatan yang dapat dilakukan agar Pancasila menjadi habitus dalam kehidupan
berbangsa yaitu pendekatan Kelembagaan, Sistem, dan Fungsional (DJKN, 2016).
1) Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan yang dilakukan dengan melibatkan seluruh lembaga pemerintahan,
keagamaan, kemasyarakatan, kepemudaan dan partai politik untuk berperan aktif
menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia. Pendekatan ini
dapat dilakukan secara formal dan informal. Pendekatan dapat dibagi menjadi 2,
yaitu institusional dan human resources (personal/sumber daya manusia).
Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggarakan negara yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila sehingga negara Indonesia memenuhi unsur-
unsur sebagai negara modern, yang menjamin terwujudnya tujuan negara atau
terpenuhinya kepentingan nasional (national interest), yang bermuara pada
terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sementara, human resources terletak
pada dua aspek, yaitu orang-orang yang memegang jabatan dalam pemerintahan
(aparatur negara) yang melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsekuen di dalam pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya sehingga formulasi
kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang mengejawantahkan
kepentingan rakyat (Suryati, dkk., 2020).
2) Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam
sistem berbangsa dan bernegara. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan
memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam sistem pendidikan pada semua jenjang
pendidikan (SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi); sistem rekruitmen dan
14
pengembangan SDM ASN, TNI/Polri dan pegawai BUMN; sistem pengkaderan
pada partai politik dan kepemudaan. Misalnya yaitu dengan menanamkan bela
negara atau pengkaderan. Di bidang pendidikan, misalnya pembelajaran yang
menekankan pada pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan, seperti
dimulai dari hal-hal kecil, misalnya melakukan interaksi, berkumpul bersama,
melaksanakan diskusi bersama, kegiatan kepramukaan atau organisasi lainya, dan
lain sebagainnya (Pratiwi, 2018).
3) Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional dilakukan dengan memaksimalkan sarana prasarana,
teknologi informasi, media massa, dan media sosial dalam memasyarakatkan
nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, Pemerintah harus secara massif dan
terstruktur menyampaikan konten nilai-nilai Pancasila yang sesuai dengan
dinamika kehidupan masyarakat yang terjadi.
15
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pancasila dijadikan sebagai sumber nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
serta bernegara dari bangsa Indonesia, hal ini karena nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila merupakan bentuk manifestasi dari nilai-nilai dan karakter yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri yang kebenarannya diakui dari budaya dan
pengalaman bangsa serta tumbuh berkembang dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, seperti toleransi dalam berbagai bidang, gotong-royong, musyawarah, dan
banyak lainya. Nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia ini berkaitan erat dengan
kemajemukan yang ada.
Dari nilai luhur tesebutlah, Pancasila diposisikan oleh para founding fathers
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara etimologi dimaknai
dengan istilah grundnorm (norma dasar), philosophische grondslag (dasar filsafat
negara), rechtsidee (cita hukum), yang secara universal dimaknai sebagai sumber
dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara. Dasar Negara inilah yang
menjadikan Pancasila sebagai Staat Fundamental Norm, yang berarti Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum dan menduduki puncak tertinggi dalam
urutan peraturan hukum di Indonesia.
Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tercantum dalam butir-butir Pancasila, yaitu
pada sila ke-1 hingga sila ke-5. Sila pertama mengandung nilai ketuhanan atau
religius; sila kedua mengandung nilai kemanusiaan; sila ketiga mengandung nilai
persatuan; sila keempat mengandung nilai kerakyatan; dan sila kelima mengandung
nilai keadilan.
Strategi meningkatkan penanaman nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan di
berbagai sendi, bidang, dan lingkup kehidupan, seperti pada individu, pendidikan,
keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara. Salah satu langkah strategis untuk
meningkatkan nasionalisme adalah menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan TSM
(Terstruktur, Sistemik dan Massif) dengan konkrit. Terdapat 3 (tiga) pendekatan yang
dapat dilakukan agar Pancasila menjadi habitus dalam kehidupan berbangsa yaitu
pendekatan Kelembagaan, Sistem, dan Fungsional.
16
B. Saran
Melalui makalah ini, kami berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari
tujuan ditulisnya, sehingga mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga mengharapkan kritik dan juga
masukan guna menjadi bahan evaluasi untuk kami kedepannya. Selain dari makalah
ini, pembaca perlu menambah referensi dari berbagai sumber untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang nilai-nilai luhur Pancasila, implementasinya, serta
strategi penanaman nilai-nilai Pancasila.
17
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Purwito. 2016. Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila bagi Masyarakat sebagai Modal
Dasar Pertahanan Nasional NKRI. Jurnal Moral Kemasyarakatan. Vol.1 (1): 37-50.
Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/231315762.pdf.
Anonim. 2016. Implementasi Pncasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jurnal
FISIP Unair. Diakses dari http://s2mkp.fisip.unair.ac.id/implementasi-pancasila-
dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara/.
Averino, Jonathan. 2020. Implementasi Pancasila sebagai dasar Kehidupan Bersama Di
Indonesia. Diakses pada 28 Maret 2021 dari
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/implementasi-pancasila-sebagai-
dasar-kehidupan-bersama-di-indonesia/.
CNN Indonesia. 2021. ANALISIS Teror Bom Makassar, 2 Dekade Api Dendam Tak Pernah
Padam. Trans Media, CNN. Diakses pada 29 Maret 2021, dari https://m-
cnnindonesia-com.cdn.ampproject.org.
DJKN (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara). 2016. Pancasila: Nilai Luhur Bangsa dan
Pondasi Bangunan NKRI. Artikel DJKN. diakses pada 26 Maret 2021, dari
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13234/Pancasila-Nilai-Luhur-
Bangsa-dan-Pondasi-Bangunan-NKRI.html.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi. Yogyakarta: Paradigma.
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia V 0.2 Beta (21). Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Koentjaraningrat. 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Octavian, Wendi Anugrah. 2018. Urgensi Memahami dan Mengimplementasikan Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagai Sebuah Bangsa. Jurnal Bhinneka
Tunggal Ika. 5(2): 125-127.
Pratiwi, Novita Rizky. 2018. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Di Sekolah
Menengah Kejuruan. E-CIVICS 7.6 (2018): 649-656.
Pudjowati, Nanik. 2018. Modul 7: Falsafah Bangsaku. Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan-Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses dari
http://rumahbelajar.id/Media/Dokumen/5cff79ecb646044330d686d4/85c24010e8c2
c9c2d88a44ab1b882d4d.pdf.
Soeprapto. 2005. Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa,
Dan Bernegara. Jurnal Ketahanan Nasional. X (2): 24-28.
Suryawati, Nany. 2013. PROSIDING: Lokakarya Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Kajian Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Surabaya: Graha Widya
18
Universitas. Diakses dari http://repositori.ukdc.ac.id/193/1/Nilai-nilai%20Luhur
%20Pancasila.pdf.
19
DAFTAR PUSTAKA GAMBAR
20