Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

“PANCASILA SEBAGAI NILAI LUHUR BANGSA INDONESIA”


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dan
Kewarganegaraan

Dosen Pengampu: Fajrul Falakh, S.KM, M.Ling.

Disusun oleh:

Kelompok III

Kelas PB-2D

Lena Enjelina 2008086080

Luthfy Navis Alviansyah 2008086082

Vina Vitria Salma 2008086094

Isna Nurlaili 2008086095

PROGAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji kami limpahkan kepada Allah SWT. yang telah memberikan nikmat dan
hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan lancar dan tepat
waktu. Selawat serta salam kami sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. yang telah
memberikan pedoman hidup berupa Al-Qur’an dan Sunah untuk keselamatan umat di dunia.

Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen pengampu mata kuliah
Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan, yaitu Fajrul Falakh, S.KM, M.Ling., serta
teman-teman yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah yang berjudul Pancasila
sebagai Nilai Luhur Bangsa Indonesia. Makalah ini akan menjelaskan mengenai nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia yang bertitik pangkal pada Pancasila, beserta implikasi dan strategi
dalam meningkatkan nilai luhur bangsa Indonesia yang didapatkan dari berbagai sumber.
Melalui makalah ini kami berharap para pembaca akan memahami tentang pemecahan
masalahan yang disajikan.

Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini tidak lepas dari banyak
kekurangan. Maka dari itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini, serta dapat menjadi bahan evaluasi untuk kami
kedepannya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
para pembaca.

Semarang, 26 Februari 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

JUDUL ………………………………………………………………………….………. i

KATA PENGANTAR …………………………………….………………….…….….. ii

DAFTAR ISI …………………………………………………………….…………….. iii

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………..…………..…….. iv

BAB: I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………….…….…………..…. 1


B. Rumusan Masalah ………………….……………….………………..…..……. 3
C. Tujuan Penulisan ……………….…………..……………………....….….…… 3

BAB: II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pancasila Sebagai Sumber Nilai …………………..…….…….… 4


B. Nilai-Nilai Luhur yang Terkandung dalam Pancasila ………...……………. 7
C. Implementasi Nilai-Nilai Luhur Bangsa Indonesia dan Manfaatnya …….. 10
D. Strategi Meningkatkan Penanaman Nilai-Nilai Pancasila ………..…….…. 13

BAB: III PENUTUP

A. Saran …………………….…………………………………………..….…...… 16
B. Kesimpulan ……………………………………………...………..….….......... 17

DAFTAR PUSTAKA ………….……….……………………….………..….……..… 18

DAFTAR PUSTAKA GAMBAR …………………………………………….……… 20

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Toleransi …………………………………………………………………. 5

Gambar 1.2. Gotong-royong …………………...……………..……………………….. 5

iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara kepulauan dengan bentuk pemerintahan republik,
dan membentuk suatu negara kesatuan, sehingga disebut dengan Negara Kesatuan
Republik Indonesia (NKRI). Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, masyarakat
Indonesia mengenal Pancasila sebagai dasar negara, pedoman, dan pandangan hidup,
yang nilainya diangkat dari kehidupan masyarakat Indonesia sendiri. Pancasila
merupakan dasar negara dan menjadi falsafah hidup bangsa Indonesia sejak disahkan
pada tanggal 18 Agustus 1945 oleh PPKI. Sila-sila pancasila merupakan satu
kesatuan, baik dalam fungsi dan kedudukannya sebagai dasar negara maupun sebagai
falsafah hidup bangsa.
Bangsa lndonesia adalah bangsa yang lahir dan berkembang dalam
kemajemukan dan perbedaan yang dipersatukan oleh keinginan untuk hidup bersama
dalam suatu negara dan bangsa yang merdeka dan berdaulat, melalui suatu perjuangan
yang sangat panjang dan sangat sulit, akan tetapi dengan menngedepankan nilai-nilai
luhur bangsa, dan ditetapkan menjadi Pancasila sebagai dasar negara dan sumber dari
segala sumber hukum negara lndonesia (Nany Suryawati, 2013).
Permasalahan kebangsaan yang terjadi saat ini, terutama ketidakpedulian
terhadap nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, seperti tidak adanya saling menghormati dalam keanekaragaman pada
bangsa lndonesia. Padahal, sesungguhnya secara normatif Pancasila dengan nilai-nilai
luhurnya tetap kokoh sebagai pedoman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,
sebagai cita bangsa dalam semangat persatuan dan kesatuan bangsa dalam
kebhinekaan. Seluruh unsur dalam bangsa harus proaktif untuk menciptakan,
membina, mengembangkan dan memantapkan persatuan dan kesatuan bangsa yang
senantiasa terancam oleh bibit-bibit perpecahan. Mengenai pentingnya persatuan dan
saling kesatuan, Allah SWT. berfirman:

‫َو اَل َتُك وُنوا َك اَّلِذ يَن َتَفَّر ُقوا َو اْخ َتَلُفوا ِم ن َبْع ِد َم ا َج اَء ُهُم اْلَبِّيَناُت ۚ َو ُأوَٰل ِئَك‬
ٌ‫َلُهْم َع َذ اٌب َع ِظ يم‬
1
“Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang bercerai berai dan
berselisih setelah sampai kepada mereka keterangan yang jelas. Dan Mereka itulah
orang-orang yang mendapat azab yang berat.” (Q.S. Al-Anfal [8]: 73)

Primoridalisme, SARA, ketidakadilan, korupsi dan kesenjangan sosial


ekonomi merupakan bentuk permasalahan yang dapat mengancam nilai-nilai luhur
bangsa Indonesia. Selain itu, terorisme juga menjadi permasalahan yang mengancam
nilai luhur bangsa Indonesia yang akhir-akhir ini berkembang sebagaimana kasus
pengeboman Gereja Katedral yang berada di kota Makassar pada tanggal 8 Maret
2021 (CNN, 2021), merupakan bentuk hilangnya nilai luhur berupa nilai toleransi.
Permasalahan-permasalahan tersebut yang secara bertahap harus segera diatasi dan
didihilangkan karena mengandung unsur perpecahan terhadap cita bangsa dalam
persatuan dan kesatuan bangsa, oleh karena itu solidaritas dan kohesivitas sistem
politik lndonesia akan sangat membantu keberhasilan pemantapan nilai-nilai luhur
Pancasila melalui pemantapan nilai-nilai kehidupan berbangsa dengan menghidupkan
kembali sikap dan budaya gotong royong, musyawarah untuk mencapai permufakatan
sebagai ciri khas bangsa lndonesia.
Pemantapan nilai-nilai luhur Pancasila dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dalam kebhinekaan akan mengembalikan Pancasila sebagai
pedoaman dan cita-cita bangsa lndonesia, serta membangun kembali semangat
nasionalisme, meneguhkan kedaulatan rakyat dan kedaulatan hukum, penghormatan
HAM, penghapusan segala ketidakadilan dimasa lalu, dengan demikian integritas
nasional tetap kokoh, sehingga menguatkan kemampuan bangsa dalam menjawab
tantangan globalisasi.
Niali-nilai Pancasila diakui oleh para ahli ketatanegaraan, memiliki
keunggulan yang setara dengan sosialisme, marxisme, dan lain-lainnya, karena
merupakan perpaduan yang unik antara moralitas agama dan naturalism iptek, antara
sekularisme Barat dan religious Timur. Oleh karena itu, dalam mengembangkan
budaya dan peradaban supaya lebih unggul, perlu adanya strategi yang didasarkan
pada nilai-nilai moral agama dan ilmu pengetahuan teknologi, yang berdasar pada
niali-nilai luhur Pancasila, agar pemahaman terhadap nilai-nilai luhur Pancasila tetap
merupakan satu kesatuan dalam kebhinekaan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, maka dalam makalah ini akan dibahas
mengenai Pancasila sebagai nilai luhur bangsa Indonesia dengan batasan pembahasan
2
pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, implementasi dan pemanfaatan
nilai-nilai luhur tersebut, serta strategi yang diperlukan dalam meningkatkan
penanaman nilai-nilai Pancasila.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Pancasila sebagai sumber nilai bangsa Indonesia?
2. Apa saja nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila?
3. Bagaimana implementasi nilai-nilai luhur bangsa Indonesia dan manfaatnya?
4. Bagaimana strategi dalam meningkatkan penanaman nilai-nilai Pancasila?

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang disajikan, maka tujuan dai makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Mengetahui dan memahami pengertian Pancasila sebagai sumber nilai bangsa
Indonesia.
2. Mengetahui dan memahami nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila.
3. Mengetahui implementasi dan manfaat dalam mengaplikasikan dan mempelajari
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia.
4. Mengetahui dan memahami strategi dalam meningkatkan penanaman nilai-nilai
Pancasila.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pancasila Sebagai Sumber Nilai


1. Pengertian Nilai
Kata nilai dalam KBBI diartikan sebagai sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau
berguna bagi kemanusiaan, dan atau sesuatu yang menyempurnakan manusia
sesuai dengan hakikatnya (KBBI, 2016). Istilah nilai dalam bidang filsafat
digunakan untuk menunjukkan kata benda abstrak yang artinya keberhargaan
(worth) atau kebaikan (goodness).
Menilai atau menimbang merupakan suatu kegiatan yang menghubungkan
satu hal dengan yang lainnya untuk selanjutnya mengambil suatu keputusan.
Keputusan terhadap nilai dapat dinyatakan berguna atau tidak berguna, benar atau
salah, baik atau buruk, religius atau ateis, dan lain sebagainya. Hal ini
dihubungkan dengan unsur-unsur yang terdapat pada manusia, yaitu jasmani,
rohani, cipta, karsa, dan kepercayaan. Sesuatu dikatakan bernilai jika memiliki
kegunaan, benar (nilai kebenaran), indah (nilai estetis), baik (nilai moral), dan
religus (nilai agama). Nilai-nilai itulah yang tercermin dalam Pancasila sebagai
sumber nilai yang luhur bagi bangsa Indonesia, serta sebagai jati diri yang telah
melekat sejak dulu hingga disahkannya Pancasila pada 18 Agustus 1945.
Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) jati diri sendiri berarti ciri-
ciri, gambaran, keadaan khusus seseorang atau suatu benda. Jati diri juga dapat
berarti identitas yang melekat pada diri seseorang. Dengan demikian jati diri
bangsa, berarti ciri-ciri atau identitas yang melekat pada suatu bangsa. Jati diri
bangsa Indonesia adalah ciri khas yang melekat dan merupakan identitas bangsa
Indonesia, yang membedakannya dengan bangsa lain, yaitu Pancasila. Bangsa
yang ber-Pancasila adalah bangsa yang menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila,
dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, maupun dalam kehidupan
berbangsa, dan bernegara.
2. Pancasila Sebagai Sumber Nilai Luhur Bangsa Indonesia
Istilah Pancasila telah dikenal sejak zaman Majapahit pada abad XIV, yaitu
dalam buku Negarakertagama karya Mpu Prapanca dan buku Sutasoma karya

4
Mpu Tantular. Dalam buku Sutasoma, istilah Pancasila mempunyai arti “berbatu
sendi yang lima” dan “pelaksanaan kesusilaan yang lima” (Pancasila Krama)
yaitu:
1) tidak boleh melakukan kekerasan;
2) tidak boleh mencuri;
3) tidak boleh berjiwa dengki;
4) tidak boleh berbohong;
5) tidak boleh mabuk minuman keras (Nanik Pudjowati, 2018).
Krama inilah menjadi dasar lahirnya Pancasila sebagai nilai-nilai luhur bangsa
Indonesia yang. Pancasila dijadikan sebagai sumber nilai kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, serta bernegara dari bangsa Indonesia, hal ini karena
nilai-nilai yang terkandung di dalam Pancasila merupakan bentuk manifestasi dari
nilai-nilai dan karakter yang dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri yang
kebenarannya diakui dari budaya dan pengalaman bangsa serta tumbuh
berkembang dalam kehidupan masyarakat Indonesia, seperti toleransi dalam
berbagai bidang, gotong-royong, musyawarah, dan banyak lainya. Nilai-nilai
luhur ini melibatkan solidaritas sesama manusia, serta menghormati hakekat dan
martabat manusia.

Gambar 1.1. Toleransi Gambar 1.2. Gotong Royong


Sumber: https://m.mediaindonesia.com dan https://m.liputan6.com.

Dari nilai luhur tesebut, Pancasila diposisikan oleh para founding fathers
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara etimologi dimaknai
dengan istilah grundnorm (norma dasar), philosophische grondslag (dasar filsafat
negara), rechtsidee (cita hukum), yang secara universal dimaknai sebagai sumber
dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara. Dasar negara inilah yang
menjadikan Pancasila sebagai Staat Fundamental Norm, yang berarti Pancasila

5
sebagai sumber dari segala sumber hukum dan menduduki puncak tertinggi dalam
urutan peraturan hukum di Indonesia.
Nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia ini berkaitan erat dengan
kemajemukan yang ada, seperti halnya budaya yang ada di Indonesia. Secara
etimologi, istilah kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta “budhayah” yang
merupakan bentuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal, dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016) dikatakan bahwa budaya adalah 1) pikiran,
akal budi; 2) adat istiadat; 3) sesuatu mengenai kebudayaan yang sudah
berkembang (beradab, maju); 4) sesuatu yang sudah menjadi kebiasaan yang
sukar diubah. Sementara definisi kebudayaan yang sudah cukup lama dikenal
adalah dari E.B. Tylor yang merumuskan bahwa “Kebudayaan memiliki
pengertian kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral
hukum, adat istiadat, kemampuan serta kebiasaan yang didapatkan manusia
sebagai anggoata masyarakat” (Purwito Adi, 2016). Sedangkan menurut
Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan melalui belajar (Koentjaraningrat, 1983). Kebudayaan dibedakan
wujudnya sebagai berikut:
1) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks gagasan, nilai, norma, peraturan.
2) Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tidakan berpola dari
manusia dalam masyarakat.
3) wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Berdasarkan pengertian diatas, maka pembudayaan nilai-nilai Pancasila yang
merupakan sumber dari karakter bangsa, berarti kita berbicara tentang perwujudan
nilai-nilai Pancasila, yaitu 1) dalam gagasann nilai, norma dan peraturan; 2) dalam
aktivitas serta tindakan terpola dari manusia Indonesia; 3) wujud hasil cipta
manusia.
Nilai-nilai luhur ini digali dari budaya bangsa dan memiliki nilai dasar yang
diakui secara universal sehingga tidak lekang oleh perjalanan waktu, yang berarti
tidak akan pernah berubah selama negara lndonesia masih berdiri. Nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar filsafat negara Indonesia pada hakikatnya merupakan
suatu sumber dari segala sumber hukum dalam negara Indonesia. Sebagai suatu
sumber dari segala sumber hukum secara objektif merupakan suatu pandangan
hidup, kesadaran, cita-cita hukum, serta cita-cita moral yang luhur yang meliputi
6
kejiwaan, serta watak/sifat bangsa Indonesia, yang pada tanggal 18 Agustus 1945
telah dipadatkan dan diabstraksikan oleh para pendiri negara menjadi lima sila dan
ditetapkan secara yuridis formal menjadi dasar filsafat Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Hal ini sebagaimana ditetapkan dalam Ketetapan No. XX/MPRS/1966
(Kaelan, 2008: 77). Penjabaran secara umum terhadap 5 sila dalam Pancasila,
yaitu:
a. Sila pertama mencerminkan kemajemukan bangsa lndonesia, melalui
kehidupan keagamaan yang kuat dengan berlandaskan moral dalam kehidupan
ketatanegaraannya, dan hal ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia sejak
dulu adalah bangsa yang religius, sehingga dalam bernegara, bangsa lndonesia
mempunyai pedoman hidup yang berketuhanan.
b. Sila kedua merupakan bentuk kesadaran dari bangsa lndonesia yang senantiasa
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan sesuai budaya bangsa
lndonesia yang majemuk dan beragam.
c. Sila ketiga mencerminkan adanya kesadaran akan kemajemukan dan
keberagaman bangsa lndonesia, yang tetap dipelihara dan dijaga
keberadaannya dalam satu wadah yang satu, sehingga persatuan dalam
perbedaan adalah hal yang sangat mendukung.
d. Sila keempat merupakan penarujudan kesadaran bangsa lndonesaia untuk
selalu mengutamakan kegotongroyongan dan musyawarah di dalam
mengambil sutau keputusan, sehingga keragaman tetap dapat dipertahankan
dalam satu kesatuan.
e. Sila kelima merupakan suatu cita-cita bangsa lndonesia untuk selalu
mengutamakan prinsip-prinsip keadilan dalam mewujudkan suatu masyarakat
yang adil dan makmur.

B. Nilai-Nilai Luhur yang Terkandung dalam Pancasila


Pancasila merupakan nilai-nilai yang sudah hidup didalam masyarakat
Indonesia sebelum proklamasi kemerdekaan NKRI 1945. Soekarno mengungkapkan
dalam pidatonya, bahwa Majapahit dan Sriwijaya merupakan bentuk upaya untuk
menciptakan kesatuan suatu bangsa. Hal inilah yang membuat Soekarno yakin bahwa
Indonesia telah hidup menjadi satu bangsa, jauh sebelum kemerdekaan 1945. Nilai
musyarawah mufakat juga menjadi karakter asali bangsa Indonesia. Mufakat yang
sarat dengan nilai saling percaya, saling menghormati dan takut akan Tuhan, menjadi
7
ciri kehidupan demokrasi masyarakat Indonesia dimasa lalu. Hal-hal tersebut
menunjukan bahwa Pancasila bukanlah rekaan atau ciptaan seorang Soekarno, namun
karakter dan budi pekerti yang hidup dalam masyarakat Indonesia. Dan pada akhirnya
nilai-nilai ini diusulkan menjadi dasar negara (DJKN, 2016).
Secara konstitusional, nilai- nilai Pancasila sebagai dasar negar dan pandangan
hidup bangsa dijabarkan dan pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 alinea keempat.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
Adapun nilai luhur yang tercermin dalam sila pertama sebagai berikut:
a. Percaya dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan
beradab.
b. Menghormati dan menghargai antarpemeluk agama dan penganut-penganut
kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup.
c. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaannya.
d. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
e. Saling menjaga kerukunan umat beragama.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
Kemanusiaan yang adil dan beradab mencerminkan keyakinan bangsa
Indonesia terhadap sifat manusia sebagai makhluk sosial. Adapun nilai luhur yang
tercermin dalam sila kedua sebagai berikut:
a. Pengakuan terhadap adanya martabat manusia.
b. Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia.
c. Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa karsa, dan
keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan.
d. Tidak mengusik dan mengganggu hak setiap orang.
3. Persatuan Indonesia
Persatuan indonewsia pada hakikatnya adalah kesadaran hidup bangsa
Indonesian yang meyakini dirinya sebagai makhluk individu. Adapun nilai luhur
yang mencerminkan dalam sila ketiga sebagai berikut:
a. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.

8
b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku–suku bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.
c. Pengakuan terhadap kebhinekatunggalika-an suku dan kebudayaan bangsa
yang memberikan arah dalam pembinaan kesatuan bangsa.
d. Selalu bersatu sebagai satu bangsa dan tanah air. Negara ini dibangun di atas
aneka perbedaan, suku, agama, ras, dan golongan. Diwajibkan saling
menghargai, membangun solidaritas dan soliditas satu sama lain.
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Kerakyatan dalam sila keempat mengandung pengertian penyelenggaraan
negara harus sesuai hakikat rakyat. Adapun nilai luhur yang tercermin dalam sila
keempat sebagai berikut:
a. Kedaulatan negara berada di tangan rakyat.
b. Memimpin kerakayatan adalah hikmah kebijaksnaan yang dilandasi akal sehat.
c. Musyawarah dalam mufakat dicapai dalam permusyaaratan.

Pada sila keempat ini, menunjukkan bahwa untuk mencapai suatu kesepakatan,
perlu berdiskusi, berdialog bersama secara bijaksana, saling mendengarkan dan
menghargai perbedaan pendapat menuju suatu kesepakatan bersama.

5. Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia


Keadilan sosial dalam pancasila merupakan tujuan dari empat sila yang
mendahuluinya. Adapun nilai luhur yang tercermin dalam sila kelima sebagai
berikut:
a. Keadilan dalam kehidupan sosial terutama bidang-bidang ideologi, politik,
ekonomi, sosial, budaya, serta pertahanan dan keamana nasional.
b. Cita-cita masyarat adil dan makmur, material, dan spiritual yang meminta bagi
seluruh rakyat Indonesia.
c. Keseimbangan antara hak dan kewajiaban.
d. Kemajuan pembangunan yang merata.

Pada sila kelima mengandung tujuan bangsa Indonesia adalah terciptanya


keadilan social bagi seluruh warga Indonesia. Itu mengandaikan tidak ada yang
dominan, otoriter dalam aneka bidang kehidupan. Karena setiap orang punya

9
harkat dan martabat yang sama, tidak ada yang lebih juga tidak ada yang kurang.
Jadi sekali lagi, saling menghargai dan menghormati itu suatu keharusan.

C. Implementasi Nilai-Nilai Luhur Bangsa Indonesia dan Manfaatnya


Implementasi Pancasila harus datang dan timbul dari masyarakat sendiri, yang
berarti bahwa Pancasila memang dibutuhkan sebagai pegangan dalam hidup
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Anonim, 2016). Kondisi semacam ini pasti
tidak akan datang dan timbul dengan sendirinya, perlu adanya upaya untuk
menimbulkan kebutuhan tersebut. Bangsa Indonesia yang bersifat pluralistik ditinjau
dari berbagai segi bila dibiarkan pasti akan terjerumus dalam perpecahan. Perlu
adanya pegangan bersama yang mampu mengikat seluruh komponen bangsa yang
pluralistik tersebut. Satu-satunya prinsip yang mampu mengikat seluruh komponen
bangsa adalah prinsip yang mampu merangkum keanekaragaman komponen bangsa,
dan bagi bangsa Indonesia, prinsip tersebut tiada lain adalah Pancasila. Nilai-nilai
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa meliputi lima nilai, yaitu
nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan nilai
keadilan. Adapun implementasinya adalah sebagai berikut:
1. Nilai Ketuhanan/Religius
Pancasila dengan sila pertamanya, adalah sebuah falsafah yang sesuai dan
bersahabat dengan agama. Dimana pada sila kesatu ini semua orang berhak
memeluk agama tanpa ada paksaan dari pihak lain, tidak boleh menistakan agama
lain, dan menjunjung tinggi kerukunan umat beragama. Kita sebagai muslim serta
insan yang beriman dan bertakwa kepada Allah dengan mendirikan perintahnya
guna meningkatkan kesalehan kita. Kita sebagai bangsa Indonesia sudah
sepatutnya menyadari realitas kemajemukan Indonesia sebagai sebuah berkah
dari Allah, yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Keberagaman semestinya
tidak bersifat hierarkis, melainkan egaliter, dan oleh karena itu berimplikasi pada
nilai etis toleransi. Sebagai umat beragama yang beriman dan bertakwa kepada
Allah, sudah semestinya kita menanamkan nilai-nilai kebenaran, kebaikan,
kejujuran, dan kemuliaan dalam diri, sehingga meningkatkan moral bangsa.
Segala upaya yang dilakukan oleh manusia tidak dibenarkan bertentangan
dengan apa yang menjadi misi manusia dengan kelahirannya di dunia. Tindakan
yang mengarah pada perusakan, penghancuran, adalah beretentangan dengan misi
yang diemban oleh manusia, yang dipergunakan sebagai acuan tiada lain adalah

10
memayu hayuning bawana, mengusahakan agar alam selalu dalam keadaan yang
paling kondusif bagi kelestariannya.
2. Nilai Kemanusiaan
Nilai ini terpadat pada sila kedua. Pada sila kedua ini, semua warga negara
Indonesia memiliki hak yang sama dalam pemenuhan kesejahteraan, kehidupan
yang layak, persamaan hak dalam politik, kesetaraan dalam hukum, dan hal-hal
lain yang diatur dalam undang-undang tanpa melihat suku dan ras. Implementasi
dari nilai pancasila kedua ini yakni:
 Menjadi manusia yang adil dan beradab.
 Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan martabat manusia sebagai
makhluk Tuhan yang diwujudkan dalam semangat saling menghargai,
toleran, yang dalam perilaku sehari-hari didasarkan pada nilai-nilai moral
yang tinggi, serta untuk kepentingan bersama.
 Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban asasi setiap
manusia, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan,
jenis kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
 Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia, sikap saling
tenggang rasa, tidak semena-mena terhadap orang lain, serta menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan.
Dengan mengimplementasikan sila kedua ini diharapkan bahwa permasalahan
yang dialami bangsa saat ini seperti tidak adanya toleransi, konflik antar
golongan, pengangguran, kemiskinan, mafia kasus, korupsi, diskriminasi dan
kesenjangan sosial, tindakan kekerasan, baik secara vertikal maupun horizontal,
dapat teratasi (Averino Jonathan, 2020).
3. Nilai Persatuan
Nilai ini terdapat pada sila ketiga. Indonesia adalah negara yang kaya akan
keberagaman suku, agama, bahasa, budaya, dan ras. Namun dengan terbentuknya
NKRI, dimulailah komitmen bersama untuk terus membentengi keberagaman itu
untuk mewujudkan Indonesia yang maju, adil, dan sejahtera. Itulah makna yang
terkandung dari sila persatuan Indonesia. Sesuai dengan konstitusi tujuan negara
ialah berkewajiban memberikan perlindungan kepada segenap tumpah darah
Indonesia dan seluruh isinya dengan semangat persatuan tersebut.

11
Aturan pada sila ketiga ini meliputi semua warga negara Indonesia tidak boleh
melakukan aksi-aksi yang dapat merenggangkan persatuan dan kesatuan negara
kita, seperti melakukan tindakan terorisme, intoleransi, gerakan separatism, dan
hal-hal yang serupa. Sebagai warga negara Indonesia yang baik, kita harus tetap
menjaga keutuhan negara kita. Kita harus menghindari tindakan-tindakan yang
dapat memecah belah negara kita.
Perlakuan yang sama pada seluruh warga dimananapun berada haruslah
dilakukan oleh pemerintah tanpa memandang latar belakang suku, ras, budaya,
maupun agamanya. Warga negara dalam semangat kebersamaan seharusnya
melakukan tindakan yang tetap menunjukkan sikap dan perbuatan yang NKRI
untuk kebahagiaan dan kemajuan bersama. Semangat persatuan inilah yang harus
terus dijaga agar NKRI tetap eksis, dan dapat menjadi kuat karena terbangun dari
jalinan keberagaman yang harmonis.
4. Nilai Kerakyatan
Nilai kerakyatan terdapat pada sila keempat dari Pancasila. Implementasi pada
sila keempat yakni berusaha mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat,
tidak memaksakan kehendak terhadap orang lain, mengutamakan musyawarah
dalam mengambil keputusan untuk kepentingan bersama, musyawarah untuk
mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan, dengan itikat yang baik
dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil keputusan
musyawarah, musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati
nurani yang luhur, keputusan yang diambil dapat dipertanggungjawabkan secara
moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat
manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan
5. Nilai Keadilan
Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia, yang merupakan sila terakhir
dalam Pancasila tujuan secara umumnya adalah pemerataan kesejahteraan dan
keadilan sosial bagi seluruh warga negara Indonesia. Rakyat Indonesia berhak
mendapatkan penghidupan yang layak, penghormatan terhadap HAM,
perlindungan keamanan dan hukum, lingkungan sosial yang sehat, dan hal lain
berkaitan dengan kesejahteraan seluruh warga negara.
Perwujudan dari sila keadilan sosial ini dapat berupa penegakan hukum
dengan asas keadilan bukan keuangan dan jabatan, tidak ada tekanan baik fisik
maupun mental terhadap rakyat, mendapatkan kehidupan yang sejahtera atau
12
terbebas dari kemiskinan, dan kebodohan, serta dari tekanan pihak asing.
Pemerintah berpihak kepada rakyat yang harus dibela, bukan kepada golongan
tertentu yang mempunyai kepentingan. Itulah prinsip keadilan yang terkandung
dalam sila ke-lima.
Sesungguhnya prinsip keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia menjadi
anak tangga pertama yang harus dipijak dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Keadilan dalam konteks aturan, kebijakan, tindakan, dan perlakuan
yang adil terhadap rakyatnya dapat membuat masyarakat leluasa bermusyawarah
dan bermufakat mencari solusi persoalan (Soeprapto, 2005). Tegaknya keadilan
membuat bangsa akan lebih mudah dalam menyatukan kekuatan untuk dapat
mewujudkan kemakmurannya yang bermartabat. Keadilan juga akan
mempertebal rasa kemanusiaan dan saling mencintai sesama ciptaan Tuhan.
Akhirnya keadilan dapat membuat setiap orang tenang beribadah tanpa harus
merasa terancam oleh kelompok lain yang berbeda keyakinan.
Kunci dalam pengimplementasian Pancasila dalam kehidupan bernegara dan
berbangsa di Indonesia adalah harus adanya integrasi nilai-nilai yang ada dalam
Pancasila kedalam seluruh aspek kehidupan di masyarakat, yaitu sistem pendidikan,
sistem politik, pertahanan keamanan, sistem ekonomi, dan kehidupan sosial berbangsa
dan bernegara. Dengan terintegrasinya Pancasila, maka transformasi menuju bangsa
yang makmur, sejahtera, dan ber-Bhineka Tunggal Ika akan lebih cepat terwujud
dalam kesatuan wilayah Indonesia (Octavian, 2018).
Demikian pula halnya pada tahap implementasi yang harus selalu
memperhatikan prinsip-prinsip good governance, antara lain transparan, akuntabel,
dan fairness sehingga akan terhindar dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), dan
warga negara yang berkiprah dalam bidang bisnis, harus menjadikan Pancasila
sebagai sumber nilai-nilai etika bisnis yang menghindarkan warga negara melakukan
free fight liberalism, tidak terjadi monopoli dan monopsoni; serta warga negara yang
bergerak dalam bidang organisasi kemasyarakatan dan bidang politik (infrastruktur
politik). Dalam kehidupan kemasyarakatan, baik dalam bidang sosial maupun bidang
politik seyogyanya nilai-nilai Pancasila selalu dijadikan kaidah penuntun. Dengan
demikian, Pancasila akan menjadi fatsoen atau etika politik yang mengarahkan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara dalam suasana kehidupan yang
harmonis.

13
D. Strategi Meningkatkan Penanaman Nilai-Nilai Pancasila
Pancasila memiliki enam karakteristik utama, yakni bernalar kritis; kreatif;
mandiri; beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia;
bergotong royong; serta berkebhinnekaan global. Strategi meningkatkan penanaman
nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan di berbagai sendi, bidang, dan lingkup
kehidupan, seperti pada individu, pendidikan, keluarga, masyarakat, serta bangsa dan
negara.
Salah satu langkah strategis untuk meningkatkan nasionalisme adalah
menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan TSM (Terstruktur, Sistemik dan Massif)
secara konkrit. Pancasila sebagai dasar negara dan falsafah hidup bangsa Indonesia
harus “dibumikan kembali” kepada seluruh rakyat Indonesia. Terdapat 3 (tiga)
pendekatan yang dapat dilakukan agar Pancasila menjadi habitus dalam kehidupan
berbangsa yaitu pendekatan Kelembagaan, Sistem, dan Fungsional (DJKN, 2016).
1) Pendekatan Kelembagaan
Pendekatan yang dilakukan dengan melibatkan seluruh lembaga pemerintahan,
keagamaan, kemasyarakatan, kepemudaan dan partai politik untuk berperan aktif
menanamkan nilai-nilai Pancasila dalam masyarakat Indonesia. Pendekatan ini
dapat dilakukan secara formal dan informal. Pendekatan dapat dibagi menjadi 2,
yaitu institusional dan human resources (personal/sumber daya manusia).
Pendekatan institusional yaitu membentuk dan menyelenggarakan negara yang
bersumber pada nilai-nilai Pancasila sehingga negara Indonesia memenuhi unsur-
unsur sebagai negara modern, yang menjamin terwujudnya tujuan negara atau
terpenuhinya kepentingan nasional (national interest), yang bermuara pada
terwujudnya masyarakat adil dan makmur. Sementara, human resources terletak
pada dua aspek, yaitu orang-orang yang memegang jabatan dalam pemerintahan
(aparatur negara) yang melaksanakan nilai-nilai Pancasila secara murni dan
konsekuen di dalam pemenuhan tugas dan tanggung jawabnya sehingga formulasi
kebijakan negara akan menghasilkan kebijakan yang mengejawantahkan
kepentingan rakyat (Suryati, dkk., 2020).
2) Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem dilakukan dengan memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam
sistem berbangsa dan bernegara. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan
memasukkan nilai-nilai Pancasila dalam sistem pendidikan pada semua jenjang
pendidikan (SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi); sistem rekruitmen dan
14
pengembangan SDM ASN, TNI/Polri dan pegawai BUMN; sistem pengkaderan
pada partai politik dan kepemudaan. Misalnya yaitu dengan menanamkan bela
negara atau pengkaderan. Di bidang pendidikan, misalnya pembelajaran yang
menekankan pada pendidikan karakter pada semua jenjang pendidikan, seperti
dimulai dari hal-hal kecil, misalnya melakukan interaksi, berkumpul bersama,
melaksanakan diskusi bersama, kegiatan kepramukaan atau organisasi lainya, dan
lain sebagainnya (Pratiwi, 2018).
3) Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional dilakukan dengan memaksimalkan sarana prasarana,
teknologi informasi, media massa, dan media sosial dalam memasyarakatkan
nilai-nilai Pancasila. Oleh sebab itu, Pemerintah harus secara massif dan
terstruktur menyampaikan konten nilai-nilai Pancasila yang sesuai dengan
dinamika kehidupan masyarakat yang terjadi.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pancasila dijadikan sebagai sumber nilai kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
serta bernegara dari bangsa Indonesia, hal ini karena nilai-nilai yang terkandung di
dalam Pancasila merupakan bentuk manifestasi dari nilai-nilai dan karakter yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia itu sendiri yang kebenarannya diakui dari budaya dan
pengalaman bangsa serta tumbuh berkembang dalam kehidupan masyarakat
Indonesia, seperti toleransi dalam berbagai bidang, gotong-royong, musyawarah, dan
banyak lainya. Nilai luhur yang dimiliki bangsa Indonesia ini berkaitan erat dengan
kemajemukan yang ada.
Dari nilai luhur tesebutlah, Pancasila diposisikan oleh para founding fathers
sebagai dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara etimologi dimaknai
dengan istilah grundnorm (norma dasar), philosophische grondslag (dasar filsafat
negara), rechtsidee (cita hukum), yang secara universal dimaknai sebagai sumber
dalam membentuk dan menyelenggarakan Negara. Dasar Negara inilah yang
menjadikan Pancasila sebagai Staat Fundamental Norm, yang berarti Pancasila
sebagai sumber dari segala sumber hukum dan menduduki puncak tertinggi dalam
urutan peraturan hukum di Indonesia.
Nilai-nilai luhur bangsa Indonesia tercantum dalam butir-butir Pancasila, yaitu
pada sila ke-1 hingga sila ke-5. Sila pertama mengandung nilai ketuhanan atau
religius; sila kedua mengandung nilai kemanusiaan; sila ketiga mengandung nilai
persatuan; sila keempat mengandung nilai kerakyatan; dan sila kelima mengandung
nilai keadilan.
Strategi meningkatkan penanaman nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan di
berbagai sendi, bidang, dan lingkup kehidupan, seperti pada individu, pendidikan,
keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara. Salah satu langkah strategis untuk
meningkatkan nasionalisme adalah menanamkan nilai-nilai Pancasila dengan TSM
(Terstruktur, Sistemik dan Massif) dengan konkrit. Terdapat 3 (tiga) pendekatan yang
dapat dilakukan agar Pancasila menjadi habitus dalam kehidupan berbangsa yaitu
pendekatan Kelembagaan, Sistem, dan Fungsional.

16
B. Saran
Melalui makalah ini, kami berharap pembaca dapat mengambil manfaat dari
tujuan ditulisnya, sehingga mampu menerapkan nilai-nilai luhur yang terdapat dalam
Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Kami juga mengharapkan kritik dan juga
masukan guna menjadi bahan evaluasi untuk kami kedepannya. Selain dari makalah
ini, pembaca perlu menambah referensi dari berbagai sumber untuk menambah
wawasan dan pengetahuan tentang nilai-nilai luhur Pancasila, implementasinya, serta
strategi penanaman nilai-nilai Pancasila.

17
DAFTAR PUSTAKA

Adi, Purwito. 2016. Pembudayaan Nilai-Nilai Pancasila bagi Masyarakat sebagai Modal
Dasar Pertahanan Nasional NKRI. Jurnal Moral Kemasyarakatan. Vol.1 (1): 37-50.
Diakses dari https://core.ac.uk/download/pdf/231315762.pdf.
Anonim. 2016. Implementasi Pncasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. Jurnal
FISIP Unair. Diakses dari http://s2mkp.fisip.unair.ac.id/implementasi-pancasila-
dalam-kehidupan-berbangsa-dan-bernegara/.
Averino, Jonathan. 2020. Implementasi Pancasila sebagai dasar Kehidupan Bersama Di
Indonesia. Diakses pada 28 Maret 2021 dari
https://binus.ac.id/character-building/pancasila/implementasi-pancasila-sebagai-
dasar-kehidupan-bersama-di-indonesia/.
CNN Indonesia. 2021. ANALISIS Teror Bom Makassar, 2 Dekade Api Dendam Tak Pernah
Padam. Trans Media, CNN. Diakses pada 29 Maret 2021, dari https://m-
cnnindonesia-com.cdn.ampproject.org.
DJKN (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara). 2016. Pancasila: Nilai Luhur Bangsa dan
Pondasi Bangunan NKRI. Artikel DJKN. diakses pada 26 Maret 2021, dari
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13234/Pancasila-Nilai-Luhur-
Bangsa-dan-Pondasi-Bangunan-NKRI.html.
Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila Edisi Reformasi. Yogyakarta: Paradigma.
KBBI. 2016. Kamus Besar Bahasa Indonesia V 0.2 Beta (21). Badan Pengembangan dan
Pembinaan Bahasa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.
Koentjaraningrat. 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Penerbit
Djambatan.
Octavian, Wendi Anugrah. 2018. Urgensi Memahami dan Mengimplementasikan Nilai-Nilai
Pancasila Dalam Kehidupan Sehari-hari Sebagai Sebuah Bangsa. Jurnal Bhinneka
Tunggal Ika. 5(2): 125-127.
Pratiwi, Novita Rizky. 2018. Strategi Penanaman Nilai-Nilai Pancasila Di Sekolah
Menengah Kejuruan. E-CIVICS 7.6 (2018): 649-656.
Pudjowati, Nanik. 2018. Modul 7: Falsafah Bangsaku. Direktorat Pembinaan Pendidikan
Keaksaraan dan Kesetaraan-Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan
Masyarakat-Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses dari
http://rumahbelajar.id/Media/Dokumen/5cff79ecb646044330d686d4/85c24010e8c2
c9c2d88a44ab1b882d4d.pdf.
Soeprapto. 2005. Implementasi Pancasila Dalam Kehidupan Bermasyarakat, Berbangsa,
Dan Bernegara. Jurnal Ketahanan Nasional. X (2): 24-28.
Suryawati, Nany. 2013. PROSIDING: Lokakarya Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan
Bernegara. Kajian Sistem Ketatanegaraan Indonesia. Surabaya: Graha Widya

18
Universitas. Diakses dari http://repositori.ukdc.ac.id/193/1/Nilai-nilai%20Luhur
%20Pancasila.pdf.

19
DAFTAR PUSTAKA GAMBAR

Gambar 1.1.: https://m.mediaindonesia.com.


Gambar 1.2.: https://m.liputan6.com.

20

Anda mungkin juga menyukai