DOSEN PEMBIMBING
Nur Lian SH , MH
Disusun oleh :
Alhamdulilah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa yang telah melimpahkan rahmat dan nikmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini yang bertemakan metode pancasila sebagai ideologi dalam menangkal
radikalisme dengan baik dan lancar meskipun didalam isinya masih banyak kekurangannya. Oleh
sebab itu, dengan hati dan tangan terbuka penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
demi perbaikan makalah yang penulis buat di masa yang akan datang.
Selanjutnya, dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen Ibu Nur Lian SH.,MH yang senantiasa mengajarkan ilmu kepada
penulis dalam mata kuliah kewarganegaraan sebagai bekal penulis dalam berkembang menjadi
insan muda yang berwawasan lebih luas.
Makalah ini bertemakan tentang radikalisme dibuat dengan sebagaimana mestinya dan
penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan sebuah wawasan baru bagi penulis
maupun siapapun yang membacanya. Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi
siapapun dan khususnya yang penulis hormati Ibu Nur Lian selaku dosen penulis. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya penulis meminta maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan saya memohon saran dan usulan yang membangun dari Ibu Nur Lian
selaku dosen demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.
.
Jakarta,20 Oktober 2021
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………i
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………….... ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………………. 1
BAB II……………………………………………………………………………………………...
BAB III……………………………………………………………………………………………..
BAB IV……………………………………………………………………………………………..
BAB V PENUTUP………………………………………………………………………………...
A. Kesimpulan………………………………………………………………………………...
B. Saran……………………………………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………...
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Radikalisme merupakan bentuk paham atau aliran yang radikal dalam politik khususnya
bertentangan dengan Pancasila. Salah satu ciri utamanya dari paham ini adalah sering
menggunakan kekerasan dan sikap ekstrem dalam aliran politik untuk mencapai apa yang
menjadi tujuan atau keinginan kelompoknya. Radikalisme adalah paham atau aliran yang
radikal dalam politik, atau sikap ekstrem dalam aliran politik. Selain itu, pengertian
radikalisme yang lain adalah paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau
pembaharuan sosial dan politik dengan cara kekerasan atau drastis.
Pada 14 Januari 2016 di Jakarta terjadi peristiwa yang sempat menghebohkan masyarakat
Indonesia bahkan dunia. Sebagaimana media Antara melalui situs online nya antaranews.com
memberitakan bahwa terjadi peristiwa aksi bom bunuh diri dan baku tembak yang
dilancarkan oleh teroris di kawasan pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH. Thamrin, Jakarta
Pusat.
Menurut Kapolda Metro Jaya Irjen Pol Tito Karnavian, peristiwa terjadi kurang lebih jam
10.50-10.55 WIB. Terjadi kontak senjata dengan anggota Polda Metro Jaya, namun
kemudian situasi dapat dikuasi dalam waktu kurang lebih 20-30 menit. Peristiwa terjadi
diawali dengan serangan di Starbucks Cafe yaitu masuknya satu orang pelaku dan diawali
dengan ledakan bom bunuh diri.Dalam peristiwa ini adapun korban setidaknya terdapat 25
korban luka peristiwa dan 8 jiwa(empat orang dari korban tersebut adalah pelaku).
B. RUMUSAN MASALAH
Penulis dapat mengambil pedoman dari nilai-nilai moral yang terkandung dalam tragedi bom
Sarinah ini , Sehingga bisa mengamplikasikannya nilai-nilai moral dan sosial dalam kehidupan
sehari-hari agat tetap bisa menjaga kestabilan keamanan negara.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan makalah ini, penulis membagi pembahasan ke dalam lima bab. Setiap
bab dibagi atas beberapa sub bab yang bertujuan agar mempermudah pemahaman. Adapun
sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang hal-hal yang melatar belakangi pemilihan kasus dari tema yang
sudah diberikan oleh dosen . Dan sekaligus menjadi pengantar umum memahami penulisan.
Secara keseluruhan bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat
penelitian dan sistematika penulisan.
Bab ini akan berisi deskripsi atau uraian tentang analisis yang menjawab rumusan
masalah pertama yang secara detail diuraikan oleh penulis dalam makalah ini. Topik rumusan ini
yang nantinya akan dibantu dan didukung dengan kajian-kajian teori tentang Pancasila sebagai
ideologi bangsa di Indonesia yang menjadi dasar dalam pengangkatan kasus yang diambil oleh
penulis.
Bab ini juga akan berisi deskripsi atau uraian tentang analisis yang menjawab rumusan
masalah kedua yang secara detail diuraikan oleh penulis dalam makalah. Topik rumusan ini yang
nantinya akan dibantu dan didukung dengan peran pemerintah dalam mengimplementasikan
pancasila terhadap peristiwa bom sarinah tahun 2016 di indonesia.
Bab ini akan berisikan deskripsi tentang analisis yang menjawab rumusan masalah ketiga
secara detail dan diuraikan oleh penulis dalam makalah ini. Topik rumusan ini yang nantinya
akan dibantu dan didukung dengan pencapaian pemerintah dalam mengimplementasikan
pancasila terhadap peristiwa bom sarinah tahun 2016 di Indonesia.
BAB V PENUTUP
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan dan saran. Kesimpulan, merupakan
hasil dari analisis permasalahan studi kasus yang diteliti. Serta, penulis memberikan saran
terhadap pemerintah Indonesia terkait studi kasus yang diteliti.
BAB II
RADIKALISME DI INDONESIA
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yang diambil dari dua kata, ide dan logos.
Idea berarti ide, buah pikir, gagasan atau konsep. Sedangkan logos berarti hasil
pemikiran. Jadi dapat disimpulkan ideologi adalah ilmu yang mencakup ilmu kajian asal
mula, juga hakikat buat pikir dan gagasan.
Tahun 2011, Hasil Survey Lembaga Kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP) dgn
responden guru PAI dan siswa SMP Sejadebotabek menunjukkan potensi radikal yang
kuat di kalangan guru dan pelajar dengan indikasi resistensi yang lemah terhadap
kekerasan atas nama agama, intoleransi, sikap ekslusif serta keraguan terhadap ideologi
Pancasila. Tahun 2015 Survey Setara Institute thd siswa dari 114 Sekolah Menengah
Umum (SMU) di Jakarta dan Bandung. Dalam survei ini, sebanyak 75,3% mengaku tahu
tentang ISIS. Sebanyak 36,2 responden mengatakan ISIS sebagai kelompok teror yang
sadis, 30,2% responden menilai pelaku kekerasan yang mengatasnamakan agama, dan
16,9% menyatakan ISIS adalah pejuang-pejuang yang hendak mendirikan agama Islam.
Faktor Penyebab Radikalisme
Mengacu pada pengertian radikalisme di atas, paham ini dapat terjadi karena
adanya beberapa faktor penyebab, diantaranya:
1. Faktor Pemikiran
2. Faktor Ekonomi
3. Faktor Politik
4. Faktor Sosial
Peristiwa pahit dalam hidup seseorang juga dapat menjadi faktor penyebab
radikalisme. Masalah ekonomi, masalah keluarga, masalah percintaan, rasa benci dan
dendam, semua ini berpotensi membuat seseorang menjadi radikalis.
6. Faktor Pendidikan
Sebaliknya, jika ada sebagian warga negara menolak Pancasila dan kurang
memahami Pancasila dengan benar, maka ia akan menjadi warga yang tidak menghargai
orang lain, arogan, dan merusak kedamaian hidup masyarakat. Oleh karena itu,
memahami dan mempraktekkan nilai-nilai Pancasila menjadi penting guna membendung
radikalisme yang kini telah menjadi bahaya laten. Jika nilai-nilai Pancasila tidak
diimplementasikan, maka ada kemungkinan masyarakat akan menjadi apatis, di mana hal
tersebut jika dibiarkan dapat menjadi ancaman yang membahayakan Indonesia.
Aksi radikalisme dalam bentuk serangan teror memang sempat meredup dalam
beberapa waktu belakangan, namun tidak bagi bentuk-bentuk radikal lainnya, seperti
propaganda paham-paham sesat hingga teror bawah tanah dalam menegakkan sebuah
paham yang berseberangan dengan ideologi bangsa. Kita tentu tahu ISIS, meskipun
aksinya tidak begitu terlihat di tanah air, namun jangan salah, propaganda ideologinya
ternyata telah tampak tumbuh subur di banyak bagian di negeri ini. Umumnya ideologi
ISIS bergabung dengan ideologi-ideologi Islam garis keras yang banyak tersebar di
berbagai penjuru negeri.
Pemerintah, dan juga kita, sama-sama memiliki tanggung jawab dalam menangkal
gerakan radikal agar tidak semakin berkembang lebih parah. Pemerintah harus mampu
menelaah akar permasalahan radikalisme dengan sedetail mungkin dengan memanfaatkan
fungsi intelijen negara dan perangkat-perangkat terkait lainnya. Ketika pemerintah telah
mendapat data yang cukup mengenai akar permasalahan radikalisme, maka selanjutnya
diperlukan sosialisasi secara luas mengenai bahaya terkait bagi kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Dengan soialisasi yang luas secara bersama-sama, maka kita
pun akan semakin waspada mengenai ancaman radikalisme untuk kemudian fokus
membangun negeri dengan cinta damai.
BAB III
Sedikitnya delapan orang ( empat pelaku penyerangan dan empat warga sipil )
meninggal dunia dan 24 lainnya luka- luka akibat serangan ini. Tujuh orang terlibat
sebagai pelaku penyerangan, dan organisasi Negara Islam Irak dan Syam mengklaim
bertanggung jawab atas serangan tersebut. Pimpinan ISIS Indonesia Aman Abdurahman
kemudian divonis hukuman mati atas serangan tersebut. Aman Abdurahman yang juga
pimpinan Jamaah Ansharut Daulah (JAD) –organisasi teroris berafiliasi ke ISIS-
merancang serangan bom itu di balik penjara.
Bom pertama meledak di depan gerai Starbucks Sarinah pukul 10.40 WIB.
Disusul tiga ledakan berikutnya di pos polisi persimpangan Sarinah. Kemudian dua
ledakan lainnya terjadi di dalam gerai Starbucks. Setelah ledakan tersebut, polisi
menyergap beberapa pelaku serangan yang diwarnai baku tembak. Polisi menembak mati
tiga pelaku, dan dua lagi ditangkap. Sementara pelaku lainnya tewas dalam bom bunuh
diri.
RSCM merawat empat korban yakni satu anggota Polri dan tiga warga sipil:
1. Aiptu Deni - Anggota Polri, luka di kaki, masih dirawat di ruang ICU
2. Indah Pustpita Sari - Warga sipil, luka di kening sebelah kiri dan perut
memar, sudah diijinkan pulang
3. Mira Puspita - Warga sipil, luka kaki kanan dan jilbab terbakar, sudah
diijinkan pulang.
4. Venosia Dyah Mavianti - Warga sipil, luka robek di kepala belakang, sudah
diijinkan pulang.
RS Gatot Subroto merawat sembilan korban yakni tiga anggota Polri dan enam
warga sipil yang dua di antaranya warga asing (Belanda dan Aljazair):
RS Abdi Waluyo merawat 5 korban yakni satu anggota Polri, dua warga sipil dan
dua warga asing (Jerman dan Austria):
1. Aiptu Suhadi - Anggota Polri, luka tembak di punggung dua kali
2. Aldi Tardiansyah - Warga sipil, luka serpihan di telinga
3. Afrizal - Warga sipil, luka serpihan di dahi dan siku kiri
4. Manfred Stoif - WNA Austria, luka robek pergelangan tangan kanan dan kiri,
akan dirujuk oleh keluarga ke Singapura
5. Frank Feunen - WNA Jerman, luka robek di dahi dan leher
1. Riter Willy Putra - Warga sipil, luka punggung kiri belakang, sudah diijinkan pulang
1. Brigadir Suminto - Anggota Polri, luka tembak di tangan sebelah kiri tembus ke
ketiak
3. Meissy Sabardiah - Warga sipil, luka bagian mata kaki kiri, sudah diijinkan pulang
1. Andi Dina Noviana - Warga sipil, luka robek di dahi dan lengan kiri bawah,
pendarahan di kedua telinga, sudah diijinkan pulang
1. Dwi Siti Ramdani - Warga sipil, luka berat, patah tulang leher bagian belakang
3. Penghapusan stigma dan perangkulan kepada mereka yang telah terpapar ideologi
radikal untuk kembali kepada masyarakat dan setia kepada ideologi negara, hal ini
penting untuk bersama-sama melawan radikalisme supaya tidak ada lagi korban.
4. Pemuka agama dari dua organisasi Islam besar Nahdatul Ulama dan Muhammadiyah
harus gencar menyuarakan ajaran Islam rahmatan lil alamin yang membawa pesan
perdamaian di masyarakat, terutama di lingkungan sekolah.
5. Pemerintah terus melakukan penerapan hukum secara tegas terhadap pelaku teror
dan organisasi yang bertentangan dengan ideologi negara.
7. Dengan Penetapan UU No. 15 Tahun 2003 pengganti UU No. 1 Tahun 2002 dan
membuat pengaturan baru yang mengatur tentang penangkalan terorisme diharapkan
akan membuka peluang bagi aparat anti teror Indonesia untuk melakukan tindakan yang
lebih efektif dalam melakukan deteksi dini dan mencegah terjadinya terorisme.
BAB IV
PENCAPAIAN PEMERINTAH DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN PANCASILA
TERHADAP PERISTIWA BOM SARINAH TAHUN 2016 DI INDONESIA
Dari faktor perbedaan ideologis dan pemahaman tentang agama yang berbeda-
beda sampai kesenjangan sosial dan pendidikan yang membuat masyarakat lebih mudah
untuk disusupi oleh jaringan-jaringan teroris. Arah kebijakan yang ditempuh dalam
rangka mencegah dan menanggulangi kejahatan terorisme pada tahun 2005 – 2009 adalah
sebagai berikut:
Dan ada pula secara internal upaya yang dilakukan oleh Indonesia guna menanggulangi
terorisme sebagai berikut :
1. Penegakan Hukum .
Penyelenggaraan penegakkan hukum terhadap tindak pidana terorisme diatur oleh
UU No. 15 tahun 2003 yang menetapkan Perpu No. 1 tahun 2002 tentang Pemberantasan
Tindak Pidana Terorisme sebagai Undang - Undang. Kemudian dibuat UU No. 8 Tahun
2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dan No. 9
Tahun 2013 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pendanaan
Terorisme.
2. Pembentukan Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT).
BNPT dibentuk melalui Peraturan Presiden Nomor 46 tahun 2010, yang
kemudian diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 12 tahun 2012. Pembentukan BNPT
merupakan Kebijakan Nasional Penanggulangan Terorisme di Indonesia.
3. Perlibatan TNI dan Polri.
Merujuk pada Undang Undang No. 34 tahun 2004 tentang TNI di Pasal 7 ayat 1
sangat jelas dinyatakan, bahwa tugas pokok TNI adalah menegakkan kedaulatan
negara, mempertahankan keutuhan wilayah NKRI yang berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945, serta melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia
dari ancaman dan gangguan terhadap keutuhan bangsa dan Negara.
4. Deradikalisasi.
Deradikalisasi adalah bagian dari strategi kontra terorisme, deradikalisasi
dipahami sebagai cara merubah idiologi kelompok teroris secara drastis.
Deradikalisasi ditujukan untuk mengubah seseorang yang semula radikal menjadi
tidak lagi radikal, termasuk diantaranya adalah menjauhkan mereka dari kelompok
radikal tempat mereka bernaung.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Radikalisme merupakan bentuk paham atau aliran yang radikal dalam politik khususnya
bertentangan dengan Pancasila. Salah satu ciri utamanya dari paham ini adalah sering
menggunakan kekerasan dan sikap ekstrem dalam aliran politik untuk mencapai apa yang
menjadi tujuan atau keinginan kelompoknya. Pada awalnya, alasan utama dari radikalisme
agama atau gerakan-gerakan Islam garis keras tersebut adalah dilatarbelakangi oleh politik
lokal: dari ketidakpuasan politik, keterpinggiran politik dan semacamnya.
2. Radikalisme yang berujung pada tindakan terorisme terbukti telah menghancurkan banyak
Negara. Salah satu contohnya di Negara Republik Indonesia yaitu peristiwa bom bunuh diri
tepatnya di kawasan pusat perbelanjaan Sarinah, Jalan MH. Thamrin, Jakarta Pusat. Jika hal
ini tidak dicegah sejak awal, Indonesia akan terpecah- belah. Oleh karena itu, pemerintah dan
masyarakat harus saling bekerjasama untuk melawan dan mencegah tumbuhnya paham-
paham radikal dan tindakan terorisme.
3. Peran Pemerintah untuk mencegah dan menanggulangi terorisme sudah menunjukan
keberhasilan yang cukup berarti, tetapi masih banyak yang perlu dihadapi untuk menciptakan
perasaan aman di masyarakat dari aksi- aksi terorisme. Tragedi ledakan bom sarinah yang
sudah lama ini menunjukan bahwa aksi terorisme wajib terus diwaspadai.
B. SARAN
Dalam menghindari serta mengatasi radikalisme dan aksi terorisme. Pemerintah haruslah
senantiasa berpedoman pada prinsip yang sudah diambil tadinya, yakni melaksanakan secara
preventif serta represif yang didukung oleh upaya pemantapan kerangka hukum selaku
bawah aksi proaktif dalam menangani aktivitas, paling utama dalam menguak jaringan
terorisme. Di samping itu, Peningkatan kemampuan berbagai satuan anti teror dan intelijen
dalam menggunakan sumber-sumber primer dan jaringan informasi sangat diperlukan agar
dapat membentuk aparat anti teror yang profesional dan terpadu dari TNI, Polri, dan BIN.
Selanjutnya, kerja sama internasional sangat perlu untuk ditingkatkan karena terorisme
merupakan permasalahan lintas batas yang memiliki jaringan dan jalurnya tidak hanya di
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA