Disusun Oleh:
Istiqomah (11180162000062)
Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini
masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang
luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang
“Pancasila dan Tantangan Ideologi Radikal dalam Konteks Global”.
Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi besar kita, yaitu
Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua,
yang merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang
sempurna dan merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.
Adapun penulisan makalah ini merupakan bentuk dari pemenuhan beberapa tugas mata
kuliah Pancasila.
Kami ucapkan terimakasih yang sebanyak-banyaknya kepada setiap pihak yang telah
mendukung serta membantu kami selama proses penyelesaian makalah ini hingga
rampungnya makalah ini. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi setiap pembaca.
Tak lupa dengan seluruh kerendahan hati, kami meminta kesediaan pembaca untuk
memberikan kritik serta saran yang membangun mengenai penulisan makalah kami ini, untuk
kemudian kami akan merevisi kembali pembuatan makalah ini di waktu berikutnya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Radikalisme adalah kepercayaan pada sebuah gagasan atau prinsip radikal dalam
melakukan perubahan secara ekstrem terhadap institusi politik dan sosial. Dalam
pengertian politik, gagasan ini muncul pertama kali dari Charles James Fox (1749-
1806), negarawan Inggris, yang menginginkan suatu reformasi radikal untuk membela
kebebasan dan penghapusan perdagangan budak. Sejak itu gagasan ini telah meluas
menjadi milik dunia. Dalam perjalanan sejarah, radikalisme hampir pasti punya tujuan
politik untuk sebuah perubahan ekstrem tanpa kompromi. Dalam sejarah kontemporer
Indonesia, radikalisme ini umumnya dikaitkan dengan kegiatan beberapa gerakan
Islam minoritas tetapi bersuara lantang untuk perubahan cepat dalam lembaga politik
dan sosial yang dinilai tidak Islami. Pemimpin-pemimpin gerakan ini menolak
gagasan demokrasi dan praktik pemilihan umum sebagai sesuatu yang tidak ada
gunanya bagi rakyat banyak. Jika demikian, radikalisme ini telah, sedang, dan akan
berhadapan dengan kekuatan pendukung demokrasi yang pasti terkait langsung
dengan masalah ketahanan nasional, seperti yang akan kita bicarakan lebih jauh,
Paham-
paham radikal telah merajalela di Indonesia sejak merdeka hingga kini. Kompleksitas
radikalisme di Indonesia yang tidak mudah diselesaikan karena akan selalu dikaitkan
dengan pergolakan dunia lain terutama Timur Tengah, sehingga pilihan untuk penguat
an basis kebangsaan dan keindonesiaan dengan memberikan pemahaman dan penguat
an nasionalisme merupakan solusi jangka panjang yang harus ditempuh oleh pemerint
ah, disamping solusi jangka pendek yaitu dari sisi penegakan hukum dan ketegasan si
kap dari keamanan yang berwenang.
Rencana apapun itu, dibandingkan dengan dahulu, masyarakat sekarang sudah semaki
n cerdas dalam menyikapi isu-
isu radikalisme. Masyarakat sudah paham bahwa ada terlalu banyak variabel kemung
kinan yang hadir dibelakang isu radikalisme yang berkembang. Cara yang paling bisa
untuk dilakukan adalah dengan memperkuat sistem integrasi nasional dan ideologi ba
ngsa.
Pancasila, dasar Negara yang mulai dilupakan sebagian besar masyarakat pun mulai d
iangkat lagi ke permukaaan. Sebagai masyarakat plural yang telah disatukan oleh Bhi
neka Tunggal Ika, bukan oleh satu agama saja, mulai memperbincangkan kembali kes
adaran untuk memahami dan mengamalkan nilai Pancasila. Masyarakat seperti tercera
hkan bahwa selama ini Pancasila telah mati, merapuhkan NKRI dan membuka celah b
agi mereka yang ingin bertindak makat. Pancasila harus kembali menjadi philosophisc
he grondsag, falsafah dan pandangan hidup bangsa seperti yang diciptakan oleh Ir.Soe
karno.
1
I.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang tersebut diatas maka rumusan masalah pada makalah
ini adalah:
1. Apa yang dimaksud dengan Integrasi dan Disintegrasi ?
2. Apa yang dimaksud dengan tantangan ideologi radikal dalam konteks global?
3. Apa yang dimaksud dengan disintegrasi bangsa?
4. Bagaimanakah karakter yang berwawasan kebangsaan dalam menghadapi
tantangan disintegrasi bangsa?
5. Bagaimana peranan pemerintah mencegah disintegrasi bangsa?
2
BAB II
PEMBAHASAN
Disintegrasi berasal dari kata dis = tidak dan integrasi = menyatu atau
penyatuan. Disintegrasi adalah peristiwa terpecahnya atau lepasnya suatu bagian
wilayah dari suatu negara dan berdiri sendiri sebagai negara merdeka. Disintegrasi
memiliki makna yang hampir sama dengan kata separatism, tapi separatisme lebih
ditujukan kepada gerakan pemberontakan suatu wilayah untuk melepaskan diri
dari kesatuan sebuah Negara.
Pengertian disintegrasi bangsa adalah perpecahan hidup dalam masyarakat
yang disebabkan karena adanya pengaruh dari negara lain. Disintegrasi bangsa ini
bisa disebabkan pula pengaruh negaranya sendiri, seperti kekurang terimaan
terhadap perbedaan sehingga tidak munculnya sikap toleransi.
3
II.2 Bahaya Disintegrasi Bangsa
Potensi disintegrasi bangsa di Indonesia sangatlah besar hal ini dapat dilihat dari
banyaknya permasalahan yang kompleks yang terjadi dan apabila tidak dicari solusi
pemecahannya akan berdampak pada meningkatnya konflik. Kondisi ini dipengaruhi
pula dengan menurunnya rasa nasionalisme yang ada didalam masyarakat dan dapat
berkembang menjadi konflik yang berkepanjangan yang akhirnya mengarah kepada
disintegrasi bangsa, apabila tidak cepat dilakukan tindakan-tindakan yang bijaksana
untuk mencegah dan menanggulanginya sampai pada akar permasalahannya secara
tuntas makaakan menjadi problem yang berkepanjangan. Nasionalisme yang
melambangkan jati diri bangsa Indonesisa yang selama ini demikian kukuh, kini
mulai memperlihatkan keruntuhan. Asas persamaan digerogoti oleh ketidakadilan
pengalokasian kekayaan yang tidak berimbang antara pusat dan daerah selama ini.
Menurut Aristoteles, persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar, merupakan
salah satu sebab ancaman disintegrasi bangsa, di samping instabilitas yang
diakibatkan oleh para pelaku politik yang tidak lagi bersikapnetral. Meskipun
barangkali filosof politik klasik Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam
konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan sebagai acuan. Paling tidak untuk
melihat sebab-sebab munculnya disintegrasi bangsa. Maka menyikapi berbagai kasus
dan tuntutan yang mengemuka dari berbagai daerah sudah barang tentu diperlukan
konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji sebagaimana yang dikhawatirkan
oleh banyak kalangan.
II.3 Cara Menanggulangi Disintegrasi Bangsa
Dari hasil analisis diperlukan suatu upaya pembinaan yang efektif dan
berhasil, diperlukan pula tatanan, perangkat dan kebijakan yang tepat guna
memperkukuh integrasi nasional antara lain :
1. Membangun dan menghidupkan terus komitmen, kesadaran dan kehendak untuk
bersatu.
2. Menciptakan kondisi dan membiasakan diri untuk selalu membangun konsensus.
3. Membangun kelembagaan (pranata) yang berakarkan nilai dan norma (nilai-nilai
Pancasila) yang menyuburkan persatuan dan kesatuan bangsa.
4. Merumuskan kebijakan dan regulasi yang konkret, tegas dan tepat dalam aspek
kehidupan dan pembangunan bangsa yang mencerminkan keadilan bagi semua
pihak, semua wilayah.
Ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh bangsa dan negara ini dalam upaya
untuk bangkit kembali dari Disintegrasi bangsa, yaitu :
1. Pancasila dan UUD1945 harus digemakan lagi sampai ke rakyat yang paling
bawah, dalam rangka pemahaman dan penghayatan.
2. GBHN yang pernah ada yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam
membangun bangsa dan negara perlu dihidupkan kembali.
4
3. Para tokoh dan elit bangsa harus dapat memberi contoh dan menjadi cintoh
rakyat, jangan selalu berkelahi dan saling caci maki hanya untuk kepentingan
kelompok atau partai politiknya.
4. Budaya bangsa yang adi luhung hendaknya diangkat untuk diingat dan
dilaksanakan oleh bangsa ini yaitu budaya saling hormat menghormati.
5. TNI dan POLRI harus segera dibangun dengan tahapan yang jelas yang
ditentukan oleh DPR. Jangan ada lagi curiga atau mencurigai antar unsur
bangsa ini karena keselamatan bangsa dan negara sudah terancam.
Gejala disintegrasi secara umum gejala disintegrasi sosial ditandai oleh hal-hal berikut
ini:
a. Sebagian masyarakat tidak mematuhi aturan dan norma yang ada.
b. Muncul silang pendapat di antara anggota masyarakat tentang tujuan yang akan
dicapai.
c. Wibawa dan karisma para pemimpin semakin pudar.
d. Sanksi dan hukuman yang tidak dilaksanakan secara benar dan konsekuen.
5
sarana yang mempersatukan masyarakat perlu perwujudan yang konkret dan
operasional aplikatif, sehingga tidak hanya dijadikan slogan belaka. Dalam
ketetapan MPR No.18 dinyatakan bahwa pancasila perlu diamalkan dalam bentuk
pelaksanaan yang konsistem dalam kehidupan bernegara.
6
3. Radikalisme Dalam kehidupan Sosiologis
Sebagai ilmu pengetahuan, secara formal sosiologi mencoba membatasi diri pada
manusia sebagai satuan sosial, termasuk bagaimana hubungannya dengan
masyarakat, proses sosial, dan ketentuan-ketentuan sosial, struktur sosial,
kelangsungan hidup dari kelompok sosial (apakah unsur-unsur pengawasan sosial
yang menjamin kelangsungan hidup kelompok/ masyarakat, serta bagaimanakah
individu paling efektif diawasi oleh masyarakat), serta perubahan-perubahan
sosial (social change) sebagai objek formalnya.
7
terhindarkan karena masyarakat Indonesia memiliki sikap kerja sama dan
menjauhi segala pertikaian. Oleh karena itu, dalam konteks filsafat yang
merupakan asas kerohanian, Pancasila dijadikan alat pemersatu bangsa untuk
menghimpun bangsa yang mutikultural. Segala perbedaan yang muncul
memperkokoh Pancasila sebagai dasar filsafat negara untuk memberikan suatu
pandangan hidup dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Asas persatuan dan
kesatuan dalam Pancasila memberikan penguatan kepada masyarakat Indonesia
bahwa betapa besarnya makna dan nilai Pancasila di mata bangsa Indonesia.
Indonesia adalah tanah air, tanah tumpah darah kita tempat dimana kita dilahirkan.
Kita bangga menjadi bangsa Indonesia. Negara kita dianugerahi oleh Tuhan Yang
Maha Kuasa dengan kekayaan alam yang beraneka ragam, seperti emas, batu bara,
perak, minyak bumi dan sebagainya. Kekayaan alam yang terkandung dalam bumi
Indonesia merupakah harta yang tak ternilai harganya untuk kemakmuran bangsa
Indonesia. Bangsa Indonesia sebagai bagian dari umat manusia di dunia,
memilliki berbagai suku bangsa yang mempunyai karakter, kebudayaan, adat
istiadat yang beraneka ragam. Namun meskipun berbeda-beda, keseluruhannya
merupakan satu kesatuan yang terintegrasi dalam satu bangsa, yaitu bangsa
Indonesia. Beranekaragamnya suku, agama, ras, sosial budaya, dan gender
(perbedaan jenis kelamin) merupakan realitas kehidupan yang tidak dapat
dihindarkan. Adanya perbedaan tersebut merupakan kodrat manusia sebagai
makhluk Tuhan dari Tuhan Yang Maha Esa. Perbedaan tersebut harus
disintesakan dalam suatu sintesa yang positif dalam suatu negara persatuan
Indonesia. Keharmonisan dan kerukunan hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara akan terwujud dengan adanya sikap kerjasama antar warga dan sikap
toleransi atas perbedaan suku bangsa, agama, ras, sosial budaya dan gender.
Untuk membina kehidupan yang toleran dapat dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
a. Menghindari pertentangan keyakinan atas dasar perbedaan suku bangsa, agama,
ras, sosial budaya dan gender.
b. Mengembangkan persamaan sebagai warga masyarakat yang berbangsa satu yaitu
bangsa Indonesia.
c. Menghargai adanya pluraritas kehidupan sebagai kekayaan bangsa Indonesia.
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural atau majemuk.
Terdiri atas beragam suku bangsa, agama, ras, sosial budaya dan gender. Apabila
tidak dikembangkan sikap toleransi yang didasarkan atas semangat kebangsaan, maka
keanekaragaman tersebut akan menjadikan bangsa Indonesia tidak dapat hidup
harmonis dan rukun. Menurut Darmodiharjdo (1986, hlm. 45), dalam sila ketiga
Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa, antara lain:
a. Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mendiami wilayah Indonesia.
b. Bangsa Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah
Indonesia.
c. Pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa dan kebudayaan
bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah dalam pembinaan
kesatuan bangsa. Oleh karena itu, untuk mewujudkan kehidupan yang harmonis
dan rukun diperlukan kesadaran setiap individu sebagai warga masyarakat untuk
8
selalu mengedepankan semangat kebangsaan dalam menghadapi setiap persoalan
dalam kehidupan yang mengancam persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia.
Sesuai Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 34 Tahun 2006 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pembauran Kebangsaan di Daerah, pasal 1 ayat 1 disebutkan
bahwa Pembauran Kebangsaan adalah proses pelaksanaan kegiatan integrasi
anggota masyarakat dari berbagai ras, suku, etnis, melalui interaksi sosial dalam
bidang bahasa, adat istiadat, seni budaya, pendidikan dan perekonomian untuk
mewujudkan kebangsaan Indonesia tanpa harus menghilangkan identitas ras, suku
dan etnis masing-masing dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pembauran kebangsaan merupakan bagian dari proses pembudayaan bangsa yang
harus dipacu kearah yang positip dan harus dijiwai dengan sikap mawas diri,
tenggang rasa, kerukunan serta memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
terhadap kebersamam dan kesetiakawanan dalam upaya memajukan dan
menyejahterakan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara. Sebagai makhluk
sosial, perbedaan-perbedaan tersebut tidak mempengaruhi persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia, karena memiliki daya penarik ke arah kerjasama yang sangat
kuat tanpa memperhatikan segala perbedaan tersebut untuk tujuan bersama
berdasarkan dasar negara Pancasila, sehingga segala perbedaan tersebut sebagai
sintesis yang memperkaya masyarakat sebagai suatu bangsa. Maka bangsa
Indonesia dalam filsafat yang merupakan asas kerokhanian Pancasila, merupakan
asas pemersatu, asas hidup bersama dan alat perekat batin bangsa Indonesia.
Selain itu, tulisan Soekarno berikut ini menyemarakkan tentang keseragaman di
atas keberagaman: Pendek kata, bangsa Indonesia, Natie Indonesia, bukanlah
sekedar satu golongan orang yang hidup dengan le desir d’etre ensemble, di atas
daerah yang kecil seperti Minangkabau, atau Madura, atau Jogja, atau Sunda, atau
Bugis, tetapi bangsa Indonesia ialah seluruh manusia-manusia yang menurut
geopolitik yang telah ditentukan oleh Allah SWT tinggal dikesatuannya semua
pulau-pulau di Indonesia dari ujung utara Sumatera sampai Irian! Dari kutipan
tulisan pidato Soekarno tersebut, dapat disimpulkan bahwa Soekarno
menginginkan kemerdekaan negara Indonesia didirikan atas dasar keragaman
suku-suku bangsa yang ada di Indonesia sebagai satu negara kebangsaan. Bukan
kemerdekaan atas setiap suku bangsa yang berdiri sendiri. Dikarenakan semangat
persatuan inilah, para pendiri bangsa yang berasal dari berbagai suku bangsa di
Indonesia menggambungkan diri, mengenyampingkan kepentingan daerahnya
untuk kepentingan bersama yang lebih luas yaitu meraih kemerdekaan Indonesia.
Maka kemerdekaan bangsa Indonesia itu dicapai karena adanya perasaan senasib
sepenanggungan, sependeritaan sehingga rela berkorban untuk meraih
kemerdekaan bangsa. Dengan keadaan bangsa Indonesia yang beranekaragaman,
perlu adanya penguatan kembali dalam wawasan kebangsaaan agar mewujudkan
rasa persatuan Indonesia dan mencegah distegrasi bangsa. Yudhohusodo (1996,
hlm. 17) mengemukakan bahwa “semangat dan wawasan kebangsaan menjadi
penting untuk ditumbuh-kembangkan, karena rasa kebangsaan sebagai manifestasi
dari rasa cinta pada tanah air, pada gilirannya membangkitkan kesadaran kita akan
arti mahal dan bernilainya rasa kesatuan dan persatuan bangsa ini.” Negara
kesatuan adalah pilihan para founding father Republik Indonesia yang mendapat
dukungan kuat oleh rakyat Indonesia (Kahin, 1970). Pengembangan wawasan
kebangsaan menjadi hal yang sangat penting dalam upaya membangun kohesi
sosial di tengah warga bangsa yang majemuk (Maliki, 2010). Salah satu
penguatan wawasan kebangsaan adalah dengan upaya pendidikan sebagai upaya
alternatif. Pendidikan yang berisi muatan wawasan kebangsaan dapat disampaikan
9
di jenjang persekolahan melalui kegiatan intrakurikuler, ko-kurikuler, dan
ekstrakurikuler. Apalagi warga negara muda yaitu siswa dan mahasiswa sangat
memerlukan wawasan kebangsaan sebagai calon generasi penerus bangsa.
Pendidikan berwawasan kebangsaan dapat diberikan melalui seluruh mata kuliah
yang ada, khususnya rumpun ilmu sosial seperti IPS dan PKn. Sebagaimana
Winataputra (2014, hlm. 35) berpendapat: Secara holistic Pendidikan
Kewarganegaraan bertujuan agar setiap warga negara muda (young citizen)
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air daam konteks nilai dan moral
Pancasila, nilai dan norma Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonoesia
Tahun 1945, nilai dan komitmen bernegara kesatuan Republik Indonesia. Oleh
karena itu secara sadar dan terenana peserta didik sesuai dengan perkembangan
psikologis dan konteks kehidupannya secara sistemik difasilitasi untuk belajar
berkehidupan demokrasi secara utuh, yakni belajar tentang demokrasi (learning
about democracy), dan belajar untuk membangun demokrasi (learning for
democracy). Dengan metode ini, maka diharapkan masyarakat akan mempunyai
wawasan kebangsaan yang tinggi sehingga timbul kesadaran untuk berbangsa dan
bernegara yang lebih baik dari sekarang. Metode in perlu didukung oleh sarana
dan prasarana yang memadai dan tentunya komitmen dan semua pihak. Pemberian
pendidikan bermuatan wawasan kebangsaan kepada mahasiswa dapat
meningkatkan wawasan kebangsaan sehingga dapat mempertahankan nilai-nilai
luhur bangsa Indonesia Pancasila dan mampu bertahan dari pengaruh globalisasi.
Desain pengajarannya dilakukan dengan mengedepankan sistem pengajaran dua
arah (Mahifal, 2011) dan diskusi kelompok terfokus (focus group discussion,
FGD). Adapun rambu-rambu pengajaran sesuai dengan amanat Kep Dirjen Dikti
No.43/DIKTI/Kep/2006. Pertama, proses pembelajaran diselenggarakan secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas,
dan kemandirian dengan menempatkan mahasiswa sebagai subjek pendidikan,
mitra dalam proses pembelajaran dan sebagai umat, anggota keluarga, masyarakat
dan warga Negara. Kedua, pembelajaran yang diselenggarakan merupakan proses
yang mendidik, yang di dalamnya terjadi pembahasan kritis, analitis, induktif dan
reflektif melalui dialog kreatif partisipatori untuk mencapai pemahaman tentang
kebenaran substansi dasar kajian, berkarya nyata dan menumbuhkan motivasi
belajar sepanjang hayat. Ketiga, bentuk aktivitas proses pembelajaran didesian
sebagai kuliah tatap muka, ceramah, dialog (diskusi) interaktif, studi kasus,
penugasan mandiri, tugas baca seminar kecil dan kegiatan kokurikuler. Artinya
bahwa pendidikan kewarganegaraan memang didesain sebagai upaya persiapan
dan penyesuaian diri terhadap perubahan nilai di masa mendatang yang sangat
dipengaruhi oleh perubahan lingkungan internal dalam negeri maupun eksternal
luar negeri, terutama yang berkaitan dengan isu global dan globalisasi itu sendiri.
Pendidikan Kewarganegaraan yang bermuatan wawasan kebangsaan dapat
mengembangkan karakter mahasiswa yang berwawasan kebangsaan. Pendidikan
Kewarganeraan yang diberikan kepada mahasiswa di lingkungan perguruan tinggi
bertujuan untuk memberikan pemahaman terhadap rasa kecintaan terhadap tanah
air, mengenal nilai-nilai luhur keIndonesia-an, serta penumbuhan rasa
kebanggaan. Pada akhirnya, mahasiswa tersebut dicetak menjado warga negara
muda yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam membangun
kehidupan yang damai dan sejahtera. Rasa kebangsaan ini diartikan sebagai
kesadaran berbangsa, yakni rasa yang lahir secara alamiah karena adanya
kebersamaan sosial yang tumbuh dari kebudayaan, sejarah, dan aspirasi
10
perjuangan masa lampau, serta kebersamaan dalam menghadapi tantangan sejarah
masa kini. Dinamisasi rasa kebangsaan ini dalam mencapai cita-cita bangsa
berkembang menjadi wawasan kebangsaan, yakni pikiran-pikiran yang bersifat
nasional dimana suatu bangsa memiliki citacita kehidupan dan tujuan nasional
yang jelas. Berdasarkan rasa dan paham kebangsaan itu, timbul semangat
kebangsaan atau semangat patriotisme. Wawasan kebangsaan mengandung pula
tuntutan suatu bangsa untuk mewujudkan jati diri, serta mengembangkan perilaku
sebagai bangsa yang meyakini nilai-nilai budayanya, yang lahir dan tumbuh
sebagai penjelmaan kepribadiannya.
11
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
III.2 Saran
12
DAFTAR PUSTAKA
13