MAKALAH
“Di susun dalam rangka memenuhi salah satu Tugas kelompok pada Mata
Kuliah Pendidikan Pancasila”
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK II
KATA PENGANTAR..................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................... ii
BAB 1: PENDAHULUAN
BAB 2: PEMBAHASAN
BAB 3: PENUTUP
1. Kesimpulan.............................................................................. 20
2. Saran........................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan
diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya,
rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya
merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya
bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa
Indonesia.
Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini tentu
memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Namun kenapa justru
saat ini seolah-olah islam agama islam satu-satunya yang berhak atas pancasila.
Bukankah kita tahu, pancasila lahir tidak hanya dibawah naungan agam islam
semata. Namun, indonesia memiliki keberagaman agama yang diakui. Dan
bagaimanakah pendapat para tokoh atau pandangan tokoh yang berpengaruh di
Indonesia mengenai hal ini? Lalu bagaimanakah sistem yang mereka gunakan
dalam mengatur negara yang berasaskan pancasila dan tidak lepas pula dari
pengaruh islam?
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pancasila dalam sudut pandangan Islam?
2. Bagaimana relasi agama dalam nilai-nilai pancasila?
3. Bagaimana pancasila dalam perspektif Islam? Dan bagaimana
hubungan antara islam dan pancasila?
4. Bagaimana sila dalam pancasila yang berkaitan ketuhanan?
5. Bagaimana pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di
NKRI?
1.3 Tujuan
1. Agar mangetahui hakikat pancasila dalam sudut pandang Islam
2. Agar mengetahui relasi agama dalam nilai-nilai pancasila
3. Agar mengetahui hubungan antara Islam dan pancasila
4. Agar mengetahui pancasila yang berkaitan dengan ketuhanan
5. Agar mengetahui pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam
di NKRI
BAB 2
PEMBAHASAN
Namun, di sisi lain Hizbut Tahrir Indonesia (Zahro, 2006:98-99) secara tegas
menolak keabsahan UUD 1945. Asas demikrasi yang dianut oleh UUD 1945
merupakan titik awal penolakan mereka terhadap UUD 1945 dan Pancasila. Mereka
memandang UUD 1945 dan Pancasila tidak sesuai dengan nurani ajaran al-Qur’an.
Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan
diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya,
rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya
merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya
bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa
Indonesia.
Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini tentu memiliki
relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat disimak dari
masing-masing sila yang terdapat pada Pancasila berikut ini:
Ketuhanan adalah prinsip semua agama. Dan prinsip keesaan Tuhan merupakan inti
ajaran Islam, yang dikenal dengan konsep tauhid. Dalam Islam tauhid harus
diyakini secara kaffah (totalitas), sehingga tauhid tidak hanya berwujud pengakuan
dan pernyataan saja. Akan tetapi, harus dibuktikan dengan tindakan nyata, seperti
melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, baik dalam konteks hubungan vertikal
kepada Allah (ubudiyyah) maupun hubungan horisontal dengan sesama manusia
dan semua makhluk (hablun minan nas).
Totalitas makna tauhid itulah kemudian dikenal dengan konsep tauhid ar-
rububiyyah, tauhid al-uluhiyyahdan tauhid al-asma wa al-sifat. Tauhid
Rububiyyah adalah pengakuan, keyakinan dan pernyataan bahwa Allah adalah
satu-satunya pencipta, pengatur dan penjaga alam semesta ini. Sedangkan tauhid
al-Uluhiyyah adalah keyakinan akan keesaan Allah dalam pelaksanaan ibadah,
yakni hanya Allah yang berhak diibadahi dengan cara-cara yang ditentukan oleh
Allah (dan Rasul-Nya) baik dengan ketentuan rinci, sehingga manusia tinggal
melaksanakannya maupun dengan ketentuan garis besar yang memberi ruang
kreativitas manusia seperti ibadah dalam kegiatan sosial-budaya, sosial ekonomi,
politik kenegaraan dan seterusnya, disertai dengan akhlak (etika) yang mulia
sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah. Adapun tauhid al-asma wa al-sifat
adalah bahwa dalam memahami nama-nama dan sifat Allah seorang muslim
hendaknya hanya mengacu kepada sumber ajaran Islam, Quran-Sunnah.
Melihat paparan di atas pengamalan sila pertama sejalan bahkan menjadi kokoh
dengan pengamalan tauhid dalam ajaran Islam. Inilah, yang menjadi pertimbangan
Ki Bagus Hadikusumo, ketika ada usulan yang kuat untuk menghapus 7 kata
“dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya”, mengusulkan
kata pengganti dengan “Yang Maha Esa”. Dalam pandangan beliau Ketuhanan
Yang Maha Esa adalah tauhid bagi umat Islam. (Endang Saifuddin, 1981: 41-44)
Prinsip kemanusiaan dengan keadilan dan keadaban adalah juga menjadi ajaran
setiap agama yang diakui oleh negara Indonesia, termasuk Islam. Dalam ajaran
Islam, prinsip ini merupakan manifestasi dan pengamalan dari ajaran
tauhid. Muwahhidun (orang yang bertauhid) wajib memiliki jiwa kemanusiaan
yang tinggi dengan sikap yang adil dan berkeadaban.
Sikap adil sangat ditekankan oleh ajaran Islam, dan sikap adil adalah dekat dengan
ketaqwaan kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Maidah ayat
8,“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”
Demikian juga konsep beradab (berkeadaban) dengan menegakkan etika dan akhlak
yang mulia menjadi misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw dengan sabdanya,
“Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.”
Ajaran Islam memerintahkan agar umat Islam menjalin persatuan dan kesatuan
antar manusia dengan kepemimpinan dan organisasi yang kokoh dengan tujuan
mengajak kepada kebaikan (al-khair), mendorong perbuatan yang makruf, yakni
segala sesuatu yang membawa maslahat (kebaikan) bagi umat manusia dan
mencegah kemungkaran, yakni segala yang membawa madharat (bahaya dan
merugikan) bagi manusia seperti tindak kejahatan. Persatuan dan kesatuan dengan
organisasi dan kepemimpinan yang kokoh itu dapat berbentuk negara, seperti negeri
tercinta Indonesia.
Sila keempat; Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/perwakilan
Prinsip yang ada pada sila keempat ini merupakan serapan dari nilai-nilai Islam
yang mengajarkan kepemimpinan yang adil, yang memperhatikan kemaslahatan
rakyatnya dan di dalam menjalan roda kepemimpinan melalui musyawarah dengan
mendengarkan berbagai pandangan untuk didapat pandangan yang terbaik bagi
kehidupan bersama dengan kemufakatan. Sistem demokrasi yang diterapkan di
Indonesia dengan mengedepan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan sebagaimana
ditegaskan dalam sila-sila dalam Pancasila sejalan dengan ajaran agama. Bahkan
pengamalan agama akan memperkokoh implementasi ideologi Pancasila.
Mengelola negara dengan prinsip keadilan yang meliputi semua aspek, seperti
keadilan hukum, keadilan ekonomi, dan sebagainya, yang diikuti dengan tujuan
untuk kesejahteraan rakyat merupakan amanat setiap agama bagi para pemeluknya.
Dalam Islam di ajarkan agar pemimpin negara memperhatikan kesejahteraan
rakyatnya, dan apabila menghukum mereka hendaklah dengan hukuman yang adil.
(QS. Nisa: 58)
Bangsa Indonesia patut berterima kasih kepada founding father-nya yang telah
menyatukan kemajemukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak
semua negara di dunia mampu melakukannya semangat nasionalisme mampu
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dari puluhan ribu pulau, suku bangsa,
bahasa, lebih-lebih agama sebagai perbedaan yang paling mendasar.
Kini, ada satu ancaman baru dengan pudarnya nasionalisme sebagian
masyarakat Indonesia yang ingin merubah tatanan dan ideologi bangsa dengan
menginginkan penerapan syari’at Islam ditengah pluralisme beragama bahkan
dengan sistem khilafah. Mereka muncul untuk menegakkan syari’at Islam dengan
membawa simbol mayoritas dan lupa bahwa Indonesia ada, juga karena adanya
agama lain. Padahal pancasila tidak membawa agama, namun mengatur hal-hal
yang berbaur dengan agama.
Memang, pertarungan dua kelompok ini telah dimulai sejak masa kolonial.
Dimana pada tahun 1930, soekarno versus Natsir telah berpolemik tentang masalah-
maslah dasar perjuangan kemerdekaan dan tentang masa depan bangsa Indonesia.
Keduanya adalah tokoh yang representasi mewakili kelompok nasionalis dan
islamis. Demikian pula pasca kemerdekaan, dua kelompok ini bertarung melalui
Piagam Jakarta terutama dalam konsep dasar ideoloi bangsa yaitu pada kalimat
“...dengan berdasar kepada ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syari’at
islam bagi pemeluk-pemeluknya” meskipun pada akhirnya berdasarkan
musyawarah dapat diganti dengan kalimat “...berdasarkan ketuhanan yang maha
esa”.
Namun, semangat penerapan syari’at islam atas nama mayoritas masih terus
mengalir hingga ke parlemen dan eksekutif dengan lahirnya partai-partai
berazaskan islam dan melahirkan undang-undang serta perda-perda bernuansa
syari’at islam. Disisi lain semangat mempertahankan pancasila sebagai ideologi
yang legitimed dan melindungi minoritas pun terus dilontarkan melalui parlemen
dan gerakan-gerakan nasionalisme. Mereka menginginkan pancasila sebagai harga
mati bagi azas negara Indonesia.
Pada dasarnya, islam dan pancasila adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan
sebab keduanya bertujuan mewujudkan perdamaian di muka bumi. Untuk itu perlu
ada rumusan dan diplomasi baru guna menjadikan keduanya sebagai ruh bangsa
indonesia. Indonesia yang dapat membentuk masyarakatnya dapat berbangsa tanpa
merasa berdosa kepada Tuhannya, demikian pula dapat beragama tanpa merasa
mengkhianati bangsanya. Manjadikan agama untuk mengisi pancasila agar tidak
bertentangan secara vertikal kepada Tuhan. Yakinlah bahwa pancasila merupakan
implementasi atau turunan dari ajaran islam melalui ajaran hablun minannas
(hubunga kepada sesama manusia). Begitu pula melalui ajaran persaudaraan
sesama manuaia (ukhuwah basyariyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa
(ukhuwah wathoniyah).
Jadi, mengamalkan pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuia dengan
ajaran islam dan mengamalkan islam adlaah bentuk pengabdian dan kesetiaan
kepada bangsa indonesia. Sebaliknya, melanggara ketentuan pancasila dapat
melanggar nilai-nilai dari ajaran islam dan tidak melaksanakan islam adalah
pengkhianatan kepada bangsa indonesia.
س ِط َو َال يَ ْج ِر َمنَّك ْ ين ِ َّلِلِ ش َهدَا َء ِبا ْل ِق ِ ِين آ َمنوا كونوا قَ َّو
َ ام َ يَا أَيُّ َها الَّذ
َّ ىواتَّقوا
َللاَ إِ َّن َ علَى أَ َّال تَ ْعدِلوا ا ْعدِلوا ه َو أَ ْق َرب ِللت َّ ْق َو
َ شنَآن قَ ْوم َ ْم
َ َللاَ َخبِير بِ َما تَ ْع َمل
ون َّ (8) صا ِل َحا َّ ِين آ َمنوا َوع َِملوا الَ َللا الَّذ
َّ ع َد َ َو
ت لَه ْم َم ْغ ِف َرة َوأَ ْجر ِ
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu
menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah
sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku
tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS.Al-Maidah:8).
Secara luas dan menyeluruh, Allah memerintahkan kepada orang orang
yang beriman, supaya berlaku adil, karena keadilan dibutuhkan dalam segala hal,
untuk mencapai dan memperoleh ketenteraman, kemakmuran dan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Oleh karena itu berlaku adil adalah jalan yang terdekat untuk
mencapai tujuan bertakwa kepada Allah.
3. Sila ketiga, berbunyi Persatuan Indonesia bermakna bahwa bangsa
Indonesia adalah bangsa yang satu dan bangsa yang menegara. Dalam konsep
Islam, hal ini sesuai dengan istilah ukhuwah Islamiah(persatuan sesama umat
Islam) dan ukhuwah Insaniah (persatuan sesama umat manusia). Al-Qur’an dalam
beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk
selalu menjaga persatuan. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an
Surat Al’Imron ayat 103:
علَ ْيكَ ـرقوا َوا ْذ كـرو نِ ْع َمتَ هللا َّ َْتصمواْ ِب َح ْب ِل هللا َج ِم ْيعًا َوالَ تَف ِ واَع
ْ َ ف بَ ْي َن قلـو ِبك ْم فَأ
صبَ ْحت ْم ِبنِ ْع َم ِت ِه إِ ْخ َوانا ً َوك ْنت ْم َ َّْم إ ْذك ْنت ْم أَعْـدَا ًء فَأَل
َلى شَفا َ خـ ْف َرة ِم َن النَّاِر فَأ َ ْنقـَدَك ْم ِم ْن َها َكذَا ِلكَ يبَبِِّن هللا لَك ْم اَيَاتِ ِه َ ع
ونَ ال عـمران {’لَ َعلـَّك ْم تَ ْهـتَد103}
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah kamu
sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika kamu
bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu maka
kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka, maka
Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat
ayatnya agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imron:103).
4. Sila keempat, berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah
Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan bermakna bahwa dalam
mengambil keputusan bersama harus dilakukan secara musyawarah yang didasari
oleh hikmad kebijaksanaan.
Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah mudzakarah (perbedaan
pendapat) dan syura (musyawarah). Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya
menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu selalu bersikap
bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan dan selalu menekankan
musyawarah untuk menyelesaikannya dalam suasana yang demokratis. Di
antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al’Imron:159:
ْاء ذِي ا ْلق ْربَى َويَ ْن َهى ع َِن ا ْلفَح ِ َان َو ِإيتِ س ِ ْ َللاَ يَأْمر ِبا ْلعَ ْد ِل َو
َ اْل ْح َّ ِإ َّن
َ َاء َوا ْلم ْنك َِر َوا ْلبَ ْغي ِ يَ ِعظك ْم لَعَلَّك ْم تَذَكَّر
ون ِ (ش90)
BAB 3
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita-
cita para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.
Dengan menjalankan kehidupan berbagsa dan bernegara
berlandaskan pancasila semoga tidak menjadikan kita melenceng dari
agama sesnugguhnya apa yang ada pada pancasila dijiwai oleh hukum Islam
yang memang harus dijunjung tinggi oleh umat.
2. Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup
dan tinggal di negara Indonesia oleh karena itu sebaiknya warga negara
Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati,
menghargai, menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa
pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, pandangan hidup bangsa.
Sehingga kekacauan yang sedang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih
memperkuat persatuan dankesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.
DAFTAR PUSTAKA
http://jenonculun.blogspot.com/2014/03/pancasila-dalam-pandangan-islam.html
https://www.kompasiana.com/robylaila/5ce5112e3ba7f759346b9cc3/relasi-islam-
dengan-pancasila?page=all
https://www.harakatuna.com/hubungan-pancasila-dengan-islam.html
https://www.harakatuna.com/hubungan-pancasila-dengan-islam.html