Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PANCASILA DALAM ISLAM


Makalah Ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pancasila

Disusun Oleh:

BELLA YORISKA FIRDAUS

NIM: 36.2015.7.1.1122

PROGRAM STUDI FARMASI

Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Darussalam Gontor

Ngawi

1437-2015

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................. i

DAFTAR ISI............................................................................................... ii

BAB 1: PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................... 4


1.2 Rumusan Masalah...................................................................... 5
1.3 Tujuan........................................................................................ 5

BAB 2: PEMBAHASAN

1. Pancasila dalam sudut pandang Islam........................................ 6


2. Relasi agama dalam nilai-nilai Pancasila................................... 7
3. Pancasila dalam perspektif Islam dan hubungannya.................10
4. Sila Pancasila yang berkaitan dengan Ketuhanan.................... 13
5. Pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di NKRI... 17

BAB 3: PENUTUP

1. Kesimpulan.................................................................................... 20
2. Saran.............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan paper ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam kehidupan sehari-hari.

Harapan saya semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan


pengalaman bagi para pembaca, sehingga saya dapat memperbaiki bentuk maupun
isi paper ini, dan untuk kedepannya dapat lebih baik lagi.

Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang
saya miliki masih sangat kurang. Oleh karena itu saya harapkan kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini.

Mantingan, Desember 2015

Penyusun

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pancasila adalah bagian ajaran agama untuk menjunjung tinggi nilai-nilai


perdamaian dan persamaan hak serta pengalaman agama dalam konteks bernegara.
Dalam suatu negara dibutuhkan suatu tata aturan yang bisa mengkoordinir seluruh
masyarakat dibawah naungan negara tersebut.

Demikian halnya dengan Indonesia sebagaimana kita ketahui bersama dalam


sejarah bahwa sejak lama Pancasila telah menopang dan mengkoordinir berbagai
suku, ras, dan agama yang ada di Indonesia. Pancasila dirasa sangat sesuai dan tepat
untuk mengakoordinir seluruh ras, suku bangsa, dan agama yang ada di Indonesia.
Hal ini dibuktikan bahwa sila-sila Pancasila selaras dengan apa yang telah tergaris
dalam al-Qur’an.

Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan
diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya,
rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya
merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya
bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa
Indonesia.

Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini tentu
memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Namun kenapa justru
saat ini seolah-olah islam agama islam satu-satunya yang berhak atas pancasila.
Bukankah kita tahu, pancasila lahir tidak hanya dibawah naungan agam islam
semata. Namun, indonesia memiliki keberagaman agama yang diakui. Dan
bagaimanakah pendapat para tokoh atau pandangan tokoh yang berpengaruh di
Indonesia mengenai hal ini? Lalu bagaimanakah sistem yang mereka gunakan
dalam mengatur negara yang berasaskan pancasila dan tidak lepas pula dari
pengaruh islam?

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pancasila dalam sudut pandangan Islam?
2. Bagaimana relasi agama dalam nilai-nilai pancasila?
3. Bagaimana pancasila dalam perspektif Islam? Dan bagaimana
hubungan antara islam dan pancasila?
4. Bagaimana sila dalam pancasila yang berkaitan ketuhanan?
5. Bagaimana pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di
NKRI?

1.3 Tujuan
1. Agar mangetahui hakikat pancasila dalam sudut pandang Islam
2. Agar mengetahui relasi agama dalam nilai-nilai pancasila
3. Agar mengetahui hubungan antara Islam dan pancasila
4. Agar mengetahui pancasila yang berkaitan dengan ketuhanan
5. Agar mengetahui pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam
di NKRI

5
BAB 2

PEMBAHASAN

1. Pancasila Dalam Sudut Pandang Islam

 Negara Indonesia memiliki dasar dan ideologi Pancasila. Negara


kebangsaan Indonesia yang berPancasila bukanlah negara sekuler atau negara yang
memisahkan antara agama dengan negara. Di sudut lain negara kebangsaan
Indonesia yang berPancasila juga bukan negara islam atau negara yang berdasarkan
atas agama tertentu (Suhadi, 1998: 114). Negara Pancasila pada hakekatnya adalah
negara kebangsaan yang Berketuhanan YME.

 Dengan demikian makna negara kebangsaan Indonesia yang berdasarkan


Pancasila adalah kesatuan integral dalam kehidupan bangsa dan negara yang
memiliki sifat kebersamaan, kekeluargaan, dan religiusitas.Pancasila sebagai
ideologi dan dasar negarasebenarnya memiliki keselarasan dengan ajaran Islam
sebagai agama mayoritas penduduk bangsa Indonesia. Sikap umat Islam di
Indonesia yang menerima dan menyetujui Pancasila dapat dipertanggung jawabkan
sepenuhnya dari segala segi pertimbangan.

Beberapa hal yang menjadi pertimbangan keselarasan pancasila dengan


ajaran islam adalah sebagaimana uraian berikut:

1. Pancasila bukan agama dan tidak bisa menggantikan agama.


2. Pancasila bisa menjadi wahana implementasi syari’at islam.
3. Pancasila dirumuskan oleh tokoh bangsa yang mayoritas beragama islam.
a. Ketuhanan Yang Maha Esa. al-Qur’an dalam beberapa ayatnya
menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu
mengesakan Tuhan (misalkan QS. al-Baqarah: 163). Dalam kacamata Islam,
Tuhan adalah Allah semata. Namun, dalam pandangan agama lain Tuhan
adalah yang mengatur kehidupan manusia, yang disembah.

b. Kemanusiaan yang adil dan beradab. Sila kedua ini mencerminkan nilai
kemanusiaan dan bersikap adil (Qs. al-Maa’idah: 8). Islam selalu

6
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu bersikap adil dalam segala hal,
adil terhadap diri sendiri, orang lain dan alam.
c. Persatuan Indonesia. Semua agama termasuk Islam mengajarkan kepada
umatnya untuk selalu bersatu dan menjaga kesatuan dan persatuan (Qs. Ali
Imron: 103).
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/ perwakilan. Pancasila dalam sila keempat ini selaras
dengan apa yang telah digariskan al-Qur’an dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Islam selalu mengajarkan untuk
selalu bersikap bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan (Shaad:
20) dan selalu menekankan untuk menyelesaikannya dalam suasana
demokratis (Ali Imron: 159).
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Sila yang
menggambarkan terwujudnya rakyat adil, makmur, aman dan damai. Hal ini
disebutkan dalam surat al-Nahl ayat 90.

Namun, di sisi lain Hizbut Tahrir Indonesia (Zahro, 2006:98-99) secara tegas
menolak keabsahan UUD 1945. Asas demikrasi yang dianut oleh UUD 1945
merupakan titik awal penolakan mereka terhadap UUD 1945 dan Pancasila. Mereka
memandang UUD 1945 dan Pancasila tidak sesuai dengan nurani ajaran al-Qur’an.

2. Relasi Agama dalam nila-nilai pancasila

Sebagai falsafah hidup bangsa, hakekat nilai-nilai Pancasila telah hidup dan
diamalkan oleh bangsa Indonesia sejak negara ini belum berbentuk. Artinya,
rumusan Pancasila sebagaimana tertuang dalam alinea 4 UUD 1945 sebenarnya
merupakan refleksi dari falsafah dan budaya bangsa, termasuk di dalamnya
bersumber dan terinspirasi dari nilai-nilai dan ajaran agama yang dianut bangsa
Indonesia.

Islam sebagai agama yang dipeluk secara mayoritas oleh bangsa ini tentu
memiliki relasi yang sangat kuat dengan nilai-nilai Pancasila. Hal ini dapat disimak
dari masing-masing sila yang terdapat pada Pancasila berikut ini:

7
Sila pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa.

Ketuhanan adalah prinsip semua agama. Dan prinsip keesaan Tuhan


merupakan inti ajaran Islam, yang dikenal dengan konsep tauhid. Dalam Islam
tauhid harus diyakini secara kaffah (totalitas), sehingga tauhid tidak hanya
berwujud pengakuan dan pernyataan saja. Akan tetapi, harus dibuktikan dengan
tindakan nyata, seperti melaksanakan kewajiban-kewajiban agama, baik dalam
konteks hubungan vertikal kepada Allah (ubudiyyah) maupun hubungan horisontal
dengan sesama manusia dan semua makhluk (hablun minan nas).

Totalitas makna tauhid itulah kemudian dikenal dengan konsep tauhid ar-


rububiyyah, tauhid al-uluhiyyahdan tauhid al-asma wa al-sifat. Tauhid Rububiyyah
adalah pengakuan, keyakinan dan pernyataan bahwa Allah adalah satu-satunya
pencipta, pengatur dan penjaga alam semesta ini. Sedangkan tauhid al-Uluhiyyah
adalah keyakinan akan keesaan Allah dalam pelaksanaan ibadah, yakni hanya Allah
yang berhak diibadahi dengan cara-cara yang ditentukan oleh Allah (dan Rasul-
Nya) baik dengan ketentuan rinci, sehingga manusia tinggal melaksanakannya
maupun dengan ketentuan garis besar yang memberi ruang kreativitas manusia
seperti ibadah dalam kegiatan sosial-budaya, sosial ekonomi, politik kenegaraan
dan seterusnya, disertai dengan akhlak (etika) yang mulia sebagaimana dicontohkan
oleh Rasulullah. Adapun tauhid al-asma wa al-sifat adalah bahwa dalam memahami
nama-nama dan sifat Allah seorang  muslim hendaknya hanya mengacu kepada
sumber ajaran Islam, Quran-Sunnah.

Melihat paparan di atas pengamalan sila pertama sejalan bahkan menjadi


kokoh dengan pengamalan tauhid dalam ajaran Islam. Inilah, yang menjadi
pertimbangan Ki Bagus Hadikusumo, ketika ada usulan yang kuat untuk
menghapus 7 kata “dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi
pemeluknya”, mengusulkan kata pengganti dengan “Yang Maha Esa”. Dalam
pandangan beliau Ketuhanan Yang Maha Esa adalah tauhid bagi umat Islam. 
(Endang Saifuddin, 1981: 41-44)

Sila kedua: Kemanusiaan yang Adil dan Beradab.

Prinsip kemanusiaan dengan keadilan dan keadaban adalah juga menjadi


ajaran setiap agama yang diakui oleh negara Indonesia, termasuk Islam. Dalam

8
ajaran Islam, prinsip ini merupakan manifestasi dan pengamalan dari ajaran
tauhid. Muwahhidun (orang yang bertauhid) wajib memiliki jiwa kemanusiaan yang
tinggi dengan sikap yang adil dan berkeadaban.

Sikap adil sangat ditekankan oleh ajaran Islam, dan sikap adil adalah dekat
dengan ketaqwaan kepada Allah sebagaimana firman Allah dalam Q.S. Al Maidah
ayat 8,“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu menjadi orang-orang
yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil, dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. dan
bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”

Demikian juga konsep beradab (berkeadaban) dengan menegakkan etika


dan akhlak yang mulia menjadi misi utama diutusnya Nabi Muhammad Saw
dengan sabdanya, “Sesungguhnya aku diutus Allah untuk menyempurnakan akhlak
yang mulia.”

Sila ketiga: Persatuan Indonesia

Ajaran Islam memerintahkan agar umat Islam menjalin persatuan dan


kesatuan antar manusia dengan kepemimpinan dan organisasi yang kokoh dengan
tujuan mengajak kepada kebaikan (al-khair), mendorong perbuatan yang makruf,
yakni segala sesuatu yang membawa maslahat (kebaikan) bagi umat manusia dan
mencegah kemungkaran, yakni segala yang membawa madharat (bahaya dan
merugikan) bagi manusia seperti tindak kejahatan. Persatuan dan kesatuan dengan
organisasi dan kepemimpinan yang kokoh itu dapat berbentuk negara, seperti
negeri tercinta Indonesia.

Sila keempat; Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmah Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/perwakilan

Prinsip yang ada pada sila keempat ini merupakan serapan dari nilai-nilai
Islam yang mengajarkan kepemimpinan yang adil, yang memperhatikan
kemaslahatan rakyatnya dan di dalam menjalan roda kepemimpinan melalui
musyawarah dengan mendengarkan berbagai pandangan untuk didapat pandangan
yang terbaik bagi kehidupan bersama dengan kemufakatan. Sistem demokrasi yang

9
diterapkan di Indonesia dengan mengedepan nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan
sebagaimana ditegaskan dalam sila-sila dalam Pancasila sejalan dengan ajaran
agama. Bahkan pengamalan agama akan memperkokoh implementasi ideologi
Pancasila.

Sila Kelima: Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Mengelola negara dengan prinsip keadilan yang meliputi semua aspek,


seperti keadilan hukum, keadilan ekonomi, dan sebagainya, yang diikuti dengan
tujuan untuk kesejahteraan rakyat merupakan amanat setiap agama bagi para
pemeluknya. Dalam Islam di ajarkan agar pemimpin negara memperhatikan
kesejahteraan rakyatnya, dan apabila menghukum mereka hendaklah dengan
hukuman yang adil. (QS. Nisa: 58)

Dalam kaidah fikih Islam dinyatakan “al-ra’iyyatu manuthun bil


maslahah”, artinya kepemimpinan itu mengikuti (memperhatikan) kemaslahatan
rakyatnya. Berarti pula bahwa pemegang amanah kepemimpinan suatu negara
wajib mengutamakan kesejahteraan rakyat.

3. Pancasila dalam perpektif Islam dan hubungannya

Bangsa Indonesia patut berterima kasih kepada founding father-nya yang telah
menyatukan kemajemukan dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tidak
semua negara di dunia mampu melakukannya semangat nasionalisme mampu
dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat dari puluhan ribu pulau, suku bangsa,
bahasa, lebih-lebih agama sebagai perbedaan yang paling mendasar.

Kini, ada satu ancaman baru dengan pudarnya nasionalisme sebagian


masyarakat Indonesia yang ingin merubah tatanan dan ideologi bangsa dengan
menginginkan penerapan syari’at Islam ditengah pluralisme beragama bahkan
dengan sistem khilafah. Mereka muncul untuk menegakkan syari’at Islam dengan
membawa simbol mayoritas dan lupa bahwa Indonesia ada, juga karena adanya
agama lain. Padahal pancasila tidak membawa agama, namun mengatur hal-hal
yang berbaur dengan agama.

10
Sebagai bentuk perlawanan, akhirnya muncul dikotomi antara kelompok
Islamis dan nasionalis yaitu kelompok yang menginginkan penerapan syari’at islam
serta membentuk Indonesia dalam sistem khilafah dan kelompok yang tetap
mempertahankan pancasila sebagai ideologi bangsa. Kelompok islamis seolah-olah
merasa tidak kaffah menjalankan syari’at islam di negara pancasila, demikian pula
kelompok nasionalis merasa mengkhianati bangsanya ketika syari’at islam
diformalisasikan di negara pancasila. Padahal islam adalah agama yang syumul
(universal) yang berlaku dalam setiap ruang dan waktu hingga akhir zaman.
Demikian pula pancasila adalah ideologi yang terbangun atas dasar nilai-nilai
agama termasuk islam.

Memang, pertarungan dua kelompok ini telah dimulai sejak masa kolonial.
Dimana pada tahun 1930, soekarno versus Natsir telah berpolemik tentang
masalah-maslah dasar perjuangan kemerdekaan dan tentang masa depan bangsa
Indonesia. Keduanya adalah tokoh yang representasi mewakili kelompok nasionalis
dan islamis. Demikian pula pasca kemerdekaan, dua kelompok ini bertarung
melalui Piagam Jakarta terutama dalam konsep dasar ideoloi bangsa yaitu pada
kalimat “...dengan berdasar kepada ketuhanan dengan kewajiban menjalankan
syari’at islam bagi pemeluk-pemeluknya” meskipun pada akhirnya berdasarkan
musyawarah dapat diganti dengan kalimat “...berdasarkan ketuhanan yang maha
esa”.

Meskipun demikian, kita mestinya tidak menjadikan sejarah pertentangan diatas


sebagai semangat pemberontakan terhadap pancasila ataupun melawan nilai
dariajaran islam sebab mereka telah tuntas dalam satu kesepakatan dengan
menjadikan pancasila sebagai azas negara denan rumusannya yang sempurna seta
mengambil nilai dari ajaran-ajaran agama.

Namun, semangat penerapan syari’at islam atas nama mayoritas masih terus
mengalir hingga ke parlemen dan eksekutif dengan lahirnya partai-partai
berazaskan islam dan melahirkan undang-undang serta perda-perda bernuansa
syari’at islam. Disisi lain semangat mempertahankan pancasila sebagai ideologi
yang legitimed dan melindungi minoritas pun terus dilontarkan melalui parlemen
dan gerakan-gerakan nasionalisme. Mereka menginginkan pancasila sebagai harga
mati bagi azas negara Indonesia.

11
Pada dasarnya, islam dan pancasila adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan
sebab keduanya bertujuan mewujudkan perdamaian di muka bumi. Untuk itu perlu
ada rumusan dan diplomasi baru guna menjadikan keduanya sebagai ruh bangsa
indonesia. Indonesia yang dapat membentuk masyarakatnya dapat berbangsa tanpa
merasa berdosa kepada Tuhannya, demikian pula dapat beragama tanpa merasa
mengkhianati bangsanya. Manjadikan agama untuk mengisi pancasila agar tidak
bertentangan secara vertikal kepada Tuhan. Yakinlah bahwa pancasila merupakan
implementasi atau turunan dari ajaran islam melalui ajaran hablun minannas
(hubunga kepada sesama manusia). Begitu pula melalui ajaran persaudaraan sesama
manuaia (ukhuwah basyariyah) dan persaudaraan sesama anak bangsa (ukhuwah
wathoniyah).

Jadi, mengamalkan pancasila adalah bagian dari ibadah yang sesuia dengan
ajaran islam dan mengamalkan islam adlaah bentuk pengabdian dan kesetiaan
kepada bangsa indonesia. Sebaliknya, melanggara ketentuan pancasila dapat
melanggar nilai-nilai dari ajaran islam dan tidak melaksanakan islam adalah
pengkhianatan kepada bangsa indonesia.

4. Sila dalam pancasila yang berkaitan dengan Ketuhanan

1. Sila pertama, yang berbunyi Ketuhanan Yang Maha Esa bermakna bahwa
bangsa Indonesia berdasarkan Tuhan Yang Maha Esa. Warga negara Indonesia
diberikan kebebasan untuk memilih satu kepercayaan, dari beberapa kepercayaan
yang diakui oleh negara. Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah hablun
min Allah, yang merupakan sendi tauhid dan pengejawantahan hubungan antara
manusia dengan Allah SWT. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan
selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu mengesakan Tuhan. Di antaranya
adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 163.

ِ ‫َوِإ ٰلَهُ ُك ْم ِإ ٰلَهٌ ٰ َو ِح ٌد ۖ ٓاَّل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ َو ٱلرَّحْ ٰ َم ُن ٱلر‬


‫َّحي ُم‬

12
“Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan
Dia yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q. S Al-Baqoroh:163).”
Dalam kacamata islam, Tuhan adalah yang mengatur kehidupan manusia
yang disembah.

2. Sila kedua, yang berbunyi Kemanusiaan yang Adil dan Beradab bermakna
bahwa bangsa Indonesia menghargai dan menghormati hak-hak yang melekat pada
pribadi manusia. Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah hablun min al-
nas, yakni hubungan antara sesama manusia berdasarkan sikap saling
menghormati. Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu
mengajarkan kepada umatnya untuk selalu menghormati dan menghargai sesama.
Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al-Maa’idah ayat 8.

‫ ِر َمنَّ ُك ْم‬b ْ‫ ِط ۖ َواَل يَج‬b ‫هَ َدٓا َء بِ ْٱلقِ ْس‬b ‫ين هَّلِل ِ ُش‬ ۟ bُ‫وا ُكون‬
َ ‫ ٰ َّو ِم‬b َ‫وا ق‬b ۟ ُ‫ين َءامن‬ ٓ
َ َ ‫ٰيََأيُّهَا ٱلَّ ِذ‬
۟ bُ‫وا هُ َو َأ ْق َربُ لِلتَّ ْق َو ٰى ۖ َوٱتَّق‬
‫وا ٱهَّلل َ ۚ ِإ َّن‬b b۟ ُ‫وا ۚ ٱ ْع ِدل‬ b۟ ُ‫ان قَ ْو ٍم َعلَ ٰ ٓى َأاَّل تَ ْع ِدل‬
ُ َٔ‫َشنَـ‬
َ ُ‫ٱهَّلل َ َخبِي ۢ ٌر بِ َما تَ ْع َمل‬
‫ون‬
“Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang-orang yang
selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan
bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.”(QS.Al-Maidah:8).
Secara luas dan menyeluruh, Allah memerintahkan kepada orang orang
yang beriman, supaya berlaku adil, karena keadilan dibutuhkan dalam segala hal,
untuk mencapai dan memperoleh ketenteraman, kemakmuran dan kebahagiaan
dunia dan akhirat. Oleh karena itu berlaku adil adalah jalan yang terdekat untuk
mencapai tujuan bertakwa kepada Allah.

3. Sila ketiga, berbunyi Persatuan Indonesia bermakna bahwa bangsa


Indonesia adalah bangsa yang satu dan bangsa yang menegara. Dalam konsep
Islam, hal ini sesuai dengan istilah ukhuwah Islamiah(persatuan sesama umat

13
Islam) dan ukhuwah Insaniah (persatuan sesama umat manusia). Al-Qur’an dalam
beberapa ayatnya menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk
selalu menjaga persatuan. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an
Surat Al’Imron ayat 103:

‫ت هَّللا ِ َع َل ْي ُك ْم‬َ ‫َواعْ َتصِ مُوا ِب َحب ِْل هَّللا ِ َجمِيعًا َواَل َت َفرَّ قُوا ۚ َو ْاذ ُك رُوا ِنعْ َم‬
‫وب ُك ْم َفَأصْ َبحْ ُت ْم ِب ِنعْ َم ِت ِه ِإ ْخ َوا ًنا َو ُك ْن ُت ْم َع َل ٰى‬ ِ ُ‫ف َبي َْن قُل‬ َ َّ‫ِإ ْذ ُك ْن ُت ْم َأعْ دَا ًء َفَأل‬
‫ار َفَأ ْن َق َذ ُك ْم ِم ْن َه ا ۗ َك ٰ َذل َِك ُي َبيِّنُ هَّللا ُ َل ُك ْم آ َيا ِت ِه َل َعلَّ ُك ْم‬
ِ ‫َش َفا ُح ْف َر ٍة م َِن ال َّن‬
‫ون‬َ ‫َت ْه َت ُد‬
“Dan berpegang teguhlah kamu sekalian dengan tali Allah dan janganlah
kamu sekalian berpecah belah, dan ingatlah nikmat Allah atas kamu semua ketika
kamu bermusuh-musuhan maka Dia (Allah) menjinakkan antara hati-hati kamu
maka kamu menjadi bersaudara sedangkan kamu diatas tepi jurang api neraka,
maka Allah mendamaikan antara hati kamu. Demikianlah Allah menjelaskan ayat
ayatnya agar kamu mendapat petunjuk.” (Q.S. Ali Imron:103).

4. Sila keempat, berbunyi Kerakyatan yang Dipimpin Oleh Hikmah


Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan/Perwakilan bermakna bahwa dalam
mengambil keputusan bersama harus dilakukan secara musyawarah yang didasari
oleh hikmad kebijaksanaan.
Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah mudzakarah (perbedaan
pendapat) dan syura (musyawarah). Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya
menyebutkan dan selalu mengajarkan kepada umatnya untuk selalu selalu bersikap
bijaksana dalam mengatasi permasalahan kehidupan dan selalu menekankan
musyawarah untuk menyelesaikannya dalam suasana yang demokratis. Di
antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-Qur’an Surat Al’Imron:159:

۟ ‫ض‬
‫وا‬ ًّ ‫نت َف‬
ِ ‫ظ ا َغلِي َظ ْٱل َق ْل‬
ُّ ‫ب ٱَلن َف‬ َ ‫َف ِب َما َرحْ َم ٍة م َِّن ٱهَّلل ِ ل‬
َ ‫ِنت َل ُه ْم ۖ َو َل ْو ُك‬

14
‫اورْ ُه ْم فِى ٱَأْلمْ ِر ۖ َف ِإ َذا‬ ِ ‫ٱس َت ْغ ِفرْ َل ُه ْم َو َش‬ ْ ‫ِمنْ َح ْول َِك ۖ َف ٱعْ فُ َع ْن ُه ْم َو‬
َ ‫مْت َف َت َو َّك ْل َع َلى ٱهَّلل ِ ۚ ِإنَّ ٱهَّلل َ ُيحِبُّ ْٱل ُم َت َو ِّكل‬
‫ِين‬ َ ‫َع َز‬
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah
mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka,
mohonkanlah ampunan bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam
urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah
kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal
kepada-Nya.” (QS. Al’Imron:159).

5. Sila kelima,berbunyi Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia bermakna


bahwa negara Indonesia sebagai suatu organisasi tertinggi memiliki kewajiban
untuk mensejahterakan seluruh rakyat Indonesia.
Dalam konsep Islam, hal ini sesuai dengan istilah adil. Al-Qur’an dalam beberapa
ayatnya memerintahkan untuk selalu bersikap adil dalam segala hal, adil terhadap
diri sendiri, orang lain dan alam. Di antaranya adalah yang tercermin di dalam Al-
Qur’an Surat al-Nahl ayat 90:

‫ِإنَّ ٱهَّلل َ َي ْأ ُم ُر ِب ْٱل َع ْد ِل َوٱِإْلحْ ٰ َس ِن َوِإي َت ٓاِئ ذِى ْٱلقُ رْ َب ٰى َو َي ْن َه ٰى َع ِن‬


ُ ‫ْٱل َفحْ َشٓا ِء َو ْٱلمُن َكر َو ْٱل َب ْغى ۚ َيع‬
َ ‫ِظ ُك ْم َل َعلَّ ُك ْم َت َذ َّكر‬
‫ُون‬ ِ ِ
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemunkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu
dapat mengambil pelajaran.”(QS. An-Nahl:90).

Berdasarkan penjelasan di atas, Jelas kiranya bahwa sila sila pancasila


merupakan ajaran ajaran islam. Oleh Karena itu, Negara dan pemerintahan yang
berasaskan pancasila tidaklah bertentangan, tetapi sejalan dengan agama islam.
Dengan demikian tidaklah tepat kalau segolongan kecil umat masih
mempertentangkan Negara pancasila dengan al-qur’an. Semoga suatu saat nanti

15
terwujud kebersamaan antara golongan nasionalis, (kebangsaan) dengan golongan
islam, sehingga terwujud suatu masa ketika pancasila bertasbih.
Almarhum Zainal Abidin Ahmad, seorang pompinan islam yang pada masa
akhir hayatnya memangku jabatan rector PTIQ Jakarta berpendapat bahwa ciri-ciri
Negara islamadalah :
1.      Penduduk mayoritas islam
2.      Kepala Negara orang islam
3.      Ideologi  Negara sejalan dan tidak bertentangan dengan islam, sekalipun b
dibawah nama lain seperti pancasila
4.      Undang-undang tidak bertentangan dengan islam
5. UUD mengandung prinsip musyawarah dan dasar- dasar demokrasi lainnya.
Semua ciri yang disebut Zainal Abidi Ahmad diatas terdapat dalam Negara
pancasila kita. Oleh Karena itu, ia berpendapat bahwa Negara republik Indonesia
yang berdasarkan pancasila lebih banyak mempunyai ciri- ciri keislaman dari
Negara- Negara timur tengah.

4. Pandangan Islam terhadap Daulah Khilafah Islam di NKRI


Dalam pandangan Hizbut Tahrir Indonesia, Islam harus dijalankan secara
kaffah, menyeluruh, total dalam berbagai bidang kehidupan. Mereka memandang
bahwa penegakkan syari’at Islam tidak dapat ditunda-tunda lagi. Ia harus mutlak
dan segera untuk diterapkan. Untuk itu, Hizbut Tahrir tidak mengenal adanya
tadarruj (penahapan) dalam proses penerapan syari’at Islam dalam suatu wilayah
muslim. Hal ini didasarkan pada Qs. al-Maidah ayat 3: “Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-
Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”.
Hizbut Tahrir memandang bahwa setelah turunnya ayat ini, kaum muslimin
dituntut secara global untuk melaksanakan dan menerapkan seluruh hukum Islam
secara penuh.
Menurut Hizbut Tahrir, kegamangan negara-negara muslim dalam
mengaplikasikan hukum-hukum Islam secara kaffah sebagaimana konsep mereka di
atas, adalah disebabkan oleh pengaruh-pengaruh ideologi penjajah Barat yang
berupa sosialisme, kapitalisme dan demokrasi yang memisahkan agama dari
kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itu, mereka berpendapat bahwa pendirian Daulah

16
Islamiyah merupakan syarat yang utama untuk melestarikan dan menjamin
berlakunya hukum Islam secara kaffah. Tanpa itu, maka syari’at Islam tidak dapat
lestari dan terjamin penerapannya dalam setiap aspek kehidupan. Daulah Islamiyah
itu sendiri mempunyai beberapa aspek pokok yaitu:al-Khalifah, al-Mu’awinun
(para pembantu Khalifah), al-Wulat (para Gubernur), al-Qudat (para hakim), al-
Jihaz al-Idary (aparat administrasi negara), al-Jaisy (angkatan bersenjata) dan
Majlis al-Shura. Kesemua aspek-aspek pokok dalam Daulah Islamiyahtersebut
harus ada secara sempurna.
Namun jika salah satu dari aspek-aspek Daulah Islamiyah tersebut tidak ada,
maka hal tersebut tidak menjadi masalah selama sangKhalifah masih ada, karena
menurut Hizbut Tahrir, Khalifah tunggal merupakan aspek yang utama dalam
pendirian Daulah Islamiyah, tanpanya Daulah Islamiyah tidak bisa berdiri. (Zahro,
2006: 97-98)
Namun, satu kesulitan terbesar yang akan dihadapi oleh konsep Daulah
Islamiyah adalah negara Indonesia yang majemuk, yang hidup didalamnya berbagai
ras, suku bangsa dan agama. Sehingga ketika Daulah Islamiyah benar-benar
diterapkan dan konsekuensinya adalah aturan-aturan dan perundang-undangan yang
bersumber dari al-Qur’an dan Hadits pun diaplikasikan, maka yang terjadi adalah
tabrakan dan benturan pemahaman antara Islam dengan agama-agama lain, yang
mana hal ini akan semakin memicu permasalahan yang semakin besar.
Islam dalam pandangan yang lebih egaliter menilai bahwa Pancasila mampu
untuk mengakomodir berbagai bentuk keanekaragaman di Indonesia. Dalam semua
sila Pancasila berbagai etnis bangsa dapat terayomi. Demikian halnya dengan
agama-agama yang ada di Indonesia. Dan hendaknya Pancasila dipelajari dengan
penuh penghayatan, bukan hanya sekedar menjadi hapalan wajib saja.
Al-Qur’an menjelaskan bahwa hidup adalah untuk berta’abbud, beribadah
kepada Yang Maha Esa (Q.S. Ad-Dzariyat: 56). Pengejawantahan ta’abbud ini
tidak hanya dilakukan dalam ritual resmi sholat saja, melainkan dalam berbagai
bidang kehidupan harus dilandasi dengan tujuan ta’abbud. Sehingga ketika
kehidupan dijalani dengan ikhlas untuk berta’abbud, maka konsekuensinya adalah
keadilan terhadap diri sendiri, keadilan terhadap sesama, keadilan terhadap alam;
kejujuran dan kebijaksanaan dalam mengambil keputusan; selalu berusaha untuk
menciptakan rasa kedamaian, kerukunan, kesatuan dan persatuan; yang pada

17
dasarnya Islam mengajarkan untuk selalu bersikap tawazzun, seimbang dalam
segala hal.
Hal ini selaras dengan apa yang tercermin dalam sila Pancasila. Sila ketuhanan
Yang Maha Esa menjadi core dari semua sila Pancasila lainnya. Sila kemanusiaan
yang adil dan beradab diterapkan dengan dilandasi oleh sila pertama. Sila persatuan
Indonesia harus dilaksanakan atas dasar sila pertama. Sila kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/ perwakilan juga
dilandasi oleh sila pertama. Dan sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
pun demikian (Tafsir, 2007).
Dengan demikian Pancasila pada dasarnya mampu untuk mengakomodir semua
lini kehidupan Indonesia, sehingga tidak mungkin dipaksakan konsep khilafah
untuk diterapkan di negeri ini. Indonesia bukan negara Islam, dan Islam pun tidak
memerintahkan untuk menciptakan negara Islam. Nabi Saw. telah mengajarkan dan
memberikan teladan kepada kita tentang bagaimana hidup berdampingan dengan
berbagai perbedaan ras, suku bangsa, dan agama. Sebagaimana hal ini telah
termaktub dalam Piagam Madinah. Bahkan dalam suatu sabda beliau: Antum
a’lamu bi umuri dunyakum (kalian lebih mengerti tentang urusan dunia kalian).
Mengenai urusan keduniaan kita diberikan kebebasan untuk mengaturnya, namun
tetap harus dilandasi oleh ta’abbud. Tanpa tujuan ta’abbud ini niscaya kehidupan
yang kita jalani menjadi kosong tanpa tujuan yang berarti.

18
BAB 3
PENUTUP

1. Kesimpulan
Pancasila sebagai dasar negara memiliki peranan yang sangat
penting dalam mengatur kehidupan berbangsa dan bernegara sehingga cita-
cita para pendiri bangsa Indonesia dapat terwujud.
Dengan menjalankan kehidupan berbagsa dan bernegara
berlandaskan pancasila semoga tidak menjadikan kita melenceng dari
agama sesnugguhnya apa yang ada pada pancasila dijiwai oleh hukum Islam
yang memang harus dijunjung tinggi oleh umat.

2. Saran
Warga negara Indonesia merupakan sekumpulan orang yang hidup
dan tinggal di negara Indonesia oleh karena itu sebaiknya warga negara
Indonesia harus lebih meyakini atau mempercayai, menghormati,
menghargai, menjaga, memahami dan melaksanakan segala hal yang telah
dilakukan oleh para pahlawan khususnya dalam pemahaman bahwa
pancasila adalah sebagai dasar negara Indonesia, pandangan hidup bangsa.
Sehingga kekacauan yang sedang sekarang terjadi ini dapat diatasi dan lebih
memperkuat persatuan dankesatuan bangsa dan negara Indonesia ini.

19
DAFTAR PUSTAKA

Saputra, Dinianto. “masalah kenegaraan dalam pandangan Islam”.


Jakarta: Pedoman Ilmu, 1989.
Zahro, Ahmad. “Antologi Kajian Islam”. Pascasarjana IAIN Sunan
Ampel, Surabaya, 2006.
Ahmad. “Tafsir Kajian Ilmu”. PT Remaja Karya, Bandung 2004.
http://kampus.okezone.com/read/2015/12/01/95/463387/islam-politik-dan -
pancasila.

20

Anda mungkin juga menyukai