Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

RELASI ISLAM DAN PANCASILA DI ERA PERTARUNGAN


IDEOLOGI DUNIA

Kode Makalah D
Diajukan Sebagai Syarat Mengikuti
Latihan Kader II HMI Cabang Jakarta Pusat Utara
Tahun 2023

Disusun Oleh:
Israyani Amir

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM


KOMISARIAT DAKWAH & KOMUNIKASI
CABANG GOWA RAYA
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam karena dengan
berkah, rahmat, dan hidayahnya sehingga tersusunlah makalah dengan judul “
Relasi Islam dan Pancasila di Tengah Era Pertarungan Ideologi Dunia.” Sebagai
syarat untuk mrngikuti Intermediate Training (LKII) Cabang Jakarta Pusat Utara.
Sholawat serta salam selalu terhatur kepada junjungan baginda Nabiyullah
Muhammad SAW. Nabi yang menjadi suri tauladan ummat manusia. Sang
pelopor luar biasa dalam hal kebaikan, dan pembebasan dari belenggu
kemunafikan dan kekafiran, yang menghantarkan manusia dari alam kegelapan
menuju cahaya yang sungguh merupakan rahmat dari Allah SWT.
Tak lupa pula penulis ucapkan terimakasih kepada kanda-kanda dan
yunda-yunda HmI komisariat Dakwah dan Komunikasi yang selalu membimbing
dalam penyusunan dan penulisan jurnal ini, sehingga dapat terselesaikan dengan
baik. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini
oleh Karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk membangun
sehingga dapat menambah pengetahuan dan kemampuan penulis. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Aamiin....

Wassalamu’alaikum Wr, Wb...

Jeneponto, 22 Februari 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 3

1.3 Tujuan ......................................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 4

2.1 Pengertian Ideologi ............................................................................................................. 4

2.2 Pengaruh Islam Terhadap Ideologi Dunia .......................................................................... 6

2.3 Peran Pancasila Sebagai Ideologi Kebangsaan .................................................................. 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 15

3.1 Kesimpulan .................................................................................................................... 15

3.2 Saran .............................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sebelum kemerdekaan 17 Agustus 1945, Indonesia dihadapkan dengan
persoalan yang sangat prinsipil, yaitu terjadinya suatu perdebatan dalam
menetapkan ideologi atau dasar negara. Bagi bangsa yang merdeka, ideologi
merupakan sesuatu yang penting dan benar-benar vital untuk kelangsungan hidup
sebuah bangsa, karena ideologi akan menentukan perjalanan suatu bangsa
kedepan dan ideologi memberikan suatu kejelasan identitas nasional, kekuatan,
serta kebanggaan yang bisa mengilhami untuk mencapai cita-cita politik dan
sosial.1 Di dalam politik, ideologi merupakan penggerak dinamis yang utama
didalam kehidupan politik suatu negara atau bangsa. Karena ideologi berfungsi
untuk menyatukan rakyat dalam organisasi politik dalam melakukan tindakan
politik secara efektif. selain dari itu, tujuan ideologi adalah untuk membangkitkan
dan mendorong munculnya tindakan, sedangkan kekuatan ideologi terletak pada
kapasitasnya dalam mengerakkan dan menanagkap imajinasi manusia serta
melepaskan energi-energi manusia.
Yang menjadi salah satu faktor penyebab munculnya suatu perdebatan
dalam menetapkan ideologi dan dasar negara ketika itu adalah karena keterlibatan
dari berbagai golongan agama didalam memperjuangkan suatu kemerdekaan
Indonesia. Meskipun umat Islam pada saat itu memilki peran yang sangat besar
dalam memperjuangkan kemerdekaan, sehingga memiliki hak yang besar dalam
menetapkan ideologi negara berdasarkan Islam, tatapi perjuangan yang dilakukan
oleh masyarakat non-Muslim juga tidak bisa diabaikan. Oleh sebab itu,
perdebatan memunculkan dua kelompok. Pertama, kelompok yang menginginkan
agar Indonesia berdasarkan kebangsaan tanpa kaitan pada ideologi keagamaan.
Kedua, kelompok yang menginginkan supaya negara Indonesia berdasarkan
ideologi agama Islam. Kelompok itu dikenal dengan istilah kelompok Nasionalis-
Sekuler dan kelompok Nasionalis-Muslim. Kelompok Nasionalis-Sekuler adalah
1
Faisal Ismail, ideologi Hegomoni dan Otoritas Agama, Wacana Ketegangan Kreatif
Islam dan Pancasila, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 1999), hlm. 15.

1
kelompok pemimpin politik Indonesia yang secara tegas menolak agama sebagai
dasar negara. Secara personal mereka bukan kaum sekularis. Sedangkan
kelompok Nasionalis-Muslim yakni kelompok pemimpin muslim yang keimanan
mereka secara mendalam terikat dan mempercayai, bahwa Islam harus digunakan
sebagai dasar dalam negara. Mereka percaya bahwa antara politik dan agama
tidak dapat dipisahkan, karena memang tidak ada pemisahan antara persoalan
ukhrawi dalam ajaran agama Islam.
Di masa lalu, terjadi pertarungan antara ideologi Amerika Serikat dan
sekutunya, Uni Soviet dan sekutunya. Setelah kehancuran ideologi komunis Eropa
Timur di bawah kekuasaan Uni Soviet, maka ideologi kapitalisme seakan menjadi
ideologi tunggal yang menguasai negara-negara di beberapa negara. Indonesia
yang memiliki Pancasila sebagai ideologi tentu juga berada di dalam pertarungan
tersebut. Di Indonesia, secara internal juga terjadi suatu pertarungan yakni antara
Islam politik, Islam Nasionalis dan Islam Moderat. Posisi ini menarik untuk
dicermati di era sekarang dan yang akan datang, dalam kaitannya dengan
bagaimana mengamalkan nilai Islam di sisi lain juga dengan pengamalan
Pancasila. Sejauh ini banyak pandangan yang menyatakan bahwa antara Islam dan
Pancasila bukanlah berada di dalam posisi berlawanan tetapi saling
membutuhkan. Melalui penelitian kepustakaan dengan melakukan pendekatan
content analysis, maka disimpulkan bahwa ideologi Pancasila mempunyai
kekuatan sebagai penyeimbang di antara pertarungan ideologi baik secara internal
maupun secara Internasional, sebab pancasilaenjadi buti seagai pemersatu bagi
bangsa Indonesia.2

2
Nur Syam & S. Maryam Yusuf. Islam dan Pancasila dalamPertarungan Ideologi
dunia:Perspektif Sosiologi: Dialogia,Vol. 8, No. 1, 2020. h. 100-125.

2
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang diatas, terdapat bebrapa permasalahan
yang dapat dirumuskan yang akan dibahass dalam makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Apa pengertian Ideologi ?
2. Bagaimana Pengaruh Islam Terhadap Ideologi Dunia ?
3. Bagaimana Peran Pancasila Sebagai Ideologi Negara Indonesia ?
4. Bagaimana Relasi Islam dan Pancasila di Tengah Pertarungan Ideologi
Duniia ?

1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisa makalah ini yakni untuk mmenuhi persyaratan
mengikuti Intermidiate Training ( LK II ). Selain dari itu tujuan penulisan dari
makalah ini yaitu seagai berikut:
1. Untuk Mengetahui Pengertian Ideologi
2. Untuk Mengetahui Pengaruh Islam Terhadap Ideologi Dunia
3. Untuk Mengetahui Apa Saja Peran Pancasila Sebagai Ideologi Negara
Indonesia
4. Untuk Mengetaui Bagaimana Relasi Antara Islam dan Pancassila di Tengah
Pertarungan Ideologi Dunia

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ideologi


Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan logos. Idea berarti
mengetahui pikiran, melihat dengan budi. Adapun dengan kata logos mengandung
arti yaitu gagasan, pengertian, kata, dan ilmu. Jadi, ideologi berarti sebuah
kumpulan ide atau gagasan, pema haman-pemahaman, pendapat-pendapat,
maupun pengalaman- pengalaman. Istilah ideologi ini dicetuskan oleh Antoine
Destutt de Tracy (1754-1836), yakni seorang ahli filsafat Perancis. Menurutnya,
ideologi adalah cabang filsafat yang disebut science de ideas (sains tentang ide).
Dimana pada tahun 1796, ia mendefinisikan ideologi adalah sebagai ilmu tentang
pikiran manusia, yang mampu menunjukkan jalan yang benar untuk menuju masa
depan. Dengan begitu, pada awal kemunculannya, ideologi berarti ilmu tentang
terjadinya suatu cita-cita, gagasan, dan buah pikiran. Dimana dalam
perkembangannya, ideologi didefinisikan sebagai Berikut:
1. Menurut Descartes
Ideologi merupakan inti dari semua pemikiran manusia.
2. Menurut Machiavelli
ldeologi merupakan sistem perlindungan kekuasaan yang dimiliki oleh penguasa.
3. Thomas Hobbes
Ideologi merupakan seluruh cara untuk melindungi kekuasaan pemerintah agar
dapat bertahan dan mengatur rakyatnya.
4. Francis Bacon
ldeologi merupakan paduan atau gabungan pemikiran mendasar dari suatu konsep
hidup.
5. Karl Marx
Ideologi merupakan alat untuk mencapai suatu kesetaraan dan kesejahteraan
bersama didalam masyarakat. la mengartikan ideologi sebagai pandangan hidup
yang dikembangkan, berdasarkan kepentingan golongan atau kelas sosial tertentu

4
didalam bidang politik atau sosial.3
Ideologi juga dapat didefinisan sebagai aqidah yang sampai melalui proses
berpikir hingga melahirkan aturan-aturan dalam kehidupan. Di sini aqidah
merupakan pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, hidup, dan manusia,
serta tentang apa yang ada sebelum maupun setelah kehidupan, disamping dengan
hubungannya sebelum dan sesudah alam kehidupan.4
Ideologi bagi suatu bangsa dan negara marupakan wawasan, pandangan
hidup, ataupun falsafah kebangsaan dan kenegaraannya. Oleh sebab itu, di dalam
perkembangan setiap bangsa memerlukan suatu ideologi untuk dapat berdiri
dengan kokoh dan mengetahui dengan jelas arah serta tujuan yang ingin dicapai.
Sehingga dengan ideologi inilah suatu bangsa akan memandang segala persoalan
yang akan dihadapinya sekaligus memecahkannya secara tepat. Tanpa adanya
ideologi suatu bangsa tidak dapat menentukan arah dalam menghadapi segala
persoalan besar yang timbul, baik itu persoalan yang berkaitan dengan kehidupan
kemasyarakatan, maupun persoalan besar tentang umat manusia sehubungan
dengan adanya pergaulan dalam internasional. Dengan ideologi, suatu bangsa
akan memiliki pegangan serta pedoman bagaimana mengenal dan memecahkan
suatu masalah-masalah didalam bidang politik, sosial, budaya, ekonomi,
pertahanan, dan keamanan yang timbul didalam kehidupan masyarakat yang
semakin maju.
Dengan berpedoman pada ideologi, bangsa memiliki pola dalam
menyelenggarakan program pembangunan. Dalam suatu ideologi, terkandung
sebuah konsepsi dasar tentang kehidupan yang dicita-citakan, dasar pikiran yang
terdalam, dan gagasan mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Pada
dasarnya, ideologi suatu bangsa adalah suatu pelaksanaan dari nilai-nilai yang
dimiliki serta diyakini kebenarannya sehingga menimbulkan tekad untuk
mewujudkannya. Ideologi suatu bangsa pada umumnya bersumber dari budaya
dan pengalaman sejarah masyarakat yang menciptakan ideologi tersebut.Ideologi
bangsa dinyatakan oleh para pendiri bangsa dalam suatu negara dan harus
3
D.C. Tyas, Mengenal Ideologi Negara, ( Semarang: Alprin, 2020), hlm. 1-2.
4
R. Deni Muhammad Danial, Mengenal Ideologi-Ideologi Di Dunia, ( Semarang, Jawa
Tengah: ALPRIN, 2008), hlm. 1.

5
diwariskan kepada generasi penerus bangsa secara terus- menerus sehingga
menjadi sikap hidup bagi masyarakat pendukungnya. Salah satu bentuk ideologi
yang pedomani oleh suatu bangsa di antaranya adalah ideologi sosialisme.
Menurut ideologi sosialisme untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera maka
hak milik pribadi maupun negara menjadi milik bersama. Selain ideologi
sosialisme, ada juga yang namanya ideologi liberalisme. Ideologi liberalisme
menyatakan bahwa untuk menciptakan kesejahteraan dalam masyarakat, maka
setiap individu bebas memiliki apapun. Jadi hak milik pribadinya bukan untuk
kepentingan bersama, akan tetapi untuk kepentingan pribadi.5

2.2 Pengaruh Islam Terhadap Ideologi Dunia


Pada era di mana ideologi kapitalisme memperoleh tantangan yang
begitu hebat, muncullah juga gagasan Islam kaffah atau Islam yang arus keras
menjadikan Islam bukan hanya sekedar sebagai agama tetapi juga sebagai
ideologi yang menyeluruh. Agama Islam diposisikan sebagai ideologi yang
alternative di tengah kegalauan dunia akan hal sistem politik dan ekonomi yang
makin carut marut. Dalam bidang ekonomi, kemudian muncul suatu gagasan
aplikatif mengenai ekonomi syariah yang juga mendunia. Gerakan ekonomi
syariah ini yang dinmotori oleh beberapa negara yang secara politis stabil, seperti
Pakistan, Indonesia, Malaysia, dan beberapa Negara Timur Tengah lainnya, maka
secara diametral itu menjadi tantangan tersendiri bagi sistem ekonomi
kapitalisme.
Munculnya sistem ekonomi syariah yang makin diterima oleh
masyarakat dunia sekaligus juga memberikan gambaran akan semakin
menariknya sistem ekonomi syariah yang telah berhasil menawarkan solusi bagi
ekonomi dunia. Melalui kehadiran ekonomi syariah ini, maka praksis ekonomi
yang selama ini dikuasai oleh sistem ekonomi kapitalisme menjadi tereduksi.
Akibatnya, banyak kalangan ekonom Barat yang menganggap ekonomi syariah ini
menjadi pesaing yang utama. Sehingga, di dalam banyak hal, perkembamgan

5
Aa Nurdiaman,Pendidikan Kewarganegaraan: Keakapa Berbangsa dan Bernegara, (
Bandung: Pribumi Mekar, 2007), hlm. 9-10.

6
ekonomi syariah juga dihadang dengan berbagai kekuatan. Bagi penganut sistem
ekonomi kapitalis, maka sistem kapitalis adalah sistem terbaik yang dimiliki oleh
dunia dan akan dipertahankan agar tetap menjadi penguasa dunia."
Tantangan lain juga yang tidak kalah seriusnya adalah sistem politik yang
dikembangkan bagi kelompok Islam garis keras. Dengan model khilafah yang
ditawarkannya, maka ini menjadi tantangan yang tidak terelakkan bagi sistem
politik demokrasi yang dewasa ini juga banyak mempengaruhi kebanyakan negara
di dunia. Sistem tersebut yang dikembangkan oleh Islam di beberapa tempat,
seperti di Negara-Negara Timur Tengah pastinya menjadi musuh tersendiri bagi
negara-negara yang selama ini sudah menganut sistem politik demokrasi.
Sehingga akhir-akhir ini dunia dikejutkan oleh gerakan ideologi Islam yang sangat
militan, yakni Islamic State of Iraq and Syria atau dikenal dengan singkatan ISIS.
Gerakan ini merupakan kelanjutan dari Gerakan Al Qaidah dibawah pimpinan
Usamah bin Laden yang sudah dinyatakan meninggal beberapa saat lalu di
Afghanistan. Meskipun pemimpin tertingginya sudah meninggal dunia, namun
gerakan ini terus berlangsung.
Gerakan Al Qaidah kemudian dipimpin oleh Ayman al Jawahiri ia
merupakan successor dari Usamah bin Laden. Gerakan Al Qaedah sesungguhnya
tidak akan pernah mati. Memang harus diakui bahwa sepeninggal Usamah bin
Laden, Gerakan Al Qaedah pun semakin redup. Pemimpin barunya itu tidak dapat
menggerakkan Al Qaedah dalam gerakan yang massive yang sangat kuat.
Kemudian perkembangan berikutnya, ialah munculnya kaum radikalis yang
sangat fundamental, yakni ISIS yang belakangan ini menggunakan nama Islamic
State (IS). Dengan melalui kepemimpinan orang kuat, yakni Abubakar al
Baghdadi, maka jelmaan Al Qeadah ini dapat melakukan suatu gerakanmiliter
yang sangat kuat serta mendapatkan dukungan internasional meskipun dalam
coraknya itu yang separatis. Dari IS kemudian menjadi ISIS.6
Dalam suatu pelaksanaan revolusi di Indonesia, ada beberapayang
temasuk satu cita-cita yang tersimpan didalam hati tiap-tiap umat muslimin,yakni

6
Nur Syam & S. Maryam Yusuf. ISLAM DAN PANCASILA DALAM PERTARUNGAN
IDEOLOGI DUNIA: Perspektif Sosiologis: Dialogia, Vol. 18, No. 1, 2020. h. 100-125.

7
tiap-tiap pengikut Nabi Muhammad saw., diseluru dunia islam, yaitu menegakkan
yang namanya suaatu Negara yang di ridhai Allah SWT.7 Ketika seluruh bangsa
dilanda dengan krisis, semua orang akan menuntut perubahan. Makin menderita
bangsa itu, makin ingin perubahan itu segera teriadi. Sehingga revolusi muncul
sebagai strategi terbaik, Reformasi dianggap terlalu lamban, sementara perut tidak
bisa menunggu.8 Untuk melakukan perubahan atau revolusi juga harus di topang
dengan ilmu pengetahuan karena pengtahuan sangat mempunyai peranan penting
untu menciptakan kemajuan.Dengan lmu pengetahuan akan membuat kehidupan
manusia lebih bermakna. Manusia akan senantiaa menghargai hidupnya dan ia
tidak aan menyia-nyiakan keberadaannya. Pada gilirannya manusia aan
melakukan lebih banyak kebaika dan kemanfaatan untu makhluk lainnya.
Penggaian makna hidup dan kehidupan akan dikontribusikan dalam ilmu agama,
humaniro, filsafat, dan juga sosial.9
Tidak dapat kita sangkal bahwa pemikiran dan gerakan Islam di negara-
negara Muslim memiliki pengaruh tertentu terhadap pemikiran dan pergerakan di
Indoensia, tetapi ada juga beberapa perbedaan yang penting baik itu dalam
substansi maupun bentuknya. Islam di Indonesia lahir dari sebuah struktur sosial
dan politik yang spesifik di negara ini. Oleh sebab itu, bentuk respons para
intelektual Muslim Indonesia terhadap gagasan serta proses demokrasi juga
berbeda dengan para intelektual Muslim di negara-negara lain. Sebagaimana di
negara-negara Muslim yang lain, respons-respons tersebut tidak terpisah dari
karakteristik pemikiran Islam yang secara umum dapat diklasifilkasikan ke dalam
lima bentuk, yakni reformis, modernis, tradisionais, fundamentalis dan
neomodernis. Ada juga pengertian lain yang digunakan untuk menandai
pemikiran serta gerakan Islam, tetapi hal ini harus kita pahami dalam konteksnya
masing-masing.10

7
Hamka, Islam Revolusi & Ideologi, ( Jakarta: Gema Insani, 2018), hlm. 5.
8
Jalaluddin Rakhmat, Reayasa Sosial, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1999), hlm.
177.
9
Azhari Akmal Tarigan, NDP HMI Teks, Interpretasi, dan Kontestualisasi, ( Bandung:
Simbiosa Rekatama Media, 2021), hlm. 295.
10
Masykuri abdillah, ISLAM DAN DEMOKRASI Respon Intelektual Muslim Indonesia
Terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993, (Jakarta: PRENADAMEDIA GROUP, 2015), hlm. 11.

8
Karena pengaruh perkembangan pemikiran Islam, yang telah mengalami
proses pasang surut dari waktu ke waktu tapi tidak diragukan bahwa peradaban
islam pada masa lalu sudah banyak memberikan kontribusi yang begitu besar bagi
tercapainya peradaban Barat. Berbagai kemajuan yang telah dicapai dapat ditandai
dengan lahirnya para tokoh-tokoh pemikir yang melahirkan dan mengembangkan
berbagai macam Ilmu Pengetahuan, baik ilmu pengetahuan sosial maupun, ilmu-
ilmu alam lainnya. Penemuan diberbagai bidang keahlian itu menjadi daya tarik
tersendiri bagi dunia Barat dalam mengadakan suatu kontak dengan dunia Islam,
hal ini di tandai dengan bukti-bukti sejarah, bahwa tidak bisa diingkari mengenai
adanya pengaruh peradaban Islam terhadap dunia barat yang selama ini selalu
ditutupi dan bahkan dihilangkandi kalangan mereka, serta memutar balikkan fakta
hingga seolah-olah Peradaban Islam tidak pernah ada, apalagi untuk memberikan
kontribusi berharga pada peradaban mereka.11

2.3 Peran Pancasila Sebagai Ideologi Kebangsaan


Pancasila yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 berkualifikasi
sebagai suatu dasar negara, serta mengandung filosofi politik, sebab para founding
father ketika itu telah meletakkan Pancasila dalam suatu obyek khusus, yakni
konteks kehidupan yang bernegara. Selain dengan paradigma kehidupan
bernegara, para pendiri negara juga telah menempatkan Pancasila sebagai cita
hukum, yang berdimensi luas, baik itu tata hukum yang dirumuskan di dalam teks
UUD 1945 ataupun di luar itu, baik yang sifatnya tertulis maupun tidak tertulis.
Sehingga ini mengandung maksud bahwa ideologi1 Pancasila memang
seharusnya menjadi kekuatan yang mengikat secara moral bagi seluruh subyek
hukum di Negara Indonesia. Maksudnya, tiap subyek di kehidupan negara wajib
mengamalkan Pancasila serta menjalankan semua fungsi parsialnya untuk
mewujudkan cita-cita bangsa, yakni ”negara Indonesia yang merdeka, Bersatu,
berdaulat adil dan makmur”. Tatanan kehidupan yang digambarkan dalam
Pembukaan itu memang masih abstrak sehingga acapkali berakibat adanya multi
tafsir. Sifat dan hakikat yang demikian itu sering menjadi sebuah kekuatan,

11
Novrizal Wendi. Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat :Jurnal Studi
Islam, Vol. 8, No. 1, 2016. h. 53-67.

9
sekaligus kelemahan dalam Pancasila itu sendiri yang di dalam sejarahnya telah
banyak mengalami ujian-ujian dalam bentuk penyelewengan dalam
pelaksanaannya.12
Pancasila sangat berperan besar dalam menumbuhkan rasa patriotism dan
nasionalisme di kalangan generasi muda. Apapun langkah atau tindakan yang
dilakukan harus selalu didasrakan dengan nilai-nilai Pancasila. Pancasila yang
memiliki lima sila yang antara sila satu dengan yang lain saling menjiwai dan
dijiwai serta menunjukan satu kesatuan yang utuh, memiliki makna yang sangat
dalam untuk menjadi landasan dalam bersikap, bertindak, dan bertingkah laku.
Berbagai tantangan sudah dialami oleh bangsa Indonesia untuk menggantikan
ideologi Pancasila tetapi tidak menggoyahkan keyakinan kita bahwa Pancasila
yang cocok sebagai dasar negara dan sebagai ideologi di negara Indonesia.13
Pancasila sebagai suatau dasar negara atau sering juga disebut sebagai
Dasar Falsatah suatu Negara ataupun sebagai ideologi negara. Hal ini
mengandung pengertian bahwasanya Pancasila sebagai dasar mengatur
penyelenggaraan pemerintahan. Pancasila sebagai Dasar Negara sudah ditegaskan
lagi dengan adanya Ketetapan MPR No. XVIl/MPR/1998 tentang pencabutan P4
dan Penetapan tentang Penegasan Pancasila sebagai Dasar Negara. Pada ketetapan
tersebut dinyatakan bahwa Pancasila sebagaimana yang dimaksud dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 merupakan Dasar Negara dari Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang mesti dilaksanakan secara konsekuen serta
konsisten. Dalam penjelasan ketetapan itupun dinyatakan bahwa kedudukan
Pancasila sebagai suatu Dasar Negara di dalamnya mengandung makna sebagai
ideologi nasional, cita-cita serta tujuan negara. Kedudukan Pancasila sebagai
dasar negara memiliki fungsi dan kedudukan sebagai kaidah negara yang sangat
fundamental atau mendasar hingga sifatnya tetap kuat.14

12
Agna Suaila & Johny Krisnan. MenggaliKembali Peran pancasila Sebagai Ideologi
Bangsa dan Negara dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era Global: Jurnal Law and Justice,
Vol. 4, no. 1, 2019. h.46-55.
13
Ana Irhandayaningsih. Peran Pancasila dalam Menumbuhkan Kesadaran
Nasionalisme Generasi Muda di era global: Jurnal Ilmiah aajian Humaniora. h. 1-10.
14
Ronto, Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasa Negara, ( Jakarta Timur: PT Balai
Pustaka (Persero), 2012), hlm. 11.

10
Pada hakikatnya, Pancasila yang sifatnya abstrak itu berpangkal pada
hubungan kodrati yakni hubungan manusia dengan Tuhan, manusia dengan
manusia, serta manusia dengan alam termasuk dengan dirinya sendiri yang
diciptakan Tuhan dari tanah, dan terakhir hubungan manusia dengan masalah dan
hubungan manusia dengan solusi, yang tidak bisa dianggap sebagai ilusi atau
fatamorgana saja. Pancasila bukanlah sebuah agama tetapi di dalamnya
mengandung ajaran-ajaran agama.15

2.4 Relasi Islam dan Pancasila di Tengah Pertarungan Ideologi Dunia


Hubungan Islam dengan pancasila selalu menjadi wacana yang menarik
untuk diperbincangkan. Di Indonesia, perdebatan tentang pentingnya atau tidak
peran Islam dalam negara ini sudah dimulai sejak negara Indonesia belum
merdeka. Proses awal pembentukan negara Indonesia, persoalan paling krusial
yakni menyepakati dasar negara. Hampir seluruh anggota BPUPKI memilih
bentuk republik. Tetapi setelah diskusi panjang mengenai posisi Islam di dalam
kehidupan bernegara, para pendiri bangsa itu berhasil mencapai suatu kesepakatan
bahwa Negara Republik Indonesia ini bukanlah sebuah Negara Teokrasi, tatapi
negara yang di dalamnya Islam, dan kehidupan berislam akan mendapat tempat
yang sangat terhormat dan dilindungi sebagaimana yang tercantum di dalam pasal
29 UUD 1945. Tapi, kesepakatan itu tidak serta merta menjadikan umat Islam di
Indonesia mendapatkan seluruh haknya untuk menjalankan syariat Islam secara
sempurna. Sehingga wacana menjadikan Indonesia sebagai negara sekuler masih
kental terasa.16
Dalam relasi agama dan pancasila, agama menduduki posisi penting yakni
sebagai kebenaran yang harus diwujudkan dengan realitas dan menjadi landasan
pembangunan dalam suatu negara. Karena agama memiliki empat peran dalam
sebuah negara; yakni agama sebagai salah satu faktor pemersatu, agama sebagai
pendorong keberhasilan dalam proses politik dan kekuasaan, agama sebagai
legitimasi dalam sistem politik, dan agama juga berperan sebagai sumber
15
Dicky R. munaf, Memahami dan Memaknai Pancasila sebagai Dasar Ideologi dan
DasarNegara,(Jakarta:Gramedia Pustaka Utama,2016), hlm.5.
16
Cecep Supriadi. Relasi Islam dan Negara: Wacana Keislaman dan
Keindonesiaan:Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 13, No. 1, Maret 2015, h. 200.

11
moralitas.17
Indonesia bukanlah negara agama, juga bukan negara sekuler. Indonesia
merupakan negara yang berdasar Pancasila, yang antara lain, kandungan
substansinya itu diambil dari nilai-nilai agama, selain adat istiadat, tradisi, budaya,
dan nilai luhur yang tumbuh di masyarakat. Sebab itu, Pancasila juga sejalan
dengan ajaran agama, Islam. Sikap umat Islam di Indonesia yang menerima serta
menyetujui Pancasila dan UUD 1945 bisa dipertanggung jawabkan sepenuhnya
dari segala segi pertimbangan. Dapat dikatakan bahwa menolak Pancasila sama
halnya dengan menolak Islam. Beberapa hal yang dapat menjadi sebuah
pertimbangan keselarasan Pancasila dengan agama Islam adalah sebagaimana
uraian berikut: pertama, Pancasila bukanlah agama dan tidak bisa menggantikan
agama. Kedua, Pancasila bisa menjadi sebuah wahana implementasi prinsip
syariat Islam yang bersifat universal. Ketiga, Pancasila dirumuskan oleh tokoh-
tokoh bangsa yang mayoritas beragama Islam, dan di antaranya adalah pemimpin
Islam. Selain itu, keselarasan Pancasila dengan ajaran Islam juga tercermin dalam
kelima silanya yang selaras dengan ajaran agama Islam.
Memperdebatkan antara Islam dengan Pancasila, sudah bukan watunya
lagi, selain tidak relevan dengan semangat zaman sekarang. Hal itu menyoalkan
kembali Pancasila dalam konteks agama bahkan bisa saja menjadi sebuah
persoalan baru yang hanya merugikan dan mengancam keutuhan Negara dan
bangsa serta memunculkan instabilitas di segala segi kehidupan. Sikap yang arif
dan bijaksana, sebagai umat yang beragama sekaligus warga Negara Indonesia,
sekarang ini adalah dengan mengisi pembangunan Negara Pancasila, sehingga
persoalan-persoalan yang muncul itu dapat di atasi secara bersama-sama. Tugas
umat Islam yaitu menghidupkan kembali basis-basis keumatan dan kewargaan di
segala tingkat, mulai dari yang tingkat terendah seperti masjid mushalla, balai
desa ataupun pasar tradisional. Namun demikian, revitalisasi nilai-nilai Pancasila
merupakan tugas utama. Merevitalisasi Pancasila bukan hanya sekedar
menghidupkan kembali ingatan terhadap nilai-nilainya, tetapi juga melakukan
sebuah pelembagaan terhadap nilai-nilai tersebut ke dalam kehidupan sehari-hari

17
Ibid., h. 206.

12
dalam berbagai tingkatan kehidupan. Dengan demikian, pancasila diharapkan
tidak saja menjadi sebuah ideologi yang terbuka, tapi juga sebuah ideologi yang
member suatu kenyamanan dan menyejahterakan seluruh warga negara. Pancasila
bukan lagi hanya sebatas jargon besar, tetapi juga perangkat sistemik yang bisa
diwujudkan bagi kesejahteraan, keadilan, kemakmuran serta kecerdasan umat,
bangsa dan negara.18
Agama islam adalah agama yang dinmis, modern, progresif, dan didalamnya
memuat pprinsip-prinsip yang bersifat univesal untuk menjawab perubahan,
fenomena dan tantangan zaman. Inilah yang menjadi bentuk nyata dan rill dalam
kontekstualisasi dan revitalisasi adagium Islam sebagaai agama rahmatan lil
alamin.19 Dahulu telah dikemukakan bahwa Allah telah menetapkan hukum alam
bagi kehidupan sosial manusia, bahkan bagi seluruh jagad raya ini, yakni hukum
keseimbangan. Umat manusia terlindung dari kehancuran sebab adanya kekuatan-
kekuatan yang saling mengendalikan dan mengimbangi. Prinsip keseimbangan
sebagai jaminan untuk kelestarian hidup dan budaya manusia juga ditegaskan
sebagai tujuan perang yang benar, yakni perang di jalan Allah (jihâdfi sabili 1-
Lâh), Jadi perang dapat menjadi mekanisme "penolakan sebagian manusia oleh
sebagian yang lain", karena berjalannya hukum keseimbangan. Perang yang
benar, yakni perang di jalan Tuhan, adalah perang yang menghasilkan kelestarian
agama-agama dan budaya-budaya.20
Telah berulang kali di syaratkan bahwa patisipasi dan responsi umat Islam untuk
abad modern bisa, bahkan harus bersifat genius, islam itu sendii tidak boleh hanya
beupa konsensi ad hoc kepada desakan-desakan yang muncul dari luar. Partisipasi
dan responsi itu harus berasal dari dalam dinamika islam itu sendiri.Harus
diingatkan bahwa berasal dari dalam diri sendiri tidak berarti dukungan kepada
sikap tertutup.21

18
Andar Nubowo. Islam dan Pancasila di Era reformasi: Sebuah Reoientasi Aksi:
JURNAL KEAMANAN NASIONAL Vol 1, No. 1,. 2015, h . 61-78.
19
Mohammad Monib & Islah Bahrawi, Islam dan Hak Asasi Manusia dalam Pandangan
Nurcholish Madjid (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 317.
20
Nurcholish Madjid, Indonesia Kita (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2004), hlm.
171-172.
21
Nurcholish Madjid, Khazanah Intelektual Islam ( Jakarta: PT Bulan Bintang, 2019),
hlm. 77.

13
Negara membutuhkan islam, hanya yang dibawakan oleh Nabi Muhammad saw
yang menjadi beberapa patokan dalam mengatur negara, agar negara itu menjadi
makmur dan kuat dan bisa menjadi wasilah untuk mencapai tujuan hidup manusia
didalam negara itu. Seperti untuk kesentosaan umum maupun perseorangan, serta
untuk keselamatan diri maupun masyarakat. Sebagai contoh adanya hubungan
diantara keduanya, yakni seperti larangan-larangan yang mengakibatkan penyakit
seperti minum minuman keras, perjudian, pencuran,yang dimana kesemuanya itu
merupakan larangan-larangan dalam agama.22Quran digunakan sebagai pisau
analisa karena quran adalah sumber acuan yang tertinggi didalam ranah hukum
islam.Ideologi Islam selalu mengacu pada hukum tertingginya yang digunakan
juga sebagai Grundnorm sebagai konsep hukum islam.Mengkaitkan keduanya
dengan mmbedah ayat dan sila bertujuan untuk melihat keterkaitan apakah
terdapat sbuah benturan filosofis diantara keduanya.23
Agama bukan musuh Pancasila, begitupun Pancasila bukanlah musuh
agama, sering terjadi konflik dan kesalahpahaman serta mengadu agama dan
pancasila menjadi permasalahan bagi bangsa Indonesia. Pada saat ini,
mendefinisikan bukan negara sekuler dan negara Islam, tetapi negara bertuhan
yang dijamin oleh konstitusi. Negara bertuhan yang berlandaskan dengan
Ketuhanan Yang Maha Esa sebagai pedoman didalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.24 Jika konflik kita lihat sebagai suatu sumber perubahan, maka
perdamaians tidak dapat dimodalkan sebagai hasil yang statis. Konflik merupakan
sumber energi yang mendorong suatu tindakan.25

22
Irwan Iskandar. Pemikiran Politik Natsir Tentang Hubungan Islam dan Negara: Jurnal
Transnasional, Vol. 6, No. 2, h. 1764.
23
Fokky Fuad. Islam dan Ideologi Pancasila, Sebuah Dialktika: Lex Jurnalica, Vol. 9,
No. 3, 2012. h. 164-170.
24
Aqil Teguh fathani & Zuly Qodir. Agama Musu Pancasila ? Studi sejarah dan Peran
AgamadalamLahirnya Pancasila: Jurnal “ Al-Qalam”, Vol. 26, No. 1, 2020.h. 117-128.
25
Novri Susan, Sosiologi Konflik Teori-Teori dan Analisis, (Jakarta Timur:
PRENADAMEDIA GROUP, 2019),hlm. 110.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ideologi berasal dari bahasa Yunani yaitu idea dan logos. Idea berarti
mengetahui pikiran, melihat dengan budi. Adapun dengan kata logos mengandung
arti yaitu gagasan, pengertian, kata, dan ilmu. Jadi, ideologi berarti sebuah
kumpulan ide atau gagasan, pema haman-pemahaman, pendapat-pendapat,
maupun pengalaman- pengalaman. Istilah ideologi ini dicetuskan oleh Antoine
Destutt de Tracy (1754-1836), yakni seorang ahli filsafat Perancis
Tidak dapat kita sangkal bahwa pemikiran dan gerakan Islam di negara-
negara Muslim memiliki pengaruh tertentu terhadap pemikiran dan pergerakan di
Indoensia, tetapi ada juga beberapa perbedaan yang penting baik itu dalam
substansi maupun bentuknya. Islam di Indonesia lahir dari sebuah struktur sosial
dan politik yang spesifik di negara ini. Oleh sebab itu, bentuk respons para
intelektual Muslim Indonesia terhadap gagasan serta proses demokrasi juga
berbeda dengan para intelektual Muslim di negara-negara lain. Pancasila sangat
berperan besar dalam menumbuhkan rasa patriotism dan nasionalisme di kalangan
generasi muda. Apapun langkah atau tindakan yang dilakukan harus selalu
didasrakan dengan nilai-nilai Pancasila.
Islam dan Pancasila bukanlah 2 ideologi yang saling bertentangan, islam
adalah suatu ajaran yang utu yang mengedepankan suatu nilai-nilai ketuhanan
sekaligus kemanusiaan serta kemasyarakatan. Khazanah islam teah diletakkan
dalam pancasila sebagai fondasi. Islam memang buan pancasila tetapi nilai-nilai
telah masu didalam pancaila yang hingga sampai kini digunaan sebagai ideologi
daam Negara Indonesia.Sehingga Islam dan pancasilatidak perlu lagi ibenturkan
dalam dua ideologi yang saling bertantangan. Hubungan Islam dan Pancasila
dalam Negara Indonesiaiaah saling mmbutuhkan, karena agama membutuhkan
Negara yang berdasar pancasila untuk perkembangannya, begitupun pancasila
membuthkan agama sebagai ladasan untuk meningkatkan moral bangsanya

15
3.2 Saran
Sebagai kadderr HMI, diarapkan dapat mengimplementasikan nilai-nilai
pancasila yang menjadi dasar dan ieologi Negara Indonedia dengan tidak
bertantangan dengan nilai-nlai Islam. Diharapan para pembaca juga mampu
meningkatkan peembaharuan HMI dalam membawa bangsa Indonesia yang
makmur menuju ehidupan yang lebih baik.

16
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, Masykuri. (2015). ISLAM DAN DEMOKRASI Respon Intelektual


Muslim Indonesia Terhadap Konsep Demokrasi 1966-1993. Jakarta:
PRENADAMEDIA GROUP.
D.C. Tyas. (2020). Mengenal Ideologi Negara. Semarang: Alprin.
Danial, R. Deni Muhammad. (2008). Mengenal Ideologi-Ideologi Di Dunia.
Semarang, Jawa Tengah: ALPRIN.
Fathani, AT & Qodir, Z. (2020). Agama Musu Pancasila ? Studi sejarah dan Peran
AgamadalamLahirnya Pancasila. Jurnal “ Al-Qalam”, 26 (1), 117-128.
Fuad, f. (2012). Islam dan Ideologi Pancasila, Sebuah Dialktika. Lex Jurnalica, 9
(3), 164-170.
Hamka. (2018). Islam Revolusi & Ideologi. Jakarta: Gema Insani.
Irhandayaningsih, A. Peran Pancasila dalam Menumbuhkan Kesadaran
Nasionalisme Generasi Muda di era global. Jurnal Ilmiah aajian Humaniora.
1-10.
Iskandar, I. Pemikiran Politik Natsir Tentang Hubungan Islam dan Negara. Jurnal
Transnasional, 6 (2), 1764.
Ismail, Faisal. (1999). ideologi Hegomoni dan Otoritas Agama, Wacana
Ketegangan Kreatif Islam dan Pancasila. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Madjid, Nurcholish (2004). Indonesia Kita. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Madjid, Nurcholish. (2019). Khazanah Intelektual Islam. Jakarta: PT Bulan
Bintang.
Monib, Mohammad & Bahrawi, Islah. (2011). Islam dan Hak Asasi Manusia
dalam Pandangan Nurcholish Madjid. Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.
munaf, Dicky R. (2016). Memahami dan Memaknai Pancasila sebagai Dasar
Ideologi dan DasarNegara. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.

17
Nubowo, A. (2015). Islam dan Pancasila di Era reformasi: Sebuah Reoientasi
Aksi. JURNAL KEAMANAN NASIONAL, 1 (1), 61-78.
Nurdiaman, Aa. (2007). Pendidikan Kewarganegaraan: Keakapa Berbangsa dan
Bernegara. Bandung: Pribumi Mekar.
Rakhmat, Jalaluddin. (1999). Reayasa Sosial. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Ronto.(2012). Pancasila Sebagai Ideologi dan Dasa Negara. Jakarta Timur: PT
Balai Pustaka (Persero).
Suaila, A & Krisnan, J. (2019). MenggaliKembali Peran pancasila Sebagai
Ideologi Bangsa dan Negara dalam Pembangunan Hukum Nasional di Era
Global. Jurnal Law and Justice, 4 (1), 46-55.
Supriadi, C. (2015). Relasi Islam dan Negara: Wacana Keislaman dan
Keindonesiaan. Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, 13 (1), 200.
Susan, Novri. (2019). Sosiologi Konflik Teori-Teori dan Analisis. Jakarta Timur:
PRENADAMEDIA GROUP.
Syam, N & Yusuf, S.M. (2020). ISLAM DAN PANCASILA DALAM
PERTARUNGAN IDEOLOGI DUNIA: Perspektif Sosiologis. Dialogia, 18
(1), 100-125.
Tarigan, Azhari Akmal. (2021). NDP HMI Teks, Interpretasi, dan
Kontestualisasi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Wendi, N. (2016). Pengaruh Peradaban Islam Terhadap Dunia Barat. Jurnal Studi
Islam, 8 (1), 53-67.

18

Anda mungkin juga menyukai