Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN CRITICAL JOURNAL

REVIEW HUKUM PIDANA PRODI


S-1 PPKN
SKOR NILAI:

PROBLEMATIKA PENJATUHAN HUKUMAN PIDANA MATI DALAM


PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM PIDANA
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pidana
Dosen Pengampu: Dr. Reh Bungana Br PA,S.H,M.Hum & Maulana Ibrahim.,
S.H, M.H

Disusun Oleh:
Nama: Bartolomeus Marulitua Simanjorang
Kelas: Reguler PPKn E 2022
NIM: 3223111002

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
T.A 2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Critical Journal Review tepat pada
waktu yang telah ditentukan dan dibuat untuk memenuhi tugas dari mata kuliah
Hukum Pidana.
Penulis juga mengucapkan syukur dan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu serta mendukung penulis dalam proses pembuatan Critical
Journal Review mulai dari orang tua penulis, dosen mata kuliah Hukum Pidana
Ibu Dr. Reh Bungana Br PA,S.H,M.Hum dan Bapak Maulana Ibrahim, S.H.,
M.H., saudara-saudara, sahabat-sahabat dan rekan rekan dari penullis yang selalu
memberikan dukungan dalam setiap tindak-tanduk penulis sehingga dapat
menyelesaikan tugas Critical Journal Review ini.
Dalam Critical Journal Review yang penulis sajikan ini, penulis berusaha
menyajikan ulasan mendalam mengenai artikel jurnal yang menjadi fokus kajian,
dengan mempertimbangkan kerangka kerja konseptual, metodologi, validitas data,
serta relevansi temuan dan kesimpulannya terhadap konteks yang lebih luas dalam
Hukum Pidana.
Penulis menyadari bahwa dalam proses pembuatan dan hasil Critical
Journal Review ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Sehingga penulis
sangat terbuka bagi siapa pun yang ingin memberikan kritik dan saran yang
membangun bagi penulis. Penulis berharap dengan selesainya Critical Journal
Review ini dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. Terima kasih

Medan, 11 November 2023

Bartolomeus Marulitua Simanjorang (3223111002)

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review .................................. 1
1.2 Tujuan Penulisan Critical Journal Review ............................................... 1
1.3 Manfaat Penulisan Critical Journal Review ............................................. 2
1.4 Identitas Artikel Jurnal ............................................................................. 2
BAB II RINGKASAN ARTIKEL JURNAL .......................................................... 3
2.1 Pendahuluan ............................................................................................. 3
2.2 Deskripsi Isi .............................................................................................. 4
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARTIKEL JURNAL .................. 7
3.1 Kelebihan Isi Artikel Jurnal...................................................................... 7
3.2 Kekurangan Isi Artikel Jurnal .................................................................. 7
BAB IV PENUTUP ................................................................................................ 9
4.1 Kesimpulan ............................................................................................... 9
4.2 Saran ......................................................................................................... 9

ii
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya Critical Journal Review

Perubahan zaman sekarang yang begitu maju dan pesat bisa dilihat dari
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) yang sangat modern dan canggih.
Tetapi walaupun IPTEK sudah mengalami kemajuan membuat sebagian
masyarakat menjadi malas misalnya saja malas membaca. Terutama sebagian
mahasiswa yang memiliki minat rendah membaca buku ataupun jurnal.
Mahasiswa haruslah selalu membaca buku ataupun jurnal agar dapat mengikuti
pembelajaran yang lebih tinggi lagi.

Membaca jurnal tidak terlepas dari namanya mengkritik isi jurnal itu
sendiri. Mengkritik jurnal merupakan salah satu cara untuk menumbuhkan minat
membaca daripada mahasiswa itu sendiri. Mengkritik jurnal atau dalam bahasa
Inggrisnya Critical Journal Review adalah kegiatan mengulas isi jurnal agar dapat
mengerti serta memahami maksud dari jurnal tersebut. Critical Journal Review
berfokus pada evaluasi baik berupa (penjelasan, interpretasi dan analisis)
mengenai keunggulan dan kelemahan jurnal, apa yang menarik, bagaimana jurnal
tersebut yang dibaca bisa merubah pola pikir dan sudut pandang dari para
pembacanya serta menambah pengetahuan dan wawasan serta pemahaman
terhadap suatu kajian materi tertentu.

Mengkritik jurnal juga tidak dapat dilakukan apabila tidak membaca


keseluruhan isi jurnal tersebut. Dengan melakukan review atau mengulas kembali
jurnal tersebut, pembaca dapat mengetahui kualitas dari jurnal yang dibaca agar
dapat memberikan pendapat dan saran kepada penulis jurnal mengenai sistematika
penulisan, isi dan subtansi jurnal.

1.2 Tujuan Penulisan Critical Journal Review


Mengkritik jurnal bertujuan untuk memberikan sketsa atau konsep kepada
para pembaca terhadap identitas jurnal, keunggulan dan kelemahan jurnal baik
dari sistematika penulisan, Ejaan Bahasa Indonesia (EBI), maupun keterpaduan isi

1
jurnal yang disajikan. Selain itu juga, tujuan daripada penulisan Critical Journal
Review ini untuk menyelesaikan salah satu tugas wajib mahasiswa yang nantinya
akan menjadi bahan penilaian bagi dosen mata kuliah yang bersangkutan yakni
mata kuliah Hukum Pidana.

1.3 Manfaat Penulisan Critical Journal Review


Penulis sebagai mahasiswa jurusan Pendidikan Pancasila Dan
Kewarganegaraan mengkritik jurnal atau Critical Journal Review ini memiliki
manfaat tersendiri bagi penulis. Manfaat yang didapat penulis dalam mengkritik
jurnal yang dibaca yakni untuk meningkatkan pemahaman bacaan penulis,
memberikan suatu konsep berpikir dan sudut pandang dalam menganalisis karya
ilmiah yaitu jurnal, serta dapat menjadi pertimbangan penulis yang akan nantinya
menulis karya ilmiah berupa artikel jurnal sesuai dengan penugasan dibebankan
kepada penulis nantinya.

1.4 Identitas Artikel Jurnal


Nama Penulis: Amelia Arief
Judul Artikel: PROBLEMATIKA PENJATUHAN HUKUMAN PIDANA
MATI DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA DAN HUKUM
PIDANA
Tahun Terbit: 2019
Kota Terbit: Makassar
Nama Jurnal: JURNAL KOSMIK HUKUM
Vol & Nomor: Vol. 19 No. 1
ISSN: 1411-9781, e-ISSN 2655-9242

2
BAB II RINGKASAN ARTIKEL JURNAL

2.1 Pendahuluan
Penjatuhan pidana kepada pelaku tindak pidana merupakan kewenangan
hakim dengan mempertimbangkan secara yuridis dan sosiologis agar pidana yang
dijatuhkan dapat bermanfaat baik bagi terpidana maupun masyarakat. Oleh karena
itu konsep penjeraan dimodifikasi dalam pelaksanaan putusan pidana penjara
dengan konsep pembinaan. Untuk itu penerapan pidana harus
memperhatikan tujuan pemidanaan (straf soort), berat ringan pidana (straf), dan
cara penjatuhan pidana (straf modus). Konstitusi Republik Indonesia Undang-
Undang Dasar 1945 menjamin Hak Asasi Manusia sebagaimana diatur dalam
Pasal 28A-28J. Dalam konstitusi tersebut dijelaskan bahwa Hak Asasi Manusia
sangat dijunjung tinggi bagi setiap orang baik.
Adapun pengaturan lebih lanjut terkait Hak Asasi Manusia akan diatur dalam
perundang-undangan yang ada. Semantara dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP) Indonesia, stelsel pidana diatur dalam Pasal 10 KUHP, yang
menyebutkan ada 2 jenis pidana yaitu: (1) Pidana Pokok, yang terdiri dari: (a)
pidana mati, (b) pidana penjara, (c) pidana kurungan, dan (d) pidana denda; (2)
Pidana Tambahan, yang terdiri dari: (a) pencabutan hak tertentu, (b) perampasan
barang tertentu, (c) pengumuman putusan hakim; (3) Pidana Tutupan, dengan
dasar Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1946 tentang Pidana Tutupan.
Pidana mati berstatus sebagai pidana pokok, merupakan jenis pidana yang
mengandung pro dan kontra. Pada tingkat internasional pidana jenis ini dilarang
untuk dijatuhkan kepada terpidana. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)
mendorong untuk ditiadakannya penerapan jenis pidana ini berdasarkan Deklarasi
Hak-Hak Asasi Manusia (Universal Declaration of Human Rights) yang diadopsi
pada tanggal 10 Desember 1948, dengan menjamin hak hidup dan perlindungan
terhadap penyiksaan. Demikian pula dijaminnya hak untuk hidup terdapat dalam
Pasal 6 International Convenant on Civil and Political Rights/ lCCPR) yang
diadopsi tahun 1966 dan diratifikasi dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2005 tentang Pengesahan ICCPR. Sistem hukum pidana Indonesia berusaha

3
melepaskan pidana mati di luar pidana pokok, dengan mengaturnya sebagai
pidana alternatif Pidana mati tidak lagi merupakan pidana pokok pertama, tetapi
menjadi pidana yang bersifat khusus.
Menghormati tentang pidana mati (hukuman mati) di Indonesia sebagai suatu
negara yang mempunyai falsafah Pancasila sampai saat sekarang ini adalah
merupakan suatu pembicaraan yang dapat menimbulkan problematika (antara
yang pro dan yang kontra), karena masih banyak diantara para ahli hukum yang
mempersoalkannya hal ini disebabkan antara lain karena adanya perbedaan dan
tinjauan. Bagi kalangan yang menolak pidana mati, hukuman mati dianggap
bertentangan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Perjuangan mereka misalnya
terlihat pada perubahan status pidana mati yang tercantum dalam draft Konsep
KUHP baru, yang akan diajukan untuk ditetapkan oleh Dewan Perwakilan
Rakyat. Pasal 66 Rancangan KUHP menyatakan bahwa pidana mati menjadi
pidana pokok yang bersifat khusus dan diancamkan alternatif dengan pidana
pokok lainnya. Pelaksanaan pidana ini dengan cara menembak terpidana sampai
mati dan tidak dilaksanakan di muka umum. Penjatuhan pidana mati dianggap
mengambil hak hidup seseorang. Padahal setiap orang berhak untuk hidup dan
berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya (Pasal 28A UUD 1945).
Kalangan penolak pidana mati menganggap pidana mati tidak selaras lagi dengan
perkembangan HAM. Semua negara memiliki konsep menjunjung tinggi HAM,
dan Indonesia sebagai bagian dari negara di dunia harus ikut serta dalam
mewujudkan HAM. Menurut mereka diaturnya HAM secara legal formal dalam
negara RI seharusnya Indonesia telah meninggalkan hukuman mati. HAM
terutama hak hidup dinyatakan sebagai hak yang tidak dapat dikurangi dalam
bentuk apapun (non derogable rights). Hal ini disebutkan dalam Pasal 28 I ayat (1)
dan Pasal 28J ayat (2) UUD 1945, Pasal 4 Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang HAM.

2.2 Deskripsi Isi


Penjatuhan pidana mati memunculkan kontroversi yang beragam.
Mendasarkan pada konsep HAM bahwa hak hidup adalah hak yang bersifat

4
nonderogabh rights. Instrumen internasional mendukung keberadaan hak hidup
yang tercantum dalam Deklarasi HAM (Declaration of Human Rights) dan
ICCPR. Demikian pula Pasal 28 A UUD 1945 yang menegaskan setiap orang
berhak untuk hidup, serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Pasal
28 I menyatakan hak untuk hidup merupakan hak asasi yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun. Dalam Pasal 28 I mengharuskan orang untuk
memperhatikan hak hidup. Namun dalam Pasal 28 J menyebutkan setiap orang
wajib menghormati hak asasi orang lain dan wajib tunduk pada pembatasan yang
ditetapkan boleh Undang-Undang untuk menjamin pengakuan serta penghormatan
hak dan kebebasan orang lain. Dalam pasal tersebut terdapat pertanggung jawaban
bagi yang melanggar HAM, dan sistem hukum pidana Indonesia masih
menerapkan pidana mati. Pertimbangan hakim dalam putusan pidana mati pada
dasarnya untuk membela hak asasi manusia pada korban yang dirampas oleh
terpidana. Pesan yang ingin disampaikan adalah setiap orang tidak dapat
mencabut nyawa orang lain dan harus saling menghormati hak asasi sesama. Hal
ini mengacu pada Pasal 28 J UUD 1945, dimana setiap orang wajib menghormati
hak asasi manusia orang lain dan wajib tunduk pada pembatasan yang ditetapkan
oleh Undang-Undang.
Kalangan yang menolak pidana mati menganggap, pidana mati sama dengan
negara memperpanjang rantai kekerasan dan bersifat pembalasan, sehingga
penerapannya merupakan suatu kemunduran. Dalam pemikiran mereka hukuman
mati tidak dapat menyelesaikan masalah kejahatan yang meningkat spring
dengan perkembangan peradaban manusia. Jika terpidana mati telah dieksekusi
kemudian ditemukan novum bahwa pelaku sebenarnya bukan terpidana yang telah
dieksekusi, maka tidak dapat diperbaiki kembali. Efek jera yang sangat
diharapkan tidak termanifestasi dengan menjatuhkan hukuman mati. Kejahatan
akan turun jika setiap kejahatan yang dilakukan oleh seseorang dipastikan aparat
penegak hukum memproses sesuai dengan peraturan yang ada. Dengan demikian
orang akan tercegah karena adanya kepastian proses yang transparan sesuai
dengan peraturan. Hak Asasi Manusia merupakan hak yang berhubungan dengan

5
hakekat keberadaan manusia. Penjatuhan pidana terhadap terpidana pelaku
kejahatan harus berorientasi pada perlindungan HAM.
Penjatuhan pidana mati harus tetap memperhatikan hal-hal sebagai berikut: (1)
proses peradilan dilakukan dengan adil dan atas dasar pembuktian yang faktual,
(2) kesalahan terpidana harus benar-benar dibuktikan di pengadilan, (3)
pengadilan yang memproses merupakan pengadilan yang berwenang, (4) hukum
yang digunakan harus hukum yang sah, (5) hukuman mati dijatuhkan secara
selektif dan telah berkekuatan hukum tetap, (6) terpidana mati didampingi
rohaniawan sejak putusan bersifat tetap hingga menjelang eksekusi, (7)
permintaan terakhir terpidana mati harus dapat dipenuhi oleh negara, (8) eksekusi
dilaksanakan setelah semua hak-hak terpidana mati terpenuhi, (9) eksekusi
dilaksanakan seeklusif mungkin dan tanpa menimbulkan penderitaan terpidana,
(10) jenazah diperlakukan sebagaimana layaknya manusia tanpa mengadakan
pembedaan.

6
BAB III KELEBIHAN DAN KEKURANGAN ARTIKEL
JURNAL

3.1 Kelebihan Isi Artikel Jurnal


Dari artikel jurnal yang penulis telaah terdapat berbagai
kelebihan/keunggulan yang bisa penulis dapatkan antara lain:
1 Dalam hal identitas artikel jurnal yang penulis temukan dan dapatkan
sudah sangat lengkap, mulai dari judul, penulis, kota terbit, tahun terbit,
nama jurnal, volume dan nomor artikel jurnal, jumlah halaman, ISSN dan
bahasa yang disajikan pada jurnal tersebut sudah cukup baik dan lengkap.
2 Juga sistematika yang terdapat dalam artikel jurnal sudah lengkap, mulai
dari abstrak, pendahuluan, metode penelitian, hasil & pembahasan,
kesimpulan dan daftar pustaka.
3 Sumber-sumber yang digunakan juga sesuai dengan artikel jurnal yang
diangkat, kemudian pendapat-pendapat dari para ahli juga mendukung
jurnal tersebut dan ada juga istilah hukum yang pasti menambah khasanah
pengetahuan pembaca.

3.2 Kekurangan Isi Artikel Jurnal


Setiap kelebihan atau keunggulan pada sesuatu hal yang tampak, yang bisa
dirasakan oleh indera manusia pasti ada, terkhusus pada artikel jurnal. Setiap
jurnal memiliki kelemahan dan kelebihan yang membedakannya dengan jurnal
yang lain, Adapun kelemahan artikel jurnal yang penulis review antara lain:
1 Pada segi kebahasaannya yang tidak konsisten, bisa dilihat pada judulnya
berbahasa Inggris tetapi pada kelanjutannya (sistematika) menggunakan
bahasa Indonesia.
2 Juga masih terdapat beberapa kata yang kurang dan lebih hurufnya,
kemudian pada kalimatnya juga masih terdapat makna yang ambiguitas
yang bisa saja membingungkan pembaca pada saat membaca artikel yang
diulas penulis.

7
3 Walaupun sumber-sumber yang sesuai dengan artikel jurnalnya tetapi
untuk subtansi materinya menurut penulis masih bisa tambahkan lagi
untuk memperkuat dan mempertajam argumentasi dari penulis artikel
jurnal.
.

8
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Mendasari uraian pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:
Pertama, Masalah hukuman mati, terdapat berbagai pandangan dari pemikiran
para ahli hukum. Perspektif para aktifis hak asasi manusia (HAM) dianggap
sebagai pelanggaran HAM, karena termasuk hukum yang kejam, melanggar hak
hidup manusia, sebagaimana diatur dalam DUHAM PBB dan kovenan tentang
hak-hak sipil dan politik. Kedua, Hukuman mati dalam pandangan HAM yang ada
dalam UUD NRI 1945, dan UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM berusaha
mengadopsi piagam HAM PBB untuk menghapuskan hukuman mati; tetapi masih
tetap memperlakukan hukuman mati pada beberapa kasus kejahatan luar biasa
(ordinary crime). Ketiga, dalam KUHP dan beberapa peraturan perundang
undangan di Indonesia, ancaman pidana mati masih tetap dipertahankan,
walaupun mendapat kritikan dari para aktifis HAM. Oleh karena itu, dalam
Rancangan KUHP yang baru ada semacam kompromi (penal policy), dengan
menjadikan hukuman mati bukan sebagai pidana pokok tetapi sebagai pidana
altematif yang diperlakukan hanya bagi kejahatan luar biasa.

4.2 Saran
Saran terkait problematika penjatuhan hukuman pidana mati dalam
perspektif hak asasi manusia dan hukum pidana dapat mencakup beberapa
langkah dan pendekatan yang dapat membantu mengatasi masalah tersebut:
Membangun Kesadaran dan Pendidikan Publik. Ini Penting untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat tentang isu-isu yang terkait dengan hukuman mati, hak
asasi manusia, dan prinsip-prinsip hukum pidana. Ini dapat dilakukan melalui
kampanye pendidikan publik, seminar, dan diskusi terbuka. Selanjutnya
Reformasi Sistem Peradilan, mendorong reformasi sistem peradilan pidana untuk
memastikan adanya perlindungan hak terdakwa, termasuk hak atas pembelaan
yang layak dan proses peradilan yang adil. Kemudian Transparansi dan
Akuntabilitas, menekankan pentingnya transparansi dalam proses peradilan

9
pidana dan menuntut akuntabilitas yang ketat bagi pihak-pihak yang terlibat
dalam penjatuhan hukuman mati, termasuk hakim, jaksa, dan petugas eksekusi.
Dan terakhir evaluasi Kebijakan Hukuman Mati, mendorong pemerintah untuk
secara teratur mengevaluasi kebijakan hukuman mati dengan berfokus pada
efektivitas dalam mencegah kejahatan, risiko kesalahan, dan aspek-aspek hak
asasi manusia.

10

Anda mungkin juga menyukai