CJR Pendidikan Kewarganegaran
CJR Pendidikan Kewarganegaran
MK. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
PRODI S1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
Skor Nilai:
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Report
dengan waktu yang telah ditentukan. Critical Journal Review (CJR) ini disusun
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegararaan.
Dalam pembuatan Critical Journal Review ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat sampai makalah ini dapat
tersusun, terkhusus kepada Ibu Revita Yuni, S.Pd., M.Pd. sebagai Dosen
Pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegararaan. Tak lupa penulis juga
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis
yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, didikan serta doa-doa yang
selalu menyertai penulis.
Penulis menyadari bahwasanya tugas ini masih memiliki banyak
kekurangan serta adanya kesalahan dalam penulisan dan kritik yang kurang tepat
oleh karena itu penulis memohon maaf dan penulis membutuhkan saran serta
kritik dari Ibu Dosen serta para pembaca untuk kesempurnaan tugas ini.
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ............................................................................................... 10
B. Saran .......................................................................................................... 10
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
C. Manfaat Penulisan CJR
Critical Journal Review ini bermanfaat untuk:
1. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Dapat menambah pengetahuan materi tentang Pendidikan
Kewarganegaraan
3. Untuk memahami dan mengerti isi Jurnal yang akan dikritik.
2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL
A. Identitas Jurnal
a. Jurnal Utama
b. Jurnal Pembanding
3
B. Ringkasan Isi Jurnal
a. Jurnal Utama
4
kabupaten atau kota. Terkait itu maka hak uji materiil terhadap perda baik perda
provinsi maupun perda kabupaten atau kota dilakukan oleh Mahkamah Agung.
b. Jurnal Pembanding
5
dalam bentuk tertulis. Dalam arti luas tersebut sebenamya hukum dapat diartikan
juga sebagai putusan hakim, terutama yang sudah berkekuatan hukum tetap dan
yang telah menjadi yurisprudensi. Hukum perundang-undangan yang menekankan
pada bentuk tertulis ini semula terkait erat dengan sistem hukum Eropa
kontinental yang menganut legisme dengan civil law. Sedangkan dalam sistem
hukum Angglo Saxon (common law) lebih menekankan kepada peranan lembaga
yustisial dalam pembentukan hukumnya peraturan perundang-undangan adalah
secara keseluruhan susunan hirarkhis peraturan perundang-undangan yang
berbentuk Undang-Undang ke bawah, yaitu semua produk hukum yang
melibatkan peran lembaga perwakilan rakyat bersama-sama dengan pemerintah
ataupun melibatkan peran pemerintah karena kedudukan politiknya dalam rangka
melaksanakan produk legislatif yang ditetapkan oleh lembaga perwakilan rakyat
bersama-sama dengan pemerintah menurut tingkatannya masing-masing.
6
pengujian (judicial review) undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 24C UUD 1945. Menjadi persoalan
adalah kewenangan Mahkamah Konstitusi melakukan pengujian (judicial review)
atas peraturan perundang-undangan, terbatas sepanjang Undang-Undang. Dilain
pihak pengujian yudisial peraturan perundang-undang di bawah undang-undang
terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi menjadi kewenangan
Mahkarnah Agung (Pasal 24A ayat 1 UUD 1945 Jo. Pasal 31 ayat 1 UU NO.5
Tahun 2004). Hal ini menimbulkan kontroversi issu yang berkembang dan
mendapat kritikan dari pakar hukum tata negara Prof. Dr. Moh. Mahfud M.D.
(Ketua Mahkamah Konstitusi) dan Prof. Dr. JiInly Assidddiqie, S.H., M.H.,
(mantan Ketua Mahkarnah Konstitusi).
7
BAB III
PEMBAHASAN
A. Jurnal Utama
Menurut jurnal Arie Satio Rantjoko, S.H., M.H yang berjudul “Hak Uji
Materiil Oleh Mahkamah Agung Untuk Menguji Peraturan Perundang-Undangan
Dibawah Undang-Undang Di Indonesia”, beliau menjelaskan bahwa peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang yang
merupakan kewenangan Mahkamah Agung. Berdasar pembedaan ini Jimly
Asshiddiqie membedakan bahwa Mahkamah Konstitusi adalah pengawal Undang-
Undang Dasar (the Guardian of the Constitution), sedangkan Mahkamah Agung
adalah pengawal undang-undang (the Guardian of the Law).
8
B. Jurnal Pembanding
Sedangkan menurut jurnal Thorkis Pane yang berjudul “Peraturan
Perundangan-Undangan Di Bawah Undang-Undang Sebagai Obyek Pengujian
Mahkamah Konstitusi”, beliau menjelaskan bahwa peradilan dengan berlandaskan
pada cita-cita hukum dan prinsip peradilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,
mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada. Untuk itu adalah sangat beralasan Mahkamah Konstitusi dapat
melakukan pengujian peraturan (judicial review) atas peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945.
9
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan yang diharapkan dalam penelitian
ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut. Konstitusi merupakan tonggak atau
awal terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi dasar utama bagi
penyelenggaraan bernegara. Karena itu konstitusi menempati posisi penting dan
strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Dengan demikian, suatu
konstitusi merupakan suatu peraturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi
pertama untuk menegakkan bangunan besar yang bernama “Negara”. Sendi-sendi
ini haruslah kuat dan tidak mudah runtuh, agar bangunan Negara tetap berdiri,
walaupun ada angin yang menerjang.
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang
sangaat panjang hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi
pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia. Hingga akhirnya, Bangsa Indonesia
berkomitmen dengan UUD 1945 yang memuat 37 pasal
B. Saran
Saran yang dapat diberikan, Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial,
jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus mengetahui bahwa perjalanan
pencarian jati diri bangsa Indonesia berupa sejarah perubahan-perubahan atau
konstitusi cukup melelahkan. Begitu pentingnya konstitusi, mari kita jaga bersama
kekokohan tiang-tiang Bangsa Indonesia, yaitu UUD 1945.
10
DAFTAR PUSTAKA
Rantjoko, A. S. (2014). Hak Uji Materiil oleh Mahkamah Agung untuk Menguji
Peraturan Perundang-Undangan di Bawah Undang-Undang di
Indonesia. Jurnal Rechtens, 3(1), 38-53.
Pane, Thorkis. "Peraturan Perundangan-Undangan Di Bawah Undang-Undang
Sebagai Obyek Pengujian Mahkamah Konstitusi." Jurnal Hukum &
Pembangunan 41.3 (2011): 398-420.
11