Anda di halaman 1dari 14

CRITICAL JOURNAL REVIEW

MK. PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN
PRODI S1
PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN

Skor Nilai:

“UUD 1945 Dan Ketentuan Perundang-Undangan Di Bawah UUD”


DITUJUKAN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH PENDIDIKAN
KEWARGANEGARAAN

Nama Mahasiswa : Yunike Sarah Sitompul


Nim : 3213111028
Dosen Pengampu : Revita Yuni, S.Pd., M.Pd.
Mata Kuliah : Pendidikan Kewarganegaraan

JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA & KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Journal Report
dengan waktu yang telah ditentukan. Critical Journal Review (CJR) ini disusun
sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegararaan.
Dalam pembuatan Critical Journal Review ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang terlibat sampai makalah ini dapat
tersusun, terkhusus kepada Ibu Revita Yuni, S.Pd., M.Pd. sebagai Dosen
Pengampu mata kuliah Pendidikan Kewarganegararaan. Tak lupa penulis juga
menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada kedua orangtua penulis
yang tiada henti memberikan dukungan, motivasi, didikan serta doa-doa yang
selalu menyertai penulis.
Penulis menyadari bahwasanya tugas ini masih memiliki banyak
kekurangan serta adanya kesalahan dalam penulisan dan kritik yang kurang tepat
oleh karena itu penulis memohon maaf dan penulis membutuhkan saran serta
kritik dari Ibu Dosen serta para pembaca untuk kesempurnaan tugas ini.

Tebing Tinggi, 15 Oktober 2022

Yunike Sarah Sitompul

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI ..........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR ..................................................................... 1

B. Tujuan Penulisan CJR ................................................................................. 1

C. Manfaat Penulisan CJR ............................................................................... 2

BAB II RINGKASAN ISI JURNAL ..................................................................... 3

A. Identitas Jurnal ............................................................................................ 3

B. Ringkasan Isi Jurnal .................................................................................... 4

BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................... 8

A. Jurnal Utama ............................................................................................... 8

B. Jurnal Pembanding ...................................................................................... 9

BAB IV PENUTUP ............................................................................................. 10

A. Kesimpulan ............................................................................................... 10

B. Saran .......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 11

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi Pentingnya CJR


Keterampilan membuat CJR (Critical Journal Review) pada penulis dapat
menguji kemampuan dalam meringkas dan menganalisis sebuah jurnal serta
membandingkan jurnal yang dianalisis dengan jurnal yang lain, mengenal dan
memberi nilai serta mengkritik sebuah karya tulis yang dianalisis.
Sering kali kita bingung memilih jurnal referensi untuk kita baca dan
pahami, terkadang kita hanya memilih satu jurnal untuk dibaca tetapi hasilnya
masih belum memuaskan, misalnya dari segi analisis bahasa dan pembahasan.
Oleh karena itu, penulis membuat CJR Pendidikan Kewarganegaraan ini untuk
mempermudah pembaca dalam memilih jurnal referensi terkhusus pada jurnal
bahasan tentang Pendidikan Kewarganegaraan.
.

B. Tujuan Penulisan CJR


Critical Journal Review ini bertujuan untuk:
1. Penyelesaian tugas : Critical Journal Review dengan membandingkan
beberapa jurnal yang akan kita baca.
2. Menambah : Pengetahuan dan wawasan mengenai jurnal yang
akan dikritik.
3. Meningkatkan : Ketelitian dan pemahaman dari jurnal yang kita kritik
dengan cara meneliti isi jurnal lalu meringkas pembahasan jurnal tersebut.
4. Menguatkan : Potensi ataupun keahlian dalam mengkritik isi
jurnal yang dibaca dan melakukan perbandingan dengan jurnal yang
lainnya.
Selain itu Tujuan umum dari penulisan laporan CJR ini adalah untuk
memahami dan menganalisis kelebihan dan kekurangan dari suatu jurnal,
mempermudah dalam membatasi inti hasil penelitian yang telah ada dan yang
terakhir ialah untuk mencari dan mengetahui informasi yang ada didalam suatu
jurnal.

1
C. Manfaat Penulisan CJR
Critical Journal Review ini bermanfaat untuk:
1. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.
2. Dapat menambah pengetahuan materi tentang Pendidikan
Kewarganegaraan
3. Untuk memahami dan mengerti isi Jurnal yang akan dikritik.

2
BAB II
RINGKASAN ISI JURNAL

A. Identitas Jurnal
a. Jurnal Utama

1. Judul Artikel : Hak Uji Materiil Oleh Mahkamah Agung Untuk


Menguji Peraturan Perundang-Undangan
Dibawah Undang-Undang Di Indonesia
2. Nama Jurnal : Jurnal Rechtens
3. Edisi Terbit : Vol. 3, No. 1, Maret 2014| hal 38- 53 halaman
4. Pengarang Artikel : Arie Satio Rantjoko, S.H., M.H
5. Penerbit : -
6. Kota Terbit ¤ Fakultas
: Hukum Universitas Jember
7. ISSN : 2356- 0770

b. Jurnal Pembanding

1. Judul Artikel : Peraturan Perundangan-Undangan Di Bawah


Undang-Undang Sebagai Obyek Pengujian
Mahkamah Konstitusi
2. Nama Jurnal : Jurnal Hukum dan Pembangunan
3. Edisi Terbit : Tahun ke-41 No.3 Juli-September 201| hal 397-
420
4. Pengarang Artikel : Thorkis Pane
5. Penerbit : -
6. Kota Terbit ¤ Fakultas
: Hukum Universiat Indonesia
7. ISSN : -

3
B. Ringkasan Isi Jurnal
a. Jurnal Utama

Pada Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945


Negara Republik Indonesia Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diuraikan
satu persatu tentang pembagian kekuasaan tersebut. Kewenangan menetapkan dan
merubah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara
Republik Indonesia ada di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
sebagaimana yang teercantum dalam Pasal 3 Ayat (1) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Republik Indonesia Republik
Indonesia Tahun 1945.

Kewenangan membentuk undang-undang ada di tangan Dewan


Perwakilan Rakyat (DPR) menurut Pasal 20 Ayat (1) Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Terkait kewenangan menguji undang-
undang dan peraturan perundang- undangan ada di tangan Mahkamah Konstitusi
dan Mahkamah Agung. Menurut Pasal 24 A Ayat (1) Undang- Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Republik Indonesia 1945
Amandemen, Mahkamah Agung menguji peraturan perundang-undangan di
bawah undang-undang terhadap undang-undang sedangkan Mahkamah Konstitusi
menurut Pasal 24C Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 Amandemen, berwenang menguji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Konsep pengujian peraturan perundang-undangan dibawah undang-


undang terhadap undang-undang yang merupakan kewenangan Mahkamah
Agung. Berdasar pembedaan ini Jimly Asshiddiqie membedakan bahwa
Mahkamah Konstitusi adalah pengawal Undang-Undang Dasar (the Guardian of
the Constitution), sedangkan Mahkamah Agung adalah pengawal undang-undang
(the Guardian of the Law).

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang termasuk sebagai


peraturaan perundang-undangan di bawah undang undang adalah peraturan
pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah

4
kabupaten atau kota. Terkait itu maka hak uji materiil terhadap perda baik perda
provinsi maupun perda kabupaten atau kota dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Perkembangan politik hukum pengujian perundang-undangan dibawah


undang-undang oleh mahkamah agung republik indonesia. sistem hukum
indonesia memiliki struktur yang sama dengan sistem hukum pada masa
penjajahan belanda. sistem hukum dan peradilan indonesia sebelum merdeka
bersifat majemuk dan sistemnya dibeda-bedakan berdasarkan golongan atau ras,
yaitu golongan eropa, golongan keturunan cina dan timur asing, serta golongan
pribumi. mahkamah agung baru diberi kewenangan untuk melakukan pengujian
atau judicial review adalah pada saat masa konstitusi ris dan UUDS 1950. dalam
konstitusi ris dan UUDS 1950 memberikan wewenang kepada mahkamah agung
untuk menguji peraturan di bawah undang-undang saja.

Mahkamah Agung diberi kewenangan melakukan Judicial Review


terhadap peraturan di bawah undang- undang. Sebagimana yang pernah dijelaskan
oleh Miriam Budiardjo, bahwa Mahkamah Agung mempunyai wewenang untuk
menguji apakah sesuatu undang–undang sesuai dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Negara Republik Indonesia atau tidak,
dan untuk menolak melaksanakan undang-undang serta peraturan-peraturan
lainnya yang dianggap bertentangan dengan Undang- Undang Dasar. Dan yang
termasuk peraturan di bawah undang- undang menurut Pasal 7 undang-undang
nomor 12 Tahun 2011 adalah peraturan pemerintah, peraturan Presiden, peraturan
daerah provinsi dan peraturan daerah kabupaten atau kota. Kewenangan
melakukan pembatalan peraturan yang dianggap bertentangan dengan undang-
undang di atasnya dimiliki oleh pemerintah selain Mahkamah Agung pembatalan
tersebut dilakukan sebagi bentuk pengawasan dari pemerintah.

b. Jurnal Pembanding

Peraturan perundang-undangan adalah semua hukum dalam arti luas yang


dibentuk dengan cara tertentu, oleh pejabat yang berwenang dan dituangkan

5
dalam bentuk tertulis. Dalam arti luas tersebut sebenamya hukum dapat diartikan
juga sebagai putusan hakim, terutama yang sudah berkekuatan hukum tetap dan
yang telah menjadi yurisprudensi. Hukum perundang-undangan yang menekankan
pada bentuk tertulis ini semula terkait erat dengan sistem hukum Eropa
kontinental yang menganut legisme dengan civil law. Sedangkan dalam sistem
hukum Angglo Saxon (common law) lebih menekankan kepada peranan lembaga
yustisial dalam pembentukan hukumnya peraturan perundang-undangan adalah
secara keseluruhan susunan hirarkhis peraturan perundang-undangan yang
berbentuk Undang-Undang ke bawah, yaitu semua produk hukum yang
melibatkan peran lembaga perwakilan rakyat bersama-sama dengan pemerintah
ataupun melibatkan peran pemerintah karena kedudukan politiknya dalam rangka
melaksanakan produk legislatif yang ditetapkan oleh lembaga perwakilan rakyat
bersama-sama dengan pemerintah menurut tingkatannya masing-masing.

Dalam pengertian tersebut segala perangkat peraturan yang tingkatannya


di bawah UU dan dimaksudkan untuk melaksanakan ketentuan yang termuat
dalam bentuk peraturan yang tingkatannya Iebih tinggi. Sebagai konsekwensi
dianutnya ajaran pemisahan kekuasaan Iegislatif dan eksekutif secara tegas, maka
para pejabat yang dapat dianggap memiliki kewenangan demikian itu adalah
Presiden, Menteri dan pejabat setingkat Menteri. Sedangkan para pejabat dalam
birokrasi pemerintahan yang terkait menurut ketentuan peraturan kepegawai-
negerian tidak dapat diberi wewenang menetapkan peraturan sama sekali,
mengingat jabatannya murni bersifat eksekutif.

Dalam negara konstitusional dan demokratis keberadaan Mahkarnah


Konstitusi sebagai lembaga pengawal konstitusi (the guardian of the constitution)
dengan kewenangan yang dimiliki melakukan pengujian peraturan "judicial
review", untuk menjamin agar nonna dasar (konstitusi) yang terkandung
didalarnnya sungguh-sungguh ditaati dan dilaksanakan, secara bertanggung jawab
sesuai dengan kehendak rakyat dan cita-cita demokrasi. Selaku pengawal
konstitusi (the guardian of the constitution) Mahkarnah Konstitusi sebagai badan
peradilan pada tingkat pertarna dan terakhir diberi kewenangan untuk melakukan

6
pengujian (judicial review) undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar,
sebagaimana yang disebutkan dalam Pasal 24C UUD 1945. Menjadi persoalan
adalah kewenangan Mahkamah Konstitusi melakukan pengujian (judicial review)
atas peraturan perundang-undangan, terbatas sepanjang Undang-Undang. Dilain
pihak pengujian yudisial peraturan perundang-undang di bawah undang-undang
terhadap peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi menjadi kewenangan
Mahkarnah Agung (Pasal 24A ayat 1 UUD 1945 Jo. Pasal 31 ayat 1 UU NO.5
Tahun 2004). Hal ini menimbulkan kontroversi issu yang berkembang dan
mendapat kritikan dari pakar hukum tata negara Prof. Dr. Moh. Mahfud M.D.
(Ketua Mahkamah Konstitusi) dan Prof. Dr. JiInly Assidddiqie, S.H., M.H.,
(mantan Ketua Mahkarnah Konstitusi).

Dalam praktek peradilan dengan berlandaskan pada cita-cita hukum dan


prinsip peradilan, bahwa Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,
mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada. Untuk itu adalah sangat beralasan Mahkamah Konstitusi dapat
melakukan pengujian peraturan (judicial review) atas peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

7
BAB III
PEMBAHASAN

A. Jurnal Utama
Menurut jurnal Arie Satio Rantjoko, S.H., M.H yang berjudul “Hak Uji
Materiil Oleh Mahkamah Agung Untuk Menguji Peraturan Perundang-Undangan
Dibawah Undang-Undang Di Indonesia”, beliau menjelaskan bahwa peraturan
perundang-undangan dibawah undang-undang terhadap undang-undang yang
merupakan kewenangan Mahkamah Agung. Berdasar pembedaan ini Jimly
Asshiddiqie membedakan bahwa Mahkamah Konstitusi adalah pengawal Undang-
Undang Dasar (the Guardian of the Constitution), sedangkan Mahkamah Agung
adalah pengawal undang-undang (the Guardian of the Law).

Menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 yang termasuk sebagai


peraturaan perundang-undangan di bawah undang undang adalah peraturan
pemerintah, peraturan presiden, peraturan daerah provinsi dan peraturan daerah
kabupaten atau kota. Terkait itu maka hak uji materiil terhadap perda baik perda
provinsi maupun perda kabupaten atau kota dilakukan oleh Mahkamah Agung.

Perkembangan Politik Hukum Pengujian Perundang-Undangan Dibawah


Undang-Undang Oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia. Sistem hukum
Indonesia memiliki struktur yang sama dengan sistem hukum pada masa
penjajahan Belanda. Sistem hukum dan peradilan Indonesia sebelum merdeka
bersifat majemuk dan sistemnya dibeda-bedakan berdasarkan golongan atau ras,
yaitu golongan eropa, golongan keturunan cina dan timur asing, serta golongan
pribumi. Mahkamah Agung baru diberi kewenangan untuk melakukan pengujian
atau Judicial Review adalah pada saat masa konstitusi RIS dan UUDS 1950.
Dalam konstitusi RIS dan UUDS 1950 memberikan wewenang kepada
Mahkamah Agung untuk menguji peraturan di bawah undang-undang saja.

8
B. Jurnal Pembanding
Sedangkan menurut jurnal Thorkis Pane yang berjudul “Peraturan
Perundangan-Undangan Di Bawah Undang-Undang Sebagai Obyek Pengujian
Mahkamah Konstitusi”, beliau menjelaskan bahwa peradilan dengan berlandaskan
pada cita-cita hukum dan prinsip peradilan tidak boleh menolak untuk memeriksa,
mengadili dan memutus suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum
tidak ada. Untuk itu adalah sangat beralasan Mahkamah Konstitusi dapat
melakukan pengujian peraturan (judicial review) atas peraturan perundang-
undangan di bawah Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

Secara konseptual, prinsip check and balance dimaksudkan agar tidak


terjadi overlapping atau tumpang tindih antara kewenangan lembaga negara
sehingga kekuasaan dalam negara haruslah diatur dengan seksama. Namun
demikian, kelemahan dari pelaksanaan mekanisme check and balance merupakan
teori tanpa ujung, saling mengontrol dan berputar. Jadi pengujian peraturan yang
melanggar ketertiban umum seharusnya dilakukan oleh satu lembaga saja yaitu
mahkamah agung karena Undang-Undang Dasar 1945 pasal 24A sudah
menjelaskan bahwa mahkamah agung lah yang berwenang melakukan pengujian
atas peraturan di bawah undang-undang sehingga seharusnya semua peraturan di
bawah undang-undang dalam pengujiannnya harus dilakukan oleh mahkamah
agung dan pembatalan peraturan tersebut juga dilakukan oleh mahkamah agung.
Sedangkan untuk pemerintah tidak berwenang untuk melakukan pembatalan
sehingga apabila memang dalam pengawasannya ada perda yang bertentangan
dengan ketertiban umum dan undang-undang di atasnya maka pemerintah
seharusnya mengajukan judicial review kepada mahkamah agung dan apabila
terbukti mahkamah agung dapat melakukan pembatalan perda yang bersangkutan.

9
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan tujuan yang diharapkan dalam penelitian
ini, maka ditarik kesimpulan sebagai berikut. Konstitusi merupakan tonggak atau
awal terbentuknya suatu negara. Konstitusi menjadi dasar utama bagi
penyelenggaraan bernegara. Karena itu konstitusi menempati posisi penting dan
strategis dalam kehidupan ketatanegaraan suatu negara. Dengan demikian, suatu
konstitusi merupakan suatu peraturan pokok (fundamental) mengenai sendi-sendi
pertama untuk menegakkan bangunan besar yang bernama “Negara”. Sendi-sendi
ini haruslah kuat dan tidak mudah runtuh, agar bangunan Negara tetap berdiri,
walaupun ada angin yang menerjang.
Sebagai Negara yang berdasarkan hukum, tentu saja Indonesia memiliki
konstitusi yang dikenal dengan undang-undang dasar 1945. Eksistensi Undang-
Undang Dasar 1945 sebagai konstitusi di Indonesia mengalami sejarah yang
sangaat panjang hingga akhirnya diterima sebagai landasan hukum bagi
pelaksanaan ketatanegaraan di Indonesia. Hingga akhirnya, Bangsa Indonesia
berkomitmen dengan UUD 1945 yang memuat 37 pasal

B. Saran
Saran yang dapat diberikan, Sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial,
jurusan Pendidikan Kewarganegaraan harus mengetahui bahwa perjalanan
pencarian jati diri bangsa Indonesia berupa sejarah perubahan-perubahan atau
konstitusi cukup melelahkan. Begitu pentingnya konstitusi, mari kita jaga bersama
kekokohan tiang-tiang Bangsa Indonesia, yaitu UUD 1945.

10
DAFTAR PUSTAKA

Rantjoko, A. S. (2014). Hak Uji Materiil oleh Mahkamah Agung untuk Menguji
Peraturan Perundang-Undangan di Bawah Undang-Undang di
Indonesia. Jurnal Rechtens, 3(1), 38-53.
Pane, Thorkis. "Peraturan Perundangan-Undangan Di Bawah Undang-Undang
Sebagai Obyek Pengujian Mahkamah Konstitusi." Jurnal Hukum &
Pembangunan 41.3 (2011): 398-420.

11

Anda mungkin juga menyukai