SKOR Nilai :
1
EXCECUTIVE SUMMARY
Mengkritisasi sebuah buku adalah kemampuan yang harus dimiliki
mahasiswa untuk dapat membuat pola pikir seseorang menjadi lebih kritis. Kita
tahu bahwa di tingkat Sekolah Menengah Atas sudah melakukan kritisasi buku
dengan istililah “resensi buku”. Namun jika sudah berada di lingkungan kampus,
proses mengkritisasi akan berbeda dengan di tingkat sekolah. Jika di tingkat
Sekolah Menengah Atas, melakukan kritik terhadap buku dengan menulis
identitas dari buku dan memasukkan sinopsis dari buku, lalu melakukan analisis
buku. Tetapi berbeda jika dikalangan mahasiswa terkhusus yang mendapati KKNI
(Kerangka Kualifkasi Nasional Indonesia) akan menghadapi salah satu tugas dari
enam tugas yaitu Critical Book Review yang harus di selesaikan pada setiap mata
kuliah. Kembali pada kritisasi buku, di kalangan mahasiswa membuat tugas
seperti Critical Book Review adalah tingkat atas dari resensi buku. Terdapat
perbedaan sistematika pengerjaan dengan meresensi buku, yaitu memiliki BAB
seperti didalam buku.
Pada kesempatan ini, saya akan melakukan kritisasi pada sebuah buku
dengan judul “PENGANTAR ILMU HUKUM TATA NEGARA” ditulis oleh Prof.
Dr. Jimly Asshiddiqie, SH untuk dianalisis dan dicari sampai mana kualitas dari
buku tersebut. Dengan dilakukan kritikalisasi dapat menambah sebuah wawasan
berupa pengetahuan tentang bagaimana menjadi pemimpin yang memiliki
kepemimipan berkarakter dan hal ini harus dijadikan dasar jika menjadi sebuah
pemimpin.
2
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kita panjatkan kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa
dengan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Critical
Book Review yang berjudul “PENGANTAR ILMU HUKUM TATA
NEGARA”. Critical Book ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas rutin
yaitu tugas rutin dari Mata Kuliah Hukum Tata Negara.
Dalam penulisan Critical Book ini tidak terlepas dari berbagai kelemahan,
namun berkat bantuan, bimbinan, dan motivasi baik secara moral, material
maupun spritual dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat menuliskan makalah
ini dengan selesai.
Dan yang ter-istimewa kepada kedua orang tua tercinta, Bapak Karmin
dan Ibu Dariati yang telah membesarkan dan mendidik serta banyak memberikan
doa, dukungan, semangat, motivasi, nasehat, serta dukungan material sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Saudara-saudaraku sekalian penulis
ucapkan terima kasih kepada teman-teman kelas PPKn C-Reguler 2018 yang telah
membantu penulis dalam menjalankan aktivitas dunia kampus di Universitas
Negeri Medan.
Akhir kata penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat sebagai
bahan literatur yang baik bagi penulis dan pembaca lainnya untuk itu semua,
penulis ucapkan terima kasih.
Penulis
3
DAFTAR ISI
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Critical Book Review (CBR) adalah salah satu tugas yang harus
diselesaikan mahasiswa. Tugas ini juga dapat membantu mahasiswa dalam
menemukan materi mata kuliah yang sangat berguna untuk dijadikan sebuah
pengetahuan. Tetapi pengetahuan ini akan dapat dilaksanakan dalam kehidupan
sehari-hari.
Kajian didalam buku tidak ada sia-sia justru menjadikan sebuah wawasan
pengetahuan. Belum tentu sesuatu hal itu dapat ditemukan dari luar, melainkan
banyak hal-hal yang dituangkan dalam bentuk buku. Dengan inilah kita dapat
mengetahui kehidupan yang sesungguhnya, sesuai istilah Buku adalah Gudang
Ilmu, banyak ilmu yang bisa kita dapat dan tak terbatas lingkupnya, karena semua
orang bebas membaca buku dalam meningkatkan pemahaman membaca.
5
D. Identitas buku yang direview
1. Buku Utama
6
2. Buku Pembanding
7
BAB II
1. BAB I PENDAHULUAN
Ada beberapa sebab yang mendorong saya menulis buku ini. Pertama,
dunia pustaka di tanah air sangat miskin dengan buku-buku yang berisi informasi
yang luas dan mendalam dengan perspektif yang bersifat alternatif.
Keempat, keadaan dunia dewasa ini juga telah mengalami perubahan yang
sangat pesat dan mendasar, apabila dibandingkan dengan keadan di masa-masa
lalu pada abad ke-20. Kehiduan kenagaaraan di suluruh dunia dewasa ini juga
berubah dengan sangat fundamental sehigga teori-teori dan konsep-konsep hukum
yang berlaku di masa lalu juga banyak yang menjadi tidak relevan lagi denga
kebutuhan zaman sekarang.
8
pola-pola kehidupan bernegara dan aspek-aspek ketatanegaran di berbagai negara
sehingga hukum tata negara sebagai bidang ilmu pengetahuan juga tidak lagi
terkungkung dalam ruang-ruang nasionalisme norma konstitusi masing-masing
negara.
Dalam buku ini akan diuraikan beberap aspek pembahasan yang berkenaan
dengan: (i) disiplin ilmu hukum tata negara sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan hukum kenagaraan; (ii) gagasan umum tentang konstitusi; (iii)
sumber-sumber hukum tata negara atau the laws of the constitution; (iv) konvensi
ketatanegaraan atau the conventions of the constitution; (v) metode-mteode
penafsiran yang dikenal dalam hukum tata negara; dan (vi) berbagai aspek
mengenai praktik hukum tata negara; dan (vi) berbagai aspek mengenai praktik
hukum tata negara. Kemudian, juga diuraikan mengenai; (vii) organ dan fungsi
kekuasaan; (viii) hak asasi manusia dan masalah kewarganegaraan; serta (ix)
partai politik dan pemilihan umum. Sebagai sebuah buku pengantar, pembahasan
masalah-masalah tersebut dilakukan secara umum dengan perspektif teoretis.
Dalam menyusun buku ini, penulis sangat menyadari bahwa banyak buku-
buku teks yang biasa dipakai sehari-hari sebagai buku wajib oleh mahasiswa dan
dosen hukum di tanah air kita, banyak yang sudah ketinggalan atau obsolute.
Akan tetapi, saya sendiri tidak bermaksud meniadakan atau menafikan sumbangan
yang telah diberikan oleh buku-buku tersebut sebelumnya. Buku-buku lama itu
menurut saya masih tetap berguna dan bagi mereka yang memilikinya masih tetap
dapat menggunakannya sebagai bahan perbandigan.
9
2. BAB II DISIPLIN ILMU HUKUM TATA NEGARA
Secara sederhana, oleh para sarjana sering diuraikan adanya empat unsur
pokok dalam setiap negara, yaitu: (i) a definite territory; (ii) population; (iii) a
government; dan (iv) sovereignty. Namun demikian, untuk menguraikan
pengertian negara dalam tataran yang lebih filofis dapat pula merujuk kepada
pendapat Hans Kelsen dalam bukunya General Theory of Law and State. Yang
menguraikan pandangannya tentang negara atau state a juristic entity dan state
aas a politically organized society atau state as power.
Dari catatan sejarah klasik terdapat dua perkataan yang berkaitan erat
dengan penegrtian kita sekarang tentang konstitusi, yaitu dalam pernyataan
Yunani Kuno politeia dan perkataan bahasa latin constituio yang juga berkaitan
dengan jus. Dalam kedua perkataan tersebut, itulah awal mula gagasan
konstitualisme diekspresikan oleh umat manusia beserta hubungan kedua istilah
dalam sejarah. Menurut charles howard mcllwain dalam bukunya
constitutionalism: aciene and modern (1947), perkataan constitution di zaman ke
kaisaran romawi (roman empire), dalam bentuk bahasa latinnya, mula-mula
digunakan sebagai istilah teknis untuk menyebut the acts of legislation by the
10
emperor, bersamaan dengan banyaknya aspek hukum romawi yang dipinjam
kedalam sistem pemikiran hukum dikalangan gereja.
11
Konstitusi tidak saja aturan yang tertulis, namun yang dipraktikkan dalam
kegiatan penyelenggaraan negara, konstitusi tidak saja berkenaan dengan organ
negara beserta komposisi dan fungsinya, baik ditingkat pusat maupun ditingkat
daerah.
12
1. Hakekat Konvensi Ketatanegaraan, merupakan pembicaraan mengenai
masalah-masalah praktik kewarganegaraan dan dalam ilmu hukum tata
negara (constitutional law).
2. Pengakuan Hakim Terhadap Konvensi (Judicial Recognition)
Konvensi ketatanegaraan mengalami proses pertumbuhan dan
transformasi.
3. Fungsi Konvensi Ketatanegaraan Konvensi dapat dipakai sebagai alat
penunjang penafsiran terhadap peraturan tertulis atau untuk
mendukung keputusan-keputusan hakim.
Beberapa Contoh Konvensi di Indonesia, yakni :
a. Setiap tanggal 16 Agustus, Presiden selalu mengucapkan pidato
kenegaraan didepan rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat.
b. Dalam praktik ketatanegaraan pada 1945 ketentuan mengenai Menteri
Negara bertanggungjawabb kepada presiden tersebut, disimpangi
dengan dasar konvensi ketatanegaraan. Ketentuan tersebut diubah
sehingga menteri harus bertanggung jawab kepada Badan Pekerja
Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang merupakan lembaga
semacam DPR pada masa sekarang.
1. Teori Penafsiran letterlijk atau harafiah, yang menekankan pada arti atau makna
kata-kata yang tertulis.
13
a. Penafsiran Sejarah UU, memfokuskan diri pada latar belakang sejarah perumusan
naskah, yaitu bagaimana perdebatan yang terjadi ketika naskah itu hendak di
rumuskan
b. Penafsiran Sejarah Hukum, mencari makna yang dikaitkan dengan konteks
kemasyarakatan masa lampau.
4. Teori Penafsiran Sosiologis, konteks sosial ketika suatu naskah dirumskan dapat
di jadikan perhatian untuk menafsirkan naskah yang bersangkutan.
5. Teori Penafsiran Sosio-Historis, memfokuskan pada konteks sejarah masyarakat
yang mempengaruhi rumusan naskah hukum.
6. Teori Penafsiran Filosofis, memfokuskan perhatian pada aspek filosofis.
7. Teori Penafsiran Teologis, difokuskan pada penguraian atau formulasi kaidah-
kaidah hukum menurut tujuan dan jangkauannya.
8. Teori Penafsiran Holistik, mengaitkan suatu naskah hukum dengan konteks
keseluruhan jiwa dari naskah tersebut.
9. Teori Penafsiran Holistik Tematis-Sistematis
14
kemerdekaan) bidang Ilmu Hukum Tata Negara atau Constitutional Law agak
kurang mendapat pasaran di kalangan mahasiswa di Indonesia. Bidang kajian
hukum tata negara ini di anggap sebagai lahan yang kering, tidak begitu jelas
lapangan kerja yang dapat dimasuki. Itulah sebabnya setelah kurikulum fakultas
hukum menyediakan program studi hukum ekonomi.
Hukum Tata Negara dapat pula disebut dengan istilah Hukum Konstitusi.
Oleh sebab itu, bidang kegiatannya selalu berkaitan dengan konstitusi. Namun,
dalam praktiknya selama ini, bentuk konkret aktivitas Hukum Tata Negara atau
Hukum Konstitusi itu biasanya selalu berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
politik di sekitar Majelis Permusyawaratan Rakyat atau di sekitar pembentukan
UU atau kegiatan legislasi yang di lakukan Dewan Perwakilan Rakyat bersama-
sama dengan Presiden.
15
Kewenangan konstitusional lembaga negara adalah kewenangan-
kewenangan yang di tentukan oleh atau dalam UU dasar berkenaan dengan
subjek-subjek kelembagaan negara yang di atur dalam UUD 1945. Kepentingan
yang di pertaruhkan dalam persidangan di MK bukanlah kepentingan pribadi
orang perorangan seperti dalam peradilan biasa, melainkan kepentingan umum
dan ketatanegaraan berdasarkan UUD NKRI 1945.
16
Dalam konteks yang vertikal, pemisahan kekuasaan atau pembagian
kekuasaan itu dimaksudkan untuk membedakan antara kekuasaan pemerintahan
atasan dan kekuasaan pemerintahan bawahan, yaitu dalam hubungan antara
pemerintahan federal dan negara bagian dalam negara federal (federal state), atau
antara pemerintahan pusat dengan pemerintahan daerah provinsi dalam negara
kesatuan. Sistem yang dianut oleh UUD 1945 adalah sistem pemisahan kekuasaan
(seperation of power) berdasarkan prinsip checks and balances).
Setelah UUD 1945 mengalami empat kali perubahan, dapat dikatakan
bahwa sistem konstotusi kita telah menganut doktrin pemisahan kekuasaan secara
nyata yang dibuktikan dengan adanya pergeseran kekuasaan legislatif dan tangan
presiden ke DPR, diadopsikannya sistem pengujian konstitusional atas undang-
undang sebagai produk legislatif oleh MK, diakuinya bahwa lembaga pelaku
kedaulatan rakyat tidak hanya terbatas pada MPR, melainkan semua lembaga
negara baik secara langsung maupun tidak langsung meupakan penjelmaan
kedaulatan rakyat, MPR tidak lagi berstatus sebagai lembaga tertinggi negara, dan
hubungan antarlembaga negara bersifat saling mengendalikan satu sama lain
sesuai prinsip checks and balances.
Menurut Hoogerwarf, desentralisasi merupakan pengakuan atau
penyerahan wewenang oleh badan-badan publik yang lebih tinggi kepada badan-
badan publik yang lebih rendah kedudukannya untuk secara mandiri dan
berdasarkan kepentingan sendiri mengambil keputusan di bidang pengaturan dan
pemerintahan. Desentralisasi dapat dibedakan ke dalam dua kelompok besar, yaitu
dekonsentrasi yang merupakan abmtelijke decentralisatie atau desentralisasi
administratif dan desentralisasi politik.
Karakteristik desentalisasi ada enam, yaitu desentralisasi teritorial,
desentralisasi fungsional, desentralisasi politik, desentralisasi budaya,
desentralisasi ekonomi, desentralisasi administratif. Tujuan dan manfaat dengan
kebijakan desetralisasi dan dekonsentrasi antar lain, dapat mencegah terjadinya
penumpukan dan pemusatan kekuasaan yang dapat menimbulkan tirani,
merupakan wahana untuk pendemokratisasian kegiatan pemerintahan, dapat
menciptakan pemerintahan yang lebih efektif dan efisien, dapat membuka peluang
17
partisipasi dari bawah yang lebih aktif dan berkembangnya kaderisasi
kepemimpinan yang bertanggungjawab, keanekaragaman budaya dapat terpelihara
dan sebagi modal pendorong kemajuan pembangunan di bidang lainnya,
pembangunan ekonomi dapat terlaksana dengan lebih tepat dan dengan biaya
yang lebih murah.
18
dengan pengertian hak asasi manusia. Pasal-pasal tersebut antara lain pasal 27
ayat 1, 2, pasal 28, pasal 29 ayat 2, pasal 30 ayat 1, pasal 31 ayat 1,pasal 34.
Ketentuan yang benar-benar memberikan jaminan konstitusional atas hak asasi
manusia, yaitu pasal 29 atay 2 yang menyatakan, “negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan kepercayaannya itu”.
Oleh karena itu, tidak boleh ada dikotomi antara negara dan individu
warga negara, dan tidak boleh ada konflik diantara keduanya sehingga tidak
diperlukan jaminan apa pun hak-hak dan kebebasan fundamental warga negara
terhadap negara. Pemahaman demikian itulah yang kemudian mendasari
pandangan filosofis penyusunan UUD 1945 yang mempengaruhi pula perumusan
pasal-pasal hak asasi manusia. Lahirnya petition of right dan bill of right di
Inggris adalah akibat kemenangan rakyat atas raja sehingga raja tidak lagi dapat
berbuat sewenang-wenang.
HAM Dalam UUD 1945 Pascareformasi hak-hak manusia yang
tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun atau nonderogable rights, yaitu hak
untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani,
hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi di
hadapan hukum, hak untuk tidak dituntut atas dasar hukum yang berlaku surut.
Sementara itu, keempat kelompok hak asasi manusia terdiri atas :
1. Kelompok ketentuan yang menyangkut hak-hak sipil yang meliputi diantaranya:
a. Setiap orang berhak hidup, mempertahankan hidup, dan kehidupannya.
b. Setiap orang berhak untuk bebas dari segala bentuk perbudakan.
c. Setiap orang bebas memeluk agama dan beribadat menurut agamanya.
2. Kelompok hal-hak politik, ekonomi, sosial, dan budaya yang meliputi
diantaranya:
a. Setiap warga negara berhak untuk memilih dan dipilih dalam rangka lembaga
perwakilan rakyat.
b. Setiap warga negara berhak diangkat untuk menduduki jabatan publik.
c. Setiap orang berhak untuk memperoleh dan memilih pekerjaan yang sah dan layak
bagi kemanusiaan
19
3. Kelompok hak-hak khusus, dan hak atas pembangunan yang meliputi diantaranya:
a. Hak perempuan dijamin dan dilindungi untuk mendapat kesetaraan gender dalam
kehidupan nasional.
b. Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang bersih dan sehat.
c. Hak khusus yang melekat pada perempuan uang dikarenakan oleh fungsi
reproduksinya dijamin dan dilindungi oleh hukum.
4. Kelompok yang mengatur mengenai tanggung jawab negara dan kewajiban asasi
manusia meliputi diantaranya:
a. Setiap orang wajib menghargai hak asasi manusia orang lain dalam tertib
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
b. Negara bertanggung jawab atas perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia.
20
wakil-wakil rakyat itu bertindak atas nama rakyat maka ia harus ditentukan oleh
rakyat yaitu melalui pemilihan umum dengan demikian pemilihan umum itu tidak
lain merupakan cara yang diselenggarakan untuk memilih wakil-wakil rakyat
secara demokratis. Dapat dikatakan bahwa tujuan. Penyelenggaraan pemilihan
umum itu ada 4 yaitu :
1. Untuk memungkinkan terjadinya proses peralihan kepemimpinan pemerintahan
secara tertib dan damai.
2. Untuk memungkinkan terjadinya pergantian pejabat yang akan mewakili
kepentingan rakyat dilembaga perwakilan.
3. Untuk melaksanakan prinsip kedaulatan rakyat dan empat untuk melaksanakan
prinsip hak asasi warga negara.
Sistem pemilihan mekanis mencerminkan pandangan yang bersifat
mekanis yang melihat rakyat sebagai masa individu-individu yang sama baik
aliran liberalisme sosialisme dan komunisme sama-sama mendasarkan diri pada
pandangan liberalisme menurut mekanisme lembaga perwakilan rakyat
merupakan lembaga perwakilan kepentingan umum rakyat seluruhnya sedangkan
menurut sistem oligarki lembaga Lembaga perwakilan rakyat itu mencerminkan
perwakilan kepentingan kepentingan khusus persekutuan persekutuan hidup
masing-masing dalam bentuknya yang paling ekstrem sistem pertama mekanisme
menghasilkan parlemen sedangkan yang kedua organisme menghasilkan dewan
korporasi kedua sistem ini sering di kombinasikan dalam struktur parlemen dua
kamar atau bikameral yaitu negara-negara yang mengenai sistem parlemen
bikameral.
Pasal 22E ayat 1 undang-undang Dasar 1945 telah menentukan bahwa
pemilihan umum dilaksanakan secara langsung umum bebas rahasia jujur dan adil
setiap lima tahun sekali, dalam pasal 22E ayat 5 ditentukan pula bahwa pemilihan
umum diselenggarakan oleh suatu Komisi Pemilihan Umum yang bersifat
nasional tetap dan mandiri Oleh sebab itu menurut UUD 1945 penyelenggaraan
pemilihan umum itu haruslah suatu komisi yang bersifat nasional tetap dan
Mandiri atau independen.
21
Pengadilan Sangketa Hasil Pemilu Kadang-kadang terjadi perbedaan
pendapat antara hasil perhitungan itu antara peserta pemilihan umum dan
penyelenggara pemilihan umum baik karena kesengajaan maupun karena
kelalaian baik Karena kesalahan teknis atau kelemahan yang bersifat administratif
dalam perhitungan maupun yang disebabkan oleh human error jika perbedaan
pendapat yang demikian itu menyebabkan terjadinya kerugian bagi peserta
pemilihan umum peserta pemilihan yang dirugikan itu dapat menempuh upaya
hukum dengan mengajukan permohonan perkara perselisihan hasil pemilihan
umum kepada Mahkamah Konstitusi. Dengan kewenangannya untuk mengadili
dan menyelesaikan perkara perselisihan hasil Pemilu ini dapat dikatakan bahwa
Mahkamah Konstitusi diberi tanggung jawab untuk menyediakan Jalan konstitusi
bagi para pihak yang bersengketa yaitu antara pihak penyelenggara pemilihan
umum dan pihak peserta pemilihan umum.
22
BAB III
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN ISI BUKU
BAB I PENDAHULUAN
Menurut buku yang saya review pada buku Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,
S.H. Perkembangan ketatanegaraan Indonesia sesudah terjadinya reformasi
nasional sejak 1998 yang kemudian diikutkan oleh terjadinya perubahan UUD
1945 secara singkat mendasar sebanyak empat kali, yaitu pada 1999, 2000, 2001,
dan 2002, telah mengubah secara mendasar pula. Ketatanegaraan Indonesia di
masa yang akan datang. Hukum tata Negara positif hanya berkisar pada norma-
norma hokum dasar yang berlaku di suatu Negara, sedangkan hokum tata Negara
umum mempelajari juga fenomena Hukum Tata Negara pada umumnya. Namun
Hukum Tata Negara umum mempelajari gejala-gejala ilmiah Hukum Tata Negara
pada umumnya.
Sedangkan di dalam buku Hukum Tata Negara Indonesia karya Dr.
Ni’Matul Huda, S.H., M.Hum, menyajikan kepada para pembaca mengenai latar
belakang lahirnya negara hukum yang dikemas kedalam sejarah negara hukum.
Secara garis besar keberadaan tentang konsepsi negara hukum sudah ada
semenjak berkembangnya pemikiran cita negara hukum itu sendiri. Dalam
mengartikan hukum sebagai asas kedaulatan, terdapat dua tradisi (aliran) dalam
konsepsi negara hukum yaitu,konsep negara hukum rechstaat yang sangat identik
dengan undang-undang uncup mencapai sesuatu yang namanya “kepastian
hukum” dan konsepsi negara hukum the rule of law yang mana tidak hanya
pegakan hukum dengan sumber yang tertulis ,tetapi yang lebih pokok adalah
penegakan keadilan hukum.Tradisi negara hukum rechstaat dikenal dengan
konsep civil law system sementra negara hukum the rule of law disebut comon law
system.
23
BAB II DISIPLIN ILMU HUKUM TATA NEGARA
Menurut buku yang saya review pada buku Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,
S.H. Negara merupakan gejala kehidupan umat manusia di sepanjang sejarah
umat manusia. Konsep negara berkembang mulai dari bentuknya yang paling
sederhana sampai ke yang paling kompleks dizaman sekarang. Ada empat unsur
pokok dalam setiap negara, yaitu, definite, territory, population, government,
sovereignty. Menurut van Vollenhoven, hukum tata negara mengatur semua
masyarakat hokum atasan dan masyarakat hukum bawahan menurut tingkatannya,
masing-masing menentukan badan-badan dalam lingkungan masyarakat hukum
yang bersangkutan beserta fungsinya masing-masing. Serta menentukan pula
susunan dan kewenangan badan-badan yang dimaksud.
Menurut buku yang saya review pada buku Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie,
S.H. Sumber Hukum Dalam Hukum Tata Negara Indonesia, yang disebut sumber
hukum, yaitu : Undang-Undang Dasar, Undang-Undang dan Peraturan
Perundang-Undangan, Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden, Peraturan
Daerah. Sedangkan di dalam buku Hukum Tata Negara Indonesia karya Dr.
Ni’Matul Huda, S.H., M.Hum sumber-sumber hukum tata negara tidak terlepas
dari pengertian sumber hukum menurut pandangan ilmu hukum pada umumnya.
Sumber hukum tata negara mencakup sumber hukum dalam arti metaril dan
sumber hukum dalam arti formal.
24
1. Kelebihan Buku
Dari tata bahasa, bahasa yang digunakan dalam buku ini menggunakan
bahasa yang ilmiah, itu bagus untuk menambah kosa kata dan pembendaharaan
kata kita.
Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis ukuran tulisan yang
digunakan sudah tepat dan bisa dibaca jelas oleh pembacanya yang masih
memiliki mata yang sehat. Tanda-tanda bacanya sudah dibubuhkan sesuai dengan
yang diharapkan.
Dari aspek isi buku, buku ini sudah dilengkapi dengan identitas-
identitasnya sehingga tidak menyulitkan pembaca jika hendak meresensi buku ini,
isi dan penyampaian pada materi ini disampaikan dengan jelas dan rinci, isi dari
buku ini banyak memaparkan suatu definisi-definisi para ahli sehingga menambah
pengetahuan kita berdasarkan definisi tersebut, penulis juga memaparkan
beberapa contoh yang konkret dan seakan-akan mengajak pembaca untuk ikut
dalam keadaan yang sebenarnya.
2. Kekurangan Buku
Dari tata bahasa juga pas dan tidak memiliki kekurangan yang dapat
menyulitkan pembaca dalam memahaminya. Tetapi alangkah lebih baiknya
menggunakan bahasa yang sedikit lumrah di telinga masyarakat, agar tidak
25
membuat pembaca mengulang dan mencari pembendaharaan kata dalam KKBI,
mungkin dengan menambahkan pengertian atau kosa kata yang kebih ringan dan
lumrah.
Dari tata letaknya, aspek layout serta tulisan itu sudah bagus dan tidak
menyulitkan pembaca untuk membacanya. Tetapi untuk font mungkin alangkah
baiknya jika di tambah sedikit lagi ukurannya agar pembaca yang sudah di atas 50
tahun dan sudah mulai mengalami gangguan pada mata dapat membacanya
dengan jelas.
Dari aspek isi buku hanya saja kesimpulan tidak dipaparkan pada setiap
bab, dan cukup banyak memakan waktu untuk memperoleh inti dari materi
tersebut, penulis terlalu banyak menjelaskan materi yang mungkin kurang menuju
inti dari pada sub judulnya.
26
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Rekomendasi
27
DAFTAR PUSTAKA
Assiddiqie, Jimly. 2015. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta : Rajawali
Pers.
Huda, Ni’Matul, 2014. Hukum Tata Negara Indonesia. Jakarta : Rajawali Pers.
28