Anda di halaman 1dari 26

CRITICAL BOOK

CRITICAL BOOK REVIEW REVIEW


MK. PENDIDIKAN
PENDIDIKAN KEWARGANWGARAAN KEWARGANEGARAAN

Skor Nilai

OLEH: KELOMPOK 8

NAMA :
1. ALDI ALFIANSYAH SINAGA(2192141002)
2. FAHIRA PRATIWI(2193141002)
3. GOMU SRI RAHMA DEWI(2193141003)
4. RENATHA MARSAULINA BR
SITANGGANG(2192441010)
5. SHAELA PRAKASA( 2193141005)
6. JUITA ANGELICA ESTERIA
BR.TARIGAN(2193141015)

MATA KULIAH : Pendidikan Kewarganegaraan


DOSEN PENGAMPU : Dra. NURLIANI MANURUNG.M.Pd

PENDIDIKAN SENI TARI


FAKULTAS BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan saya
kesehatan dan kemudahan dalam mengerjakan salah satu tugas pendidikan kewarganegaraan
yaitu critical book report sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik dan tepat
waktu. Saya mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung dan
membantu saya dalam menyelesaikan tugas critical book report ini.

Secara khusus saya berharap semoga critical book report ini dapat menambah wawasan
pembaca mengenai kewarganegaraan.

Saya sadar sepenuhnya bahwa critical book report ini masih jauh dari kata sempurna ,
masih banyak kekurangan kekurangan yang ada di dalamnya. Oleh karena itu saya masih
membutuhkan kritik dan saran dari pembaca agar dapat memotivasi saya dalam mengerjakan
tugas ini dengan lebih baik lagi kedepannya.Terima kasih.

Medan,1 November 2020

Penulis

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………… 1
DARTAR ISI……………………………………………………………………………… 2
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………………… 3
A. RASIONALISASI CBR…………………………………………………………… 3
B. TUJUAN CBR…………………………………………………………………… 3
C. MANFAAT CBR………………………………………………………………… 4
D. IDENTITAS BUKU………………………………………………………………. 4
BAB II RINGKASAN ISI BUKU……………………………………………………… 5
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………… 22
A. PEMBAHASAN ISI BUKU………………………………………………………..22
B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU……………………………………. 22
BAB IV PENUTUP……………………………………………………………………… 24
A. KESIMPULAN……………………………………………………………………..24
B. REKOMENDASI…………………………………………………………………. 24
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 25

2|Page
BAB I
PENDAHULUAN

A. RASIONALISASI CBR
Perkembangan ilmu pengetahuan yang minim di karenakan rendahnya minat baca
masyarakat pada saat ini. Mengkritik buku salah satu cara yang dilakukan untuk
menaikkan ketertarikan minat baca seseorang terhadap suatu pokok bahasan.
Mengkritik buku (critical book report) ini adalah suatu tulisan atau ulasan mengenai
sebuah hasil karya atau buku, baik berupa buku fiksi ataupun nonfiksi, juga dapat
diartikan sebagai karya ilmiah yang melukiskan pemahaman terhadap isi sebuah
buku. 
Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau menaikkan nilai suatu
buku melainkan untuk menjelaskan apaa danya suatu buku yaitu kelebihan atau
kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah
buku kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun
kekurangan buku tersebut. Yang lebih jelasnya dalam mengkritik buku, kita dapat
menguraikan isi pokok pemikiran pengarang dari buku yang bersangkutan diikuti
dengan pendapat terhadap isi buku. 
Uraian isi pokok buku memuat ruang lingkup permasalahan yang dibahas
pengarang, cara pengarang menjelaskan dan menyelesaikan permasalahan, konsep
dan teori yang dikembangkan, serta kesimpulan. Dengan demikian laporan buku atau 
resensi sangat bermanfaat untuk mengetahui isi buku selain itu, akan tahu mengenai
kekurangan dan kelebihan dari isi buku yang telah dibaca. Untuk itu, kami harapkan
kepada  pembaca  agar mengetahui dan memahami mengenai laporan buku atau
resensi sehingga dapat menilai isi buku tersebut dengan baik dan bukan hanya sekedar
membaca sekilas buku tersebut melainkan dapat memahami apa yang ada dalam buku
tersebut secara mendalam.

B. TUJUAN CBR
1. Penyelesaian tugas pendidikan kewarganegaraan
2. Menambah wawasan mahasiswa dalam mengkritik buku
3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam memilih buku yang efektif
4. Menguatkan kemampuan mahasiswa dalam membedah buku

C. MANFAAT CBR
3|Page
1. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang dikritisi.
2. Membantu memberikan gambaran dan penilaian umum dari sebuah buku atau
hasil karya lainnya.
3. Menguji kualitas buku dengan membandingkannya dengan buku yang lain.
4. Mengetahui identitas dari sebuah buku.
5. Melatih pemikiran kritis dalam proses pendapatan informasi dari berbagai sumber.

D. IDENTITAS BUKU
 Buku utama
1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan
2. Jumlah halaman : 149 halaman
3. Pengarang : Dr. Deny Setiawan, M. Si
4. Penerbit : Madenatera
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2017
7. ISBN : 978-602-98133-7-1
 Buku pembanding
Buku pembanding 1
1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi
2. Jumlah halaman : 200 halaman
3. Pengarang : Winarno Narmoatmojo,dkk
4. Penerbit : Ombak
5. Kota terbit : Yogyakarta
6. Tahun terbit : 2015
7. ISBN : 602-258-267-0
Buku pembanding 2
1. Judul : Pendidikan kewarganegaraan
2. Jumlah halaman : 194 halaman
3. Pengarang : Drs. Payerli Pasaribu,M.Si
4. Penerbit : Unimed Press
5. Kota terbit : Medan
6. Tahun terbit : 2016
7. ISBN : 978-602-7938-04-5

4|Page
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

BAB I : HAKIKAT PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian pendidikan kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional No 22 tentang Standar isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah
mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukkan warga negara yang memahami
dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia
yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UDD 1945,
Pendidikan kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses
penyiapan generasi muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai
warganegara, dan secara khusus peran pendidikan termasuk didalamnya persekolahan,
pengajaran dan belajar, dalam proses penyiapan warga negara tersebt.
Dapat dikemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran
yang merupakan satu rangkaian proses untuk mengarah peserta didik menjadi warga
negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggung jawab
sehingga dpat berperan aktif dalam masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila dan
UUD 1945.
B. Sejarah Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Nu’man Soemantri secara singkat sejarah perkembangan PKn sesudah
kemerdekaan diawali dengan pendidikan moral di Indonesia yang berisi nilai-nilai
kemasyarakatan, adat, dan agama. Pada tahun 1957 pelajaran kewarganegaraan
membahas cara memperoleh dan kehilangan kewargaan negara. Pada tahun 1961, istilah
kewarganegaraan berubah menjadi civics yang membahas tentang sejarah Proklamasi,
UUD 1945, Pancasila, pidato-pidato kenegaraan presiden, pembinaan persatuan dan
kesatuan bangsa.
Di Indonesia pelajaran Civics ini telah dikenal sejak zaman Hindia – Belanda dengan
nama “ Burgerkunde”. Perjalanan mata pelajaran Civics setelah Indonesia merdeka
mengalami beberapa kali perubahan istilah yang digunakan. Pada kurikulum 1957 isitlah
yang digunakan yaitu Pendidikan Kewarganegaraan. Kemudian pada kurikulum 1961
berbubah CIVICS lagi, kemudian pada kurikulum 1968 menjadi Pendidikan Kewargaan
Negara (PKN) . Selanjutnya pada kurikulum 1975 menjadi PM KN. Pada kurikulum

5|Page
1994 berubah lagi menjadi PPKn, dan pada kurikulum KTSP berubah menjadi
Pendidikan Kewarganegraan sampai sekarang.
Perubahan – perubahan isitlah mata pelajaran PKn atau Civics di kalangan sekolah
dasar dan menengah tersebut di atas, juga terjadi di kalangan Perguruan Tinggi di
Indonesia. Civic Education ( Pendidikan Kewarganegaraan ) sesungguhnya bukan sesuatu
yang baru, beberapa bentuk pendidikan kewarganegaraan di Perguruan Tinggi telah lama
dilakukan seperti penataran P4 dan mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan (Pkn).
Perubahan ini juga nampak diikuti dengan perubahan isi PKn yang lebih memperjelas
akar keilmuan yakni politik, hukum dan moral. Penanaman nilai-nilai karakter dalam
kehidupan sehari-hari menjadi kurang terinternalisasi melalui pembelajaran PKn di kelas.
Sehingga menyebabkan semakin sulit mengembangkan Pendidikan Karakter dikarenakan
materi PKn lebih focus pada materi pendidikan politik dan hukum.
C. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Tujuan dari pendidikan kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas No 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu :
1. Berfikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan
2. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam
kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta antikorupsi.
3. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan
karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-
bangsa lain.
4. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia sea langsung atau
tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

D. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan


Karakteristik merupakan suatu cirri yang menunjukkan adanya perbedaan dengan
lainnya, begitu pula pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang memiliki karakteristik
yang membedakan dengan mata pelajaran yang lainnya. Adapun karakteristik pendidikan
kewarganegaraan menurut Branson, (1999:4) materi pendidikan kewarganegaraan harus
mencakup tiga komponen, yaitu :
1. Civic Knowledge, berkaitan dengan kandungan atau nilai apa yang seharusnya
diketahui oleh warganegara.
2. Civic skill, berkaitan dengan keterampilan intelektual dan keterampilan berpartisipasi
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
6|Page
3. Civic Dispossition, merupakan dimensi yang paling subtantif dan esensial dalam mata
pelajaran PKn.

E. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan


Ruang lingkup pendidikan kewarganegaraan diatur dalam Perdinknas No 22 Tahun
2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, yaitu :
1. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukn dalam perbedaan, cinta
lingkungan, keangsaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan NKRI,
partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap NKRI, keterbukaan dan
jaminan keadilan.
2. Norma, hukum dan peraturan meliputi tertib dalam keluarga, tata tertib sekolah,
norma yang berlaku dimasyarakat, peraturan-peraturan daerah, hukum dan peradilan
internasional.
3. HAM, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat,
instrument nasional dan internasional HAM.
4. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai
masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat,
menghargai keputusan bersama.
5. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama,
konstitusi-konstitusi yang pernah dignakan di Indonesia, hubungan dasar negara
dengan konstitusi.
6. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan
daerah dan otonomi, pemerintahan pusat.
7. Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideology negara.
8. Globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era
globalisasi.

BAB II : DIMENSI DAN SUBSTANSI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


A. Pendahuluan
Di era globalisasi, eksistensi pendidikan kewarganegaraan kembali mendapat
perhatian penting di berbagai negara. Tujuan umumpendidikan kewarganegaraan secara
umum baik untuk pendidikan dasar dan menegah, pada prinsipnya sama, yaitu untuk
memberikan kompetensi dasar pada peserta didik dalam hal (1)berfikir kritis, rasional dan
kreatif dalam menangani isu kewarganegaraan ; (2) berpartisipasi secara cerdas dan
7|Page
bertanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara ; (3) pembentukkan diriyang didasarkan pada karakter-karakter
positif masyarakat Indonesia dan masyarakat dunia yang demokratis.
Masih banyak kelemahan dalam Pendidikan Kewarganegaraan, paling tidak terdiri
atas kelemahan pokok, yaitu :
1. Kelemahan dalam filosofis pendidikan kewarganegaraan
2. Lebih bersifat indoktrinatif dan terlalu menonjolkan moral behavioristik.
3. Terjadi kesenjangan antara materi pelajaran dengan basic keilmuan dari
kewarganegaraan.
4. Terlalu bnyak diintervensi oleh kepentingan politik yang berkuasa.
5. Penekanannya pada pembentukkan warga negara yang loyalitas.
6. Kurang mengembangkan kehidupan demokrasi yang partisipatif.

Lebih lanjut upaya pengembangan pendidikan kewarganegaraan dimasa yang akan


datang hendaknya :
1. Memiliki konsistensi antara tujuan idealnya dengan struktur program kurikulernya
yang mengacu pada misi dan fungsi pembentukkan kepribadian warga negara yang
mantap serta memiliki rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2. Seimbang antara pengembangan nilai moral dengan pemahaman struktur, proses dan
istitusi-institusi negara dalam segala kelengkapannya.
3. Menerapkan pendekatan pedagogis dan metodologis yang tidak bernuansa dogmatis-
indokrinatif.
4. Terintegrasi dengan konteks disiplin keilmuan dan lingkungan sosial budaya.

B. Kecenderungan Global Dalam Pendidikan Kewarganegaraan


John J. Patrick menuliskan kecenderungan perkembangan PKn secara global
menyangkut hal-hal sebagai berikut :
a. Pendidikan kewarganegaraan memiliki keterkaitan antara pengetahuan
kewarganegaraan. Keterampilan dalam kehidupan bermasyarakat, dan
berkembangnya nilai-nilai kebijakan dalam masyarakat.
b. Pendidikan kewarganegaraan memiliki pola pembelajaran yang sitematik mengenai
konsep-konsep utama.
c. Pola pembelajaran yang mengaplikasikan konsep utama PKn untuk menganalisis
berbagai kasus yang berkembang dalam kehidupan bernegara.
8|Page
d. Pengembangan keterampilan dan kemampuan siswa untuk membuat keputusan.

C. Dimensi Pendidikan Kewarganegaraan


Suryadi dan Somardi mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan
memfokuskan pada tiga komponen pengembangan, yaitu civic knowledge, civic skills,
dan civic disposition. Pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge) berkaitan dengan
materi atau substansi yang harus diketahui warga negara. Komponen pengetahuan
diwujudkan dalam bentuk pemaknaan terhadapstruktur dasar sistem kehidupan
bermasyarakat, berpolitik, berpemerintahan, dan bernegara. Pembekalan materi tersebut
akan membantu siswa membuat pertimbangan yang luas dan pengantar tentang hakikat
kehidupan bermasyarakat politik dan pemerintahan dan mengapa politik dan
pemerintahan itu diperlukan tujuan pemerintahan, ciri-ciri penting pemerintahan, hakikat
dan tujuan konstitusi, dan cara-cara alternatif mengorganisasikan pemerintahan.
Keterampilan kewarganegaraan atau Civic Skiils merupakan keterampilan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh
menjadi sesuatu yang bermakna karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-
masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keterampilan partisipasi dalam demokrasi telah digambarkan oleh Aristoteles dalam
bukunya politik yang menyatakan jika persamaan sebagaimana menurut sebagian
pendapat orang dapat diperoleh terutama dalam demokrasi, maka kebebasan dan
kesamaan itu akan dapat dicapai Apabila semua orang tanpa kecuali itu ikut ambil bagian
sepenuhnya dalam pemerintahan.

BAB III : PARADIGMA BARU PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


A. Paradigma Baru dalam Pendidikan Kewarganegaraan
Paradigma baru yang diusulkan dalam pendidikan kewarganegaraan haruslah
berorientasi pada terbentuknya masyarakat sipil dengan memberdayakan warga negara
melalui proses pendidikan formal agar mampu bertahan secara aktif dalam sistem negara
yang demokratis. Kedudukan warga negara yang ditempatkan pada posisi yang lemah dan
pasir seperti pada masa masa yang lalu harus diubah pada posisi yang kuat dan
partisipatif. Mekanisme penyelenggaraan sistem pemerintahan yang demokratis
semestinya tidak bersikap top down melainkan lebih bersifat bottom up.
Suryadi dan Somardi mengemukakan bahwa pendidikan kewarganegaraan
memfokuskan pada tiga komponen pengembangan, yaitu civic knowledge, civic skills,
9|Page
dan civic disposition. Pengetahuan kewarganegaraan (civic know ledge) berkaitan dengan
materi atau substansi yang harus diketahui warga negara. Komponen pengetahuan
diwujudkan dalam bentuk pemaknaan terhadap struktur dasar sistem kehidupan
bermasyarakat, berpolitik, berpemerintahan, dan bernegara. Pembekalan materi tersebut
akan membantu siswa membuat pertimbangan yang luas dan pengantar tentang hakikat
kehidupan bermasyarakat politik dan pemerintahan dan mengapa politik dan
pemerintahan itu diperlukan tujuan pemerintahan, ciri-ciri penting pemerintahan, hakikat
dan tujuan konstitusi, dan cara-cara alternative mengorganisasikan pemerintahan.
Keterampilan kewarganegaraan atau Civic Skiils merupakan keterampilan yang
dikembangkan dari pengetahuan kewarganegaraan, agar pengetahuan yang diperoleh
menjadi sesuatu yang bermakna karena dapat dimanfaatkan dalam menghadapi masalah-
masalah kehidupan berbangsa dan bernegara.
Keterampilan partisipasi dalam demokrasi telah digambarkan oleh Aristoteles dalam
bukunya politics yang menyatakan jika persamaan sebagaimana menurut sebagian
pendapat orang dapat diperoleh terutama dalam demokrasi, maka kebebasan dan
kesamaan itu akan dapat dicapai . Apabila semua orang tanpa kecuali itu ikut ambil
bagian sepenuhnya dalam pemerintahan.
Paradigma baru pendidikan kewarganegaraan di Indonesia adalah Pendidikan
Kewarganegaraan demokratis yang meletakkan demokrasi sebagai titik sentralnya.
Namun demokrasi yang dikembangkan di Indonesia bukanlah demokrasi universal yang
bernuansa sekuler tetapi demokrasi yang tetap berpegang pada pilar ketuhanan yang maha
esa. Berkaitan dengan hal tersebut, Sanusi mengusulkan pillars of Indonesian
constitutional democracy bagi demokrasi Indonesia, yang meliputi demokrasi yang
berketuhanan yang Maha Esa, demokrasi yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan
demokrasi yang berkedaulatan rakyat demokrasi dengan kecerdasan warga negara
demokrasi dengan pembagian kekuasaan negara demokrasi dengan otonomi daerah
demokrasi dengan rule of law demokrasi dengan pengadilan yang merdeka demokrasi
dengan kesejahteraan masyarakat kemajuan demokrasi dengan keadilan sosial.

BAB IV : WARGA, NEGARA DAN KEWARGANEGARAAN


A. Pengertian Warga Negara
Pengertian warga negara menurut KBBI tahun 2002 adalah penduduk sebuah negara
atau bangsa berdasarkan keturunan tempat kelahiran dan sebagainya yang mempunyai
kewajiban dan hak penuh sebagai orang warga dari negara itu. Selanjutnya dalam pasal 1
10 | P a g e
undang-undang Nomor 22 tahun 1958 dinyatakan juga dalam undang-undang nomor 12
tahun 2006 tentang kewarganegaraan republik Indonesia, menekankan kepada peraturan
yang menyatakan bahwa warga negara Republik Indonesia adalah orang-orang yang
berdasarkan perundang-undangan atau Perjanjian perjanjian dan atau peraturan yang
berlaku sejak Proklamasi 17 Agustus 1945 Sudah menjadi warga negara Republik
Indonesia.
Pernyataan ini mengandung makna bahwa orang-orang yang tinggal dalam wilayah
negara dapat diklasifikasikan menjadi :
1. Warga negara Indonesia adalah orang-orang bangsa Indonesia asli dan orang-orang
bangsa lain yang disahkan dengan undang-undang sebagai warga negara.
2. Penduduk yaitu orang-orang asing yang tinggal dalam negara bersifat sementara
sesuai dengan visa atau surat izin untuk memasuki suatu negara dan tinggal sementara
yang diberikan oleh pejabat suatu negara yang dituju yang diberikan negara melalui
Kantor Imigrasi.
B. Penentuan Warga Negara Indonesia
1. Asas Kewarganegaraan Berdasarkan Kelahiran
a) Asas ius sanguinis, yaitu asas yang menetapkan seseorang mempunyai
kewarganegaraan menurut kewarganegaraan orang tuanya, tanpa melihat dimana ia
dilahirkan. Asas ini dianut oleh negara seperti Eropa Kontinental dan China.
b) Asas ius soli, yaitu asas didasarkan pada suatu tempat wilayah negara, maka
otomatis dan logis ia menjadi warga negara tersebut. Asas ini dianut oleh negara-
negara imigrasi seperti USA, Australia, dan Kanada.
c) Asas kewarganegaraan berdasarkan perkawinan
- Asas kesatuan hukum
Asas ini berdasarkan paradigm bahwa suami-istri ataupun ikatan keluarga
merupakan inti masyarakat yang meniscayakan suasana sejahtera, sehat dan
tidak berpecah. Menurut asas ini, sang istri akan mengikuti status suami baik
pada waktu perkawinan dilangsungkan maupun kemudian setelah perkawinan
berjalan.
- Asas persamaan derajat
Menurut asas ini suatu perkawinan tidak menyebabkan perubahan status
kewarganegaraan masing-masing pihak. Baik istri maupun suami tetap
berkewarganegaraan asal.

11 | P a g e
d) Asas kewarganegaraan berdasarkan naturalisasi, walaupun tidak dapat memenuhi
status kewarganegaraan melalui sistem kelahiran maupun perkawinan seseorang
masih dapat mendapatkan status kewarganegaraan melalui proses pewarganegaraan
atau naturalisasi. Dalam pewarganegaraan ini ada yang aktif dan ada pula yang
pasif. Dalam pewarganegaraan aktif seseorang dapat menggunakan hak opsi untuk
memilih atau mengajukan kehendak menjadi warga negara dari suatu negara titik
sedangkan dengan pewarganegaraan pasif seseorang yang tidak mau di
warganegara kan oleh suatu negara atau tidak mau diberi atau dijadikan warga
negara suatu negara maka yang bersangkutan dapat menggunakan hak repudiasi
yaitu hak untuk menolak pemberian kewarganegaraan tersebut.

C. Pengertian Negara
Loegemann mendefinisikan negara sebagai suatu organisasi kemasyarakatan yang
bertujuan dengan kekuasaannya mengatur serta menyelenggarakan sesuatu masyarakat.
Negara merupakan organisasi diantara sekelompok atau beberapa kelompok manusia
yang bersama-sama mendiami suatu wilayah tertentu dengan mengakui adanya suatu
pemerintahan yang mengurus tata tertib dan keselamatan sekelompok atau beberapa
kelompok manusia tadi. Negara merupakan organisasi dari sekumpulan orang yang
menempati wilayah tertentu dan diorganisasi oleh pemerintah yang sah dan mempunyai
kedaulatan. Para pakar kenegaraan memberikan titik terang pengertian negara sebagai
berikut :
a. Kranenburg, negara adalah organisasi yang didirikan atas dsar kehendak suatu
golongan atau bangsanya sendiri.
b. George jellinek, negara adalah organisasi kekuasaan dari sekelompok orang manusia
yang telah mendiami wilayah tertentu.
Jika kita membahas negara, maka tidak akan terlepas dari bangsa. Menurut KBBI
bangsa merupakan orang orang yang bersamaan asal, keturunan, adat, bahasa, dan
sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri. Pada dasarnya bangsa terbentuk atas dasar
kesamaan, baik dari segi keturunan, tempat, sejarah, adat, bahasa, dan tujuan yang
dimiliki satu dengan yang lainnya. Mengenai pengertian bangsa dikemukakan juga oleh
para pakar kenegaraan, yaitu :
a. Hans Kohn (Jerman), bangsa adalah buah hasil hidup manusia dalam sejarah.
b. Ernes Renan (Prancis), bangsa terbentuk karena adanya keinginan untuk hidup
bersama (hasrat bersatu) dengan perasaan setia kawan yang agung.
12 | P a g e
D. Teori Terjadinya Negara
1. Teori kontrak Sosial, Menurut teori ini negara terbentuk atas dasar sebuah perjanjian
yang dilakukan oleh masyarakat.
2. Teori ketuhanan, Teori ini menganggap bahwa negara ada karena adanya kehendak
Tuhan
3. Teori kekuasaan, Menurut teori ini negara terbentuk karena adanya kekuasaan atau
kekuatan.
4. Teori hukum adat, Menurut teori ini negara terbentuk karena adanya keinginan untuk
Memenuhi kebutuhan manusia yang bermacam-macam.

E. Bentuk Negara dan Tugas-Tugas Pemerintahan


1. Bentuk negara
Secara umum atau negara memiliki dua bentuk yaitu negara kesatuan dan negara
serikat negara kesatuan adalah negara yang mengatur semua kekuasaan di lingkungan
wilayah negaranya yang berkuasa penuh hanya pemerintahan pusat. Ciri negara kesatuan
yaitu kedaulatan keluar dan kedalam ditangani oleh pemerintah pusat, Negara hanya
memiliki satu undang-undang, satu kepala negara satu dewan menteri dan satu DPR,
kebijakan hanya satu, terutama dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya dan
pertahanan keamanan.
Negara serikat atau federasi adalah suatu negara yang mempunyai negara bagian titik
negara tersebut merupakan gabungan dari beberapa negara. Negara bagian tersebut
awalnya berdaulat sendiri kemudian menggabungkan diri dengan negara serikat. Selain
kedua bentuk negara itu sebenarnya jika dilihat dari jumlah yang memimpin negara dapat
dibagi ke dalam tiga kelompok yaitu monarki oligarki dan demokrasi.
2. Tugas pemerintahan
Pakar ilmu pemerintahan Ryaas Rasyid membagi tugas-tugas pokok pemerintahan
yaitu pemerintah bertugas menjamin terciptanya kondisi keamanan negara dari segala
ancaman baik dari luar maupun ancaman dari dalam, memelihara ketertiban dengan
mrncegah terjadinya bentrokkan antar warga, menegakkan keadilan kepada setiap warga
negara tanpa membeda bedakan status, melakukan pekerjaan umum dengan cara
membangun fasilitas jalan dan lain sebagainya, meningkatkan kesejahteraan sosial,
menerapkan kebijakan ekonomi, membuat dan menerapkan kebijakan pemeliharaan
sumber daya alam.
13 | P a g e
F. Warga Negara dan Kewarganegaraan
Salah satu persyaratan diterimanya status sebuah negara adalah adanya unsur warga
negara yang diatur Menurut ketentuan hukum tertentu sehingga warga negara yang
bersangkutan dapat dibedakan dari warga negara dari negara lain. Pengaturan mengenai
kewarganegaraan didasarkan dari 2 prinsip yaitu prinsip ius soli atau prinsip Ius
Sanguinis. Berdasarakan prinsip ius soli seseorang yang dilahirkan di dalam wilayah
hukum suatu negara secara hukum dianggap memiliki status kewarganegaraan dari negara
tempat kelahirannya itu. Sedangkan asas ius sanguinis yaitu apabila orang tuanya
berkewarganegaraan suatu negara maka otomatis kewarganegaraan anak-anaknya
dianggap sama dengan kewarganegaraan orang tuanya itu.

G. Cara Memperoleh Kewarganegaraan Indonesia


Undang-undang nomor 12 tahun 2006 pasal 9 menjelaskan bahwa permohonan
pewarganegaraan dapat diajukan oleh pemohon jika memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Telah berusia 18 tahun atau sudah menikah
2. Pada waktu mengajukan permohonan sudah bertempat tinggal di wilayah negara
Republik Indonesia paling singkat 5 tahun berturut-turut atau paling singkat 10 tahun
tidak berturut-turut.
3. Sehat jasmani dan rohani
4. Dapat berbahasa Indonesia serta mengakui dasar negara Pancasila dan undang-undang
dasar negara Republik Indonesia tahun 1945.
5. Tidak pernah dijatuhi pidana Karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara 1 tahun atau lebih.
6. Jika dengan memperoleh kewarganegaraan republik Indonesia tidak menjadi
kewarganegaraan ganda.
7. Mempunyai pekerjaan atau berpenghasilan tetap
8. Membayar uang kewarganegaraan ke kas negara.

H. Kehilangan Kewarganegaraan Indonesia


Penyebab kehilangan kewarganegaraan Indonesia diatur pada bab 4 tentang
kehilangan kewarganegaraan republik Indonesia pada pasal 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29 dan
30 undang-undang nomor 12 tahun 2006 kewarganegaraan republik Indonesia hilang
disebabkan jika yang bersangkutan :
14 | P a g e
1. Memperoleh kewarganegaraan lain atas kemauan sendiri
2. Tidak menolak atau tidak melepaskan kewarganegaraan lain sedangkan orang yang
bersangkutan mendapat kesempatan untuk itu.
3. Dinyatakan hilang kewarganegaraannya oleh Presiden atas permohonan sendiri yang
bersangkutan sudah berusia 18 tahun atau sudah menikah bertempat tinggal di luar
negeri dan dengan dinyatakan hilang kewarganegaraan republik Indonesia tidak
menjadi tanpa kewarganegaraan.
4. Masuk dalam dinas tentara Asing Tanpa Izin terlebih dahulu dari Presiden
5. Secara sukarela masuk dalam dinas negara asing yang jabatan dalam dinas semacam
itu di Indonesia sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan hanya dapat
dijabat oleh warga negara Indonesia.
6. Secara sukarela mengangkat sumpah atau menyatakan janji setia kepada negara asing
atau bagian dari negara asing tersebut.
7. Tidak diwajibkan tetapi turut serta dalam pemilihan sesuatu yang bersifat
ketatanegaraan untuk suatu negara asing.
8. Mempunyai paspor atau surat yang bersifat paspor dari negara asing atau surat yang
dapat diartikan sebagai tanda kewarganegaraan yang masih berlaku dari negara lain
atas namanya.
9. Bertempat tinggal di luar wilayah negara Republik Indonesia selama 5 tahun terus
menerus bukan dalam rangka dinas negara tanpa alasan yang sah dengan sengaja tidak
menyatakan keinginannya untuk tetap menjadi warga negara Indonesia sebelum
jangka waktu 5 tahun itu berakhir dan setiap 5 tahun berikutnya yang bersangkutan
tidak mengajukan pernyataan ingin tetap menjadi warga negara Indonesia kepada
perwakilan Republik Indonesia yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal yang
bersangkutan.

I. Kewarganegaraan Orang “Cina” Peranakan


Orang-orang Cina peranakan yang tinggal menetap turun-temurun di Indonesia sejak
masa reformasi hingga saat ini telah berhasil memperjuangkan agar tidak lagi disebut
sebagai orang Cina melainkan disebut sebagai orang Tionghoa. Sebutan Tionghoa itu
untuk dinisbatkan kepada kelompok masyarakat Indonesia keturunan Cina. Secara
psikologis bagi kebanyakan masyarakat Indonesia istilah Tionghoa itu malah lebih
memperlebar jarak antara masyarakat keturunanCina dengan masyarakat Indonesia pada
umumnya titik apalagi pengertian dari istilah Tionghoa itu sendiri terdengar lebih tinggi
15 | P a g e
posisi dasarnya atau bahkan terlalu tinggi posisinya dalam berhadapan dengan kelompok
masyarakat di luar keturunan Cina.
Tiongkok atau Tionghoa itu sendiri mempunyai arti sebagai negara pusat yang
didalamnya terkandung pengertian pemberlakuan negara-negara diluarnya sebagai negara
Pinggiran. Karena itu, penggantian istilah Cina yang dianggap cenderung merendahkan
dengan perkataan Tionghoa yang bernuansa kebanggaan bagi orang Cina justru akan
berdampak buruk, karena dapat menimbulkan dampak psikologi bandul jam yang
bergerak ekstrim dari satu sisi ekstrim ke sisi ekstrim yang lain.

J. Pembaharuan Undang-Undang Kewarganegaraan


Dalam rangka pembaharuan undang-undang kewarganegaraan berbagai ketentuan
yang bersifat diskriminatif. Sudah selayaknya disempurnakan titik warga keturunan yang
lahir dan dibesarkan di Indonesia sudah tidak selayaknya lagi diperlakukan sebagai orang
asing dalam hukum Indonesia di masa datang termasuk dalam rangka amandemen
undang-undang 1945 dan pembaharuan undang-undang tentang kewarganegaraan atribut
keaslian itu kalaupun masih akan digunakan cukup dikaitkan dengan kewarganegaraan
sehingga kita dapat membedakan antara warga negara asli. Dalam arti sebagai orang yang
dilahirkan sebagai warga negara dan orang yang dilahirkan bukan sebagai warga negara
Indonesia.
Dalam penentuan asas kewarganegaraan Indonesia Hal tersebut telah diatur dalam
undang-undang yakni dalam undang-undang nomor 12 tahun 2006 tentang
kewarganegaraan republik Indonesia di mana undang-undang tersebut menganut asas-
asas kewarganegaraan yang bersifat umum atau universal yaitu asas Ius Sanguinis dan Ius
Soli dan campuran. Undang-undang ini pada dasarnya tidak mengenal kewarganegaraan
ganda atau bipatride ataupun tanpa kewarganegaraan atau apatride. Kewarganegaraan
ganda yang diberikan kepada anak dalam Undang-Undang ini merupakan suatu
pengecualian. Selain asas tersebut diatas beberapa asas khusus juga dijadikan dasar
menyusun Undang-Undang tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia. seperti asas
kepentingan nasional, asas perlindungan maksimum, asas persamaan di dalam hukum dan
pemerintahan, asas keheranan substantive, asas nondiskriminatid, asas pengakuan dan
penghormatan, asas keterbukaan, asas publisitas.

16 | P a g e
BAB V : HAK DAN KEWAJIBAN
A. Pengertian Hak
Hak dapat diartikan sesuatu yang benar, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat
sesuatu atau kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu. Dengan
demikian hak warga negara pada dasarnya adalah dikembangkan dari natural right atau
mendapat jaminan hukum. Hak – hak warga negara yang substansial menurut Lyman
Tower Sargen, pada prinsipnya antara lain meliputi (1) hak untuk memilih, (2) hak
kebebasan berbicara, (3) hak kebebasan pers, (4) hak kebebasan beragama, (5) hak
kebebasan bergerak, (6) hak kebebasan berkumpul, (7) hak kebebasan dari perlakuan
sewenang – wenangnya oleh sistem politik dan hukum.
Menurut CCE (Center for Civic Educatio) hak – hak individu yang perlu dilindungi
oleh negara yakni:
1. Hak pribadi (personal right),
2. Hak politik (political right),
3. Hak ekonomi (economic right)

B. Pengertian Kewajiban
Menurut Rapar bahwa warga negara yang bertanggung jawab adalah warga negara
yang baik. Warga negara yang baik adalah warga negara yang memiliki keutamaan atau
kebajikan selaku warga negara. Kewajiban sering melekat dengan sanksim sanksi itu ada
yang tida langsung (sanksi moral) dan ada sanksi yang langsung (hukuman).
Pengembangan tanggung jawab warga negara tidak hanya akan mengurangi perbuatan
melanggar hukum, akan tetapi juga akan menumbuhkembangkan demokrasi dan
kepentingan nasional yang lain.

Secara umum, perwujudan tanggung jawab warga negara terhadap bangsa dan
negaranya terutama dalam pelaksanaan hak dan kewajiban dalam mewujudkan
kepentingan nasional diatas kepentingan pribadi. Dalam usaha mewujudkan kepentingan
nasional, misalnya seorang warga negara berkewajiban: Menjunjung tinggi
hukum/peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis, menjunjung tinggi pemerintah,
memberikan suara dalam pemilu, menjaga dan membela kemerdekaan, menuntut
pelajaran/ilmu pengetahuan, mengembangkan iman dan taqwa.

17 | P a g e
C. Konsep Hak dan Kewajiban
Adil merupakan konsep yang tidak dapat dipisahkan dengan hak dan kewajiban. Jadi
kewajiban adalah sesuatu yang harus dilakukan sebagai konsekuensi seorang dengan
statusnya, sedangkan hak adalah sesuatu yang harus diterima sebagai konsekuensi
pemenuhan kewajiban. Dari pengertian tersebut tergambar bahwa hak dan kewajiban
merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak dapat dipisahkan.

D. Konsep Warga
Negara Warga negara adalah anggota negara. Demikian secara singkat pengertian
umum tentang warga negara. Dalam Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2006 pasal 1
ayat 1 tersirat bahwa warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan
berdasarkan peraturan perundang – perundangan. Prinsip hukum internasional tentang
kewarganegaraan, setiap Negara berdaulat dipersilahkan untuk menentukan siapa yang
masuk warganegarannya, namun demikian tetap menghormati prinsip – prinsip umum
hukum internasional. Dalam menentukan statusnya sebagai warga negara, biasanya
terjadi pada seseorang yang mempunyai jasa yang berharga kepada sebuah negara,
sehingga ia diberi kesempatan untuk masuk negara tersebut dengan dipermudah atau tetap
memilih negara asalnya.

BAB VI : HAKIKAT KONSTITUSI


A. Pengertian Konstitusi
Kontitusi berasal dari bahasa Prancis yakni constituer yang berarti membentuk.
Dalam bahasa latin konstitusi berasal dari gabungan dua kata yaitu cume berarti “
bersama-sama dengan …“ dan Statuere berarti berdiri, membuat sesuatu berdiri atau
menetapkan. Dalam praktiknya pengertian konstitusi lebih luas dari pengertian undang-
undang dasar. Yakni konstitusi adalah keseluruhan dari peraturan-peraturan baik yang
tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur secara mengikat cara-cara bagaimana
sesuatu pemerintahan diselenggarakan dalam suatu masyarakat. Dalam KBBI konstitusi
berarti : (1) Segala ketentuan dan aturan mengenai ketatanegaraan ; (2) Undang-undang
dasar suatu negara. Menurut Lemhannas (2011: 19 ), konstitusi dalam negara adalah
sebuah norma sistem politik dan hukum bentukan pada pemerintah negara , biasanya
dimodifikasi sebagaidokumen tertulis.
Konstitusi pada umumnya merujuk pada penjaminan hak kepada warga
masyarakatnya. Pada negara modern biasanya jaminan hak asasi warganegaranya
18 | P a g e
tercantum dalam konstitusi. Konstitusi oleh para pendiri negara kita diartikan sebagai
hukum dasar. Undang- Undang Dasar adalah hukum dasar yang tertulis, sedangkan
konstitusi adalah hukum dasar tidak tertulis. Namun dalam perjalanan sejarah
ketatanegaraan Indonesia, tidak membedakan pengertian konstitusi dan Undang-Undang
Dasar.
Beberapa definisi konstitusi menurut para Ahli diantaranya sebagai berikut :
a. Herman Heller membagi pengertian konstitusi menjadi tiga, yaitu :
- Konstitusi dalam pengertian politis-sosiologis.konstitusi mencerminkan kehidupan
politik di dalam masyarakat sebagai suatu kenyataan.
- Konstitusi dalam pengertian yuridis.konstitusi merupakan suatu kesatuan kaidah
yang hidup dalam masyarakat yang selanjutnya dijadikan suatu kesatuan kaidah
hukum.
- Konstitusi pengertiannya lebih luas dari undang- undang dasar.konstitusi adalah
yang ditulis dalam suatu naskah sebagai undang-undang yang tertinggi yang
berlaku dalam suatu negara.
b. K.C. Wheare, mengartikan konstitusi sebagai ”keseluruhan sistem ketatanegaraan dari
suatu negara, berupa kumpulan peraturan yang membetuk, mengatur atau memerintah
dalam pemerintahan suatu negara”.
c. C.F. Strong, mengartikan konstitusi sebagai ”suatu kumpulan asas-asas yang
menyelenggarakan kekuasaan pemerintah(arti luas), hak-hak dari pemerintah dan
hubungan antara pemerintah dan yang diperintah (menyangkut hak-hak asasi manusia).
Dengan demikian konstitusi merupakan kerangka negara yang diorganisasikan dengan
dan melalui hukum yang menetapkan:
- Pengaturan mengenai pendirian lembaga-lembaga yang permanen
- Fungsi-sungsi dari alat-alat perlengkapan negara
- Hak-hak tertentu yang telah ditetapkan
d. Prof. Prayudi, merumuskan konstitusi sebagai berikut :
- Konstitusi suatu negara adalah hasil atau produk sejarah dan proses perjuangan
bangsa yang bersangkutan.
- Konstitusi suatu negara adalah rumusan dari filsafat, cita-cita, khendak, dan
perjuangan bangsa Indonesia.
- Konstitusi adalah cermin dari jiwa, jalan pikiran, mentalitas, dan kebudayaan suatu
bangsa.

19 | P a g e
e. Miriam Budiarjo merumuskan konstitusi sebagai suatu piagam yang menyatakan cita-
cita bangsa dan merupakan dasar organisasi kenegaraan suatu bangsa . sedangkan
undang-undang dasar merupakan bagian tertulis dari konstitusi.

Konstitusi juga dapat diartikan secara luas dan smpit :


1. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti luas meliputi hukum dasar tertulis dan tidak
tertulis ( unwritten constitution).
2. Konstitusi (hukum dasar) dalam arti sempit Adalah hukum dasar tertulis yaitu undang-
undang dasar. Dengan pengertian ini, undang-undang dasar merupakan konstiusi atau
hukum dasar yang tertulis saja (written constitution).

B. Tujuan Dan Fungsi Konstitusi


C.F Strong menyatakan bahwa pada prinsipnya tujuan konstitusi adalah untuk
membatasi kewenangan tindakan pemerintah, untuk menjamin hak-hak yang diperintah
dan merumuskan pelaksanaan kekuasaan yang berdaulat. Oleh karena itu setiap konstitusi
senantiasa memiliki dua tujuan, yaitu (Utomo, 2007:12):
a. Untuk memberikan pembatasan dan pengawasan terhadap kekuasaan politik.
b. Untuk membebaskan kekuasaan dari kontrol mutlak para penguasa serta menetapkan
batas-batas kekuasaan bagi penguasa.
c. Tujuan dibuatnya konstitusi adalah untuk mengatur jalannya kekuasaan dengan jalan
membatasinya melalui aturan untuk menghindari terjadinya kesewenangan yang
dilakukan penguasa terhadap rakyatnya serta memberikan arahan kepada penguasa
untuk mewujudkan tujuan Negara.
Menurut Henc Van Maarseven (Harahap, 2008:179) bahwa konstitusi berfungsi
menjawab berbagai persoalan pokok negara dan masyarakat, yaitu:
a. Konstitusi menjadi hukum dasar suatu negara
b. Konstitusi harus merupakan sekumpulan aturan-aturan dasar yang menetapkan
lembaga-lembaga penting negara
c. Konstitusi melakukan pengaturan kekuasaan dan hubungan keterkaitannya
d. Konstitusi mengatur hak-hak dasar dan kewajiban-kewajiban warga negara dan
pemerintah, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama
e. Konstitusi harus mengatur dan membatasi kekuasaan negara dan lembaga-lembaga-
nya
f. Konstitusi merupakan ideologi elit penguasa
20 | P a g e
g. Konstitusi menentukan hubungan materiil antara negara dan masyarakat.
Keberadaan konstitusi tidak dapat dilepaskan dengan keberadaan negara. Konstitusi
ditempatkan pada posisi ter-atas yang menjadi pedoman untuk jalanya sebuah negara dan
mencapai tujuan bersama warga negara. Adapun Fungsi konstitusi, baik tertulis maupun
tidak tertulis adalah sebagai berikut (Asshiddiqie, 2006:122):
a. Fungsi penentu dan pembatas kekuasaan organ negara.
b. Fungsi pengatur hubungan kekuasaan antar organ negara.
c. Fungsi pengatur hubungan antar organ negara dengan warga negara.
d. Fungsi pemberi atau sumber legitimasi terhadap kekuasaan negara atau pun kegiatan
penyelenggaraan kekuasaan negara.
e. Fungsi penyalur atau pengalih kewenangan dari sumber kekuasaan yang asli (yang
dalam sistem demokrasi adalah rakyat) kepada organ negara.
f. Fungsi simbolik sebagai pemersatu.
g. Fungsi simbolik sebagai rujukan identitas dan keagungan kebangsaan.
h. Fungsi simbolik sebagai pusat upacara.
i. Fungsi sebagai sarana pengendalian masyarakat, baik dalam arti sempit hanya
dibidang politik maupun dalam arti luas yang mencakup sosial dan ekonomi.
j. Fungsi sebagai sarana perekayasaan dan pembaruan masyarakat (social engineering
dan social reform), baik dalam arti sempit atau pun luas

21 | P a g e
BAB III
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN ISI BUKU
Didalam ketiga buku tersebut sama sama dijelaskan bahwa pendidikan
kewarganegaraan adalah salah satu cara yang digunakan untuk mendidik peserta didik
memiliki rasa kewarganegaraan. Didalam buku utama dituliskan” Pendidikan
kewarganegaraan dirumuskan secara luas untuk mencakup proses penyiapan generasi
muda untuk mengambil peran dan tanggung jawab sebagai warganegara, dan secara
khusus peran pendidikan termasuk didalamnya persekolahan, pengajaran dan belajar,
dalam proses penyiapan warga negara tersebut”. Yang mana semua buku juga
menjelaskan bahwa untuk memiliki rasa kewarganegaraan maka harus bisa menerapkan
butir butir pancasila.
Pada buku utama dijelaskan bahwa pendidikan kewarganegaraan ditunjukkan untuk
umum sedangkan pada buku pembanding ada yang khusus untuk mahasiswa atau
perguruan tinggi dimana disebutkan bagaimana pentingnya pendidikan kewarganegaraan
di ranah perguruan tinggi.
Pada buku utama tidak dijelaskan makna dari setiap sila sila pancasila dengan jelas
sedangkan pada buku pembanding menjelaskan makna sila sila pancasila, sehingga
terlihat lebih lengkap.
Pada buku utama tidak menjelaskan bagaimana pancasila sebagai kepribadian dan
identitas nasional indonesia sedangkan pada buku pembanding ada dijelaskan mengenai
bagaimana pancasila sebagai kepribadian dan identitas nasional indonesia.

B. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN BUKU


1. Kelebihan Buku
a. Cover buku yang menarik sehingga menarik minat pembaca
b. Penulisan yang rapi dan tata bahasa yang bagus membuat buku ini mudah
dipahami
c. Banyak isi buku ini yang tidak dijelaskan pada buku pembanding sehingga
cocok menjadi buku pegangan dalam belajar kewarganegaraan.
d. Ditampilkannya biodata penulis sehingga pembaca mampu mengenal penulis.
2. Kekurangan buku
a. Isi buku terlalu padat dan kurang adanya gambar atau ilustrasi sehingga
pebaca mudah bosan saat membaca buku ini.
22 | P a g e
b. terdapat kekurangan isi yaitu tidak dijelaskannya beberapa materi pada buku
pembanding di dalam buku ini.

23 | P a g e
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Setelah membandingkan ketiga buku dapat disipulkan bahwa setiap buku mempunyai
kelebihan dan kekuranag ,ada materi yang tidak dijelaskan dibuku utama namun
dijelaskan dibuku pembanding sebaliknya ada yang dijelaskan dibuku utama namun
tidak dijelaskan dibuku pembanding. Namun untuk keseluruhan buku ini sanagat
bagus untuk dijadikan pedoman atau pegangan dalam belajar kewarganegaraan

B. SARAN
Setelah meriview ketiga buku ini maka saya menyarankan untuk pembaca memiliki
dua diantara tiga buku diatas dikarenakan jika hanya satu buku maka akan tertinggal
satu atau dua materi yang tidak dijelaskan pada satu buku tersebut.

24 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan, Deny. 2020. Pendidikan Kewarganegaraan. Medan : Madenatera.


Pasaribu,Payerli.2016.pendidikan kewarganegaraan.Medan:Unimed press.
Winarno Narmoatmojo,dkk.2015. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan
Tinggi.Yogyakarta:Ombak.

25 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai