Anda di halaman 1dari 46

CRITICAL BOOK REVIEW

MK. PENDIDIKAN
PANCASILA
PRODI S1 PTB - FT
PENDIDIKAN PANCASILA

Skor Nilai:

Di susun oleh :

NAMA : Muhammad Ferdiansyah


NIM : 5222411008
DOSEN PENGAMPU : Drs. Halking, M.Si.
MATA KULIAH : Pendidikan Pancasila

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan kepada tuhan yang maha kuasa, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami.Critical Book Review (CBR)ini dapat
diselesaikan sesuai dengan waktunya yang diharapkan,

Dalam penulisan tugas ini kami menyadari masih banyak kesalahan yang perlu di
perbaiki besama, untuk itu kritik dan sarannya perlu untuk disampaikan kepada kami. Agar
penulisanCritical Book Review (CBR)selanjutnya akan lebih baik dan sekaligus sebagai
upaya perbaikan dan penyempurnaan dimasa yang akan datang. akhirnya kurang dan
lebihnya saya ucapkan banyak terima kasih, saya berharap Critical Book Review (CBR) ini
bermanfaat bagi kami sendiri lebih-lebih kepada seluruh pembaca pada umumnya.

Medan, Oktober 2023

Muhammad Ferdiansyah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .............................................................................................. i

DAFTAR ISI........................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................1

A. Rasionalisasi CBR ............................................................................................1


B. Tujuan Penulisan CBR.......................................................................................1
C. Mamfaat CBR ...................................................................................................1
D. Identitas Buku Yang Di review..........................................................................1

BAB II RINGKASAN BUKU .................................................................................2

A. BAB I Kepemimpinan Dan Motivasi ................................................................2


1. Kepemimpinan Fungsional ..........................................................................2
2. Action-Centred Leadersip ............................................................................2
3. Aturan Lima Puluh-Lima Puluh..................................................................3
B. BAB II Maslow Dan Herzberg .........................................................................5
1. Hierarki Kebutuhan Maslow ........................................................................5
2. Penerapan Gagasan Maslow Pada Industri ..................................................5
3. Teori Motivasi-Higiernis Herzberg..............................................................6
C. BAB III Cara Memotivasi Delapan Prinsip Memotivasi ...................................7
1. Kerangka Motivasi .......................................................................................7

BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................9

BAB IV

BAB IV PENUTUP ...............................................................................................15

A. Kesimpulan ......................................................................................................15
B. Rekomendasi ....................................................................................................15

Daftar Pustaka ....................................................................................................16

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Rasionalisasi pentingnya CBR

Seringkali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan
pahami.Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati
kita.Misalnya, dari segi analisa bahasa, pembahasan tentang pendidikan
pancasilauntuk perguruan tinggi.Oleh karena itu, kami membuat critical book
report ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih buku referensi,
terkhusus pada pokok pembahasan tentang pendidikan pancasila untuk
perguruan tinggi.

B. Tujuan penulisan CBR

Untuk mengkritis/membandingkan satu topik materi kuliah Pendidikan


Pancasila dalam tiga buku yang berbeda

C. Mamfaat CBR

a. Untuk menambah wawasan tentang pendidikan pancasila


b. Untuk mengetahui lebih jelas tentang arti dari Pancasila
c. Untuk mempermudah pembaca dalam mencari referensi buku
Pendidikan Pancasila untuk perguruan tinggi

D. Identitas

1. buku yang direview

2. Judul : Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan Tinggi

3. Edisi : Ke-1

4. Pengarang : DRS. H.M. ALWI KADERI, M.Pd.I

5. Penerbit : ANTASARI PRESS

6. Kota terbit : Banjarmasin

7. Tahun : 2017

8. ISBN : 978-979-22-3448-0

1
2. Buku Pembanding

a. Buku pembanding I

1. Judul : PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2. Edisi : Ke-1

3. Pengarang : Dr.Usiono, MA/Dr. Salamuddin, MA

4. Penerbit : Perdana Publishing

5. Kota terbit : Medan

6. Tahun : 2016

7. ISBN : 978-602-6970-62-6

8. Jumlah halaman : 192 Halaman

b. Buku pembanding II
1. Judul : Pendidikan Pancasila

2. Edisi : Ke-1

3. Pengarang : TIM PENYUSUN RISTEKDIKTI

4. Penerbit : Direktorat Jendral Pembelajaran dan


Kemahasiswaan Kementrian Riset Teknologi dan
Pendidikan Tinggi
5. Kota terbit : Jakarta

6. Tahun : 2016

7. ISBN : 978-602-6470-01-0
8. Jumlah halaman : 239 Halaman

2
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. RINGKASAN BUKU UTAMA

BAB I
PENDAHULUAN
Bagi masyarakat Indonesia, Pancasila bukanlah sesuatu yangasing. Pancasila terdiri
atas lima sila, dia diabadikan dalam NaskahPembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat, dia
dijadikan sebagaidasar negara Republik Indonesia. Sekalipun di dalam
Pembukaantersebuttidak secara eksplisit disebutkan kata Pancasila, namumsetiap yang
membacanya sudah pasti mengetahuinya, bahwa yangdimaksud dalam pernyataan terakhir
dari alinea ke empatpembukaan UUD 1945 tersebut adalah Pancasila.Sebagai Dasar Negara,
Pancasila mempunyai kekuatan mengikatsecara hukum. Sehingga seluruh tatanan hidup
bernegara yangbertentangan dengan Pancasila sebagai kaedah hukum konsttusional,pada
dasarnya tdak berlaku dan harus dicabut.Sebagai dasar negara,Pancasila telah terkait dengan
struktur kekuasaan secara formal.
Demikian pula Pancasila sebagai dasar negara dia meliput suasanakebatnan atau cita-
cita hukum yang menguasai hukum dasar negara,baik berupa hukum dasar tertulis yang
berwujud undang-undang dasarmaupun berupa hukum dasar yang tdak tertulis, yang tumbuh
dalampraktk penyelenggaraan negara.Namun seiring dengan perkembangan dan perjalanan
sejarahbangsa Indonesia, sejak era reformasi, bahkan sampai sekarang,membicarakan tentang
Pancasila kadang-kadang masih seringdianggap sebagai keinginan dan kerinduan untuk
kembali kekejayaan masa Orde Baru. Bahkan ada sebahagian orang yangmemandang sinis
terhadap Pancasila, karena dianggap sebagaisesuatu yang salah.Adanya anggapan tersebut
wajar saja terjadi,karena di Era Orde Baru, Pancasila telah terjadi penyelewengandengan
menjadikan Pancasila sebagai legitmasi ideologis dalamrangka mempertahankan dan
memperluas kekuasaannya secaramasif.
Namun akibatnya Pancasila seiring dengan tumbungnya rezim peme-rintahan Orde
Baru.Pancasila ikut dipersalahkan hingga ikut menang-gung bebansebagai akibat dari
kesalahan suatu rezim kekuasaan politk.Walaupun demikian, sebagai sebuah ideologi dan
dasar negara,Pancasila tetap layak untuk dikaji dan dipelajari kembali relevansinyadengan
kehidupan berbangsa dan bernegara. Karena bagaimanapunkesepakatan bangsa telah
menetapkan bahwa Pancasila yang terdiriatas lima sila, yaitu: Ketuhanan Yang Maha Esa,

3
Kemanusiaan yang adildan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin
olehHikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyaratan/Perwakilan, dan KeadilanSosial Bagi
Seluruh Bangsa Indonesia, adalah merupakan dasar NegaraKesatuan Republik Indonesia,
yang diproklamasikan tanggal 17 Agustus1945. Dan kesepakatan tersebut telah dinyatakan
pada tanggal 18Agustus 1945, oleh sebuah Badan yang bernama Panita
PersiapanKemerdekaan Indonesia (PPKI) sebagai lembaga yang membentuknegara ketka itu.
Hal tersebut sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Prof.Dardji Darmodihardjo,
SH, bahwa sejarah diciptakan atau dirumuskannya Pancasila adalah untuk dijadikan
sebagaiDasar Negara Indonesia manakala telah menjadi sebuah negara yang merdeka.
Danmenurut beliau hal tersebut dapat dibuktkan dari berbagai naskah,yang menyatakan
bahwa Pancasila adalah merupakan Dasar NegaraRI sebagaimana berikut ini:

BAB II
PENGERTIAN PANCASILA, TUJUAN DANLANDASAN PENDIDIKAN PANCASILA
A. Pengertian Pancasila Secara Etmologis, Historisdan Terminologis
Bila kita kaji secara ilmiah tentang apa fungsi dan kedudukanPancasila, niscaya akan
tampak bahwa Pancasila itu memilikipengertan yang luas, baik dalam konteks kedudukannya
sebagai DasarNegara, sebagai Pandangan Hidup Bangsa, Sebagai Ideologi Bangsa
danNegara, atau dalam konteks sebagai kepribadian bangsa, serta dalamproses terjadinya.
Sehingga terdapat berbagai macam termi-nologiyang harus kita deskripsikan secara objektf.
Sehingga dalam kontekspembahasan tentang pengertan Pancasila ini, akan kita
jumpaiberbagai macam penekanan, sesuai dengan kedudukan dan fungsiPancasila tersebut,
terutama dalam perumusan dan pemba-hasan yangberdasarkan sejarah (kajian diakronis)
Pancasila, sejak masih berupanilai-nilai yang terdapat dalam pandangan hidup bangsa,
hinggamenjadi menjadi Dasar Negara, bahkan sampai pada tataranpelaksanaannya
dalamsejarah kenegaraan Indonesia di masa lalu.
Misalnya ketka masa Orde Lama sedang berkuasa, pada saat itu kitajumpai berbagai macam
rumusan Pancasila yang berbeda-beda. Agarkita dapat memahaminya secara baik dan benar,
maka kita harusmendeskripsikannya secara objektf, sesuai dengan kedudukan danperumusan
dari Pancasila itu sendiri.
B. Pengertan Pancasila secara Etmologis.
Bila dilihat secara harfah (Etmologis) “Pancasila” berasal daribahasa Sansekerta dari
India (bahasa kasta Brahmana), yang dapatdijabarkan dalam dua kata, yaitu Panca yang
4
berart lima, dan Silayang berart dasar. Sehingga Pancasila berart lima dasar, yaitu limaDasar
Negara Republik Indonesia.Istlah “sila” juga bisa berart sebagai aturan yangmelatarbelakangi
perilaku seseorang atau bangsa; kelakuan atau perbuatanyang menurut adab (sopan santun);
akhlak dan moral.Istlah Pancasila menurut Prof. Darji Darmodiharjo, SH telahdikenal sejak
zaman kerajaan Mojopahit pada abad XIV, yaituterdapat dalam buku Negarakertagama
Karangan Empu Prapanca,dan buku Sutasoma karangan Empu Tantular.Dalam buku
Sutasoma ini istlah Pancasila di sampingmempunyai art “berbatu sendi yang lima” (dari
bahsa Sansekerta)dia juga mem-punyai art pelaksanaan Kesusilaan yang lima,(Pancasila
Krama), yang meliput:
• Tidak boleh melakukan kekerasan (ahimsa)
• Tidak boleh mencuri (asteya)
• Tidak boleh berjiwa dengki (Indriva nigraha)
• Tidak boleh berbohong (amrswada)
• Tidak boleh mabuk minuman keras (dama). (Dardji

BAB III
PANCASILA DALAM KONTEKS SEJARAH PERJUANGAN BANGSA INDONESIA

Pancasila sebagai dasar negara RI sebelum disahkan pada tanggal18 Agustus 1945
oleh PPKI, nilai-nilainya telah ada pada bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum
bangsa Indonesia mendirikan negara RI. Nilai-nilai tersebut berupa adat-istadat, kebudayaan
serta nilai-nilai relegius. Nilai-nilai tersebut telah melekat dan teramalkan oleh masyarakat
ketka itu dalam kehidupan sehari-hari. Oleh sebab itulah maka Kausa Materialis dari
Pancasila itu pada dasarnya adalah Bangsa Indonesia itu sendiri.
Nilai-nilai tersebut kemudian diangkat dan dirumuskan secara formal oleh para
pendiri negara untuk dijadikan sebagai dasarfilsafat negara Indonesia. Dan proses perumusan
materi Pancasila secara formal tersebut dilakukan melalui proses: berbagai sidang, mulai
sidang BPUPKI pertama, Sidang Panita “9”, sidang BPUPKI kedua, yang diakhiri dengan
disyahkannya Pancasila secara yuridis sebagai dasar Filsafat negara Republik Indonesia. Oleh
sebab itu untuk memahami Pancasila secara lengkap alam kaitannya dengan jat diri bangsa
Indonesia, mutlak diperlukan pemahaman sejarah perjuangan dari bangsa Indonesia,
diperlukan adanya pemahaman tentang sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam

5
membentuk suatu negara yang didasari atas asas hidup demi kesejahteraan hidup bersama
yaitu negara yang berdasarkanPancasila.
Nilai-nilai essensial yang terkandung dalam Pancasila yaitu:Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan serta Keadilan, yang secara nyata dan objektf telah
dimiliki oleh bangsa Indonesia sejak zaman dahulu kala sebelum negara RI ini terbentuk.
Proses terbentuknya negara dan bangsa Indonesia melalui suatu proses sejarah yang cukup
panjang, yaitu sejak zaman batu, serta sejak tmbulnya kerajaan-kerajaan pada abad ke IV dan
ke V.
Dan dasar-dasar kebangsaan Indonesia telah mulai tampak pada abad ke VII, yaitu
ketka tmbulnya kerajaan Sriwijaya di Palembang di bawah Wangsa Syailendera, dan kerajaan
Airlangga dan Majapahit di Jawa Timur, serta kerajaan-kerajaan lainnya. Dasar-dasar
pembentukan nasionalisme modern dirints oleh para pejuang kemerdekaan bangsa Indonesia,
yang antara lain dilakukan oleh tokoh-tokoh pejuang pada kebangkitan nasional pada tahun
1908, yang kemudian dicetuskan pada sumpah pemuda pada tahun 1928. Dan akhirnya ttk
kulminasi sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mendirikan bangsa Indonesia baru
tercapai dengan diproklamasikannya kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.

BAB IV
PERTUMBUHAN PEMAHAMAN KEBANGSAAN INDONESIA
Indonesia sebagaimana yang ada sepert saat ini sesungguhnyaia merupakan suatu
kesatuan proses dari perjalanan panjang bangsa ini. Karena bangsa Indonesia terbentuk dari
penggalan-penggalan sejarah yang kadang tampak lepas dan tercerai, tetapi pada hakikatnya
masing-masing episode itu tak terpisahkan antara yang satu dengan yang lain. Ada benang
merah yang menghubungkan antara penggalan-penggalan sejarah tersebut. Berkaitan dengan
pemahaman terhadap Indonesia ini ada dua pendekatan yang dapat dikemukakan, yaitu :
Pertama: Pendekatan yang dipelopori oleh Sutan Taqdir AliSyahbana. Ia
mengemukakan bahwa di dalam memahami bangsa Indonesia ini haruslah dilihat bahwa
Indonesia adalah bangsa yang baru lahir dan terlepas dari keterikatan sejarah masa lalu sepert
kerajaan Sriwijaya, Majapahit, Mataram dan sebagainya. Indonesia baru adalah Indonesia
yang rasional, maju dan mirip dengan bangsa Barat lainnya.
Ke dua : Pendekatan ini dipelopori oleh Sanusi Pane dkk. Mereka beranggapan bahwa
bahwa suatu bangsa tdak mungkin menjadi betulbetul baru dengan meninggalkan sama sekali
warisan-warisan sejarah masa lalu. Karena bangsa ini terbentuk dari jalinan sejarah tempo
dulu, yang mewariskan nilai-nilai, norma-norma dan sebagainya, yang terajut menjadi kultur
6
bangsa Indonesia yang mewarnai kehidupanbangsa Indonesia dalam berbangsa dan
bernegara. Sehingga prosespanjang perjalanan bangsa Indonesia tdak dapat
dipenggaldemikian saja dengan alasan karena sejarah masa lalu Bangsa Indonesia tdak
relevan dengan perkembangannya sepert sekarang. Penggalan-penggalan sejarah tersebut
dapat dibagi dalam tiga bagian, yaitu :
1. Nusantara pada Masa Pra Kolonial
2. Nusantara pada masa Kolonial
3. Indonesia Pasca Kemerdekaan.

BAB V
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Dalam percakapan sehari-hari kita sering mendengar katasistem, misalnya sistem
pemerintahan, sistem pendidikan, sistem perekonomian, sistem sosial dan lain-lain, termasuk
juga apa yang akan dibahas berikut ini, yaitu sistem flsafat. Sebagaimana kita ketahui bahwa
sistem adalah apabila di dalamnya terdapat bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling
berhubungan, saling bekerja sama, dan saling berkaitan satu sama lain, dan beroprasi secara
bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi sistem bukanlah seperangkat unsur yang
berdiri sendiri dan tdak teratur, tapi melainkan merupakan satu kesatuan yang mengandung
keteraturan, keruntutan (kohesif), di mana masing-masing unsur itu bekerja sesuai dengan
fungsinya untuk mencapai satu tujuan yang telah ditetapkan. Pancasila sebagai suatu sistem
itu sangat tepat sekali, karena Pancasila mengandung berbagai unsur yang berbeda. Namun
meskipun Pancasila memiliki ragam yang berbeda maknanya, akan tetapi dalam Pancasila dia
membentuk suatu kesatuan.
Sila-sila Pancasila tdak berdiri sendiri, tetapi saling berkaitan dan berhubungan satu
dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan tertentu. Para pendiri negara In-donesia pada
tahun 1945 menciptakan Pancasila dengan tujuan71Drs. H.M. Alwi Kaderi, M.Pd.I sebagai
dasar Negara, sebagai pedoman dalam berbangsa dan bernegara, serta sebagai moral bangsa.
Pancasila dikatakan sebagai sebuah sistem berart tdak mungkin sila-silanya berdiri sendiri,
akan tetapi harus mencakup keseluruhan silanya. Dengan kata lain Pancasila sebagai sebuah
sistem karena Pancasila mengandung sila-sila yang sudah utuh diatur sedemikian rupa,
sehingga membentuk suatu susunan yang teratur dan tdak bisa dibolak-balik. Dalam hal sila,
Pancasila memiliki suatu makna yang berurutan, artnya makna sila yang pertama lebih luas
maknanya dari sila-sila yang berikutnya., demikianlah seterusnya. (Margono, dkk. 2002: 47).

7
BAB VI
PANCASILA SEBAGAI NILAI DASARFUNDAMENTAL BAGI BANGSA DAN
NEGARAREPUBLIK INDONESIA.
Pancasila sebagai dasar negara dan bangsa adalah merupakannilai-nilai yang
sistemats, fundamental dan menyeluruh.Oleh sebabitu maka sila-sila Pancasila merupakan
kesatuan yang bulat dan utuh,hierarkhis dan sistemats.Sehingga kelima sila dari pancasila
tersebutbukan terpisah-pisah dan makna sendiri-sendiri, melainkan memilikiesensi serta
makna yang utuh pula.Dalam konteks yang demikianlahpengertan sila-sila Pancasila
merupakan suatu sistem flsafat.Pancasila sebagai flsafat bangsa dan negara RI., mengandung
makna bahwa dalam setap aspek kehidupan, kemasyarakatan,kebangsaan, dan kenegaraan
harus berdasarkan nilai-nilai:
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.Pengertan flsafat
kenegaraan adalah bertolak dari pandanganbahwa Negara adalah merupakan suatu
persekutuan hidup manusiaatau organisasi kemasyarakatan, yang merupakan
masyarakathukum (legal society).Adapun negara yang didirikan oleh manusia itu
berdasarkanpada kodrat bahwa manusia sebagai warga negara, sebagaipersekutuan hidup
adalah berkedudukan kodrat sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa (hakikat dari sila pertama).Negara yang merupakan
persekutuan hidup manusia sebagaimahluk Tuhan YME, pada hakikatnya bertujuan untuk
mewujudkanharkat dan martabat manusia sebagai mahluk yang berbudaya atauyang beradab
( sebagai hakikat sila yg kedua).Untuk mewujudkan suatu negara sebagai suatu
organisasihidup manusia harus membentuk suatu ikatan sebagai suatu
bangsa. (hakikat sila ketga).Kemudian untuk terwujudnya persatuan dalam suatu Negaraakan
melahirkan rakyat sebagai suatu bangsa yang hidup dalamsuatu wilayah tertentu.
Konsekuensinya dalam hidup kenegaraan ituharuslah mendasarkan pada nilai bahwa rakyat
merupakan asalmula kekuasaan negara.Maka negara harus bersifat demokrats, hakserta
kekuasaan rakyat harus dijamin, baik sebagai individu maupunsecara bersama-sama. (sebagai
hakikat dari sila ke empat).
Untuk mewujudkan tujuan negara sebagai tujuan bersama, makadalam hidup
kenegaraan harus mewujudkan jaminan perlindungan bagiseluruh warga, sehingga untuk
mewujudkan tujuan seluruh warganyaharus dijamin berdasarkan suatu prinsip keadilan yang
tmbul dalamkehidupan bersama, atau kehidupan sosial ( Hakikat sila ke lima). Nilai-
nilaiinilah yang merupakan suatu nilai dasar bagi kehidupan kene-garaan,kebangsaan dan
kemasyarakatan. (Kaelan, 2004: 75-76).Secara kausalitas bahwa nilai-nilai pancasila adalah
bersifatobjektf dan juga bersifat subyektf.Artnya esensi nilai-nilai pancasilaadalah bersifat
universal, yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,Kerakyatan dan Keadilan. Sehingga
dimungkinkan dapat diterapkanpada negara lain, walaupun barangkali namanya bukan
pancasila.

8
Artinya, jikalau suatu negara menggunakan prinsip flosof bahwanegara harus
Berketuhanan, Berprikemanusiaan, Berpartuan,Berkerakyatan dan Berkeadilan, maka negara
tersebut pada hakikatnyamenggunakan dasar flsafat dari nilai-nilai Pancasila.

9
BAB VII
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI BANGSA DAN NEGARA INDONESIA
Secara etmologis Istlah ideologi berasal dari kata “idea”, yangdapat diartkan sebagai
“gagasan, konsep, pengertan dasar, dan citacita”, serta “logos” yang berart “ilmu”.
Sedangkan kata “idea” itusendiri berasal dari bahasa Yunani yaitu dari kata “ eidos”, yang
berart bentuk. Disamping itu ada pula kata “Idein” yang berart melihat. Maka secara harfah
idiologi dapat diartkan dengan ilmu pengertanpengertan dasar, yang dalam keseharian “idea”
disamakan artnya dengan cita-cita. Yaitu cita-cita yang bersifat tetap yang harus dicapai.
Sehingga cita-cita tersebut sekaligus menjadi dasar, menjadi pandangan atau faham. (Kaelan,
Achmad Zubaidi, 2007: 30). Dalam literatur lainnya disebutkan bahwa pengertan ideologi
secara harfah adalah “Ideologi a system of ideas”, yang maksudnya suatu rangkaian ide
terpadu menjadi satu. Atau “System of throug” yaitu suatu sistem pemikiran. (Margono, dkk,
2002: 74).
Sementara menurut The Advence Learner’s Dictonary, Ideologi adalah “system of
idea for a politcal or economic theory” atau suatu sistem dari idea-idea atau hasil pemikiran
yang telah dirumuskan untuk teori politk atau ekonomi. Sedangkan menurut The Webster’s
New Collegiate Dictonary, adalah:
1. Manner or content of thingking characteristc of an individual orclass. Artnya adalah
cara hidup (tngkah laku) atau hasilpemikiran yang menunjukkan sifat-sifat tertentu
dari seorangindividu atau suatu kelas.
2. The intelectual patern of any widespread culture or movement.Maksudnya adalah
suatu pola pemikiran mengenai pengembanganpergerakan atau kebudayaan. (Sukarna,
1981: 1).
Istlah ideologi pertama kalinya dilontarkan oleh seorang flosuf berkebangsan Perancis,
yang bernama Antoine Destut de Tracy pada tahun 1796, sewaktu revolusi Perancis tengah
menggelora. (Chris-tenson, dkk, 1971: 3). Trary menggunakan istlah ideologi guna menyebut
suatu studi tentang asal mula, hakikat dan perkembangan ide-ide manusia atau yang biasa
dikenal sebagai “Scinece of idea”. Di mana gagasan ini diharapkan dapat membawa
perubahan inst-tusional dalam masyarakat Perancis. NamunNapoleon mencemoohnya
sebagai khayalan, yang tidak memiliki nilai praktis. Dan pemikiran De Tracy ini sebenarnya
mirip dengan impian Leibnitz yang disebut “one great system” (Pranarka, 1987).

10
BAB VIII
PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK
Pancasila sebagai suatu sistem flsafat, pada hakikatnyamerupakan suatu nilai,
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma, baik norma hukum, norma moral,
maupunnorma kenegaraan atau pilitk dan lain-lain. Walaupun demikian norma-norma yang
terdapat di dalam Pancasila adalah merupakan nilai-nilai yang mendasar, sehingga ia tdak
merupakan nilai-nilai yang langsung menjadi norma-norma, yang dapat dijadikan pedoman,
dalam suatu tndakan atau bersifat prakts. Demikian pula nilai-nilai Pancasila, dia
memberikan dasar-dasar yang bersifat fondamental dan universal bagi manusia, baik dalam
kehidupan individual, maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa maupun
bernegara. Adapun manakala nilai-nilai Pancasila tersebut akan dijabarkan dalam kehidupan
nyata yang bersifat prakts dalam kehidupan masyarakat, bangsa dan negara, maka nilai-nilai
tersebut, perlu dijabarkan kedalam norma-norma yang jelas, sehingga ia dapat dijadikan
pedoman yang jelas.
Secara umum norma itu bisa dibagi dua, yaitu norma moral dannorma hukum. Norma
moral yaitu yang berkaitan dengan tngkah laku manusia, yang dapat diukur dari sudut baik
dan buruk, sopan dan tdak sopan, susila atau tdak susila. Dalam kapasitas inilah nilai-
nilaiPancasila, telah terjabarkan dalam norma-norma moralitas atau norma etka, sehingga
Pancasila Pancasila merupakan sistem etika dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Sedangkan norma hukum, adalah suatu sistem peraturan dan perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia. Dalam pengertan inilah maka Pancasila berkedudukan sebagai sumber
dari segala hukum di Indonesia. Sebagaimana disinggung di atas, bahwa nilai-nilai Pancasila
bukanlah merupakan pedoman langsung yang bersifat normatf atau prakts, melainkan
merupakan suatu sistem nilai-nilai etka,yang merupakan sumber norma, yang meliput norma
moral maupun norma hukum, yang dijabarkan lebih lanjut dalam norma-norma
etka, norma moral, maupun norma hukum, dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Demikian pula perlu kita pahami, bahwa Pancasila sebagaisuatu sistem nilai, di
dalamnya mengandung nilai-nilai universal (umum), yang dikembangkan dan berkembang
dalam pribadi seseorang sesuai dengan kodratnya, baik sebagai makhluk pribadi, maupun
sebagai makhluk sosial. Sebagai suatu sistem nilai, sesuai dengan art nilai itu sendiri, yaitu
merupakan cita-cita yang menjadi motivasi bagi segala sikap, tngkah laku dan perbuatan
manusia yang mendukungnya, maka Pencasila memuat satu daya tarik bagi manusia untuk
diwujudkan, serta mengandung suatu keharusan untuk dilaksanakan (Paulus Wahana, 1991:
75).Selanjutnya, bagi bangsa Indonesia, sistem nilai Pancasilamemiliki keunikan, kekhasan,
11
karena nilai-nilai Pancasila mempunyai status yang tetap dan berangkai, yang masing-masing
sila tdak dapat dipisahkan dengan sila lannya. Ia senafas dan sejiwa yang merupakan totalitas
yang saling hidup menghidupi, saling meliput dan menjiwai, diliput dan dijiwai diantara sila-
silanya.
Dan keunikan dari sistem nilai Pancasila itulah yang merupakan identtas bagi
bangsa/negara Indo-nesia, yang membedakan dengan bangsa/negara lainnya, dan kondisi
yang demikianlah yang disebut dengan kepribadian atau jatdiri. (A.W.Widjaja, 200: 1-2).
Pancasila sebagai sumber etka politk, ada beberapa istlah dasar yang terkait yang
perlu dipahami secara benar, yaitu “nilai, norma,moral dan Etka”. Istlah atau kata-kata
tersebut, sangat terkait136Pancasila Sebagai Etika Politk langsung baik pada tataran teorits
maupun prakts-operasional bahkan praktik. Agar para pembaca memiliki pemahaman, dan
persepsi yang sama terhadap istlah/kata tersebut, perlu diuraikan secara ringkas tentang
pengertan-pengertan dari istlah/kata tersebut.

1. Ringkasan Buku Utama

BAB I

PENDAHULUAN

A. Landasan Hukum Pendidikan Kewarganegaraan

Secara kultural, Pancasila merupakan salah satu budaya bangsa yang sangat penting. Oleh
karena itu Pancasila harus diwariskan kepada generasi muda bangsa Indonesia berikutnya
melalui pendidikan. Tanpa usaha mewariskan Pancasila ini, bangsa dan negara akan
kehilangan hasil budaya atau kultur yang amat penting. Bangsa yang besar adalah bangsa
yang memiliki kepedulian kepada pewarisan budaya luhur bangsanya.

Guna memahami landasan Pancasila sebagai kurikulum pendidikan Pancasila tersebut,


dapat dilihat dari asal mula unsur-unsur Pancasila itu meskipuun secara formal Pancasila baru
menjadi Dasar Negara Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, namun jauh
sebelum itu bangsa Indonesia telah memiliki unsur-unsur Pancasila dan bahkan
melaksanakan di dalam kehidupan mereka.

Unsur-unsur Pancasila berasal dari bangsa Indonesia, antara lain:

a) Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


Pada alinea ke-4 Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan bahwa
”...maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia dalam suatu
Undang0Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan
Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan pada:

12
Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
untuk mewujudkan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

B.Tujuan Pendidikan dan Perkuliahan Pancasila

Pendidikan Pancasila mempunyai tujuan “Mempersiapkan mahasiswa agar dalam


memasuki kehidupan masyarakat mengembangkan kehidupan pribadi yang memuaskan,
menjadi anggota keluarga yang menjadi warga negara yang berkesadaran kebangsaan yang
tinggi serta bertanggung jawab pada NKRI yang bersendikan Pancasila.

Tujuan Perkuliahan: Memahami,menganalisa dan menjawab masalah-maslah yang


dihadapi oleh masyarakat, bangsanya secara berkesinambungan, konsisten dengan cita-cita
yang digariskan dalam Undang-Undang Dasar 1945. Pendidikan Pancasila merupakan
pendidikan nilai.

C.Defenisi dan Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Dengan adanya penyempurnaan kurikulum mata kuliah pengembangan kepribadian


ini maka pendidikan ini maka pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan memiliki
paradigma baru, yaitu Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan berbasis Pancasila.

D.Kompetensi Dasar Pendidikan Kewarganegaraan

Kompetensi lulusan Pendidikan Pancasila merupakan seperangkat tindakan cerdas,


penuh tanggung jawab negara dalam memecahkan berbagai maslah hidupbermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dengan menerapkan pemikiran yang berlandaskan falsafah bangsa.

Pendidikan Pancasila yang berhasil, akan membuahkan sikap mental bersifat cerdas,
penuh tanggung jawab dari peserta didik dengan perilaku yang:

1. Beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa


2. Berperikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Mendukung Persatuan Bangsa
4. Mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama diatas kepentingan
bersama diatas kepentingan perorangan
5. Mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial.

13
BAB II

PANCASILA DAN FILSAFAT PANCASILA

A.Konsep dan Sejarah Rumusan Pancasila

Pancasila berati lima dasar. Mengetahui Pancasila sebagai filsafah, atau tepatnya
mengetahui Pancasila dari sudut pandang falsafah, merupakan langkah paling awal ketika
seseorang hendak memahami atau mengkaji Pancasila lebih dalam di samping sebelumnya
telah dibekali ilmu pengetahuan mengenai Pancasila secara etimologi maupun terminologi.
Karena setiap negara didirikan atas dasar falsafah tertentu untuk mengetahui arah dan tujuan
yang ingin dicapai.

Konsep Pancasila dirumuskan dalam berbagai dokumen resmi Negara:

1. Piagam Jakarta (Jakarta Charter) pada tanggal 22 Juni 1945


2. Pembukaan Undang-Undang Dasar pada tanggal 18 Agstus 1945
3. Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949
4. Mukaddimah Undang-Undang Dasarsementara pada tanggal 15 Agustus 1950
5. Rumusan pertama yang dijiwai oleh rumusan kedua dengan merujuk pada Dekrit
Presiden pada tanggal 5 Juli 1959
6. Rumusan kedua dan kelima yang termuat dalam UUD 1945 hasil amandemen I (19
Oktober 1999 s/d 18 Agustus 2000), hasil amandemen II (18 Agustus s/d November
2001), hasil amandemen III (9 November 2001 s/d 10 Agustus 2002), hasil
amandemen IV (10 Agustus 2001s/d...)

B.Butir-butir Pancasila

Pancasila dalam konteksmemiliki penjelasan yang beragam. Penjelasan


Pancasila dimaksud terdapat dalam TAP MPR No.II/MPR/1978 tentang Ekaprasetia
Pancakarsa. TAP MPR ini menjelaskan kelima asas dalam Pancasila menjadi 45 butir
pengalaman sebagai pedoman praktis bagi pelaksanaan Pancasila. Adapun 45 butir
tersebut, sebagai berikut:

Sila Pertama berbunyi “Ketuhanan Yang Maha Esa” dengan lambang Bintang terdiri dari
tujuh butir, yaitu:

1. Bangsa Indonesia menyatakan kepercayannya dan ketakwaannya terhadap Tuhan


Yang Maha Esa.
2. Manusia Indonesia percaya dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sesuai
dengan agama dan kepercayaannya masing-msing menurut dasar kemanusiaan
yang adil dan beradab.
3. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk
agama dengan penganut kepercayaan yang berbeda-beda terhadap Tuhan Ynag
Maha Esa.
4. Membina kerukunan hidup antara sesama umat beragama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

14
5. Agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa adalah masalah yang
menyangkuthubungan pribadi manusia dengan tuhannya.
6. Mengembangkan sikap saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
7. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain.

Sila Kedua berbunyi ”Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab “ dengan lambang rantai terdiri
dari 10 butir, yaitu:

1. Mengakui dan memperlakukan manusia sesuaidengan harkat dan martabatnya sebagai


makhluk Tuhan Yang Maha Esa
2. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak, dan kewajiban asasi setiap
manusia,tanpa membeda-bedakan suku, keturunan, agama, kepercayaan, jenis
kelamin, kedudukan sosial, warna kulit dan sebagainya.
3. Mengembangkan sikap saling mencintai sesama manusia
4. Mengembangkan sikap saling tenggang rasa
5. Mengembangkan sikap tidak semena-mena terhadap oranglain
6. Menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan
7. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan
8. Berani membela kebenaran dan keadilan
9. Bangsa Indonesia merasa dirinya sebagai bagian dari seluruh umat manusia
10. Mengembangkan sikap hormat menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain

Sila Ketiga, berbunyi “ Persatuan Indonesia” dengan berlambangkan pohon beringin terdiri
dari tujuh butir, yaitu;

1. Mampu menempatkan persatuan, kesauan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa


dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2. Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan
3. Menegmbangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa
4. Mengembangkan rsa cinta kepada kebanggaan berkebangsaan danbertanah air
Indonesia
5. Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
6. Mengembangkan persatuan Indonesiaatas dasar Bhinneka Tunggal Ika
7. Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa

Sila Keempat, berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanan dalam
permusyawaratan/perwakilan” dan berlambangkan kepala banteng yang terdiri dari sepuluh
butir, yaitu:

1. Sebagai waraga negara dan warga masyarakat, setiap manusia Indonesia mempunyai
kedudukan, hak, kewajiban yang sama.
2. Tidak boleh memaksakan kehendak kepada orang lain.

15
3. Mengutamakan musyawarah dalam mengambil kepuutusan unutuk kepentingan
bersama.
4. Musyawarah untuk mencapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan
5. Menghormati dan menjunjung tinggi setiap keputusan yang dicapai sebagai hasil
musyawarah
6. Dengan iktikad baik dan rasa tanggung jawab meneriima dan melaksanakan hasil
keputusan musyawarah.
7. Di dalam musyawarah diutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi
dan golongan
8. Musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan sesuai dengan hati nurani yang luhur
9. Keputusan yang diambil harus dapat dipertanggung jawabkan secara moral kepada
Tuhan Yang Maha Esa, menjunjungtinggi harkat dan martabat dan martabat manusia,
nilai-nilai kebenaran dan keadilan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi
kepentingan bersama
10. Memberikan kepercayan kepada wakil-wakil yang dipercayai untuk melaksanakan
permusyaawaratan

Sila Kelima, yang berbunyi “Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia” berlambangkan
padi-kapas yang terdiri dari sebelas butir, yaitu:

1. Mengembangkan perbuatan yang luhur, yang mencerminkan sikap dan suasana


kekeluargaan dan kegotongroyongan
2. Mengembangkan sikap adil terhadap sesama
3. Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban
4. Menghormati hak orang lain
5. Suka memberi pertolongan kepada orang lain agar dapat berdiri sendiri
6. Tidak menggunakan hak milik untuk usaha-usaha yang bersifat pemerasan terhadap
orang lain
7. Tidak menggunakan hak milik untuk hal-hal yang bersifat pemborosan dengan gaya
hidup mewah.
8. Tidak menggunakan hak milik untuk bertentangan dengan atau merugikan
kepentingan umum
9. Suka bekerja keras
10. Suka menghargai hasil karya orang lain yang bermanfaat bagi kemajuan dan
kesejahteraan bersama
11. Suka melakukan kegiatan dalam rangka mewujudkan kemajuan yang merata dan
berkeadilan sosial

C.Kedudukan, Peran, dan Fungsi Pancasila

Berikut merupakan peranan dan fungsi dari Pancasila, yaitu:

1. Pancasila sebagai dasar Negara


2. Pancasila sebagai Ideologi Negara
3. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia

16
4. Pancasila sebagai perjanjian luhur bangsa
5. Pancasila sebagai moral pembangunan.
6. Pancasila sebagai falsafah hidup yang mempersatukan bangsa Indonesia
7. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum
8. Pancasila sebagai satu-satunya azaz dalam bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Ideologi Pancasila memiliki peran sebagai sumber struktur pemaknaan pendangan pada
seluruh kelompok sosial yang melegitimasi dan memelihara tindakan dan kepentingan
mereka, termasuk pihak yang berkuasa.

D.Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

Objek kajian filsafat adalah seluruh realitas, sedangkan objek material ilmu
pengetahuan lainnya senantiasa khusus dan terbatas.Maka Pancasila merupakan
filsafat negara. Pancasila adalah filsafat negara yang lahir sebagai collection ideologis
dari seluruh bangsa Indonesia. Filsafat Pancasila pada hakikatnya merupakan suatu
realiteit dan suatu noodzakelijkheid bagi keutuhan persatuan bangsa Indonesia
sebagaimana pada hakikatnya setiap filsafat adalah suatu noodzakelijkheid pula.

1. Sila-sila Pancasila menurut kajian Ontologis


Pancasila sebagai suatu kesatuan sistem tidak hanya kesatuan yang berkenaan dengan
sila-silanya saja melainkan juga meliputi hakikat dasar Pancasila.

2. Sila-sila Pnacasila menurut kajian Epistimologi


Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu sistem
pengetahuan. Pancasila dalam pengertian seperti yang demikian ini telah menjadi
suatu sistem cita-cita atau keyakinan-keyakinan (belief system) yang telah
menyangkut praktis, karena dijadikan landasan bagi cara hidup manusia atau suatu
kelompok masyarakat dalam berbagai bidang kehidupan. Hal ini menjelaskan bahwa
filsafat telahmenjelma menjadi ideologi.

3. Sila-sila Pancasila menurut kajian Aksiologi


Secara aksiologi, nilai-nilai yang terkandungdalam Pancasila pada hakikatnya juga
merupakan suatu kesatuan. Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai
apa saja yang ada serta bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.

E.Kesatuan Sila-sila Pancasila Sebagai suatu Sistem Filsafat

Sebagai suatu sistem filsafat, pancasila telah memenuhi persyaratan diantaranya


sebagai berikut:

17
• Sebagai satu kesatuan yang utuh, berarti kelimasila dari sila I s/d V merupakan
satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Memisahkan satu sila berarti
menghilangkan arti dari Pancasila.
• Bersifat konsisten dan koheren, berartilima sila Pancasila itu berurutan sila I s/d
V bersifatruntut tidak kontradiktif dan nilai yang lebih esensial didahulukan.
Emosi pokok sila I s/d V, yaitu Tuhan,manusia, satu, rakyat, dan adil.

Menurut Notanegoro, hubungan antara sila-sila Pancasila itu adlah sebagai berikut:

1) Sila Ketuhanan Yang Maha Esa, meliputi dan menjiwai sila II, III, IV, dan V
2) Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, diliputi dan dijiwai oleh sila I dan
meliputidan menjiwai sila III,IV dan V
3) Sila Persatuan Indonesia, diliputi dan dijiwai oleh sila I dan II dan meliputi
serta menjiwai IV dan V
4) Sila Kereakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, diliputi dan dijiwai olehsila sila I,II dan III serta
meliputi sila ke V
5) Sila Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia dijiwai dan diliputioleh
I,II,III,IV

F.Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara

Ideologi merupakan sebuah konsep yang selalu menarik perhatian untuk dikaji
karena akan menyentuh persoalan yang fundamental dan aktual, Fundamentari karena
hampir semua bangsa dan seluruh kehidupan.Secaraetimologi, ideologi berasal dari
kataidea dan logos. Sedangkan menurut terminologi, ideologi berati keseluruhan
prinsip atau norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang meliputi beerbagai
aspek, seperti sosial-pilitik, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Makna suatu ideologi
dapat ditemukan dari karakteristiknya.

Berikut beberapa karakteristik suatu ideologi, antara lain:

• Ideologi seringkali muncul dan berkembang dalam situasi krisis


• Ideologi merupakan pola pemikiran yang sistematis
• Ideologi mempunyai ruang lingkup yang luas namun beragam
• Ideologi mencakup beberapa strata pemikiran dan panutan

Disamping fungsi yang sangat ideologi juga memiliki fungsi yang khusus sifatnya, seperti:

a. Ideologi berfungsi melengkapi struktur kognitif manusia


b. Ideologi berfungsi sebagai panduan
c. Ideologi berfungsi sebagai lensa dimana seseorang dapat melihat dunianya
d. Ideologi berfungsi sebagai kekuatan pengendali konflik dan integratif

G.Nilai-Nilai Pancasila

18
1) Ketuhanan Yang Maha Esa
Sila Ketuhanan Yang Maha Esa ini nilai-nilainya meliputi dan menjiwai keempat sila
lainnya. Dalam sila ini terkandung nilai bahwa negara yang didirikan adlah sebagai
pengejewantahan tujuan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.

2) Kemanusiaan yang Adil dan Beradab


Sila kemanusiaan yang adil dana beradab secara sistematis didasari dan dijiwai oleh
ketuhanana yang maha esa, terutama mendasari dan menjiwai ketiga sila berikutnya.
3) Persatuan Indonesia
Nilai yang terkandung dalam sila persatuan indonesia tidak dapat dipisahkan dengan
keempat sila lainnya, karena seluruh sila merupakan suatu kesatuan yang bersifat
sistematis. Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila ketuhanan yang
maha esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab.
4) Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan
Perwakilan
Nilai filosofis yang terkandung didalamnya adalah hakikat negara merupakan
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial.
5) Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Dalam sila ini terkandung nilai-nilai yang merupakan tujuan negara sebagai tujuan
dalam hidup bersama. Maka dalam sila kelima tersebut terkandung nilai keadilan
yang harus terwujud dalam kehidupan bersama (kehidupan sosial). Keadilan tersebut
didasari dan dijiwai oleh hakikat keadilan kemanusiaan yaitu keadilan dalam
hubungan manusia dengan dirinya sendiri, manusia dengan manusia lain, manusia
dengan masyarakat dan negaranya, serta manusia dengan tuhannya.

BAB III

DEMOKRASI

A. Demokrasi dan Implementasinya

Dalam hubungannya dengan implementasi kedalam sistem pemerintahan,


demokrasi, juga melahirkan siistem yang bermacam-macam, pertama sistem
presidensial dan kedua sistem parlementer.

B. Bentuk-Bentuk Demokrasi
➢ sistem presidensial merupakan sistem yang menekankan pentingnya pemilih presiden
secara langsung dari rakyat.
➢ Sistem parlementer yaitu sistem yang menerapkan model hubungan yang menyatu
antara kekuasaan eksekutif dan legislatif.

1. Demokrasi Perwakilan Liberal

19
Demokrasi perwakilan liberal merupakan suatu pembaruan kelembagaan pokok
untuk mengatasi problema keseimbangan antara kekuasaan memaksa dan
keberhasilan.
2. Demokrasi Satu Partai dan Komunisme
Sistem demokrasi delegatif harus dilengkapi pada prinsipnya dengan satu sistem
yang terpisah tetapi sama pada tingkat partai komunis.

C. Transisi dan Konsolidasi Demokrasi


Wacana transisi demokrasi dan konsolidasi demokrasi akhir-akhir ini sangat
gencar dibicarakan, karena secara bersamaan makin meluap ke permukaan seiring
dengan mulai berjatuhnya rezim-rezim komunis, rezim-rezim militer, rezim-rezim
otoriterian lainnya. Hal ini dimaksudkan, proses transisi dan proses konsolidasi
demokrasi tengah menemukan momentumnya.

D. Gelombang Demokrasi
1. Demokrasi Negara (State)
2. Demokrasi Masyarakat
3. Demokrasi Pasar

BAB IV

Negara dan Konstitusi

A.Defenisi Negara dan Konstitusi

1. Defenisi Negara

Seacara literal istilah negara semakna-membangun dengan istilah dari bahasa asing, yakni
baladun (bahasa Arab), state (bahasa inggris), staat (bahasa Belanda dan Jelmaan) dan etat
(bahasa Perancis).

2.Defenisi Konstitusi

Konstitusi dalam objek kajian siyasah (politik Islam) dikenal dengan istilah dustur (siyasah
dusturiyah). Istilah dustur ini pada mulanya diartikan dengan seseorang yang memiliki
otoritas, baik dalam bidang politik maupun agama.

B.Teori Asal Mula Negara

20
Pendekatan faktual sangat menekankan pada kenyataan sejarah. Dan karena itu, kenyataan
sejarah menunjukkan bahwa suatu negara dapat dibentuk, antara lain sebagai berikut:

➢Suatu wilayah atau daerah yng belum dikuasai.


➢Suatu wilayah yang semula termasuk wilayah negara tertentu
➢Beberapa negara mengadakan peleburan dan menjadi suatu negara baru
➢Suatu negara pecah dan lenyap

C.Unsur-unsur Negara

1. Rakyat
2. Wilayah
3. Pemerintah
4. Pengakuan dari negara-negara lain

D.Tujuan dan Fungsi Negara

Adapun fungsi negara, terlepas dari ragam tujuan negara, adlah menyelenggarakan minimum
empat fungsi utama, yakni: melaksanakan penertiban, mengusahakan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyatnya, pertahanan, menegakkan keadilan.

E.Ciri-ciri dan Tujuan Konstitusi

➢ Organisasi negara
➢ Hak-hak asasi manusia
➢ Prosedur mengubah undang-undang dasar
➢ Adakalanya memuat larangan untuk mengubah sifat tertentu dari undang-undang
dasar.
➢ Memuat cita-cita rakyat dan asas-asas ideologi negara

F.Perubahan Konstitusi

Adapun prosedur yangdapat digunakan untuk mengubah suatu konstitusi menurut Miriam
Budiardjo adalah ada empat macam, yaitu:

1. Sidang badan legislative dengan ditambahh beberapa syarat


2. Referendum atau plebisit
3. Negara-negara bagian dalam negara federal
4. Musyarakah khusus

G.Hierarki Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia

21
Pertama, dalam pasal 2 TAP MPR Nomor III/MPR/2000 tentang Sumber
Hukum dan Tata Urutan Perundang-undangan,dikatakan bahwa tata urutan perundang-
undangan yang berlaku secara hierarrchies di Indonesia adalah:

UUD 1945

TAP MPR

UU

PERPU

PP

KEPPRES

PERDA

BAB V

AGAMA DAN NEGARA

Selama ini, mengkaji tentang hubungan antara agama dan negara, terus terbenak dikalangan
para ilmuwan maupun keagamaan. Sampai timbul pertanyaan, adakah hubungan antara
agama dan negara? Dan apakah agama itu bagian dari negara atau negara itu bagian dari
agama?

Dalam perkembangannya, kajian lama dan panjang tersebut telah melahirkan dialektika dan
polarasi pandangan yang bermayoritas berpola dan tidak banyak berubah bahkan tidak ada
melahirkan pemikiran baru. Seperti pemandangan teokrasi, sekularis, komunis, dan moderasi.

Adapun keempat pola pandangan tersebut adalah :

1. Teokrasi, merupakan pandangan yang menganggap atau menyatakan bahwa terdapat


hubungan yang signifikan antara negara dan agama. Dalam perkembangannya, aliran
ini terbagi menjadi dua bagian yaitu, pertama, paham teokrasi langsung berpandangan
bahwa pemerintahan diyakini sebagai otoritas Tuhan secara langsung. Kedua, paham
teokrasi tidak langsung, yakni paham yang meyakini bahwa yang memerintah
pemerintahan bukanlah Tuhan sendiri, melainkan yang memerintah adalah raja atau
kepala negara yang memiliki otoritas atas nama Tuhan.

22
2. Sekularis, yaitu paham sekuler ini banyak berkembang dinegara-negara Barat, paham
ini juga menganggap bahwa antara negara dan agama itu tidak memiliki hubungan
satu sama lain. Artinya, paham ini memisahkan dan membedakan antara negara dan
agama.
3. Komunis, paham yang berpandangan radikal bahwa hubungan negara dan agama
berdasarkan pada filosofi materialisme-dialektis dan materialisme-historis. Output
dan outcome dari pandangan ini adalah paham atheis atau pandangan ini adalah
paham atheis atau pandangan yang meniadakan Tuhan.
4. Moderasi, paham sintesa antara paham teokrasi dan sekuler. Paham ini beranggapan
bahwa antara negara dan agama tidak memiliki hubungan yang diyakini oleh paham
teokrasi. Dan paham ini juga tidak sepakat dengan paham sekuler yang memisahkan
dan membedakan antara negara dan agama.
Hubungan Agama dan Negara Islam Dalam Pandangan Islam

Islam pertama kali datang ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat dan
Hadramaut disekitar abad ke-13. Kedatangan Islam ke Nusantara berlangsung secara damai
tanpa melalui cara peperangan. Islam dapat diterima karena para pedagang menggunakan
pendekatan budaya, adat, dan bahasa penduduk setempat sebagai pintu masuk dakwah
mereka. Mereka tidak menggunakan pendekatan kekuatan. Sebaliknya, mereka
mengakomodasikan budaya-budaya masyarakat setempat melalui proses akulturasi tanpa
mengubahnya secara radikal.

Dengan cara islamisasi kultural ini masih bisa dilihat warisan-warisan budaya Hindu-Buddha,
seperti candi Borobudur dan prambanan. Proses islamisasi kultural ini sangat berpengaruh
besar terhadap cara beragama umat islam di Indonesia yang sangat khas dibanding dengan
Islam ditempat lain. Hubungan agama dan negara berkaitan langsung dengan hubungan
istilah dalam Islam menyangkut agama dan negara.

Pada akhirnya, panjangnya ketegangan dan perdebatan tersebut telah melahirkan tiga aliran
utama tentang hubungan Islam dan agama, yaitu :

1. Tokoh ulama dari aliran pertama adalah Syekh Hasan al-Banna, Sayid Qutht, Syekh
Muhammad Rasyid Ridho, dan Maulana Abdul A’la al Maududi. Aliran ini
berpandangan bahwa Islam bukanlah semata-mata agama dalam pengertian Barat,
yakni hanya menyangkut hubungan antar manusia dengan tuhan, melainkan Islam
adalah satu agama yang sempurna, paling tinggi, dan yang lengkap dengan
pengaturan bagi segala aspek kehidupan manusia termasuk kehidupan bernegara.
2. Tokoh utama dari aliran ini adalah Ali Abd al-Raziq dan Dr.Thaha Husein. Aliran ini
berpendirian bahwa Islam merupakan agama dalam pengertian Barat, yang tidak ada
hubungannya dengan urusan kenegaraan. Menurut aliran ini Nabi Muhammad SAW,
hanya sebagai nabi dan rasul biasa seperti halnya nabi-nabi sebelumnya, dengan
tugas tunggal mengajak manusia kembali kepada kehidupan agama. Rasul bukan dan
tidak pernah menjadi seorang kepala negara.
3. Tokoh aliran ini adalah Dr. Muhammad Husein Haikal, berpendirian diantara kedua
aliran diatas, yaitu menolak pandangan bahwa Islam adalah suatu agama yang serba
lengkap dan bahwa dalam Islam terdapat sistem ketatanegaraan. Aliran ini

23
berpendirian bahwa Islam tidak terdapat sistem ketatanegaraan, tetapi terdapat
seperangkat tata nilai etika bagi kehidupan bernegara.
Hubungan Islam dan Negara di Indonesia

Hubungan islam dan negara di Indonesia dapat dipisahkan kedalam 2 bagian, pertama
hubungan yang bersifat antagonistik. Hubungan ini mencirikan adanya ketegangan antara
negra dan islam sebagai suatu agama. Misalnya pada hubungan ini islam politik pada masa
kemerdekaan sampai pada pasca revolusi pernah dianggap sebagai pesaing kekuasaan yang
dapat mengusik kebangsaan Negara. Intinya pada masa ini negara terus berusaha
menghalangi dan melakukan domestikasi terhadap gerak ideologis politik islam.

Kedua, hubungan yang bersifat akomodatif. Hubungan model ini setidaknya terjadi
tahun 1980-an. Hal ini ditandai dengan semakin besarnya peluang umat Islam dalam
mengembangkan wacana politiknya dan muncul kebijakan-kebijakan yang dianggap positif
bagi kalangan umat Islam.

Munculnya perdebatan tentang keharmonisan antara negara dan agama (islam),


misalnya menurut Affan Gafar sebagaimana yang telah dikutip oleh Tim ICCE UIN Jakarta,
pertama dari sisi pemerintah, Islam merupakan kekuatan yang tidak bisa diabaikan yang pada
akhirnya bisa diletakkan pada posisi pinggiran akan menimbulkan masalah politik yang
sangat rumit. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya diakomodasi, sehingga kemungkinan konflik
dapat diredam lebih dini. Kedua, dikalangan pemerintahan sendiri terdapat sejumlah figur
yang tidak terlalu fobia terhadap Islam, bahkan memiliki dasar keislaman yang sangat kuat
sebagai sebab akibat latar belakangnya, misalnya B.J Habibie, Emil Salim, dan lain-lain.
Mereka tentu saja berperan aktif dalam membentuk sikap politik pemerintah sekurang-
kurangnya untuk tidak menjauhi Islam. Dan ketiga, perubahan persepsi, orientasi, sikap, dan
perilaku politik di kalangan Islam itu sendiri.

BAB VI

GOOD GOVERNANCE, PEMERINTAH DAN PEMERINTAHAN

A. Defenisi dan Pilar-Pilar Good Governance


Salah satu istilah penting yang muncul kepermukaan dan begitu populer pasca runtuhnya
rezim Orde Baru dan bergulirnya gerakan reformasi adalah good governance . Istilah ini
selalu dikutip dalam setiap even penting yang menyangkut masalah pemerintahan, seperti
dalam pidato resmi kenegaraan maupun ditengah kalangan masyarakat umum.

Terdapat 4 pengertian Good Governance yang menjadi arus utamanya, yaitu :

24
1. Good governance merupakan kinerja mutu lembaga, misalnya kinerja pemerintahan
suatu negara, perusahaan atau organisasi masyarakat yang memenuhi prasyarat-
prasyarat tertentu. Pengertia ini merujuk pada arti asli kata governing yang berarti
mengarahkan atau mengendalikan bahkan mempengaruhi masalah publik dalam satu
negara.
2. Good governance merupakan penerjemahan kongkrit dari demokrasi dengan
meniscayakan civic culture sebagai penopang keberlanjutan demokrasi itu sendiri.
3. Good governance merupakan m=pengelolaan pemerintahan yang baik.
4. Good governance diartikan aslinya atau tidak diterjemahkan karena memandang
luasnya dimensi good governance yang tidak bisa direduksi hanya menjadi
pemerintah semata.

B. Karakteristik Good Governance


Pada paper pertama United Nations Development Programe menguraikan karakteristik
sistem kepemerintahan yang baik yaitu sebagai berikut :

1. Participation, setiap warga negara mempunyai suara dalam pembuatan keputusan,


baik secara langsung maupun melalui intermediasi institusi legitimasi yang mewakili
kepentingannya.
2. Rule of law, kerangka hukum adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama
hukum untuk hak asasi manusia.
3. Transparency, transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi.
4. Responsiveness, lembaga-lembaga dan proses-proses harus mencoba untuk melayani
setiap stakeholder.
5. Consensus orientation, good governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda
untuk memperoleh pilihan-pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas baik
dalam hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Equity, semua warga negara, baik laki-laki maupun perempuan, mempunyai
kesempatan untuk meningkatkan atau menjaga kesejahteraan mereka.
7. Effectiveness and efficiency. Proses-proses dan lembaga-lembaga sebaik mungkin
menghasilkan sesuai dengan apa yang digariskan dengan menggunakan sumber-
sumber yang tersedia.
8. Accountability, para pembuat keputusan dalam pemerintahan sektor swasta dan
masyarakat bertanggung jawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholder.
9. Strategis vision, para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good
governance dan pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan
apa yang diperlukan untuk pembangunan semacam ini.
Dalam sudut pandang lain good governance memiliki 4 unsur utama, yaitu ;
1. Akuntabilitas (Accountability)
Merupakan suatu istilah yang ditetapkan untuk mengukur apakah dana publik telah
digunakan secara tepat dan tidak digunakan secara ilegal.

2. Transparansi (tranparancy)
Transparansi lebih mengarah pada kejelasan mekanisme formulasi dan implementasi
kebijakan, program dan proyek yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah.

25
3. Keterbukaan (openess)
Mengacu pada terbukanya kesempatan bagi rakyat untuk mengajukan tanggapan dan
kritik terhadap pemerintah dan proyek yang dibuat dan dilaksanakan pemerintah.

4. Kerangka Hukum (Rule of Law)


Prinsip rule of law diartikan,’good governance’ mempunyai karakteristik berupa
jaminan kepastian hukum dan rasa keadilan masyarakat terhadap setiap kebijakan
publik yang dibuat dan dilaksanakan.

C. Prinsip-prinsip Good Governance


Berkaitan dengan prinsip-prinsip good governance. Masyarakata Transparansi Indonesia
(MTI) merumuskannya sebagai berikut :

1. Partisipasi masyarakat : semua warga masyarakat mempunyai suara dalam


pengambilan keputusan, baik secara langsung maupun melalui lembaga-lembaga
perwakilan sah yang mewakili kepentingan mereka.
2. Tegaknya supremasi hukum : kerangka hukum harus adil dan diberlakukannya tanpa
pendang bulu, termasuk didalamnya hukum-hukum yang menyangkut hak asasi
manusia.
3. Transparansi : dibangun atas dasar arus informasi yang bebas. Seluruh proses
pemerintahan, lembaga-lembaga, dan informasi yang tersedia harus memadai agar
dapat dimengerti atau dipantau.
4. Perduli pada stakeholder : lembaga-lembaga dan seluruh proses pemerintahan harus
berusaha melayani semua pihak yang berkepentingan.
5. Berorientasi pada konsesnsus : tata pemerintahan yang baik menjembatani
kepentingan-kepentingan yang berbeda demi terbangunnya suatu konsensus
menyeluruh dalam hal apa yang terbaik bagi kelompok-kelompok masyarakat, dan
bila mungkin konsensus dalam hal kebijakan dan prosedur-prosedur.
6. Kesetaraan : semua warga masyarakat mempunyai kesempatan memperbaiki dan
mempertahankan kesejahteraan mereka.
7. Efektifitas dan efisiensi : proses-proses pemerintahan dan lembaga-lembaga
membuahkan hasil sesuai kebutuhan warga masyarakat dan dengan menggunakan
sumber-sumber daya yang seoptimal mungkin.
8. Akuntabilitas : para pengambil keputusan di pemerintahan, sektor swasta dan
organisasi-organisasi masyarakat bertanggung jawab baik kepada masyarakat
maupun kepada lembaga-lembaga yang berkepentingan.
9. Visi strategis : para pemimpin dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jauh
kedepan atas tata pemerintahan yang baik dan pembangunan manusia, serta kepekaan
akan apa saja yang dibutuhkan untuk mewujudkan perkembangan tersebut.

D. Pemerintah dan Pemerintahan


1. Konsepsi
Secara batasan, ada perbedaan antara pemerintah dan pemerintahan. Pemerintah
merupakan aparat yang menyelenggarakan tugas dan kewenangan negara. Sedangkan
pemerintahan adalah tugas dan kewenangan itu sendiri.

26
Secara etimologi, pemerintah (goverment) berasal dari kata Yunanai, kubernan atau
nakhoda kapal . ini artinya, menatap kedepan, menentukan berbagai kebijakan yang
diselenggarakan untuk mencapai tujuan masyarakat-negar, memperkirakan arah
perkembangan masyarakat pada masa yang akan datang, dan mempersiapkan
langkah-langkah kebijakan untuk menghadapi perkembangan masyarakat, serta
mengelola dan mengarahkan masyarakat ketujuan yang ditetapkan. Untuk itu,
kegiatan pemerintah lebih menyangkut pembuatan dan pelaksanaan keputusan politik
dalam rangka mencapai tujuan masyarakat-negara.
Pemerintahan dalam pengertian luas merupakan seluruh fungsi negara, seperti
legislatif, eksekutif, dan yudikatif, sedangkan pemerintahan dalam pengertian
pemerintah dalam arti luas merupakan aparat yang melaksanakan fungsi-fungsi
negara, dan pengertian pemerintah dalam arti sempit yakni menyangkut aparat
eksekutif saja (kepala negara/pemerintah dan kabinetnya).

2. Bentuk pemerintahan : Monarki, Oligarki, dan Demokrasi


Dikatakan bentuk pemerintahan monarki adalah apabila pemerintahan itu terletak
ditangan “satu” orang.
Oligharki merupakan bentuk pemerintahan dimana kekuasaan negara terletak
ditanagn sejumlah orang yang memerintah ini, mungkin juga yang terjadi terbentuk
aristokrasi. Namun demikian, aristokrasi berbeda dengan oligharki. Aristokrasi adalah
letak pemerintahan ada ditangan sejumlah kecil dari rakyat yang merupakan orang-
orang terbaik dan menjalankan kekuasaan itu untuk kepentingan semua orang.
Sementara itu, menjalankan kekuasaan pemerintahan terletak ditangan rakyat
bersama-sama, pemerintah itu disebut Demokrasi (rakyat mmerintah).

3. Bentuk Pemerintahan Kerajaan dan Republik


Pembagian kategori bentuk pemerintahan ini berdasarkan pada sudut pandang cara
menunjukkan kepada negara. Kini yang banyak digunakan adalah pembedaan antara
bentuk pemerintahan kerajaan (monarki) dan republik.
George Jellinek dalam bukunya “Algeimene Staatslehre” menyatakan bahwa
perbedaan antara monarki dan republik itu didasarkan pada cara pembentukan
kehendak negara. Apabila kehendak negara terjelma dari satu orang, maka terdapat
bentuk pemerintahan monarki, sedangkan apabila kehendak negara menjelma sebagai
kehendak rakyat, maka disitu pula terdapat bentuk pemerintahan republik.

4. Sistem Pemerintahan : Pemerintahan Presidensial dan Pemerintahan Parlementer.


Hampir setiap negara terdapat dua kemungkinan dalam menjalankan roda
pemerintahan, pertama menjalankan secara ekstrem satu dari dua bentuk atau sistem
pemerintahan (presidensial atau parlementer ). Kedua, menjalankan bentuk
pemerintahan dari hasil modifikasi atau gabungan dari bentuk pemerintahan yang ada.
Berikut merupakan ciri-ciri bentuk pemerintahan presidensial :
a. Kepemimpinan dalam melaksanakan kebijakan (administratif) ada ditangan
presiden.

27
b. Kebijakan yang bersifat komprehensif jarang dapat dibuat karena legislatif dan
eksekutif mempunyai kedudukan yang terpisah, ikatan partai yang longgar dan
kemungkinan kedua badan ini didominasikan oleh partai yang berbeda.
c. Jabatan kepala negara dan kepala pemerintahan berada pada satu tangan.
d. Legislatif buka tempat kaderisasi bagi jabatan-jabatan eksekutif, yang dapat diisi
dari berbagai sumber termasuk legislatif.
e. Fungsi presiden mencakup bidang yang luas.

Sedangkan ciri-ciri bentuk pemerintahan parlementer adalah sebagai berikut :

a. Parlemen merupakan satu-satunya badan yang anggotanya dipilih secara langsung


oleh warga negara yang berhak memilih melalui pemilihan umum.
b. Anggota dan pemimpin kabinet (perdana menteri) dipilih oleh parlemen untuk
melaksanakan fungsi eksekutif. Sebagian besar atau seluruh anggota kabinet
biasanya juga menjadi anggota parlemen sehingga mereka memilki fungsi ganda,
yaitu fungsi eksekutif dan fungsi legislatif.
c. Kabinet bisa bertahan sepanjang mendapat dukungan mayoritas dari parlemen
d. Manakala kebijakan tidak mendapatkan dukungan dari kabinet, perdana menteri
dapat membubarkan parlemen, lalu menetapkan waktu penyelenggaraan
pemilihan umum untuk membentuk parlemen yang baru.
e. Fungsi kepala pemerintahan (perdana menteri) dan fungsi kepala negara
(presiden) dilaksanakan oleh orang yang berlaianan.
f. Fungsi presiden atau raja hanya sebagai simbol negara.

E. KepemerintahanYang Bersih ( Clean Goverance )


Clean governance, terkait erat dengan akuntabilitas administrasi publik dalam menjalankan
tugas, fungsi, dan wewenang yang diberikan kepadanya, mereka tidak melakukan tindakan
yang menyimpang dari etika administrasi publik (mal-administration). Jelasnya, “mal
administrations”, merupakan suatu tindakan administrasi publik yang menyimpang dari nilai-
nilai administrasi publik . etiak administrasi publik, merupakan seperti perangkat nilai yang
dapat digunakan sebagai acuan, referensi bagi admninistrasi publik dalam menjalankan tugas,
fungsi,dan kewenanagan yang diberikan kepadanya, dan sekaligus dapat digunakan sebagai
standar penilaian untuk menilai apakah tindakan administrasi publik dinilai baik atau buruk.

Untuk menemukan pemerintahan yang bersih dan berwibawa, itu sangat tergantung
kepada hal-hal yang menyangkut :

1. Sumber Daya Manusia


2. Kelembagaan Pemerintah
3. Perimbangan Kekuasaan
4. Kepemimpinan “visioner”

28
BAB VII

GEOPOLITIK DAN GEOSTRATEGI

1. Pengertian Geopolitik
Geopolitik merupakan sistem politik atau peraturan-peraturan dalam wujud kebijaksanaan
dan strategi nasional geografik (kepentingan yang titik beratnya terletak pada pertimbangan
geografi, wilayah atau teritorial dalam arti luas) suatu negara, yang apabila dilaksanakan dan
berhasil akan berdampak langsung atau tidak langsung kepada sistem politik suatu negara.

Wawasan nusantara merupakan geopolitik indonesia. Hal ini dipahami berdasarkan


pengertian bahwa dalam wawasan nusantara terkandung dalam konsepsi geopolitik
Indonesia, yaitu unsur ruang, yang kini berkembang tidak secara fisik geografis, melainkan
dalam pengertian secara keseluruhan.

2. Pengertian Wawasan Nusantara


secara umum wawasan nusional berarti cara pandang suatu bangsa tentang diri dan
lingkungan yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai dengan posisi
dan kondisi geografis negaranya untuk mencapai tujuan atau cita-cita nasionalnya.
Sedangkan wawasan nusantara mempunyai arti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri
dan lingkungannya berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta sesuai dengan letak wlayah
nusantara yang menjiwai kehidupan bangsa dalam mencapai tujuan nasional. Dengan
demikian, wawasan nusantara berperan untuk membimbing bangsa Indonesia dalam
penyelenggaraan kehidupannya serta sebagai rambu—rambu dalam perjuangan mengisi
kemerdekaannya.

3. Faktor yang Mempengaruhi Wawasan Nusantara


a. Wilayah (geografi)
1). Asas Kepulauan (Archipelogic Principle)
2). Kepualauan Indonesia
3). Konsepsi tentang wilayah lautan
b. Geopolitik dan Geostrategi
1). Geopolitik
Istilah geopolitik semula diartikan oleh Frederich Ratzel (1844-1904) sebagai ilmu
politik (political Geography). Istilah ini kemudian dikembangkan dan diperluas oleh
sarjana politik Swedia, Rudolf Kjellen (1869-1964) dari Jerman menjadi Geographical
Politics dan disingkat Geopolitik. Perbedaan dari dua istilah diatas terletak pada titik
perhatian dan tekannanya, apakah pada bidang geografi atau politik.
Geopolitik memaparkan dasar pertimbangan dalam menentukan alternatif
kebijakan nasional untuk mewujudkan kebijakan tertentu.
2). Geostrategi
Strategi adalah politik dalam pelaksanaan, yaitu upaya bagaimana mencapai tujuan
atau sasaran yang ditetapkan sesuai dengan keinginan politik. Karena strategi merupakan
upaya pelaksanaan, maka strategi pada hakikatnya merupakan suatu seni yang
implementasinya didasari oleh institusi, perasaan dan hasil pengalaman. Strategi juga

29
dapat merupakan ilmu, yang langkah-langkahnya selalu berkaitan dengan data dan fakta
yang ada.
Sebagai contoh pertimbangan geostrategis untuk negara dan bangsa Indonesia
adalah kenyataan posisi silang Indonesia dari berbagai aspek, disamping aspek geografi
juga dapat aspek-aspek demokrasi, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan
hankam.
Geostrategi adalah perumusan strategi nasional dengan memperhitungkan kondisi
dan konstelasi geografi sebagai faktor utamanya.

c. Dasar Hukum Perkembangan Wilayah Indonesia


1). Periode 1945-1957
Sejak 17 Agustus 1945 samapi dengan 13 desember 1957 wilayah Indonesia ketika
merdeka meliputi bekas wilayah Hindia-Belanda. Berdasarkan ketentuan dalam “Teritoriale
Zee en Marieme Kringen Ordonantie” tahun 1939 tentang batas wilayah laut teritorial sejauh
3 mil dari garis pantai ketika surut, dengan asas pulau demi pulau secara terpisah.
2). Periode 1957-1969 (Deklarasi Juanda)
Pada tanggal 13 Desember 1957 dikeluarkan deklarasi juanda yang dinyatakan
sebagai pengganti Ordonasi tahun 1939 dengan tujuan sebagai berikut :
- Perwujudan bentuk wilayah negara kesatuan republik Indonesia yang utuh.
- Penentuan batas-batas wilayah negara Indonesia disesuaikan dengan asas negara kepulauan .
- Pengaturan lalu lintas damai pelayaran yang lebih menjamin keselamatan dan keamanan
NKRI..
3). Priode 1969-sekarang (Deklarasi Landas Kontinen)

Deklarasi tentang landas kontinen negara Republik Indonesia merupakan konsep


politik yang berdasarkan konsep wilayah. Deklarasi ini dipandang pula sebagai upaya untuk
mewujudkan Pasal 33 Ayat (3) UUD 1945. Konsekuensinya bahwa sumber kekayaan alam
dalam landasan kontinen Indoneia adalah milik eksklusif negara Indonesia.

4. Azas-azas Wawasan Nusantara


a. Wadah
1). Wujud wilayah
Batas ruang lingkup wilayah nusantara ditentukan oleh lautan yang didalamnya
terdapat gugusan ribuan pulau yang saling dihubungkan olem dalamnya perairan. Baik laut
maupun selat serta dirgantara di atasnya yang merupakan satu kesatuan ruang wilayah.
2). Tata inti Organisasi
Tata inti orgnanisasi didasarkan pada UUD 1945 yang menyangkut bentuk dan
kedaulatan negara, kekuasaan pemerintah dan sistem perwakilan.
3). Tata kelengkapan Organisasi
Wujud kelengkapan organisasi adalah kesadaran politik dan kesadaran bernegara
yang harus dimiliki oleh seluruh rakyat yang mencakup partai politik, golongan dan
organisasi masyarakat, kalangan pers serta seluruh aparatur negara.

b. Isi Wawasan Nusantara

30
Isi wawasan nusantara tercermin dari perspektif kehidupan manusia Indonesia
dalam eksistensinya yang meliputi cita-cita bangsa dan asas menunggal yang terpadu.
c. Tata laku Wawasan Nusantara mencakup dua segi, yaitu batiniah dan lahiriah
- Tata laku batiniah berlandaskan falsafah bangsa yang membentuk sikap mental bangsa yang
memiliki kekuatan batin. Dalam hal ini wawasan nusantara berdaasarkan pada falsafah
Pancasila untuk membentuk sikap mental bangsa yang meliputi cipta, rasa, dan karya.
- Tata laku lahiriah merupakan kekuatan yang utuh, dalam arti kemanggalan kata dan karya,
keterpaduan pembicaraan dua perbuatan.

5. Implementasi Wawasan Nusantara


a. Wawasan Nusantara Sebagai Pancaran Falsafah Pancasila
Falsafah pancasila diyakini sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia yang sesuai dengan
aspirasinya. Keyakinan ini dibuktikan dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia sejak awal
proses pembentukan NKRI sampai pada konep Wawasan Nusantara sebagai aktualisasi
falsafah Pancasila menjadi landasan dan pedoman bagi pengelolaan kelangsungan hidup
bangsa Indonesia.

b. Wawasan Nusantara dalam Pembangunan Nasionall


- Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan republik
- Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan ekonomi
- Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan sosial budaya
- Perwujudan kepulauan nusantara sebagai satu kesatuan pertahanan keamanan.

c. Penerapan Wawasan Nusantara


- Salah satu manfaat paling nyata dari penerapan wawasan nusantara, khususnya dibidang
wilayah, adalah diterimanya konsepsi nusantara di forum internasional, sehingga terjaminlah
integritas wilayah teritorial indonesia.
- Pertambahan luas wilayah sebagai ruang hidup tersebut menghasilkan sumber daya alam
yang cukup besar untuk kesejahteraan bangsa Indonesia sumber daya alam itu meliputi
minyak, gas bumi dan mineral lainnya yang banyak berada didasar laut, baik dilepas pantai
maupun dilaut dalam.
- Pertambahan luas wilayah tersebut dapat diterima oleh dunia internasional termasuk negara-
negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, India, Australia, dan Papua
Nugini yang dinyatakan dengan persetujuan yang dicapai karena negara Indonesia
memberikan banyak akomodasi kepada kepentingan negara tetangga, antara lain dibidang-
bidang perikanan yang mengakui hak nelayan tradisional dan hak lalu lintas dari Malaysia
Timur atau sebaliknya.
- Penerapan wawasan nusantara dalam pembangunan negara diberbagai bidang tampak pada
berbagai proyek pembangunan sarana dan prasarana, komunikasi dan transportasi.
- Penerapan dibidang sosial budaya terletak pada kebijakan untuk menjadikan bangsa
Indonesia ysng Bhineka Tunggal Ika tetap merasa sebangsa, setanah air, dan senasib
sepenanggungan dengan asas Pancasila.
- Penerapan wawasan nusantara dibidang pertahanana keamanana terlihat pada kesiapsiagaan
dan kewaspadaan seluruh rakyat melalui sistem keamanan rakyat semesta untuk menghadapi
berbagai ancaman berbangsa adan bernegara.

31
d. Hubungan wawasan nusantara dan ketahanan nasional
Upaya pencapaian tujuan nasional dilakukan denagan pembangunan nasional juga harus
berpedoman pada wawasan nasional. Dalam proses pembangunan nasional untuk mencapai
tujuan nasional selalu akan menghadapi berbagai kendala dan ancaman. Untuk mengatasi
perlu dibangun suatu kondisi dinamik kehidupan nasional yang tangguh. Sebaliknya,
ketahanan nasional yang tangguh akan mendorong pembangunan nasional semakin membaik.

Wawasan nasional bangsa Indonesia adalah wawasan nusantara yang merupakan


pedoman bagi proses pembangunan nasional menuju tujuan nasional. Sedangkan ketahanan
nasional merupakan kondisi yang harus diwujudkan agar proses pencapaian tujuan nasional
tersebut dapat berjalan dengan sukses. Untuk itu, dibutuhkan suatu konsep ketahanan
nasional yang sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia.
Secara ringkas, bahwa wawasan nusantara dan ketahanan nasional merupakan dua
konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai pedoman bagi penyelenggaraan kehidupan
berbangsa dan bernegara agar tetap maju dan terus jaya.

GEOSTRATEGI INDONESIA
1. Pengertian Geostrategi
Geostrategic diartikan sebagai metode atau aturan-aturan untuk mewujudkan cita-cita dan
tujuan melalui proses pembangunan yang memberikan arahan tentang bagaimana membuat
strategi pembangunan dan keputusan yang terukur dan terimajinasi guna mewujudkan masa
depan yang lebih baik, lebih aman, dan bermartabat.

Bagi bangsa Indonesia geostrategic diartikan sebagai metode untuk mewujudkan


cita-cita proklamasi, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, malalui proses
pembangunan nasional. Karena tujuan itulah maka hal itu sebagai pegangan atau bahkan
disebut sebagai doktrin pembangunan yang lazim disebut suatu ketahanan nasional.

Berdasarkan pengertian tersebut maka berkembangnya geostrategi Indonesia


sangat terkait erat dengan hakikat terbentuknya bangsa Indonesia yang terbentuk dari
beragam etnis, suku, ras, golongan, agama, bahkan terletak dalam teritorial yang terpisahkan
oleh pulau-pulau dan lautan.

Geostrategi Indonesia diperlukan dan dikembangkan untuk mewujudkan dan


mempertahankan integritas agama dan wilayah tumpah darah negara Indonesia, maka
geostrategi Indonesia dirumuskan dalam bentuk ketahanan nasional

2. Ketahanan Nasional
Ketahanan nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa, yang berisi keuletan, yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan

32
mengatasi segala ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan, baik yang datang dari luar
maupun dari dalam negeri, yang langsung maupun yang tidak langsung, membahayakan
integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa Indonesia dan negara serta perjuangan dalam
mengejar tujuan nasional Indonesia.

Setiap bangsa dalam rangka mempertahankan eksistensinya dan untuk


mewujudkan cita-cita dan tujuan nasionalnya harus memiliki ketahanan nasional.oleh arena
itu, bagi bangsa Indonesia ketahanan nasional dibangun diatas falsafah bangsa dan negara
Indonesia , yaitu Pancasila. Sebagai dasar falsafah bangsa dan negara, pancasila tidak hanya
merupakan hasil pemikiran seseorang saja, melainkan nilai-nilai Pancasila telah hidup dan
berkembang dalam kehidupan objektif bangsa Indonesia sebelum membentuk persekutuan
hidup yang disebut negara. Hal inilah yang disebut Notonagoro sebagai kuasa materialis
Pancasila. Kemudian dalam proses pembentukan negara, nilai-nilai Pancasila dirumuskan
oleh para pendiri negara Indonesia, dan secara formal yuridis Pancasila ditetapkan sebgai
dasar falsafah bangsa dan negara Indonesia, dan tercantum dalam pembukaan UUD 1945.
Oleh karena itu, dalam pengertian ini Pancasila sebagai suatu dasar filsafat dan sekaligus
sebagai landasan ideologis ketahanan nasional indonesia.

Dalam hubungan dengan realisasi pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, maka filsafat
Pancasila merupakan esensi dari staf fundamental atau pokok kaidah negara yang
fundamental. Konsekuensinya Pancasila merupakan suatu pangkal tolak derivasi seluruh
peraturan perundang-undangan di Indonesia, termasuk hukum dasar dan seluruh sistem
hukum positif lainnya.

Atas dasar pengertian inilah maka landasan konstitusional atau landasan yuridis ketahanan
nasional Indonesia adalah UUD 1945, yang bersumber pada falsafah Pancasila.

3. Pengaruh Aspek Ketahanan Nasional (TANNAS) terhadap Kehidupan


Berbangsa dan Bernegara
Konsepsi tannas sebagaimana telah dijelaskan, merupakan suatu gambaran dari kondisi suatu
kehidupan nasional dalam berbagai aspek tersebut memiliki sifat dinamis terutama diera
global ini. Konsekuensinya tiap-tiap aspek sennatiasa berubah sesuai dengan kondisi waktu,
ruang, dan lingkungan, sehingga interaksi dari kondisi tersebut sangat kompleks dan sulit
dipantau.

Dalam era reformasi dewasa ini, tidak mengherankan jika dalam berbagai aspek akan
mempengaruhi ketahanan nasional baik dalam aspek ideologi, politik, sosial, budaya serta
aspek pertahanan dan keamanan.

33
BAB VIII

HAM, SIPIL-MILITER, DAN MASYARAKAT MADANI

A. Penegrtian HAM, Sipil – Militer dan Masyarakat Madani


1. Hak Asasi Manusia (HAM)
Dalam perannya sebagai salah satu konsep disebuah negara yaitu Indonesia, yang menjadi
kunci utama dalam konteks HAM yaitu hak. Hak merupakan sesuatu yang harus diperoleh.
Selain itu, hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri manusia yang dalam
pengimplementasiannya pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan, terkait
interaksi individu dan instansi.

Dalam kamus politik HAM merupakan hak yang dimiliki setiap manusia karena
kelahirannya, bukan karena diberikan oleh masyarakat atau negara. HAM tidak berlaku oleh
negara. HAM ini anatara lain hak atas hidup, kebebasan, hak atas milik pribadi, hak atas
keamanan, beragama, dan hak untuk mencapai kebahagiaan .

Dalam UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM Pasal 1 disebutkan bahwa “Hak Asasi Manusia
adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerahnya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi,
dan dilindungi oleh negara, hukum, dan martabat bangsa.”. dari beberapa pemaparan tentang
pengertian HAM. Maka dapat disimpulkan bahwa HAM adalah segala bentuk hak yang
dimiliki secara erat setiap manusia dan setiap hak yang dimiliki bukan karena pemberian
akan tetapi hak yang ada sejak manusia lahir, dan siapapun tidak berhak untuk mengurangi
bahkan menghilangkannya.

2. Hubungan Sipil dan Militer


Perkembangan hubungan sipil dan militer dipengaruhi oleh perubahannya lingkungan
keamanan internasional secara global pasca perang dingin.

Beberapa analisis menyebutkan ada beberapa indikator tentang hubungan sipil dan militer
seperti hubungan sipil dan militer akan baik manakali perhatian militer akan berpusat hanya
pada soal-soal militer, persoalannya adalah dimana militer menjalankan fungsi sipil atas
penistaan politisi sipil dan juga masalah garis besar antara pemimpin sipil dan militer baik
jika antara pemimpin sipil dan militer tidak banyak konflik yang terjadi.

Hubungan sipil dan militer yaitu bila suatu negara menghadapi ancaman ekternal yang rendah
dan ancaman yang tinggi maka kontrol sipil atas militer adalah dalam kondisi terburuk.
Demikian pula misalnya dalam suatu negara menghadapi ancaman eksternal yang tinggi dan
menghadapi ancaman internal yang rendah maka hubungan sipil dan militer akan cenderung
membaik.

34
3. Masyarakat Madani
Istilah masyarakat madani di Indonesia sering kali disebut dengan istilah civil society oleh
bebrapa ahli yaitu masyarakat sipil, masyarakat madani, masyarakat kewargaan, korporatisme
masyarakat. Perbedaan terjemahan mengenai civil society berdasarkan perbedaan diantara
mereka dalam penggunaan sudut pandang.

a. John Locke mendefenisikan civil society sebagai masyarakat politik.


b. Hogel mendefinisikan civil society merupakan bagian dari tatanan politik secara
keseluruhan.
c. Antonio gramaci, lebih memisahkan civil society disatu sisi dan negara disisi lain.
d. Adam Ferguson mendefinisikan civil society dipandang sebagai negara, digambarkan
sebagai bentuk tatanan politik yang melindungi pekerjaan-pekerjaan manusia.
e. Ernest Gallner, civil society adalah masyarakat yang terdiri atas institusi non-
pemerintah yang otonom dan cukup kuat untuk mengimbangi negara.

B. Ringkasan Buku Pembanding II


BAB VI

Bagaimana Pancasila menjadi sitem Etika

Pancasila sebagai sistem etika di samping merupakan way of life bangsa Indonesia,
juga merupakan struktur pemikiran yang disusun untuk memberikan tuntunan atau panduan
kepada setiap warga negara Indonesia dalam bersikap dan bertingkah laku. Pancasila sebagai
sistem etika,dimaksudkan untuk mengembangkan dimensi moralitas dalam diri setiap
individu sehingga memiliki kemampuan menampilkan sikap spiritualitas dalam kehidupan
bermasycarakat, berbangsa, dan bernegara.

1. Konsep Pancasila sebagai Sistem Etika

a. Pengertian Etika

Pernahkah Anda mendengar istilah “etika”? Kalaupun Anda pernah mendengar istilah
tersebut, tahukah Anda apa artinya? Istilah “etika” berasal dari bahasa Yunani,
“Ethos” yang artinya tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan,
adat, watak, perasaan, sikap, dan cara berpikir. Secara etimologis, etika berarti ilmu
tentang segala sesuatu yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam
arti ini, etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, tata cara hidup yang baik,
baik pada diri seseorang maupun masyarakat. Kebiasaan hidup yang baik ini dianut
dan diwariskan dari satu generasi ke generasi yang lain. Dalam artian ini, etika sama
maknanya dengan moral

b. Aliran-aliran Etika

Ada beberapa aliran etika yang dikenal dalam bidang filsafat, meliputi etika
keutamaan, teleologis, deontologis. Etika keutamaan atau etika kebajikan adalah teori

35
yang mempelajari keutamaan (virtue), artinya mempelajari tentang perbuatan
manusia itu baik atau buruk. Etika kebajikan ini mengarahkan perhatiannya kepada
keberadaan manusia, lebih menekankan pada What should I be?, atau “saya harus
menjadi orang yang bagaimana?”. Beberapa watak yang terkandung dalam nilai
keutamaan adalah baik hati, ksatriya, belas kasih, terus terang, bersahabat, murah hati,
bernalar, percaya diri, penguasaan diri, sadar, suka bekerja bersama, berani, santun,
jujur, terampil, adil, setia, ugahari (bersahaja), disiplin, mandiri, bijaksana, peduli, dan
toleran (Mudhofir, 2009: 216--219)..

c. Etika Pancasila

Setelah Anda mendapat gambaran tentang pengertian etika dan aliran etika, maka
selanjutnya perlu dirumuskan pengertian etika Pancasila, dan aliran yang lebih sesuai
dengan etika Pancasila. Etika Pancasila adalah cabang filsafat yang dijabarkan dari
sila-sila Pancasila untuk mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Oleh karena itu, dalam etika Pancasila terkandung nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan. Kelima nilai tersebut

membentuk perilaku manusia Indonesia dalam semua aspek kehidupannya. Sila


ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang mendekatkan
diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang dianutnya. Sila
kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan manusia lebih
manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam pergaulan antar
sesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa kebersamaan
(mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai berupa sikap
menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak memaksakan
kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau peduli atas
nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.

2. Urgensi Pancasila sebagai Sistem Etika

Pentingnya Pancasila sebagai sistem etika terkait dengan problem yang


dihadapi bangsa Indonesia sebagai berikut. Pertama, banyaknya kasus korupsi yang
melanda negara Indonesia sehingga dapat melemahkan sendi-sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara. Kedua, masih terjadinya aksi terorisme yang
mengatasnamakan agama sehingga dapat merusak semangat toleransi dalam
kehidupan antar umat beragama, dan meluluhlantakkan semangat persatuan atau
mengancam disintegrasi bangsa. Ketiga, masih terjadinya pelanggaran hak asasi
manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara, seperti: kasus penyerbuan Lembaga
Pemasyarakatan Cebongan Yogyakarta, pada tahun 2013 yang lalu. Keempat,
kesenjangan antara kelompok masyarakat kaya dan miskin masih menandai
kehidupan masyarakat Indonesia. Kelima,ketidakadilan hukum yang masih mewarnai
proses peradilan di Indonesia,seperti putusan bebas bersyarat atas pengedar narkoba
asal Australia Schapell Corby.

36
BAB III

KEUNGGULAN BUKU

A. Keterkaitan Antar Bab


Buku ini menjelaskan tentang pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi, yang
disusun secara rinci, dan berurut sesuai dengan bab-bab yang ada. Isi dari setiap bab atau dari
bab ke bab saling berkaitan dan saling menguatkan isi setiap bab satu sama lainnya.

Dalam mengkritik buku ini kami mengkritik 3 buku dari buku yang kami kritik
terdapat bab yang isinya saling berkaitan yaitu pada buku utama di bab ke VIII yang
membahas tentang Hak Asasi Manusia. Buku ini menyebutkan bahwa Hak Asasi Manusia
secara umum adalah segala bentuk hak yang dimiliki secara erat oleh setiap manusia dan
setiap hak yang dimiliki bukan karena pemberian akan tetapi hak yang ada sejak manusia
lahir, dan siapapun tidak berhak untuk mengurangi hak tersebut bahkan untuk
menghilangkannya. Sedangkan pada buku pembanding 1 materi Hak-hak Asasi Manusia
terdapat pada bab ke VII , buku ini menyebutkan bahwa HAM terbagi menjadi empat
kelompok yaitu hak-hak asasi negatif atau liberal, hak-hak asasi aktif atau demokratif, hak-
hak asasi positif, dan hak-hak asasi sosial. Serta pada buku pembanding yang kedua yaitu
menyebutkan bahwa pelanggaran hak-hak asasi manusia (HAM) dalam kehidupan bernegara
di Indonesia ditandai dengan melemahnya penghargaan seseorang terhadap hak pihak lain.
Kasus-kasus pelanggaran HAM yang dilaporkan di berbagai media, seperti penganiayaan
terhadap pembantu rumah tangga (PRT), penelantaran anak-anak yatim oleh pihak-pihak
yang seharusnya melindungi, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), dan lain-lain.
Kesemuanya itu menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila
sebagai sistem etika belum berjalan maksimal.

Dari beberapa penjelasan diatas dapat dilihat bahwa buku yang dikritik sudah
saling berkiatan antar bab nya.

B. Kemutakhiran Isi Buku


Dalam buku ini memiliki teori-teori yang benar, bagus dan sangat membangun
dalam memberikan wawasan kepada pembaca. Bagian bab dengan sub bab juga saling
berkaitan sehingga teori atau materi yang disampaikan mudah untuk dipahami. Buku juga
melampirkan data-data yang konkret mengenai Pancasila misalnya yang terdapat pada
ketetapan Undang-Undang Dasar 1945 mengenai pancasila maupun kewarganegaraannya.

Buku ini memiliki teori atau materi yang hampir dibilang lengkap sebagai acuan
mahasiswa untuk mengenal lebih jauh tentang Pancasila. Sehingga ketika mahasiswa sudah
banyak menguasi ilmu Pancasila, para mahasiswa dapat mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari mereka.

37
C. Keterkaitan antara isi buku dengan bidang ilmu
Isi buku dengan bidang ilmu pendidikan pancasila sudah berkaitan karena pada
buku ini membahas tentang Pancasila sehingga sudah mencakup bidang ilmunya.

1. Bahasa yang digunakan

Bahasa yang digunakan pada buku ini sederhana dan mudah dimengerti sehingga
dapat membantu pembaca untuk dapat dengan mudah memahami apa yang disampaikan
dalam buku.

2. Font

Buku ini menggunakan font ukuran 12 (standard) dan dengan menggunakan bentuk
tulisan Times New Roman sehingga pembaca dapat dengan mudah membaca tulisan pada
buku ini.

38
BAB IV

KELEMAHAN BUKU
A. Keterkaitan Antar Bab
Tidak semua bab yang dikritik pada masing-masing buku saling berkaitan, akan
tetapi masih ada bab saling saling berkaitan.

B. Kemutakhiran Buku
Masih terdapat kalimat-kalimat yang cara penulisannya salah (typo), dan kalimat
yang berbelit-belit sehingga sulit dipahami. Isi buku sudah lengkap hanya saja buku ini tidak
hanya terfokus pada Pancasila akan tetapi juga pada kewarganegaraan sehingga untuk materi
tentang Pancasila cakupannya tidak terlalu luas.

C. Keterkaitan Antara Isi Buku dengan Bidang Ilmu


Isi buku dengan bidang ilmu pendidikan pancasila sudah berkaitan karena pada
buku ini membahas tentang Pancasila sehingga sudah mencakup bidang ilmunya. Akan tetapi
pembahasannya lebih dibatasi karena buku ini membahas 2 bidang ilmu yaitu pancasila dan
kewarganegaraan sehingga bidang ilmu Pancasila tidak terlalu mencakup materi yang luas.
Akan tetapi pada pembahasan mengenai bidang ilmu kewarganegaraan, buku ini juga masih
tetap mengkaitkan antara pancasila dengan kewarganegaraan yang ada pada kehidupan
sehari-hari.

1. Susunan Buku
Susunan pada buku ini masih kurang rapi dan teratur sehingga sedikit mempersulit
pembaca dalam memahami isi buku ini, karena susunan antara bab dengan sub babnya
kurang tertata dengan baik sehingga mempersulit pembaca untuk dapat membedakan
pembagian materi pada buku ini. Pada buku ini juga terdapat penggunaan kalimat yang
berulang-ulang, seperti contohnya pada bagian sub bab yang kemudian materi tersebut
dimuat kembali pada bagian selanjutnya.

2. Cover
Cover buku ini kurang menarik sehingga dapat mengurangi ketertarikan para
pembacanya. Karena dengan melihat cover juga dapat mempengaruhi keinginan atau minat
baca seseorang untuk membaca buku tersebut.

Alasan mengkritik buku Pendidikan Pancasila untuk perguruan tinggi Mata Kuliah
Pendiidkan Pancasila ini adalah karena buku ini membahas tentang pendidikan pancasila
sehingga sesuai dengan yang dipelajari pada mata kuliah pendidikan pancasila. Buku ini

39
membahas tentang pendidikan pancasila akan tetapi materi didalamnya terbatas karena buku
ini juga membahas tentang kewarganegaraan. Meskipun begitu dalam materi
kewarganegaraan buku ini juga menyangkut pautkan isi Pancasila pada materi
kewarganegaraan sehingga pancasila juga tidak tertinggal dalam setiap bahasan dibuku ini.

40
BAB V

HASIL ANALISIS

A. Hasil Analisis

Dapat dilihat dari setiap rincian perbab dari buku yang direview banyak terdapat
penulisan kata yang disalah. Tidak hanya pada satu dua sub bagian, namun setiap
pembahasannya masih saja terdapat kata-kata yang salah. Hal ini mungkin bisa saja dari
pihak editor kurang memperhatikannya, sehingga masih tertera banyaknya penulisan kata
yang salah.

Jika dikaitkan dengan buku pembanding, maka hanya terdapat beberapa bab saja yang
memiliki pembahasan yang sama. Dimana suatu perbandingan bisa dilakukan apabila hal
yang dibandingkan sama. Untuk itu kami disini mengangkat tema perbandingan dari bab VIII
buku yang kami review, bab VII dari buku pembanding I, dan bab VI dari buku pembanding
II.

Ketiga buku ini cocok untuk direview, dilihat dari sisi sub bab pembahasan. Ketiga
buku ini diterbitkan pada tahun yang berbeda, dn bahkan jarak waktu terbitnya sangat lama.
Buku utama diterbitkan tahun 2016,buku pembanding pertama terbit tahun 1987,dan buku
pembanding kedua diterbitkan tahun 2016 .Jarak yang cukup lama antara t hun 2016 dengan
1987. 29 Tahun jarak tahun terbit buku-buku tersebut,namun masih bisa untuk dikaitkan
antara sub bab nya.

41
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Materi-materi yang tertera pada setiap pembahasan sangat berkaitan dengan mata
kuliah yang sedang diampuh. Pada buku utama atau buku yangdi review memang
berjudulkan “Pancasila dan Kewarganegaraan” yang ada juga membahas tentang
kewarganegaran. Seperti pembahasan tentang Negara dan Konstitusi, Demokrasi, Agama dan
Politik, dan masih banyak lagi. Pembahasan yang berkaitan dengan kewarganegaraan namun
sangat berkaitan dengan Pancasila.

B. Saran

Untuk buku utama dari sisi cetakan maupun edisi selanjutnya, sebaiknya pihak editor
sangat perlu ketelitian dalam editor penulisan. Karena hal tersebut bisa membingungkan para
pembaca dalam memahaminya. Kepada pihak pembaca terutama sangat disarankan untuk
membaca buku ini karena sangat mudah untuk dipahami dan sangat membantu mahasiswa
dalam perkuliahan. Dan diharapkan setelah membaca buku ini terdapat perubahan moral agar
menjadi lebih baik dan bisa menanamkan rasa cinta terhadap Tanah Air indonesia dengan
selalu membawa nilai-nilai sila-sila Pancasila, sehingga bisa menerapkannya di kehidupan
sehari-hari.

42
DAFTAR PUSTAKA

• DRS. H.M. ALWI KADERI, M.Pd.I. Pendidikan Pancasila Untuk Perguruan


Tinggi,Banjarmasin, Antasari Press, 2017
• Ursiono. Pancasila dan Kewarganegaraan, Medan, Perdana Publishing : 2016
• Magnis-Suseno, Franz. Etika Politik (Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan
Modren), Jakarta, PT.Gramedia Pustaka Utama ; 1987

43

Anda mungkin juga menyukai