Anda di halaman 1dari 25

CRITICAL BOOK REPORT

MK. PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN


PRODI S1 PENDIDIKAN FISIKA -MIPA

SKOR NILAI :

CRITICAL BOOK REPORT

NAMA MAHASISWA : NOPERANTA GINTING


NIM : 4193321003
DOSEN PENGAMPU : JUJUR SIAHAAN S.Pd,M.Hum
MATA KULIAH :PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS FMIPA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas Critical Book review. Tugas ini di buat untuk memenuhi
salah satu mata kuliah yaitu “Pendidikan Kewarganegaraan”
Tugas makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan wawasan
kita semua. Penulis menyadari bahwa tugas makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh
sebab itu penulis mohon maaf karena sesunggunya pengetahuan dan pemahaman penulis masih
terbatas. Penulis sangat menantikan kritik dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun
guna menyempurnakan tugas ini. Penulis juga berharap semoga tugas critical book review ini
bermanfaat bagi kita semua. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Berastagi, 28 September 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ……………………………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………...………………………………………… ii

Bab I Pendahuluan

A. Rasionalisasi Pentingnya CBR …………………………………...………..1


B. Tujuan Penulisan…………………………………………..………...……..1
C. Manfaat ……………………………………………………..….. ……......1
D. Identitas Buku……………………………………..…………..…...……….2

Bab II Ringakasan Isi Buku.............................................................................................3

Bab III Pembahasan.........................................................................................................11.

1. Pembahasan Isi Buku.................................................................................................11


2. Kelebihan dan Kekurangan Isi Buku ………………………………………………19

Bab IV Penutup................................................................................................................20

A. Kesimpulan ………...……………………………………………….……...20
B. Rekomendasi ………….....…………………………………………..……..20

Daftar Pustaka ……………………………...……………………………………...……21

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Rasionalisasi Pentingnya CBR
Sering kali kita bingung memilih buku referensi untuk kita baca dan pahami.
Terkadang kita memilih satu buku, namun kurang memuaskan hati kita. Oleh karena itu,
penulis membuat Critical Book Review ini untuk mempermudah pembaca dalam memilih
buku refrensi, terkhusus pada pokok bahasan tentang Pendidikan Kewarganegaraan
Keterampilan membuat CBR pada penulis dapat menambah kemampuan dalam
meringkas dan menganalisis sebuah buku serta membandingkan buku yang dianalisis dengan
buku yang lain. Mengenal, menilai, dan mengkritik sebuah buku yang dianalisis. Mengkritik
buku juga salah satu cara yang dilakukan untuk menaikkan ketertarikan minat baca seseorang
terhadap suatu pokok bahasan. Mengkritik buku dilakukan bukan untuk menjatuhkan atau
menaikkan nilai suatu buku melainkan untuk menjelaskan isi sebuah buku yaitu kelebihan
atau kekurangannya yang akan menjadi bahan pertimbangan atau ulasan tentang sebuah buku
kepada pembaca perihal buku-buku baru dan ulasan kelebihan maupun kekurangan buku
tersebut.

B. Tujuan Penulisan CBR


1. Mengkritis / membandingkan topik topik materi kuliah pendidikan kewarganegaraan
dalam dua buku yang berbeda.
2. Penyelesaian tugas dalam KKNI.
3. Agar mampu meringkas isi buku.
4. Agar mampu meningkatkan cara berpikir secara kritis.

C. Manfaat CBR
1. Menambah wawasan pengetahuan tentang pendidikan kewarganegaraan
2. Mempermudah pembaca mendapatkan inti dari sebuah buku yang telah di lengkapi
dengan ringkasan buku , pembahasan  isi buku, serta kekurangan dan kelebihan buku
tersebut.
3. Agar mengetahui kelebihan dan kelemahan buku yang diresensi.
4. Melatih mahasiswa merumuskan serta mengambil kesimpulan-kesimpulan atas buku-
buku yang dianalisis terebut.

1
D. Identitas Buku yang Direview
BUKU UTAMA
1. Judul : Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan TInggi
2. Edisi :-
3. Pengarang : Paristiyanti Nurwardani, dkk
4. Penerbit : KEMENRISTEKDIKTI
5. Kota terbit : Jakarta
6. Tahun Terbit : 2016
7. ISBN : 978-602-6470-02-7

BUKU PEMBANDING 1
1. Judul Buku                       : Pendidikan Kewarganegaraan “Mewujudkan
Masyarakat Madani”
2. Pengarang                        : Sarbaini Saleh, S.Sos., M.Si
3.  Penerbit                            : Citapustaka Media Perintis
4. Tahun Terbit                     : November 2008
5.  Kota Terbit                       : Bandung
6. Hal. dan Tebal buku         : 80 hal, 14,8x21 cm
7. ISBN                                : 978-602-9434-75-0

BUKU PEMBANDING 2
1. Judul Buku       :Pradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan Panduan
Kuliah di Perguruan Tinggi
2.   Pengarang                  : Winarno, S.Pd, M.Si
3.  Penerbit                      : Sinar Grafika Offset
4. Tahun Terbit               : 2007
5. Kota Terbit                  : Jakarta
6.  Hal. dan Tebal buku    : 225 hal
7.  ISBN                            : 978-979-010-178-4

2
BAB II
RINGKASAN BUKU

Ringkasan Buku Utama

A. BAB I : Bagaimana Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan dalam


mengembangkan Kemampuan
Secara Etimologis pendidikan kewarganegaraan berasala dari kata “pendidikan” dan
“kewarganegaraan”. Pendidikan berate usaha sada dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan
potensi dirinya. Sedangkan kewarganegaraan adalah segala hal ihwal yang
berhubungan dengan warga Negara. Secara Yuridis, pendidikan Kewarganegaran
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa
kkebangsaan dan cinta tanah air. Secara Terminologis, pendidikan kewarganegaraan
adalah program pendidikan yang berintikan demokrasi politik, diperluas dengan
sumber – sumber pengetahuan lainnya. Negara perlu menyelenggarakan pendidikan
kewarganegaraan karena setuap generasi adalah orang baru yang harus mendapat
pengetahuan sikap/nilai yang emeiliki karakter yang baik dan cerdas untuk hidup
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai dengan demokrasi
konstitusional. Secara hitoris, pendidikan kewarganegaraan di Indonesia awalnya
diselenggarakan ole organisasi pergerakan yang bertujuan untuk membangun rasa
kebangsaan dan vita – cita Indonesia merdeka. Secara sosiologis, PKn Indonesia
dilakukan pada tataran sosial kultural oleh para pemimpin di masyarakat yang
mengajak untuk mencintai tanah air dan bangsa Indonesia. Secara politis, PKn
Indonesia lahir karena tuntutan konstitusi atau UUD 1945 dan sejumlah kebijakan
Pemerintah yang berkuasa sesuai dengan masanya. Pendidikan Kewarganegaraan
senantiasa menghadapi dinamika perubahan dalam sistem ketatanegaraan dan
pemerintahan serta tantangan kehidupan berbangsa dan bernegara. PKn Indonesia
untuk masa depan sangat ditentukan oleh pandangan bangsa Indonesia, eksistensi
konstitusi negara, dan tuntutan dinamika perkembangan bangsa.

3
B. BAB II : Bagaimana Esensi dan Urgensi Identitas Nasional sebagai Salah Satu
Determinan Pembaunan Bangsa dan Karakter
Identitas nasional dibentuk oleh dua kata dasar, ialah “identitas” dan “nasional”.
identitas berasal dari bahasa Inggris identity yang secara harfiah berarti jati diri, ciri-
ciri, atau tanda-tanda yang melekat pada seseorang atau sesuatu sehingga mampu
membedakannya dengan yang lain. Istilah “nasional” menunjuk pada kelompok-
kelompok persekutuan hidup manusia yang lebih besar dari sekedar pengelompokan
berdasar ras, agama, budaya, bahasa, dan sebagainya. Dalam konteks pendidikan
kewarganegaraan, identitas nasional lebih dekat dengan arti jati diri yakni ciri-ciri
atau karakteristik, perasaan atau keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan
bangsa Indonesia dengan bangsa lain. Identitas nasional sebagai identitas bersama
suatu bangsa dapat dibentuk oleh beberapa faktor yang meliputi: primordial, sakral,
tokoh, bhinneka tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi dan kelembagaan.
Identitas nasional Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional,
bersifat buatan karena dibentuk dan disepakati dan sekunder karena sebelumnya
sudah terdapat identitas kesukubangsaan dalam diri bangsa Indonesia. Secara historis,
identitas nasional Indonesia ditandai ketika munculnya kesadaran rakyat Indonesia
sebagai bangsa yang sedang dijajah oleh bangsa asing pada tahun 1908 yang dikenal
dengan masa Kebangkitan Nasional (Bangsa). Secara sosiologis, identitas nasional
telah terbentuk dalam proses interaksi, komunikasi, dan persinggungan budaya secara
alamiah baik melalui perjalanan panjang menuju Indonesia merdeka maupun melalui
pembentukan intensif pasca kemerdekaan. Secara politis, bentuk identitas nasional
Indonesia menjadi penciri atau pembangun jati diri bangsa Indonesia yang meliputi
bendera negara Sang Merah Putih, bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional atau
bahasa negara, lambang negara Garuda Pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia
Raya.

C. BAB III : bagaimana urgensi Integrasi Nasional sebagai salah Satu Parameter
persatuan dan kesatuan bangsa
Integrasi nasional berasal dari kata integrasi dan nasional. Integrasi berarti memberi
tempat dalam suatu keseluruhan.

4
Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian – bagian unsur atau
elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih bulat, sehingga
menjadi satu bangsa. Jenis jenis integrasi mencakup 1. Integrasi bangsa, 2. Integrasi
wilayah, 3. Integrasi nilai, 4. Integrasi elit- massa, 5. Integrasi tingkah laku. Dimensi
integrasi mencakup integrasi vertical dan horizontal, sedangkan aspek integrasi
meliputi aspek politik, ekonomi dan social budaya. Integrasi berkebalikan dengan
didintegrasi. Jika integrasi menyiratkan adanya keterpaduan, kesatuan dan
kesepakatan atau kosensus, disintegrasi emnyirtkan adanya keterpecahan,
pertentangan dan konflik. Integrasi bangsa diperlukan guna membangkitkan
kesadaran akan identitas bersama, menguatkan identitas nasional, dan membangun
persatuan bangsa

D. BAB IV : Bagaimana nilai dan Norma konstitusional UUD RI 1945 dan


Konstitusional ketentuan perundangan – undangan dibawah UUD
Dalam arti sempit konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen
yang berisi aturan – aturan dasar untuk menyelenggarakan Negara, sedangkan dalam
arti luas konstitusi merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak teryulis, yang
menentukan bagaimana lembaga Negara dibentuk dan dijalankan. Konstitusi
diperlukan untuk membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa negara, membagi
kekuasaan negara, dan memberi jaminan HAM bagi warga negara. Konstitusi
mempunyai materi muatan tentang organisasi negara, HAM, prosedur mengubah
UUD, kadang-kadang berisi larangan untuk mengubah sifat tertentu dari UUD, cita-
cita rakyat dan asas-asas ideologi negara. Pada awal era reformasi, adanya tuntutan
perubahan UUD NRI 1945 didasarkan pada pandangan bahwa UUD NRI 1945 belum
cukup memuat landasan bagi kehidupan yang demokratis, pemberdayaan rakyat, dan
penghormatan terhadap HAM. Di samping itu, dalam tubuh UUD NRI 1945 terdapat
pasal-pasal yang menimbulkan penafsiran beragam (multitafsir) dan membuka
peluang bagi penyelenggaraan negara yang otoriter, sentralistik, tertutup, dan praktik
KKN. Dalam perkembangannya, tuntutan perubahan UUD NRI 1945 menjadi
kebutuhan bersama bangsa Indonesia. Oleh karena itu, MPR melakukan perubahan
secara bertahap dan sistematis dalam empat kali perubahan. Keempat kali perubahan
tersebut harus dipahami sebagai satu rangkaian dan satu kesatuan.

5
UUD NRI 1945 menempati urutan tertinggi dalam jenjang norma hukum di
Indonesia. Berdasar ketentuan ini, secara normatif, undang-undang isinya tidak boleh
bertentangan dengan UUD. Jika suatu undangundang isinya dianggap bertentangan
dengan UUD maka dapat melahirkan masalah konstitusionalitas undang-undang
tersebut. Warga negara dapat mengajukan pengujian konstitusionalitas suatu
undangundang kepada Mahkamah Konstitusi

E. BAB V : Bagaimana Harmoni Kewajiban dan Hak Negara dan warga Negara
dalam demokrasi yang bersumbu pada kedaulatan rakyat dan musyawarah
untuk mufakat
Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang semestinya diterima
atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat oleh pihak lain mana pun
juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa olehnya. Wajib adalah beban
untuk memberikan sesuatu yang semestinya dibiarkan atau diberikan melulu oleh
pihak tertentu tidak dapat oleh pihak lain mana pun yang pada prinsipnya dapat
dituntut secara paksa oleh yang berkepentingan. Hak dan kewajiban warga negara
merupakan wujud dari hubungan warga negara dengan negara. Hak dan kewajiban
bersifat timbal balik, bahwa warga negara memiliki hak dan kewajiban terhadap
negara, sebaliknya pula negara memiliki hak dan kewajiban terhadap warga negara.
Sekalipun aspek kewajiban asasi manusia jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan
dengan aspek hak asasi manusia sebagaimana tertuang dalam UUD NRI 1945, namun
secara filosofis tetap mengindikasikan adanya pandangan bangsa Indonesia bahwa
hak asasi tidak dapat berjalan tanpa dibarengi kewajiban asasi. Dalam konteks ini
Indonesia menganut paham harmoni antara kewajiban dan hak ataupun sebaliknya
harmoni antara hak dan kewajiban. Hak dan kewajiban warga negara dan negara
mengalami dinamika terbukti dari adanya perubahan-perubahan dalam rumusan pasal-
pasal UUD NRI 1945 melalui proses amandemen dan juga perubahan undangundang
yang menyertainya. Jaminan akan hak dan kewajiban warga Negara dengan segala
dinamikanya diupayakan berdampak pada terpenuhinya keseimbangan yang harmonis
antara hak dan kewajiban Negara dan warga Negara.

6
F. BAB VI : bagaimana Hakikat, Instrumentasi dan Praksis Semikrasi Indonesia
Berdasarkan Pancasila dan UUD NRI 1945
Secara etimologis, demokrasi berasal dari bahasa Yunani yaitu demos yang berarti
rakyat dan cratos atau cratein yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi, demos-
cratein atau demos-cratos berarti pemerintahan rakyat atau kekuasaan rakyat. Secara
terminologi, banyak pandangan tentang demokrasi. Tidak ada pandangan tunggal
tentang apa itu demokrasi. Demokrasi dapat dipandang sebagai salah satu bentuk
pemerintahan, sebagai sistem politik, dan sebagai pola kehidupan bernegara dengan
prinsip-prinsip yang menyertainya. Berdasar ideologinya, demokrasi Indonesia adalah
demokrasi yang berdasar Pancasila. Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah
kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang dalam penyelenggaraannya
dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila. Demokrasi Pancasila dalam arti sempit adalah
kedaulatan rakyat yang dilaksanakan menurut hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan. Demokrasi Indonesia adalah demokrasi konstitusional,
selain karena dirumuskan nilai dan normanya dalam UUD 1945, konstitusi Indonesia
juga bersifat membatasi kekuasaan pemerintahan dan menjamin hakhak dasar warga
Negara. Praktik demokrasi Pancasila berjalan sesuai dengan dinamika perkembangan
kehidupan kenegaraan Indonesia. Prinsip-prinsip demokrasi Pancasila secara ideal
telah terrumuskan, sedang dalam tataran empirik mengalami pasang surut. Sebagai
pilihan akan pola kehidupan bernegara, sistem demokrasi dianggap penting dan bisa
diterima banyak negara sebagai jalan mencapai tujuan hidup bernegara yakni
kesejahteraaan dan keadilan.

G. BAB VII : bagaimana Dinamika Historis Konstitusional, social-politik, kultural


serta konteks kontemporer penegakan hokum yang Berkeadilan
Negara merupakan organisasi kelompok masyarakat tertinggi karena mempunyai
wewenang untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat bahkan memaksa secara
sah untuk kepentingan umum yang lebih tinggi demi tegaknya hukum. Negara pun
dipandang sebagai subyek hukum yang mempunyai kedaulatan (sovereignity) yang
tidak dapat dilampaui oleh negara mana pun. Ada empat fungsi negara yang dianut
oleh negara-negara di dunia ialah: melaksanakan penertiban dan keamanan;
mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran rakyatnya; pertahanan; dan
menegakkan keadilan.
7
Untuk menyelesaikan perkara-perkara yang terjadi di masyarakat secara adil, maka
para aparatur hukum harus menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya. Penegakan
hukum bertujuan untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam
masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh pengayoman dan hakhaknya
terlindungi. Dalam menegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus selalu
diperhatikan yaitu: kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan. Dalam rangka
mewujudkan sistem hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD NRI
1945, pembangunan bidang hukum mencakup sektor materi hukum, sektor sarana dan
prasarana hukum, serta sektor aparatur penegak hukum. Aparatur hukum yang
mempunyai tugas untuk menegakkan dan melaksanakan hukum antara lain lembaga
kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman. Fungsi utama Lembaga kepolisian adalah
sebagai lembaga penyidik; sedangkan kejaksaan berfungsi utama sebagai lembaga
penuntut; serta lembaga kehakiman sebagai lembaga pengadilan/pemutus perkara.
Peradilan umum merupakan peradilan bagi rakyat pada umumnya; sedangkan
peradilan militer, peradilan Agama, dan peradilan Tata Usaha Negara merupakan
peradilan khusus karena mengadili perkaraperkara tertentu dan mengadili golongan
rakyat tertentu. Keempat lingkungan peradilan tersebut masing-masing mempunyai
lingkungan wewenang mengadili perkara tertentu serta meliputi badan peradilan
secara bertingkat, yaitu pengadilan tingkat pertama, tingkat banding, dan tingkat
kasasi. Penegakan hukum di Indonesia masih menghadapi masalah dan tantangan
untuk memenuhi rasa keadilan masyarakat. Penegakan hukum sangat penting
diupayakan secara terus menerus untuk meningkatkan ketertiban dan kepastian
hukum dalam masyarakat sehingga masyarakat merasa memperoleh perlindungan
akan hak – hak dan kewajibannya.

H. BAB VIII : Bagaimana Dinamika Historis, dan Urgensi wawasan Nusantara


sebagai konsepsi dan Pandangan Kolektif kebangsan Indonesia dalam konteks
Pergaulan Dunia.
Wawasan nusantara bermula dari wawasan kewilayahan dengan dicetuskannya
Deklarasi Djuanda tanggal 13 Desember 1957. Inti dari deklarasi itu adalah segala
perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk
Negara Indonesia dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian
yang wajar daripada wilayah daratan Negara Indonesia.
8

Dengan demikian, bagian dari perairan pedalaman atau nasional yang berada di
bawah kedaulatan mutlak milik Negara Indonesia. Keluarnya Deklarasi Djuanda 1957
membuat wilayah Indonesia sebagai satu kesatuan wilayah. Laut bukan lagi pemisah
pulau, tetapi laut sebagai penghubung pulau-pulau Indonesia. Melalui perjuangan di
forum internasional, Indonesia akhirnya diterima sebagai negara kepulauan
(Archipelago state) berdasarkan hasil keputusan Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa tentang Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982. Pertambahan luas wilayah
Indonesia sebagai satu kesatuan memberikan potensi keunggulan (positif) yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan. Namun demikian juga mengundang
potensi negatif yang bisa mengancam keutuhan bangsa dan wilayah. Wawasan
nusantara sebagai konsepsi kewilayahan selanjutnya dikembangkan sebagai konsepsi
politik kenegaraan sebagai cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan
lingkungan tempat tinggalnya sebagai satu kesatuan wilayah dan persatuan bangsa.
Esensi dari wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan persatuan
bangsa, mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan. Wawasan nusantara merupakan perwujudan dari
sila III Pancasila yakni Persatuan Indonesia

I. BAB IX : Bagaimana Urgensi dan Tantangan Ketahaan Nasional dan bela


Negara bagi Indonesia dalam Membangun Komitmen kolektif Kebangsaan
Pengertian ketahanan nasional dapat dibedakan menjadi tiga yakni ketahanan nasional
sebagai konsepsi atau doktrin, ketahanan nasional sebagai kondisi, dan ketahanan
nasional sebagai metode atau strategi. Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah
konsep khas bangsa Indonesia sebagai pedoman pengaturan penyelenggaraan
bernegara dengan berlandaskan pada ajaran asta gatra. Ketahanan nasional sebagai
kondisi adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan daya tahan.
Ketahanan nasional sebagai metode atau strategi adalah cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan ancaman kebangsaan melalui pendekatan asta gatra yang
sifatnya integral komprehensif.
9

\Ketahanan nasional memiliki dimensi seperti ketahanan nasional ideologi, politik dan
budaya serta konsep ketahanan berlapis dimulai dari ketahanan nasional diri,
keluarga, wilayah, regional, dan nasional. Inti dari ketahanan nasional Indonesia
adalah kemampuan yang dimiliki bangsa dan negara dalam menghadapi segala bentuk
ancaman yang dewasa ini spektrumnya semakin luas dan kompleks, baik dalam
bentuk ancaman militer maupun nirmiliter. Kegiatan pembelaan negara pada dasarnya
merupakan usaha dari warga negara untuk mewujudkan ketahanan nasional. Bela
negara adalah, sikap dan tindakan warga negara yang teratur, menyeluruh, terpadu
dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air dan kesadaran hidup
berbangsa dan bernegara. Bela negara mencakup bela negara secara fisik atau militer
dan bela negara secara nonfisik atau nirmiliter dari dalam maupun luar negeri. Setiap
warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara. Bela Negara dapat
secara fisik yaitu dengan cara "memanggul senjata" menghadapi serangan atau agresi
musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Bela
negara secara nonfisik adalah segala upaya untuk mempertahankan negara kesatuan
Republik Indonesia dengan cara meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara,
menanamkan kecintaan terhadap tanah air (salah satunya diwujudkan dengan sadar
dan taat membayar pajak), serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara,
termasuk penanggulangan ancaman dan lain sebagainya.
10
BAB III

PEMBAHASAN

A. PEMBAHASAN ISI BUKU


1. Pembahasan bab I tentang hakikat pendidikan kewarganegaraan
Menurut buku “Pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggu (buku
utama)” hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana
untuk mencerddaskan kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan
menumbuhkan jati diri dan moral bangsa sebagai landasan pelaksanaan hak dan
kewajiban dalam bela Negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayyaan
bangsa dan Negara. Sehingga dengan mencerdasakn kehidupan bangsa, memberi
ilmu tentang tata Negara, menumbuhkan kepercayaan terhadap jati diri bangsa
sera moral bangsa, mka takkan sulit untuk menjaga kelangsungan kehidupan dan
kejayaan Indonesis. Pendidikan kewarganegaraan lah yang mengajarkan
bagaimana seseorang menjadi warga Negara yang lebih bertanggun jawab, karena
kewarganegaraan itu tidak dapat diwariskan begitu saja melainkan harus
dipelajari dan dialami ioleh masing – masing orang. Apalagi Negara kita sedng
menuju menjadi Negara yang demokratis, maka secara tidak langsung warga
negaranya harus lebih aktif dan partisitif, Sedangkan menurut buku “ Pendidikan
Pancasila ‘(civic Education)’ (buku pembanding)” hakikat pendidikan
kewarganegaraan adalah program pendidikan berdasasrkan nilai – nilai pancasila
sebagai sarana untuk mengembangkan dan melestarikan nilai luhur dan moral
yang berakar pada budaya bangsa yang diharapkan menjadi jati diri yang
diwujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari – hari para mahasiswa
baik sebagai individu, sebagai saintis, anggota masyarakat dan ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa. Hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah adalah merupakan
mata kuliah yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi
agama, sosiokultural, bahasa, usia dan suku bangsa untuk menjadi warga Negara
yang cerdas, terampil dan berkarakter yang berlandaskan pancasila dan UUD
1945.
11
Berdaarkan kedua buku diatas dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan
kewarganegaraan adalah upaya sadar dan terencana untuk mencerdasaskan
kehidupan bangsa bagi warga Negara dengan menumbuhkan jati diri dan moral
bangsa sebagai landasasn pelaksanaan hak dan kewajiban dalam bela Negara
demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan Negara yang tetap
berlandasakan pancasila dan UUd 1945.
2. Pembahasan bab II tentang Identitas Nasional
Menurut buku “pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi (buku
Utama)”. Dalam konteks pendidikan kewarganegaraan, identitas nasional lebih
dekat dengan arti jati diri yakni ciri-ciri atau karakteristik, perasaan atau
keyakinan tentang kebangsaan yang membedakan bangsa Indonesia dengan
bangsa lain. Identitas nasional sebagai identitas bersama suatu bangsa dapat
dibentuk oleh beberapa faktor yang meliputi: primordial, sakral, tokoh, bhinneka
tunggal ika, sejarah, perkembangan ekonomi dan kelembagaan. Identitas nasional
Indonesia menunjuk pada identitas-identitas yang sifatnya nasional, bersifat
buatan karena dibentuk dan disepakati dan sekunder karena sebelumnya sudah
terdapat identitas kesukubangsaan dalam diri bangsa Indonesia. Identitas nasional
ialah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa, secra fisiologis yang membedakan
bangsa tersebut dengan bangsa yang lainnya. Jadi, setiap bangsa diduia ini akan
mempunyai identitas sendiri – sendiri sesuai dengan keunikan, ciri – ciri
bagaimana bangsa tersebut terbentuk secara historis. Sedangkan menurut buku
Pendidikan Kewarganegaraan ‘(civic Education)’ (buku pembanding)” identitas
nasional ialah suatu ciri yang dimiliki sebuah bangsa didunia yang memiliki
identitaas sendiri – sendiri sesuai dengan keunikan, ciri – ciri, sifat, serta karakter
dari bangsa tersebut. Hakikat identitas nasional kita sebagai bangsa didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara ialah pancasila yang aktualisasinya
tercermin dalam penataan kehidupan kita dalam arti yang luas, misalnya aturan
perundang undangan atau moral yang secra normative diterapkan didalam
bermasyarakat atau berinteraksi, baik itu dlam tataran nasional ataupun
internasional.
12
Dari kedua rangkuman kedua buku diatas maka dapat disimmpulkan dengan
nilai – nilai budaya yang tercermin didalam identitas nasional merupakan suat jati
diri yang khas dimiiki oleh suatu bangsa yang tidak dimiliki bangsa lain.
Identitas nasional merupakan suatu kumpulan nilai budaya yang tumbuh serta
berkembang didalam macam – macam aspek kehidupan dari berbagai keragaman
yang terhimpun dalam sau kesatuan. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
pancasila merupakan aktualisasi yang tercermunkan dalam penataan kehidupan
mencakup dalam kehidupan yang luas.

3. Pembahasan bab III tentang Integrasi Nasional


Menurut buku Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan tinggi (buku
utama) Integrasi nasional merupakan proses mempersatukan bagian – bagian
unsur atau elemen yang terpisah dari masyarakat menjadi kesatuan yang lebih
bulat, sehingga menjadi satu bangsa.
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan ‘(civic education)’ (buku
pembanding)” integrasi nasional adalah kolaborasi seluruh keseluruhan ddan tiap
– tia bagian tersebut diberi tempat sehingga akan dapat membentuk kesauan yang
harmonis dalam kesatuan NKRI yang bersemboyan Bhineka Tunggal Ika.
Integrasi nasional mengindikasi adanya suatu kekuatan yang menggerakkan tiap –
tiap individu untuk dapat hidup besama sebagi kesatuan atau kelompok. Dengan
kekuatan integrasi nasional akan tercermin dalam rasa cinta, banggsa, hormat
serta loyalitas kepada Negara.
Kesimpulan yang dpat diambil dari kedua buku tersebut adalah usaha dan proses
mempersatukan perbedaan yang ada pada suatu Negara sehingga terciptanya
keserasian dan keselarasan secara nasional. Integrasi nasional merupakan salah
satu cara untuk menyatukan berbagai mmacam erbedaan yang ada di Indonesia.
Integrasi sendiri dapat dikataan sebagai salah satu langkah yang baik untuk
menyatukan sesuatu yang baik bagi bangsa Indonesia. Upaya mengintegrasikan
Indonesia, perbedan – perbedaan yang ada tetap harus dikui dan dihargai
sehingga Indonesia menjadi Negara yang dapat mencapai tujuannya. Pentingnya
integrasi nasional bagi Indonesia merupakan cara yang dapat menyatukan
berbagai macam perbedaan yang ada di Indonesia.

13
4. Pembahasan bab IV tentang Nilai dan Norma konstitusional UUD 1945
dan konstitusional
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi (buku
utama)” konstitusi merupakan suatu dokumen atau seperangkat dokumen yang
berisi aturan – aturan dasar untuk menyelenggarakan Negara. konstitusi
merupakan peraturan, baik tertulis maupun tidak tertulis, yang menentukan
bagaimana lembaga Negara dibentuk dan dijalankan. Konstitusi diperlukan untuk
membatasi kekuasaan pemerintah atau penguasa negara, membagi kekuasaan
negara, dan memberi jaminan HAM bagi warga negara. Konstitusi mempunyai
materi muatan tentang organisasi Negara. Konstitusi adalah seperangkat aturan
atau hokum yang berisi ketentuan tentang bagaimana pemerintah diatur dan
dijalankan. Aturan atau hokum yang terdapat dalam konstitusi itu mengatur hal –
hal yang amat mendasasr dari suatu Negara, maka konstitusi dikatakan pula
sebagai hokum dasar yang dijadikan pegangan dalam penyelenggaraan suatu
Negara.
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan ‘(civic education)’ (buku
pembanding)” konstitusi adalah seperangkat aturan atau hokum yang berisi
ketentuan tentang bagaimana pemerintah diatur dan dijalankan. Konstitusi adalah
hokum tertinggi suatu Negara sebab tanpa konstitusi Negara tidak mungkin
terbentuk. Konstitusi menempati posisi yang sangat vital dalam kehidupan
ketatanegaraansuatu Negara. Dengan kata lain, konstitusi membuat suatu
peraturan pokok mengenai sendi – sendi pertama untuk menegakkan Negara.
Dari penjeasan kedua buku tersebut dapat disimpulkan yaitu suatu konstitusi
dikatakan memiliki norma apabila konstitusi tersebut resmi ditermia oleh suatu
bangsa dan bagi mereka konsttusi itu tidak hanya berlaku dalam arti hokum legal,
tetapi juga nyata berlaku dalam masyarkat dalam arti berlaku efektif dan
dilaksanakan secara murni dan konsekuen.
5. Pembahasasn bab V tentang kewajiban dan Hak negara dan warga
Negara
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi (buku
utama)” Hak adalah kuasa untuk menerima atau melakukan suatu yang
semestinya diterima atau dilakukan melulu oleh pihak tertentu dan tidak dapat
oleh pihak lain mana pun juga yang pada prinsipnya dapat dituntut secara paksa
olehnya.

14
Hak dan kewajiban merupkan suatu yang tidak dapat dipisahkan, namun terjadi
pertentangan karena hak dan kewajiban tidak seimbang. Untuk mencapai
keseimbangan antara hak dan kewajiban sebagai seorang warga Negara harus tau
hak dan kewajibannya.
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan ‘(civic education)’ (buku
pembanding)” setiap warga Negara memiliki hak dan kewajiaban yang sama satu
sama lain tanpa terkecuali. Persamaan antara manusia selalu dijunjung tinggi
untuk menghindai berbagai kecemburuan social yang dapat memicu berbagai
permasalahan dikemudian hari.
Kesimpulan dari kedua buku tersebut adalah perwujudan hokum menjadi hak dan
kewajiban terjadi dengan adanya perantaraan perisiwa hokum. Untuk terciptanya
suatu hak dan kewajiban diperlukan terjadinya peristiwa yang oleh hokum
dihubungkan sebagai akibat.

6. Pembahasan bab VI tentang hakikat instrumentasi dan praksis semikrasi


Indonesia
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi (buku
utama)” Demokrasi dapat dipandang sebagai salah satu bentuk pemerintahan,
sebagai sistem politik, dan sebagai pola kehidupan bernegara dengan prinsip-
prinsip yang menyertainya. Berdasar ideologinya, demokrasi Indonesia adalah
demokrasi yang berdasar Pancasila. Demokrasi Pancasila dalam arti luas adalah
kedaulatan atau kekuasaan tertinggi ada pada rakyat yang dalam
penyelenggaraannya dijiwai oleh nilai-nilai Pancasila.
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan ‘(civic education)’ (buku
pembanding)” hakikat demokrasi di Indonesia berlandasakan pancasila dan UUD
NRI 945 adalah peran utama rakyat dalam proses social politik yang sesui dengan
tiga pilar penegak demokrasi yaitu pemerintahan dari rakyat oleh rakyat untuk
rakyat. Instrumentasi demokrasi Indonesia berlandasakn pancasila dan UUD NRI
1945 adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan Perwakilan daerah. Sedangkan prakterk demokrasi berjalan sesuai
dengan dinamika perkembangan kehidupan kenegaraan Indonesia.

15
Prinsip – prinsip demokrasi pancasila secara ideal telah terumuskan, namun dalam
penerapan empiris mengallami pasang surut.
Dari kedua buku tersebut dapat disimpulkandemokrasi Indonesia adalah
demokrasi pancasila, selain Karena dirumuskan nilai dan normanya dalam UUD
NRI 1945, konstitusi Indonesia juga bersifat membatasi kekuasaan pemerintahan
dan menjamin hak – hak dasar warga Negara. Praktik demokrasi pancasila di
Indonesia berjalan sesuai dengan dinamika perkembangan kehidupan kenegaraan
Indonesia. Prinsip – prinsip demokrasi Pancasila secara ideal telah terumuskan,
sedang dalam tataran empiris mengalami pasang surut. Sebagai ilihan akan pola
kehidupan bernegara, sistem demokrasi dianggap penting dan bisa diterima
banyak Negara sebagai jalan mencapai tujuan hidup bernegara yakni
kesejahteraan dan keadilan.
7. Pembahasan bab VII tentang dinamika historis konstitusional, social
politik dan kultural
menurut buku “pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi (buku
utama)” . Negara pun dipandang sebagai subyek hukum yang mempunyai
kedaulatan (sovereignity) yang tidak dapat dilampaui oleh negara mana pun. Ada
empat fungsi negara yang dianut oleh negara-negara di dunia ialah: melaksanakan
penertiban dan keamanan; mengusahakan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyatnya; pertahanan; dan menegakkan keadilan. Untuk menyelesaikan perkara-
perkara yang terjadi di masyarakat secara adil, maka para aparatur hukum harus
menegakkan hukum dengan sebaik-baiknya. Penegakan hukum bertujuan untuk
meningkatkan ketertiban dan kepastian hukum dalam masyarakat sehingga
masyarakat merasa memperoleh pengayoman dan hakhaknya terlindungi. Dalam
menegakkan hukum terdapat tiga unsur yang harus selalu diperhatikan yaitu:
kepastian hukum, kemanfaatan, dan keadilan. Dalam rangka mewujudkan sistem
hukum nasional yang berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945, pembangunan
bidang hukum mencakup sektor materi hukum, sektor sarana dan prasarana
hukum, serta sektor aparatur penegak hukum.

16
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan ‘(civic education)’ (buku
pembanding)” substansi konstitusi adalah isi dari suatu konstitui Negara
mengenai jaminan dan hak Negara dan warga Negara serta memilih mana yang
penting dan mana yang harus dicantumakan dalam dalam konstitusi agar hasilnya
dapat diterima baik oleh yang melaksanakan maupun pihak yang akan dilindungi.
Tujuan demokrasi akan memposisikan pemerintah daerah sebagai landasan utama
dalam menciptakan kesatuan dan persatuan bangsa dan Negara serta
mempercepat terwujudnya masyarakat madani.
Dari ringkasan kedua buku tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk
menjalankan hokum sebagaimana mestinya, maka perlu dibentuk beberapa
lembaga aparat penegak hokum antara lain : kepolisian yang berfungsi sebagai
lembaga penidik, kejaksaan yang fungsi utamanya sebgai lembaga penuntut,
kehakiman yang berfungsi sebagai lembaga pemutus/ pengadila dan lembaga
penasehat atau memberi bantuan hokum.
8. Pembahasan bab VIII tentang dinamika historis dan wawasan nusantara
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan untuk perguruan tinggi (buku
utama)” Keluarnya Deklarasi Djuanda 1957 membuat wilayah Indonesia sebagai
satu kesatuan wilayah. Laut bukan lagi pemisah pulau, tetapi laut sebagai
penghubung pulau-pulau Indonesia. Melalui perjuangan di forum internasional,
Indonesia akhirnya diterima sebagai negara kepulauan (Archipelago state)
berdasarkan hasil keputusan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang
Hukum Laut (UNCLOS) tahun 1982. . Wawasan nusantara sebagai konsepsi
kewilayahan selanjutnya dikembangkan sebagai konsepsi politik kenegaraan
sebagai cara pandang bangsa Indonesia terhadap diri dan lingkungan tempat
tinggalnya sebagai satu kesatuan wilayah dan persatuan bangsa. Esensi dari
wawasan nusantara adalah kesatuan atau keutuhan wilayah dan persatuan bangsa,
mencakup di dalamnya pandangan akan satu kesatuan politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.
17
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan ‘(civic education)’ (buku
pembanding)” wwasan nusantara adalah bagaimna cara pandang kita melihat
mengenai bangsa Indonesia dan sikap bangsa Indonesia mengenai jati diri bangsa
dan longkungannya. Indonesai yang beragam dan bernilai strategis dengan
mengutamakan suatu persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah
dalam menyelenggarakan kehidupan yang bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara guna untuk mencapai suatu tujua nasional.
Dari kedua ringkasan buku diatas dapat disimpulkan bahwa cita – cita bangsa
Indonesia adalah menginginkan suatu bangsa yang bersatu dengan wilayah yang
uruh , karena Indonesia dulu pernah mengalami kehidupan dimana sebagi bangsa
yang terjajah dan terpecah belah dengan penuh penderitaan dan kesengsaraan
kemiskinan dan pernah di adu domba dari pihak penjajah. Indonesia adaah
Negara kepulauan terbesar didunia dengan berbagai warisan sisalamnya dan
banyak sekali adat istidat dari masing – masing suku di tiap – tiap daerah.
9. Pembahasan bab IX tentang tantangan keahanan nasional dan bela
Negara
Ketahanan nasional sebagai konsepsi adalah konsep khas bangsa Indonesia
sebagai pedoman pengaturan penyelenggaraan bernegara dengan berlandaskan
pada ajaran asta gatra. Ketahanan nasional sebagai kondisi adalah kondisi
dinamis bangsa Indonesia yang berisi keuletan dan daya tahan. Ketahanan
nasional sebagai metode atau strategi adalah cara yang digunakan untuk
menyelesaikan masalah dan ancaman kebangsaan melalui pendekatan asta gatra
yang sifatnya integral komprehensif. Ketahanan nasional memiliki dimensi
seperti ketahanan nasional ideologi, politik dan budaya serta konsep ketahanan
berlapis dimulai dari ketahanan nasional diri, keluarga, wilayah, regional, dan
nasional. Inti dari ketahanan nasional Indonesia adalah kemampuan yang dimiliki
bangsa dan negara dalam menghadapi segala bentuk ancaman yang dewasa ini
spektrumnya semakin luas dan kompleks, baik dalam bentuk ancaman militer
maupun nirmiliter.
18
Menurut buku “pendidikan kewarganegaraan ‘(civic education)’ (buku
pembanding)” ketahanan nasional adalah kondisi sinamis bangsa Indonesia yang
meliputi segenap aspek kesidupan nasional yang terintegrasi. Indonesia yag
meliputi segenap aspek kehidupan nasional yang terintegrasi. Ketahanan nasional
berisi keuletan dan ketangguhan yang mengandung kemampuan untuk
mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapai dan mengatasi segala
tantangan, ancaman, hambatan dan gangguan baik yang dating dari luar maupun
dari dlam untuk menjamin identitas dan integritas kelangsungan hidup bangsa dan
Negara serta perjuangan mencapai tujuan nasional.
Dari kedua ringkasasn buku diatas dapat didimpulkan bahwa ketahanan nasional
adalah kondisi dinamis bangsa Indonesia yang meliputi segenap aspek kehidupan
nasional yang terintegrasi. Tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia berupa
dalam bidang politik berupa ancaman berupa pemerintahan yang tidak aspiratif
dan responsive atau bisa dikatakan dictator. Dalam bidang ekonomi yaitu
fenomena kemiskinan yang menjadi ancaman bagi ketahan nasional bangsa.
Dalam bidang social budaya, ancamannya tidak bisanya rakyat Indonesia
mempertahankan kebhinekaan yang ada, bidang pertahanan dan keamanan adalh
ancaman terhadap kedaulatan NKRI.
B. Kelebihan dan Kekurangan Buku
1. Dilihat dari sisi tampilan (layout) buku utama lebih menarik dibanding buku
pembanding karena tampilan lebih berwarna sehingga menarik untuk dibaca
2. Dari aspek materi, buku utama lebih sesuai dengan materi ajar perkuliahan
disbanding denga buku pembanding lebih mencakup luas keseluruhan
3. Tampilan buku utama lebih menarik, karemna banyak disertai contoh gambar
langsung
19
BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pendidikan kewarganegaraan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah
mewujudkan warga negara sadar bela negara berlandaskan pemahaman politik
kebangsaan, dan kepekaan mengembangkan jati diri dan moral bangsa dalam
perikehidupan bangsa. Mahasiswa adalah bibit unggul bangsa yang di mana pada
masanya nanti bibit ini akan melahirkan pemimpin dunia. Karena itulah diperlukan
pendidikan moral dan akademis yang akan menunjang sosok pribadi mahasiswa.
Kepribadian mahasiswa akan tumbuh seiring dengan waktu dan mengalami proses
pembenahan, pembekalan, penentuan, dan akhirnya pemutusan prinsip diri. Negara,
masyarakat masa datang, diperlukan ilmu yang cukup untuk dapat mendukung
kokohnya pendirian suatu Negara. Negara yang akan melangkah maju membutuhkan
daya dukung besar dari masyarakat, membutuhkan tenaga kerja yang lebih
berkualitas, dengan semangat loyalitas yang tinggi. Negara didorong untuk
menggugah masyarakat agar dapat tercipta rasa persatuan dan kesatuan serta rasa
turut memiliki. Masyarakat harus disadarkan untuk segera mengabdikan dirinya pada
negaranya, bersatu padu dalam rasa yang sama untuk menghadapi krisis budaya,
kepercayaaan, moral dan lain-lain. Negara harus menggambarkan image pada
masyarakat agar timbul rasa bangga dan keinginan untuk melindungi serta
mempertahankan Negara kita. Pendidikan kewarganegaraan adalah sebuah sarana
tepat untuk memberikan gambaran secara langsung tentang hal-hal yang bersangkutan
tentang kewarganegaraan pada mahasiswa.
B. REKOMENDASI

Rekomendasi dari ketiga buku yang telah direview menurut penulis adalah
buku utama lebih cocok dijadikan buku penuntun dan dijadikan pembanding karena
sifat buku yang mencakup semua isi, dan kelengkapan buku dan juga menarik untuk
direview.

20
DAFTAR PUSTAKA

Nurwardani. Paristiyanti, dkk (2016) pendidikan kewarganegaraan Untuk perguruan


Tinggi, Jakarta: KEMENRISTEKDIKTI

Saleh, Sarbaini. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan “Mewujudkan Masyarakat


Madani”. Bandung: Citapustaka Media Perintis
Winarno. 2007. Pradigma Pendidikan Kewarganegaraan “Panduan Kuliah di
Perguruan Tinggi Negeri”. Jakarta: Sinar Grafika Offset
21

Anda mungkin juga menyukai